HENI ROHMAWATI
NIM. 1712048
Program Studi Pendidikan Ners
Oleh:
Heni Rohmawati
tekanan darah yang dihubungkan dengan urutan penyebab cedera terbanyak adalah
pemberian manitol yaitu hipovolemia dan jatuh, kecelakaan lalu lintas (KLL) darat
hipotensi (Bisri, 2013). dan terluka benda tajam/tumpul (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Batubara dkk (2015) mengatakan 2007). Pada tahun 2013 terdapat
tidak terdapat perubahan hemodinamik peningkatan prevalensi cedera menjadi
yang signifikan tetapi volume urin yang 8,2%, dengan urutan penyebab cedera
diukur setelah 1 jam pemberian pada terbanyak adalah jatuh 40,9%, kecelakaan
kelompok yang diberikan manitol 20% sepeda motor (40,6%), cedera karena
lebih banyak dibanding dengan kelompok benda tajam/tumpul 7,3%, transportasi
yang diberikan natrium laktat hipertonik darat lainnya 7,1% dan kejatuhan 2,5%.
dengan signifikasi (p<0,05). Hisam dkk Berdasarkan data dari Instalasi Perawatan
(2015) dalam penelitiannya menunjukan Intensive Di RSUD Mardi Waluyo Kota
bahwa tidak terdapat perbedaan yang Blitar didapatkan jumlah penderita cedera
bermakna pada perubahan tekanan arteri otak traumatik pada bulan Januari s/d Juni
rerata (TAR) untuk kelompok subyek 2018 sebanyak 58 penderita dan pada 3
yang mendapatkan larutan manitol, pada bulan terakhir yaitu bulan Juli s/d
pengukuran 5 menit pertama. Meskipun September 2018 terdapat 22 penderita.
beberapa studi mendapatkan bahwa Dari jumlah penderita cedera otak
penggunaan manitol 20% tidak traumatik tersebut, yang mendapat terapi
menyebabkan perubahan hemodinamik manitol 20% sebanyak 80% penderita.
yang signifikan akan tetapi pengaruh (Sensus IPI RSUD Mardi Waluyo Kota
manitol 20% terhadap perubahan tekanan Blitar Tahun 2018).
darah setelah pemberian manitol 20% Manitol merupakan jenis diuretik
pada menit ke-15, menit ke-30, dan menit osmotik yang banyak dipergunakan untuk
ke-60 belum jelas diketahui. mengatasi peningkatan tekanan
Angka kejadian cedera otak intrakranial dengan cara memindahkan
traumatik (COT) masih cukup tinggi cairan intraseluler ke intravaskular melalui
berkisar 1,4 juta pertahun dengan angka perbedaan gradien osmotik antara otak dan
kematian 15 – 20% pada populasi usia 5 – darah. Dosis manitol adalah 0,25 gram
30 tahun dan 1% pada dewasa muda. Di hingga 1 gram per kg BB. Manitol akan
Amerika Serikat setiap tahunnya hampir menyebabkan diuresis cairan yang
mendekati 1,4 juta orang mengalami berlebihan sehingga terjadi gangguan
cedera otak traumatik. Sekitar 3.500 pasien cairan dan elektrolit. Keadaan ini akan
yang mengalami cedera otak traumatik menimbulkan hipovolemia dan juga
dilakukan perawatan di ruang perawatan hipotensi yang dapat menganggu
insentif (intensif care unit/ ICU), dengan hemodinamik sehingga menurunkan
angka kematian 23% pada cedera kepala perfusi otak yang akan memperburuk
traumatik berat yang telah dilakukan kondisi cedera otak traumatik itu sendiri
resusitasi (Bisri, 2013). (Batubara dkk., 2016). Komplikasi
Tana, 2015 mengutip data Badan penggunaan manitol yang lain adalah
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan adanya pengosongan volume intravaskuler,
RI menyatakan, Prevalensi cedera otak hipotensi, hiperkalemia dan kemungkinan
traumatik pada masyarakat di Indonesia rebound peningkatan intrakranial (Bisri,
pada tahun 2007 sebesar 7,5%, dengan 2013).
4
Tabel 1 menunjukan bahwa distribusi usia Gambar 1 Distribusi Sistolik Sebelum dan
sebagian besar usia lebih dari 60 tahun Sesudah Pemberian Manitol 20% pada
sebanyak 4 responden (33%).Sedangkan Pasien Cidera Otak Traumatik Di Instalasi
prosentase terkecil sebesar 8% sebanyak 1 Perawatan Intensive RSUD Mardi Waluyo
responden pada rentang usia 41 – 50 tahun. Kota Blitar
Distribusi jenis kelamin yang paling
banyak adalah laki-laki dengan jumlah Gambar 1 diketahui bahwa semua
responden sebanyak 9 (75%) dan diketahui pasien (100%) cidera otak traumatik di
prosentase terkecil 25% pada responden instalasi perawatan intensive RSUD Mardi
perempuan. Distribusi frekuensi yang Waluyo Kota Blitar mengalami penurunan
paling banyak adalah responden dengan tekanan darah sistolik.
cedera otak berat dengan frekuensi 5 Nilai P pada uji paired t-test pada
responden (42%) sedangkan prosentase tekanan darah sistolik T0 (sebelum
terkecil adalah responden dengan cedera perlakuan) dengan T1 (15 menit setelah
otak ringan dengan prosentase 25% (3 perlakuan), T2 (30 menit setelah
responden) perlakuan) dan T3 (30 menit setelah
perlakuan) di peroleh nilai p < 0.005.
Tabel 2 Hasil tekanan darah sebelum
pemberian manitol 20% di Instalasi
Perawatan Intensif RSUD Mardi Waluyo
Kota Blitar
N Variabel Minimu Maximu Mean Media Standar
o m m n t Deviasi
lebih banyak dibanding dengan kelompok tekanan darah pasien terutama sebelum
yang diberikan natrium laktat hipertonik dan setelah pemberian manitol pada 60
dengan signifikasi (p<0,05). menit awal pemberian. Penelitian ini dapat
Rata-rata selisih tekanan darah tertinggi dikembangkan dengan memantau atau
terjadi pada fase 60 menit setelah menganalisa pengaruh pemberian manitol
pemberian manitol, yaitu sistolik 25,5 pada pasien cidera otak traumatic seperti
mmhg, diastolic 11 mmhg dan mean produksi urine, tekanan intra cranial,
arterial pressure (MAP) 14,75 mmhg hal osmolaritas plasma darah, atau
ini terjadi karena efek puncak farmako mengembangkan penelitian ini dengan
kinetic pada menit ke 60 yaitu peningkatan menambah variabel-variabel hemodinamik
jumlah urine, penurunan TIK dan yang lain.
penurunan tekanan darah.
DAFTAR PUSTAKA
A.Vincent Tahmburaj. 2005. Intracranial
KESIMPULAN DAN SARAN Presure.
A. KESIMPULAN http://www.thamburaj.com/intrac
1. Tekanan darah pada pasien cedera ranialpresure. Akses tanggal 12
otak traumatik sebelum pemberian Februari 2005.
manitol 20% cenderung diatas
tekanan darah normal. Sebelum Amri Imtihanah. 2017. Pengelolaan
pemberian manitol, tekanan sistolik Peningkatan Tekanan Intrakranial.
tertinggi 170 mmHg, tekanan Medika Tadulako, Jurnal Ilmiah
diastolik tertinggi 112 mmHg, dan Kedokteran, Vol.4 No.3.
MAP tertinggi 130 mmHg.
2. Setelah pemberian manitol 20% Anugerah, Peter.2011. Farmakologi
semua responden (100%) Pendekatan Proses Keperawatan.
mengalami penurunan tekanan Jakarta: Penerbit Buku
darah. Rata-rata penurunan tekanan Kedokteran EGC.
darah terendah adalah pada waktu
60 menit setelah pemberian manitol Arikunto, Suharsimi.2011. Prosedur
dengan rata-rata sistolik 115,6 Penelitian Suatu Pendekatan
mmhg, diastolic 70,5 mmhg dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
rata – rata MAP 85,5mmHg.
3. Ada perbedaan yang signifikan Basuki W, Suryno B, Saleh S. 2015.
(p<0.05) pada tekanan darah Penatalaksanaan Perioperatif Cedera
sebelum dan sesudah pemberian Kepala Traumatik Berat dengan
manitol 20% pada menit ke 15, Tanda Cushing. Jurnal
menit ke 30 dan menit ke 60. Neuroanastesia Indonesia.
Critchley, G., Memon, A. 2009. Head Guyton, A. dan J.E. Hall. 2012. The Body
Injury In A Multidiciplinary Fluids and Kidney. In: Textbook
Approach. Epidemiology Of Head of Medical Physiology. 9th ed.
Injury. New York: Cambridge Philadelphia: Elsevier Saunders.
University Press.
Hasibuan, Zainal A.2007, Metodologi
Dahlan, Muhamad Sopiyudin. 2014. Penelitian pada Bidang Ilmu
Statistik Untuk Kedokteran dan Komputer dan Teknologi
Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, Informasi: Konsep,Teknik dan
dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi. Jakarta: Fakultas Ilmu
Aplikasi dengan Menggunakan Komputer Universitas Indonesia.
SPSS Edisi 6. Jakarta:
Epidemiologi Indonesia. Hickey. 2002. Intracranial Hypertension:
Theory and Management of
Damayanti, M, Ketut Sinardja, Nyoman Increased Intracranial Pressure.
Golden. 2013. Pemberian Salin The Clinical Pactice of
Hipertonik 3% Selama Neurological and
Kraniotomi pada Pasien Neursosurgical Nursing. 5th ed.
dengan Cedera Otak Lippincott William & Wilkins,
Traumatik Memberikan Relaksasi Philadelphia. 235-285.
Otak yang Lebih Baik
Dibandingkan dengan Hisam, M, Sudadi, Sri Rahardjo. 2015.
Manitol 20%. Jurnal Perbandingan Pemberian
Neuroanastesia Indinesia. Manitol 20% Dosis 0.5g/KgBB
dengan Natrium Laktat
Dewanto, George, dkk. 2009. Panduan Hipertonik Dosis 1.5ml/KgBB
Praktis Diagnosis & Tata terhadap Efek Relaksasi Otak
13
Jaya Ismail, Widodo Joko, dan Ganda Potter P, & Perry A. 2010. Fundamentals
Idam Jaya. 2017. Perbandingan Of Nursing, 7th Edition.
efek Pemberian Hipertonik Salin (Terjemahan dr. Andrina
Solution 3% dan Manitol 20% Ferderika Nggie dan dr. Marina
pada Pasien Trauma Kepala Albar. Jakarta: EGC.
Sedang. JST Kesehatan, Vol.7.
No.4. 374-380. Rachman Iwan abdul, rahardjo sri, saleh
siti chasnak.2015. Terapi
LeMone P, & Burke K. 2008. Medical Hiperosmolar pada Cedera Otak
Surgical Nursing: Critical Traumatika. Jurnal
Thinking In Client, 4th Edition. Neuroanastesia Indonesia
New Jersey: Persone Prentice
Hall.
Ristanto Riki, Indra Rasjad, Poeranto Sri,
Martin J, M. D., F. A. S. N. 2008. dan Setyorini Ika. 2016. Akurasi
Hypertension Guidelines: Revised Trauma Score Sebagai
Revisiting The JNC 7 Prediktor Mortality Pasien
Recommendations. The Journal Cedera Kepala. Jurnal
Of Lancaster General Hospital Kesehatan Hesti Wira Sakti,
Vol. 3 – No. 3. Vol.4 No.2, 76-90.