Anda di halaman 1dari 15

JURNAL PENELITIAN

PERBANDINGAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN


MANITOL 20% PADA PASIEN CEDERA OTAK TRAUMATIK DI INSTALASI
PERAWATAN INTENSIVE RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR

HENI ROHMAWATI
NIM. 1712048
Program Studi Pendidikan Ners

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PATRIA HUSADA BLITAR
2018
Perbandingan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian Manitol 20% pada
Pasien Cedera Otak Traumatik di Instalasi Perawatan Intensive RSUD Mardi Waluyo
Kota Blitar

Oleh:
Heni Rohmawati

Diuretik osmosis (Manitol 20%) efektif menurunkan tekanan intrakranial Cedera


otak traumatik, pengaruh manitol 20% terhadap perubahan tekanan darah belum jelas diketahui.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisa perbedaaan tekanan darah sebelum dan sesudah
pemberian manitol 20% pada pasien cedera otak traumatik di Instalasi Perawatan Intensive
RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar. Penelitian ini adalah quasi experimental research dengan
jenis menggunakan desain pre-post test without control one group design, metode yang
digunakan teknik analitik observasional. Variabel bebas: pemberian manitol 20% pada pasien
cidera otak traumatik di instalasi perawatan intensive. Variabel terikat: tekanan darah sesudah
pemberian manitol 20%. Populasi penelitian ini semua pasien cidera otak traumatik yang
diberikan infuse manitol 20% 100ml pada 1-30 November 2018, dengan teknik consecutive
sampling, didapatkan 12 sampel. Semua sampel (100%) mengalami penurunan tekanan darah
(sistolik, diastolic dan MAP) setelah diberikan infuse manitol 20%. Analisa distribusi data
dengan Uji shapiro-wilk diketahui systolic normal, diastolic tidak normal dan MAP normal,
hasil paired t-test systolic p=0.000, MAP p=0,000. Uji wilcoxon diastolic P=0,002. Penurunan
tekanan darah 15 menit setelah pemberian manitol 20% terjadi karena half live manitol yang
menurunkan tekanan darah dan merespon autoregulasi penurunan tekanan darah, pada menit
30 mengakibatkan penurunan tekanan intra kranial, memperbaiki perfusi cerebral dan
autoregulasi otak yang mempengaruhi tekanan darah sistemik, Pada menit ke 60 perubahan
tekanan darah kemungkinan karena efek diuresis. Selama pemberian manitol terjadi
perubahan tekanan darah yang perlu di pantau.

Kata kunci: manitol 20%, cidera otak traumatic, tekanan darah


PENGANTAR Batubara dkk (2015) mengatakan
tidak terdapat perubahan
Manitol merupakan suatu derivat alkohol hemodinamik yang signifikan tetapi
dari gula manosa yang pertama kali volume urin yang diukur setelah 1
ditemukan pada tahun 1961, dan sering jam pemberian pada kelompok yang
diberikan sebagai salah satu pilihan terapi diberikan manitol 20% lebih banyak
cedera kepala berat dengan peningkatan dibanding dengan kelompok yang
tekanan intrakranial. Manitol digunakan diberikan natrium laktat hipertonik
untuk mengendalikan peningkatan tekanan dengan signifikasi (p<0,05). Hisam
intrakranial dengan dua keadaan. dkk (2015) dalam penelitiannya
Penggunaan manitol pada keadaan yang menunjukan bahwa tidak terdapat
pertama yaitu dengan pemberian dosis perbedaan yang bermakna pada
tunggal bertujuan memberikan efek jangka perubahan tekanan arteri rerata
pendek sehingga dapat dilakukan prosedur (TAR) untuk kelompok subyek
diagnostik (CT-scan) dan intervensi yang mendapatkan larutan manitol,
(evakuasi masa lesi intrakranial). Pada pada pengukuran 5 menit pertama.
keadaan kedua manitol digunakan sebagai Meskipun beberapa studi
terapi jangka panjang kasus peningkatan mendapatkan bahwa penggunaan
tekanan intrakranial (Rachman dkk., 2015). manitol 20% tidak menyebabkan
Manitol telah digunakan secara luas dan perubahan hemodinamik yang
direkomendasikan dalam guideline cedera signifikan akan tetapi pengaruh
otak, akan tetapi, ada beberapa efek buruk manitol 20% terhadap perubahan
3

tekanan darah yang dihubungkan dengan urutan penyebab cedera terbanyak adalah
pemberian manitol yaitu hipovolemia dan jatuh, kecelakaan lalu lintas (KLL) darat
hipotensi (Bisri, 2013). dan terluka benda tajam/tumpul (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Batubara dkk (2015) mengatakan 2007). Pada tahun 2013 terdapat
tidak terdapat perubahan hemodinamik peningkatan prevalensi cedera menjadi
yang signifikan tetapi volume urin yang 8,2%, dengan urutan penyebab cedera
diukur setelah 1 jam pemberian pada terbanyak adalah jatuh 40,9%, kecelakaan
kelompok yang diberikan manitol 20% sepeda motor (40,6%), cedera karena
lebih banyak dibanding dengan kelompok benda tajam/tumpul 7,3%, transportasi
yang diberikan natrium laktat hipertonik darat lainnya 7,1% dan kejatuhan 2,5%.
dengan signifikasi (p<0,05). Hisam dkk Berdasarkan data dari Instalasi Perawatan
(2015) dalam penelitiannya menunjukan Intensive Di RSUD Mardi Waluyo Kota
bahwa tidak terdapat perbedaan yang Blitar didapatkan jumlah penderita cedera
bermakna pada perubahan tekanan arteri otak traumatik pada bulan Januari s/d Juni
rerata (TAR) untuk kelompok subyek 2018 sebanyak 58 penderita dan pada 3
yang mendapatkan larutan manitol, pada bulan terakhir yaitu bulan Juli s/d
pengukuran 5 menit pertama. Meskipun September 2018 terdapat 22 penderita.
beberapa studi mendapatkan bahwa Dari jumlah penderita cedera otak
penggunaan manitol 20% tidak traumatik tersebut, yang mendapat terapi
menyebabkan perubahan hemodinamik manitol 20% sebanyak 80% penderita.
yang signifikan akan tetapi pengaruh (Sensus IPI RSUD Mardi Waluyo Kota
manitol 20% terhadap perubahan tekanan Blitar Tahun 2018).
darah setelah pemberian manitol 20% Manitol merupakan jenis diuretik
pada menit ke-15, menit ke-30, dan menit osmotik yang banyak dipergunakan untuk
ke-60 belum jelas diketahui. mengatasi peningkatan tekanan
Angka kejadian cedera otak intrakranial dengan cara memindahkan
traumatik (COT) masih cukup tinggi cairan intraseluler ke intravaskular melalui
berkisar 1,4 juta pertahun dengan angka perbedaan gradien osmotik antara otak dan
kematian 15 – 20% pada populasi usia 5 – darah. Dosis manitol adalah 0,25 gram
30 tahun dan 1% pada dewasa muda. Di hingga 1 gram per kg BB. Manitol akan
Amerika Serikat setiap tahunnya hampir menyebabkan diuresis cairan yang
mendekati 1,4 juta orang mengalami berlebihan sehingga terjadi gangguan
cedera otak traumatik. Sekitar 3.500 pasien cairan dan elektrolit. Keadaan ini akan
yang mengalami cedera otak traumatik menimbulkan hipovolemia dan juga
dilakukan perawatan di ruang perawatan hipotensi yang dapat menganggu
insentif (intensif care unit/ ICU), dengan hemodinamik sehingga menurunkan
angka kematian 23% pada cedera kepala perfusi otak yang akan memperburuk
traumatik berat yang telah dilakukan kondisi cedera otak traumatik itu sendiri
resusitasi (Bisri, 2013). (Batubara dkk., 2016). Komplikasi
Tana, 2015 mengutip data Badan penggunaan manitol yang lain adalah
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan adanya pengosongan volume intravaskuler,
RI menyatakan, Prevalensi cedera otak hipotensi, hiperkalemia dan kemungkinan
traumatik pada masyarakat di Indonesia rebound peningkatan intrakranial (Bisri,
pada tahun 2007 sebesar 7,5%, dengan 2013).
4

Manitol dapat menurunkan tekanan ke otak. Peningkatan volume plasma


intrakranial melalui dua mekanisme. tersebut akan menyebabkan peningkatan
Manitol secara cepat menurunkan tekanan volume darah sistemik, sehingga terjadi
intrakranial dengan mengurangi viskositas peningkatan cardiac output dan tekanan
darah dan mengurangi diameter pembuluh darah, hal tersebut kemudian diikuti
darah. Hal tersebut terjadi sebagai dengan timbulnya efek diuretik yang kuat
kompensasi fungsi autoregulasi cerebral yang dapat menyebabkan terjadinya
blood flow (CBF). Kadar CBF hipovolemia (Rachman dkk., 2015)
dipertahankan melalui refleks Efek osmotik manitol mulai timbul
vasokonstriksi, akibatnya terjadi pada menit ke 15 sampai dengan ke 30,
penurunan volume darah serebral dan dimana pada jeda waktu tersebut terbentuk
penurunan tekanan intrakranial. Pemberian gradien antara plasma dan sel, efek
manitol juga mengurangi tekanan tersebut bertahan selama periode yang
intrakranial melalui mekanisme osmotik, bervariasi antara 90 menit hingga 6 jam
yang terjadi lebih lambat (15–30 menit), atau lebih tergantung pada kondisi klinis.
berhubungan dengan pergerakan gradual Monitoring tekanan darah sangat penting
kandungan air dari parenkim ke sirkulasi karena penurunan tekanan darah dapat
darah. Efek manitol tersebut bertahan mengakibatkan penurunan perfusi otak
hingga 6 jam dan memerlukan sawar darah yang akan memperburuk kondisi cedera
otak yang intak. Di saat otak mengalami otak traumatik itu sendiri (Rachman dkk.,
trauma, terjadi gangguan osmotik dan 2015).
cairan bergerak dari kompartemen Manitol merupakan diuretik
intravaskular ke parenkim otak yang akan osmosis yang pada saat ini efektif
berakibat terjadinya peningkatan tekanan digunakan untuk menurunkan tekanan
intrakranial. Manitol mampu terakumulasi intrakranial (oedema Otak) dalam berbagai
di daerah tersebut sehingga dapat terjadi kondisi. Mengingat Manitol mempuyai
mekanisme osmotik diuresis. efek samping dan toksisitas maka
Berbagai penelitian yang pemberiannya harus dimonitor dengan
dilakukan pada manusia dan hewan ketat respon yang timbul selama
diketahui bahwa pemberian manitol pemberian manitol termasuk terjadinya
memberikan efek menguntungkan terhadap perubahan tekanan darah pasien. Perawat
kondisi peningkatan tekanan intrakranial, bertanggung jawab terhadap pengawasan
Cranial Blood Fluid, dan metabolisme respon yang dialami klien akibat terapi
otak. Manitol juga memberikan efek manitol. Bedasarkan latar belakang diatas
jangka pendek yang menguntungkan maka peneliti tertarik untuk melakukan
terhadap kondisi neurologis. Meskipun penelitian perbedaaan tekanan darah
demikian masih belum diketahui sebelum dan sesudah pemberian manitol
mekanisme pasti bagaimana efek 20% pada pasien cedera otak traumatik di
menguntungkan tersebut tercapai dan Instalasi Perawatan Intensive RSUD Mardi
kemungkinan efek utama manitol terhadap Waluyo Kota Blitar.
otak yaitu menyebabkan peningkatan
volume plasma secara cepat sehingga METODE PENELITIAN
viskositas darah menurun, CBF meningkat, Tipe penelitian ini adalah penelitian
perfusi mikrosirkulasi meningkat, dan experimental research dengan jenis
terjadi peningkatan penghantaran oksigen penelitian menggunakan eksperimental
5

semu (quasi experimental) adapun desain HASIL PENELITIAN


penelitian ini menggunakan pre-post test Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal
without control one group design, 1 November 2018 – 30 November 2018 di
sedangkan metode pengumpulan data Instalasi Perawatan Intensif RSUD Mardi
penelitian ini dengan teknik analisis Waluyo Kota Blitar.
pengamatan atau analytic observasional.
Quasi Ekperimental adalah desain yang Tabel 1 menunjukkan distribusi berat
digunakan karena pada kenyataannya sulit badan tikus putih sebelum dan sesudah
mendapatkan kelompok kontrol yang diberikan perlakuan. Dari tabel diatas,
digunakan untuk penelitian. Pretest berat badan dengan prosentase tertinggi
posttest without control one group design sebesar 68,75% sebanyak 11 ekor tikus
adalah desain yang terdapat satu kelompok dengan berat badan 251-299 gr. Sedangkan
yang diberi perlakuan (treatmen) prosentase terkecil sebesar 6,25%
sebelumnya dilakukan pre tes dan sebanyak 1 ekor tikus dengan berat ≤200
dilakukan post tes sesudah perlakuan tanpa gr. Berat badan tikus setelah diberikan
adannya kelompok control, dengan perlakuan tetap pada berat badan ≤200 gr
demikian hasil perlakuan dapat sebanyak 1 ekor tikus dengan prosentase
membandingkan keadaan sebelum dan 6,25%. Pada rentang 201-250 gr
sesudah perlakuan. Observasional analitik mengalami penurunan dari prosentase
adalah penelitian yang menekankan pada sebesar 18,75% menjadi 12,5%. Penurunan
waktu pengukuran atau observasi data prosentase juga terjadi pada rentang berat
dalam satu kali pada satu waktu yang badan 251-299 gr yaitu sebesar 68,75%
dilakukan pada variabel terikat dan menjadi 50%. Dan terjadi kenaikan pada
variabel bebas (Sugiono, 2012). berat badan ≥300 gr yaitu 6,25% menjadi
Pengolahan data pada kelompok 31,25%.
penelitian yang telah didapatkan diolah
secara komputerisasi menggunakan Tabel 1. Data Umum Responden
software analistik statistik. Uji yang No Variabel Jumlah Persentase
digunakan untuk menganalisis 1 Usia
perbandingan tekanan darah sebelum dan < 30 th 3 25%
30 – 40 th 2 17%
sesudah pemberian manitol 20% pada
41 – 50 th 1 8%
pasien cedera otak traumatik di Instalasi 51 – 60 th 2 17%
Perawatan Intensive RSUD Mardi Waluyo > 60 th 4 33%
Kota Blitar menggunakan uji Paired T tes . Total 12 100%
Sebelum dilakukan uji Paired t-test, 2 Jenis kelamin
dilakukan test of Normality menggunakan Laki-laki 9 75%
Perempuan 3 25%
saphiro wilk. Apabila didapatkan distribusi Total 12 100%
data tidak normal maka uji statistik 3 Klasifikasi
menggunakan post hoc wilcoxon. (Dahlan, cedera otak 3 25%
2014). Derajat kemaknaan di tentukan p < Ringan 4 33%
0,05 artinya jika hasil uji statistik Sedang 5 42%
Berat 12 100%
menunjukkan p < 0,05 maka ada pengaruh Total
yang signifikan antara variabel independen
dengan variabel dependen.
6

Tabel 1 menunjukan bahwa distribusi usia Gambar 1 Distribusi Sistolik Sebelum dan
sebagian besar usia lebih dari 60 tahun Sesudah Pemberian Manitol 20% pada
sebanyak 4 responden (33%).Sedangkan Pasien Cidera Otak Traumatik Di Instalasi
prosentase terkecil sebesar 8% sebanyak 1 Perawatan Intensive RSUD Mardi Waluyo
responden pada rentang usia 41 – 50 tahun. Kota Blitar
Distribusi jenis kelamin yang paling
banyak adalah laki-laki dengan jumlah Gambar 1 diketahui bahwa semua
responden sebanyak 9 (75%) dan diketahui pasien (100%) cidera otak traumatik di
prosentase terkecil 25% pada responden instalasi perawatan intensive RSUD Mardi
perempuan. Distribusi frekuensi yang Waluyo Kota Blitar mengalami penurunan
paling banyak adalah responden dengan tekanan darah sistolik.
cedera otak berat dengan frekuensi 5 Nilai P pada uji paired t-test pada
responden (42%) sedangkan prosentase tekanan darah sistolik T0 (sebelum
terkecil adalah responden dengan cedera perlakuan) dengan T1 (15 menit setelah
otak ringan dengan prosentase 25% (3 perlakuan), T2 (30 menit setelah
responden) perlakuan) dan T3 (30 menit setelah
perlakuan) di peroleh nilai p < 0.005.
Tabel 2 Hasil tekanan darah sebelum
pemberian manitol 20% di Instalasi
Perawatan Intensif RSUD Mardi Waluyo
Kota Blitar
N Variabel Minimu Maximu Mean Media Standar
o m m n t Deviasi

1 Sistolik 118 170 141.0 138.00 17.19


9

2 Diastoli 62 112 81.5 75.00 17.79


k 0

3 MAP 79 130 100.2 95.50 18.02


Gambar 2 Distribusi Diastolik Sebelum
5 dan Sesudah Pemberian Manitol 20%
pada Pasien Cidera Otak Traumatik Di
Instalasi Perawatan Intensive RSUD Mardi
Berdasarkan 2 dapat dilihat bahwa tekanan Waluyo Kota Blitar
sistolik tertinggi 170 mmHg, tekanan
diastolic tertinggi 112 mmHg, dan MAP Gambar 2 diketahui bahwa semua
tertinggi 130 mmHg. Hal ini menunjukkan pasien (100%) cidera otak traumatik di
bahwa tekanan darah sebelum peberian instalasi perawatan intensive RSUD Mardi
manitol 20% cenderung lebih tinggi dari Waluyo Kota Blitar mengalami penurunan
tekanan darah normal. tekanan darah diastolik setelah diberikan
infuse manitol. Nilai P pada uji pos hoc
wilcoxon pada tekanan darah diastolic T0
dengan T1, T2, T3 di peroleh nilai p < 0.05
7

pasien cedera otak traumatic cenderung


diatas tekanan darah normal.
Cedera Otak Traumatik atau
Traumatik Brain Injury (TBI)merupakan
penyebab mortalitas dan kecacatan yang tinggi
pada kelompok usia produktif yaitu 15-
45tahun( Jaya dkk, 2017). Pada hasil penelitian
ini didapatkan jumlah responden pada rentang
usia 16-50 tahun sejumlah 8 responden atau
Gambar 4.3 Distribusi Tekanan Darah 67%. Hal ini sesuai dengan teori bahwa angka
MAP Pasien Cidera Otak Traumatik di kejadian cedera otak traumatic yang tinggi
Instalasi Perawatan Intensive RSUD Mardi pada kelompok usia produktif.
Waluyo Kota Blitar Umur merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi tekanan darah, hal ini
terjadi karena pada usia lebih dari 50 tahun
Gambar 3 diketahui bahwa semua pasien arteri besar kehilangan kelenturannya dan
(100%) cidera otak traumatik di instalasi menjadi kaku karena itu darah pada setiap
perawatan intensive RSUD Mardi Waluyo denyut jantung dipaksa untuk melalui
Kota Blitar mengalami tekanan darah pembuluh darah yang sempit dan
arteri rata-rata (MAP) diberikan infuse menyebabkan naiknya tekanan darah
manitol, dengan selisih rerata penurunan (Sigarlaki,2006). Pada penelitian ini didapat
tertinggi pada saat 60 menit pertama kan tekanan darah sistolik 170 mmHg pada
setelah pemberian manitol. responden no.7 dengan usia 68 tahun, hal ini
membuktikan bahwa umur juga mempengaruhi
Nilai P pada uji paired t tes pada
tekanan darah. Tekanan darah pada usia lanjut
MAP T0 dengan T1, T2, T3 didapatkan cenderung tinggi karena bertambahnya umur
nilai p < 0.05 akan mengakibatkan penebalan dinding arteri
yang biasanya disebabkan oleh hiperlipidemia
PEMBAHASAN atau faktor lain yang mengakibatkan
Identifikasi Tekanan Darah Sebelum penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,
Pemberian Manitol 20% pada Pasien sehingga pembuluh dara akan menyepit dan
Cedera Otak Traumatik di Instalasi kaku.
Perawatan Intensive RSUD Mardi Jenis kelamin juga merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah.
Waluyo Kota Blitar
Berdasarkan,Wahyuni dan Eksanoto(2013)
menunjukkan bahwa perubahan hormonal
Hasil statistik tekanan darah yang sering terjadi pada wanita menyebabkan
sebelum pemberian manitol 20% pada wanita lebih cenderung memiliki tekanan
pasien cedera otak menunjukkan bahwa darah tinggi. Pada penelitian ini didapatkan
tekanan sitolik rata-rata adalah 141,08 tekanan darah sistolik 170 mmHg pada
mmHg, tekanan darah diastolic rata-rata responden no.7 yang berjenis kelamin
adalah 81,50mmHg dan MAP rata- rata perempuan. Perempuan akan mengalami resiko
adalah 95,5. Sedangkan nilai tekanan peningkatan tekanan darah setelah menopause
(usia diatas 45 tahun) karena perempuan yang
sistolik tertinggi 170 mmHg, tekanan
belum menopause dilindungi oleh hormon
diastolic tertinggi 130 mmHg dan MAP estrogen yang menjaga kadar kolesterol darah.
tertinggi 130 mmHg. Dari hasil ini dapat Kadar kolesterol mempengaruhi terjadinya
disimpulkan bahwa tekanan darah pada proses aterosklerosis dan mengakibatkan
tekanan darah tinggi.
8

Derajat gangguan kesadaran keseimbangan ini terganggu. Dikatakan


penderita Cidera Otak dibagi menjadi 3 bahwa pada fase awal terjadi spasme dan
yaitu: cidera otak Ringan, bila skor kemudian disusul dengan vasodilatasi.
Glasgow Coma Scale (GCS) berkisar Karena aktifitas saraf simpatis yang
antara 13 – 15, Terdapat perubahan membungkus pembuluh darah tidak
anatomi dan gangguan fungsi otak minimal mampu lagi mengambil adrenalin dan
. Cidera otak Sedang, bila skor GCS konsekuensinya adalah terjadinya edema
berkisar antara 9 – 12 Terdapat perubahan otak (Triantoro, 2018).
anatomi dan gangguan fungsi otak yang Cedera otak primer dan cedera otak
lebih berat, gejala klinis terdapat kelainan sekunder menyebabkan peningkatan
pada saraf dan pada pemeriksaan CT Scan permiabilitas vaskuler, edema cerebral dan
terlihat adanya kelainan. Cidera otak berat, peningkatan tekanan intra cranial. Cedera
Bila skor GCS berkisar antara 3 – 8, otak traumatik sering kali disertai edema
Terdapat perubahan anatomi dan gangguan otak yang berkaitan dengan kerusakan
fungsi otak berat (Triantoro, 2018). struktur atau gangguan keseimbangan air
Pada Cidera Otak terdapat perbedaan dan elektrolit yang diinduksi oleh cedera
mengenai waktu terjadinya berat atau primer maupun sekunder. Edema otak
besarnya gangguan autoregulasi. mengakibatkan peningkatan tekanan intra
Banyaknya percobaan-percobaan yang cranial yang akan memperberat keadaan
telah dilakukan tetapi hasilnya tidak sama, pasien. Anurogo (2008) mengatakan
waktu terjadinya gangguan autoregulasi bahwa peningkatan tekanan intra kranial
dapat berlangsung dalam beberapa detik, akan menyebabkan herniasi ke arah batang
beberapa menit dan beberapa jam. otak sehingga mengakibatkan gagguan
Beratnya gangguan autoregulasi pengaturan pusat organ vital, gangguan
tergantung dari beratnya Cidera Otak. Pada pernafasan, hemodinamik, kardiovaskuler
Cidera Otak sedang terjadi kerusakan dan kesadaran.
autoregulasi yang tidak seberapa Tekanan intra cranial (ICP/Intra
sedangkan pada Cidera Otak berat (GCS < Cranial Pressure) akan mempengaruhi
8), besarnya kerusakan pada autoregulasi tekanan perfusi cerebral (CPP/Cerebral
dapat mencapai 31% (Triantoro, 2018). Perfusion Pressure). CPP dapat dihitung
Dengan autoregulasi dimaksud adanya sebagai selisih antara tekanan arteri rerata
kemampuan pembuluh darah serebral (MAP/mean artei pressure) dan ICP (CPP
untuk menyesuiakan lumennya pada ruang = MAP-ICP ). Bila terjadi peningkatan ICP
lingkup sedemikian rupa, sehingga aliran maka akan terjadi penurunan CPP, tubuh
darah ke otak tidak banyak berubah, akan berusaha mengkompensasi agar
walaupun tekanan darah arteriil sistemik perfusi otak tidak turun dengan
mengalami fluktuasi. Penurunan tekanan meningkatkan MAP, jika MAP naik maka
darah sistemik sampai mencapai 50 mmhg tekanan sistolik dan diastolik tentu saja
masih dapat diatasi oleh fungsi juga mengalami kenaikkan. Hickey (2007)
autoregulasi serebral ini, tanpa mengatakan kenaikan tekanan intra cranial
menimbulkan gangguan aliran darah akan mengurangi tekanan perfusi cerebral,
regional. Pada keadaan normal terdapat penurunan perfusi cerebral ini akan
keseimbangan antara vasodilatasi dan mengaktifkan reflek iskemia
vasospasme. Pada Cidera Otak terjadi mengakibatkan vasokonstriksi dan
gangguan autoregulasi di mana menaikkan tekanan arteri.
9

tekanan darah normal. Selain itu juga dapat


Identifikasi Tekanan Darah Sesudah dilihat bahwa mean sistolik dan mean
Pemberian Manitol 20% pada Pasien MAP pada T2 sedikit lebih tinggi
Cedera Otak Traumatik di Instalasi disbanding T1. Hal ini menunjukkan
Perawatan Intensive RSUD Mardi bahwa ada kenaikan sistolik pada menit ke
Waluyo Kota Blitar 30. Pemberian manitol akan
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa mengakibatkan efek osmotik yaitu dengan
pada T1 ( menit ke 15 setelah perlakuan) memindahkan cairan intraseluler ke
menunjukkan tekanan darah sistolik rata- intravaskular melalui perbedaan gradien
rata adalah 127,6 mmHg, tekanan diastolic osmotik antara otak dan darah. Sehingga
rata-rata adalah 76,0 mmHg dan MAP terjadi peningkatan volume vaskuler, akan
rata-rata adalah 92,9 mmHg, selisih mean menimbulkan efek nyata pada curah jantung.
sistolik 13,4 . Hal ini menunjukkan bahwa Peningkatan volume darah ini dapat
pada 15 menit setelah pemberian manitol menyebabkan peningkatan tekanan darah.
20% tekanan darah pada rentang tekanan Rachman, dkk(2015) mengatakan
darah normal. efek utama manitol terhadap otak yaitu
Pada fungsi ginjal normal, setelah menyebabkan peningkatan volume plasma
dosis tunggal intravena half live manitol secara cepat sehingga viskositas darah
dalam sirkulasi plasma adalah 15 menit menurun, CBF meningkat, perfusi
(Sunaryo, 2007). Secara fisiologis kerja mikrosirkulasi meningkat, dan terjadi
manitol adalah meningkatkan osmolaritas peningkatan penghantaran oksigen ke otak.
plasma dan menarik cairan normal dari Peningkatan volume plasma tersebut akan
dalam sel otak  yang osmolaritasnya menyebabkan peningkatan volume darah
rendah ke intravaskuler yang sistemik. sehingga terjadi peningkatan
osmolaritasnya lebih tinggi, untuk cardiac output dan tekanan darah.
menurunkan oedema otak dan menurunkan Berdasarkan tabel 4.3 hasil statistik
tekanan intra kranial, serta meningkatkan tekanan darah sesudah pemberian manitol
perfusi cerebral. Otak akan merespon 20% pada pasien cedera otak traumatik
dengan autoregulasi berusaha membuat didapatkan hasil tekanan darah sistolik
tekanan darah sistemik pada rentang rata-rata terendah pada T3 yaitu 115,5
normal. Dunn (2012) mengatakan tekanan mmH, tekanan darah diastolik rata
perfusi cerebral berhubungan erat tehadap terendah pada T3 yaitu 70,5 mmHg dan
tekanan intra cranial dan MAP. Hal ini MAP rata-rata terendah pada T3 yaitu
dijamin oleh autoregulasi otak dimana 85,5mmHg. Dari data ini dapat
kemampuan pembuluh darah dalam otak disimpulkan bahwa penurunan tekanan
berkonstriksi atau berdilatasi untuk darah setelah pemberian manitol 20%
mempertahankan aliran darah yang stabil paling banyak pada T3 ( menit ke60
terhadap perfusi cerebral. setelah perlakuan).
Pada tabel 4.3 didapatkan bahwa Manitol diekskresi melalui filtrasi
pada T2 (30 menit setelah perlakuan) glomerulus dalam waktu 30 – 60 menit
tekanan darah sistolik rata-rata adalah 129 setelah pemberian ( Sunaryo, 2007). Hal
mmHg, tekanan darah diastolik rata-rata ini yang menyebabkan efek diuresis pada
75.9 dan MAP rata-rata adalah 93,2 menit ke 60 dan penyebabkan penurunan
mmHg. Hasil ini menunjukkan bahwa tekanan darah paling besar dibanding pada
tekanan darah pada T2 pada rentang T1 dan T2. Hasil ini sesuai dengan
10

Batubara,dkk(2016) mengatakan bahwa Pemberian manitol juga


manitol akan menyebabkan diuresis cairan mengurangi tekanan intrakranial melalui
yang berlebihan sehingga terjadi gangguan mekanisme osmotik yang terjadi lebih
cairan dan elektrolit, keadaan ini akan lambat (15 – 30 menit) berhubungan
mengakibatkan hipovolemia dan hipotensi dengan pergerakan gradual kandungan air
yang dapat mengganggu hemodinamik. dari parenkim ke sirkulasi darah.
Perubahan tekanan darah pada menit ke
Analisa Perbedaan Tekanan Darah 30 ini kemungkinan disebabkan oleh efek
Sebelum dan Sesudah Pemberian manitol yang mengakibatkan penurunan
Manitol 20% pada Pasien Cedera Otak tekanan intra kranial, memperbaiki perfusi
Traumatik di Instalasi Perawatan cerebral dan autoregulasi otak yang
Intensive RSUD Mardi Waluyo Kota mempengaruhi tekanan darah sistemik.
Blitar Autoregulasi dibutuhkan untuk
Dari hasil penelitian pada menit ke memberikan pasokan yang stabil dari
15 dapat disimpulkan bahwa ada oksigen dan nutrisi ke jaringan otak dan
perbedaan yang signifikan (p<0.05) pada membuang sampah metabolic. Konstriksi
tekanan darah sebelum dan sesudah dan dilatasi dari arteriol yang terjadi
pemberian manitol 20%.Pada menit ke 15 dengan cepat merupakan respon dari
pada penelitian ini terjadi perbedaan adanya perubahan tekanan. Dilatasi
tekanan darah dengan sebelum pemberian pembuluh darah cerebral terjadi saat
manitol 20%. Tekanan darah setelah tekanan darah arteri menurun atau
pemberian manitol 20% pada menit ke 15 metabolisme otak meningkat. Jika respon
lebih rendah dari sebelum pemberian normal ini terganggu maka aliran darah ke
manitol 20%. Hal ini karena pada pasien otak secara langsung akan berhubungan
cedera otak tekanan darah cenderung dengan tekanan darah sistemik (Guyton &
diatas normal. Setelah pemberian manitol Hall, 2012).
20% terjadi penurunan tekanan darah Pada menit ke-60 hasil uji paired t
karena half live manitol adalah 15 mnt tes dapat disimpulkan bahwa ada
yang akan menurunkan tekanan darah dan perbedaan yang signifikan (p<0.05) pada
merespon autoregulasi otak. Bisri (2013) tekanan darah sebelum dan sesudah
mengatakan manitol dapat menurunkan pemberian manitol 20% pada menit ke 60.
tekanan intra cranial sebanyak 26% atau Perubahan tekanan darah terjadi karena
lebih dalam waktu 5 menit. efek diuresis osmotik dimana terjadi
Pada menit ke-30 hasil uji paired t peningkatan ekstravasasi akibat perbedaan
tes dapat disimpulkan bahwa ada tekanan osmotik di plasma darah yang
perbedaan yang signifikan (p<0.05) pada mengakibatkan stimulasi glomerolus ginjal
tekanan darah sebelum dan sesudah sehingga terjadi peningkatan jumlah urine.
pemberian manitol 20% pada menit ke 30. Peningkatan jumlah urine mengakibatkan
Jaya (2017) mengatakan dinamika MAP penurunan volume darah. Penurunan
setelah pemberian manitol 20% tampak volume darah mengakibatkan terjadinya
nilai MAP labil dan memiliki penurunan pre-load yang berakibat pada
kecenderungan menurun, pada pengukuran penurunan tekanan darah. Batubara dkk
menit ke 0 sampai menit ke 120 pada (2015) mengatakan, volume urin yang
pasien cedera otak sedang. diukur setelah 1 jam pemberian pada
kelompok yang diberikan manitol 20%
11

lebih banyak dibanding dengan kelompok tekanan darah pasien terutama sebelum
yang diberikan natrium laktat hipertonik dan setelah pemberian manitol pada 60
dengan signifikasi (p<0,05). menit awal pemberian. Penelitian ini dapat
Rata-rata selisih tekanan darah tertinggi dikembangkan dengan memantau atau
terjadi pada fase 60 menit setelah menganalisa pengaruh pemberian manitol
pemberian manitol, yaitu sistolik 25,5 pada pasien cidera otak traumatic seperti
mmhg, diastolic 11 mmhg dan mean produksi urine, tekanan intra cranial,
arterial pressure (MAP) 14,75 mmhg hal osmolaritas plasma darah, atau
ini terjadi karena efek puncak farmako mengembangkan penelitian ini dengan
kinetic pada menit ke 60 yaitu peningkatan menambah variabel-variabel hemodinamik
jumlah urine, penurunan TIK dan yang lain.
penurunan tekanan darah.

DAFTAR PUSTAKA
A.Vincent Tahmburaj. 2005. Intracranial
KESIMPULAN DAN SARAN Presure.
A. KESIMPULAN http://www.thamburaj.com/intrac
1. Tekanan darah pada pasien cedera ranialpresure. Akses tanggal 12
otak traumatik sebelum pemberian Februari 2005.
manitol 20% cenderung diatas
tekanan darah normal. Sebelum Amri Imtihanah. 2017. Pengelolaan
pemberian manitol, tekanan sistolik Peningkatan Tekanan Intrakranial.
tertinggi 170 mmHg, tekanan Medika Tadulako, Jurnal Ilmiah
diastolik tertinggi 112 mmHg, dan Kedokteran, Vol.4 No.3.
MAP tertinggi 130 mmHg.
2. Setelah pemberian manitol 20% Anugerah, Peter.2011. Farmakologi
semua responden (100%) Pendekatan Proses Keperawatan.
mengalami penurunan tekanan Jakarta: Penerbit Buku
darah. Rata-rata penurunan tekanan Kedokteran EGC.
darah terendah adalah pada waktu
60 menit setelah pemberian manitol Arikunto, Suharsimi.2011. Prosedur
dengan rata-rata sistolik 115,6 Penelitian Suatu Pendekatan
mmhg, diastolic 70,5 mmhg dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
rata – rata MAP 85,5mmHg.
3. Ada perbedaan yang signifikan Basuki W, Suryno B, Saleh S. 2015.
(p<0.05) pada tekanan darah Penatalaksanaan Perioperatif Cedera
sebelum dan sesudah pemberian Kepala Traumatik Berat dengan
manitol 20% pada menit ke 15, Tanda Cushing. Jurnal
menit ke 30 dan menit ke 60. Neuroanastesia Indonesia.

B. SARAN Batubara, B, Nazaruddin Umar, Chairul M


Pemberian infuse manitol pada Mursin. 2016. Perbandingan
pasien cidera otak traumatik diharapkan Osmolaritas Plasma Setelah
berdasarkan hasil penelitian ini lebih Peemberian Manitol 20%
memantau dan mengobservasi perubahan
12

3ml/KgBB dengan Natrium Laksana Penyakit Saraf. Jakarta:


Laktat Hipertonik 3ml/KgBB Penerbit Buku Kedokteran EGC.
pada Pasien Cedera Otak
Traumatik Ringan – Sedang. Dunn, LT. 2002. Raised Intracranial
Jurnal Anastesi Perioperatif. Pressure. Journal of Neurology,
Neurosurgery, and Psychiatry,
Bisri, D. 2013. Manitol untuk Hipertensi Vol. 73, Suplement 1,123-127.
Intrakranial pada Cedera otak
Traumatik: Apakah Masih Guyton, A. dan J.E. Hall. 2010. Guyton
Diperlukan? Jurnal and Hall Textbook of Medical
Neuroanastesia Indinesia. Physiology. 12th Ed.
Philadelphia. Elsevier.
Brandis K. 2007. Infusion of Hypertonic Terjemahan M Widjajakusumah
Mannitol Solution. dan A Tanzil, 2018. Guyton dan
www.anaestthesiaMCQ.com/ Hall Buku Ajar Fisiologi
Fluid Physiology.html diakses Kedokteran. Edisi keduabelas.
pada sabtu 12 september 2018. Elsevier. Singapura.

Critchley, G., Memon, A. 2009. Head Guyton, A. dan J.E. Hall. 2012. The Body
Injury In A Multidiciplinary Fluids and Kidney. In: Textbook
Approach. Epidemiology Of Head of Medical Physiology. 9th ed.
Injury. New York: Cambridge Philadelphia: Elsevier Saunders.
University Press.
Hasibuan, Zainal A.2007, Metodologi
Dahlan, Muhamad Sopiyudin. 2014. Penelitian pada Bidang Ilmu
Statistik Untuk Kedokteran dan Komputer dan Teknologi
Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, Informasi: Konsep,Teknik dan
dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi. Jakarta: Fakultas Ilmu
Aplikasi dengan Menggunakan Komputer Universitas Indonesia.
SPSS Edisi 6. Jakarta:
Epidemiologi Indonesia. Hickey. 2002. Intracranial Hypertension:
Theory and Management of
Damayanti, M, Ketut Sinardja, Nyoman Increased Intracranial Pressure.
Golden. 2013. Pemberian Salin The Clinical Pactice of
Hipertonik 3% Selama Neurological and
Kraniotomi pada Pasien Neursosurgical Nursing. 5th ed.
dengan Cedera Otak Lippincott William & Wilkins,
Traumatik Memberikan Relaksasi Philadelphia. 235-285.
Otak yang Lebih Baik
Dibandingkan dengan Hisam, M, Sudadi, Sri Rahardjo. 2015.
Manitol 20%. Jurnal Perbandingan Pemberian
Neuroanastesia Indinesia. Manitol 20% Dosis 0.5g/KgBB
dengan Natrium Laktat
Dewanto, George, dkk. 2009. Panduan Hipertonik Dosis 1.5ml/KgBB
Praktis Diagnosis & Tata terhadap Efek Relaksasi Otak
13

pada Pasien Cedera Otak Nursing.International Edition.


Traumatik yang Dilakukan Philadelphia: Mc Graw Hill.
Kraniotomi. jurnal Komplikasi
Anestesi. Mayuni I. G. A. O. 2013. Pelatihan Senam
Lansia Menurunkan Tekanan
Hudak & Gallo. 2010. Critical Care Darah Lansia di Banjar Tuka
Nursing A Holistic Aproach. Dalung. Tesis Universitas
Philadelphia: J-B Lippincott Udayana Denpasar.
Company.

Husna, U dan Dalhar, M. 2017. Muttaqin, Arif. 2012. Pengantar Asuhan


Patifisiologi dan Penatalaksanaan Keperawatan Klien dengan
Edema Cerebri. Neurology Gangguan Sistem
Journal. Kardiovaskular. Jakarta:
Salemba Medika.
Ignativicius & Workman. 2006. Medical
Surgucal Nursing: Critical Nursalam. 2014. Konsep & Penerapan
Thingking For Collaborative Metodologi Penelitian Ilmu
Care. Volume 1,5th edition. Keperawatan. Jakarta : Salemba
Elsevier Saunders.

Jaya Ismail, Widodo Joko, dan Ganda Potter P, & Perry A. 2010. Fundamentals
Idam Jaya. 2017. Perbandingan Of Nursing, 7th Edition.
efek Pemberian Hipertonik Salin (Terjemahan dr. Andrina
Solution 3% dan Manitol 20% Ferderika Nggie dan dr. Marina
pada Pasien Trauma Kepala Albar. Jakarta: EGC.
Sedang. JST Kesehatan, Vol.7.
No.4. 374-380. Rachman Iwan abdul, rahardjo sri, saleh
siti chasnak.2015. Terapi
LeMone P, & Burke K. 2008. Medical Hiperosmolar pada Cedera Otak
Surgical Nursing: Critical Traumatika. Jurnal
Thinking In Client, 4th Edition. Neuroanastesia Indonesia
New Jersey: Persone Prentice
Hall.
Ristanto Riki, Indra Rasjad, Poeranto Sri,
Martin J, M. D., F. A. S. N. 2008. dan Setyorini Ika. 2016. Akurasi
Hypertension Guidelines: Revised Trauma Score Sebagai
Revisiting The JNC 7 Prediktor Mortality Pasien
Recommendations. The Journal Cedera Kepala. Jurnal
Of Lancaster General Hospital Kesehatan Hesti Wira Sakti,
Vol. 3 – No. 3. Vol.4 No.2, 76-90.

Mariannne Chulay, Suzanne M. Burns. Ronny. 2010. Fisiologi Kardiovaskular:


2006. AACN Essentials of Berbasis Masalah Keperawatan.
Critical Care
14

Jakarta: Penerbit Buku Dalam: Ganiswara SG,


Kedokteran EGC. Setiabudy RP,Suyatna FD,
Purwantyastuti, Nafrialdi, Ed.
Farmakologi dan terapi. Jakarta:
Shawkat H. 2012. Manitol: A Review Of Gaya Baru.
Its Clinical Uses, Continuing
Education in Anasthesia Critical Tana Lusianawaty. 2015. Faktor yang
Care and Pain. Volume 12. Berpengaruh pada Lama Rawat
hhtp://doi.org/10.1093/bjaceacc Inap Akibat Cedera pada
p/mkr063. Kelompok Pekerja Usia
Produktif di Indonesia. Buletin
Sherwood, L. 2010. Human Fisisology: Penelitian Sistem Kesehatan-
From Cell to Systems. USA: Vol.19
Yolanda Cossio.
Triantoro yudi. 2018. Makalah Tinjauan
Sigarlaki, HJO. 2006. Karakteristik dan Patofisiologi Cidera Kepala.
faktor Berhubungan Dengan Komite Keperawatan RSUD
Hipertensi di Desa Bocor Mardi Waluyo Kota Blitar.
Kecamatan Bulus Pesantren
Kabupaten Kebumen Jawa Tyani E, Utomo W, Hasneli Y. 2015.
Tengah Tahun 2006. Makara, Efektifitas Relaksasi Otot
Kesehatan, Vol.2 No.10, 78-88. Progresif Terhadap Tekanan
Darah pada Penderita
Sugiyono. M. 2012. Metode Penelitian Hipertensi Esensial. JOM
Kuantitatif, Kualitatif, dan Volume 2.
Kombinasi. Bandung: Alfabeta
Wahyuni, dan Eksanto, D. 2013.
Sukanto, J. 2005. Statistik Teori dan Hubungan Tingkat Pendidikan
Aplikasi. Surabaya: Erlangga. dan Jenis Kelamin dengan
Kejadian Hipertensi di
Supadi. 2012. Pengaruh Elevasi Posisi Kelurahan Jagalan di Wilayah
Kepala pada Klien Storke Kerja puskesmas Pucang sawit
Hemoragi Terhadap Tekana Surakarta. Jurnal Ilmu
Rata-Rata Arterial, Tekanan Keperawatan Indonesia. 1 (1):
Darah, dan Tekanan Intrakranial 79-85.
di Rumah Sakit Margono
Soekarjo Porwokerto.
Kesmasindo, Vol.05, No.02.

Satyanegara. 2014. Ilmu Bedah Saraf


Satyanegara Edisi V. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Sunaryo, R. 2007. Obat yang


Memengaruhi Air dan Elektrolit
15

Anda mungkin juga menyukai