Medis
Stroke adalah gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologik)
akibat adanya sumbatan yang menyebabkan aliran darah tidak sampai ke otak. Secara
sederhana, stroke akut didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai
darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau perdarahan (stroke hemoragik)
(Junaidi, 2011).
Klasifikasi stroke ada 2 yaitu :
Stroke iskemik dan stroke hemorraghe
Iskemik :
Trombotik disebabkan oleh bekuan darah (Trombus) dalam arteri yang menuju ke
otak. Gumpalan menghambat aliran darah ke bagian otak. Gumpalan darah
biasanya terbentuk di arteri yang rusak oleh plak.
Emboli disebabkan oleh bekuan yang terbentuk di tempat lain (biasanya di
jantung) atau arteri. Gumpalan dibawa dalam aliran darah dan memblokir
pembuluh darah yang mengarah ke otak (dipiro, 2016)
Hemorraghe :
Stroke pendarahan dapat disebabkan oleh pendarahan intrakranial atau
subarakinoid.
Pendarahan intrakranial terjadi pada parenkim otak maupun ventrikel tanpa
didahului trauma.
Subarakinoid terjadi di rongga subarakinoid (antara membran arakinoid dan
piameter).
Subject Pasien mengeluhkan tangan dan kaki kiri terasa lemas, gelisah dan pusing
Object Data Klinik Tanggal
Tekanan Darah 22/01 = 180/100 mmHg
01/02 = 185/90 mmHg
Terapi Tanggal
Nicardipin 0,5 mg 01/02
Vitamin K 3x1g 23/01
Kalnex 3x500mg 23/01
Citikolin 3x500mg 21/01-01/02
Manitol 1x200cc (Loading dose) 23/01
Manitol 6x100cc 23/01
Manitol 5x100cc 24/01
Manitol 3x100cc 26/01
Manitol 2x100cc 27/01
Manitol 1x100cc 28/01
ASA/AHA, 2019
Berdasarkan guidline ASA pada pasien ICH yang mengalami SBP antara 150 dan 220
mmHg dan tanpa kontraindikasi terhadap pengobatan akut, penurunan SBP menjadi
140 mmHg aman dan efektif.
Leonardo et al., 2008
Berdasarkan pasien Tn. S pada tanggal 22/01 jika dilihat dari data klinis,
tekanan darah yaitu 180/100 mmHg yang memicu terjadi pendarahan di otak pada
pasien stroke hemorrghe sehingga pada tanggal 23/01 diberikan terapi mannitol 200cc
sebagi terapi loading dose yang berfungsi untuk menaikkan secara cepat konsentrasi
plasma sampai kadar teraupetik dan dilanjutkan dosis maintenance (6x100cc) i.v yang
selama 24 jam pada tanggal 24/01 dosis diturunkan (5x100cc)i.v, tanggal 25/01
(4x100cc)i.v pada tanggal 26/01 (3x100cc)i.v , pada tanggal 27/01 2x100 dan pada
tanggal 28/01 diturunkan menjadi 1x100, menurut jurnal “management of intracranial
hypertension“Manitol dapat membuka penghalang darah di otak yang melewati sawar
darah otak dan menarik cairan ke saraf sistem saraf pusat yang dapat menyebabkan
edema vasogenik. Sehingga untuk menurunkan mannitol diturunkan secara perlahan
untuk mecegah edema otak dan peningkatan intrakranial (leonardo et al., 2008).
Berdasarkan guidline American Stroke Assosiation bahwa Intracerebrral hemorraghe
merupakan penyakit darurat medis. Lebih dari 20% akan mengalami penurunan GCS
(Glasglow Coma Scale) 2 atau lebih.
Penatalaksana terapi stroke hemorrgahe yaitu Terapi untuk mengkontrol tekanan darah
: beta blocker contoh : labetalol, ACE Inhibitor contoh enalpril, captopril) nicardipin.
Monitoring tekanan darah dengan target tekanan darah sistolik <180 mmHg
(Liebeskind et al., 2011).
Berdasarkan jurnal “Systolic blood pressure lowering to 160 mmHg or less using
nicardipine in acute intracerebral hemorrhage”terapi nicardipin intravena dimulai dari
3 jam dari onset gejala dan dilanjutkan 24 jam untuk mencapai dan mempertahankan
target level SBP (Sisotolik Blood Pressure) di bawah 160mmHg dan Diastolik Blood
pressure diatas 120 mmHg. Nicardipin dimulai pada dosis 5 mg/ jam. Jika SBP tidak
berkurang 160mmHg atau kurang setelah 15 menit dosis infus dapat di tingkatkan
2,5mg/ jam dilanjutkan setiap 15 menit sampai nilai maksimum 15mg/jam.
Sebanyak 99 pasien yang diantaranya 34 pasien menggunakan labetalol (34,3%) dan 65
pasien dengan nicardipin (65,7%). Pada pasien stroke intracranial hemorraghe pada
81,8% pasien (n=81) dan pasien dirawat karena AIS (Stroke iskemik) n=18, 15 pasien
AIS. Tingkat infus rata rata pada kelompok labetalol 1,55 mg/min dengan kisaran
0,60mg/menit sampai 5.1 mg/menit total dosis labetalol rata rata 829mg dengan kisaran
70mg-3720mg. Dosis labetalol yang digunakan 0,1mg/menit – 8mg. Menit. Pada
nicardipin infus rata rata 4.45mg/ jam dengan kisaran 1,03mg/jam – 13,8mg/jam total
dosis nicardipin 69mg dengan kisaran 3mg-332mg dosis nicardipin yang digunakan
0,5mg/jam
Khasiat kontrol tekanan darah antara labetalol vs nicardipin secara keseluruhan ada 33
pasien pada kelompok labetalol dan 63 kelompok nicardipin yang mencapai target BP
(Blood pressure). Pada pasien dalam kelompok labetalol terget BP 68.0% dari waktu
67% yang diberi terapi nicardipin. Labetalol mencapai tujuan penurunan BP rata rata
81 menit, nicardipin 56 menit (P=0,162).
Kesimpulan dari jurnal ini yaitu terapi dalam menurunkan SBP pada pasien stroke
antara labetalol dengan nicardipin yang memiliki efek lebih cepat dalam menurunkan
dan aman dan berkhasiat untuk mengatasi pasien stroke yaitu nicardipin.
Pada pasien Tn.s jika dilihat dari data klinis, pada tanggal 01/02 tekanan darah
180/100 mmHg sehingga diberikan nicardipin 5mg/jam dan ditahan tekanan darah
pasien tersebut dalam rentang <160mmHg.
Berdasarkan Literatur MIMS bahawa dosis pemberian citiclon secara intravena pada
gangguan serebrovaskular dapat dimuali dari 500ng-1000mg / hari dan diberikan
selama 3-5 menit
Berdasarkan pasien tn.S mendapatkan terapi citicolin (3x500mg) i.v dari tanggal
21/01 – 01/02 yang diindikasikan sebagai terapi neruoprotektif dalam cedera sistem
saraf pusat
Plan Apoteker menyetujui pemberian terapi mannitol 200cc sebagai loading dose dan
dilanjutkan dosis awitan 1x600cc untuk menurunkan tekanan intrakranial pada pasien
hemorraghe dan apoteker menyetujui pemberian nicardipin pada tanggal 01/02 untuk
menurunkan tekanan darah pasien 180/100 mmHg dan ditahan <160/90 mmHg.
Apoteker menyerankan penggunaan terapi vitamin k (3x1g) i.v dan asam tranexsamat
(3x500mg) i.v tetap dilanjutkan sampai tanggal 01/02.
Apoteker menyetujui pemberian terapi citicolin (3x500mg) i.v yang memiliki efek
neuroprotektif pada pasien stroke hemorraghe.
Monitoring Monitroing ESO : Hiperosmolaritas, hipovalemi dan gagal ginjal
Monitoring TD : Sistolik <160/90mmHg.
Monitoring : Trombosit
2 Problem Sirosis Hepatis Child C
Medis
Subject Penurunan kesadaran, lemas, sulit BAB
Object -
Assesmen
t
Michael et al., 2009
Berdasarkan jurnal “ Management of Hepatic Encephalopathy In the Hospital” tujan
dari pengobatan hepatic encepalopathy yaitu mengidentifikasi dan mengobati faktor
yang menyebabkan HE. Obat obatan yang bekerja untuk mengatasi HE yaitu dengan
mengurangi atau mengeliminasi peningkatan kadar amonia dalam darah. Terapi yang
diberikan adalah antibiotik dan probiotik. Menurut jurnal tersebut laktulose merupakan
terapi utama dalam pengobatan dan pencegahan timbulnya HE, pada pemberian
probiotik mempengerahui flora normal usus sehingga dapat menurunkan produksi
amonia. Efek samping yang dapat terjadi pada pemberian probiotik yaitu diare, perut
kembung dan susah buang angin jika digunakan dalam waktu yang panjang. Terapi
antibiotik dapat menurunkan produksi amonia dengan menekan pertumbuhan bakteri
penghasil amnonia. Selain itu antitbiotik juga memiliki efek antiinflamasi dan down
regulation aktivitase glutaminase.
Laktulose dapat menurunkan ph feses dengan jalan difermentasikan menjadi asam
organik (asam laktat dan asam asetat yang bersifat osmotik laksatif) oleh bakteri
sehingga dapat menghubah NH3 menjadi ion ammonium NH4 yang tidak diabsorsbi
dan dieskresikan dalam feses (Mayo,2014).
Widjic, 2016
Berdasarkan jurnal Hepatic Encephalophaty, tujuan utam dari terapi HE yaitu dapat
menurunkan kadar amomonia yang diabsrobsi dari usus menggunakan laktulosa yang
merupakan disakarida yang tidak dapat diserap dan memiliki efek laksatif untuk
mencegah agar produksi ammonia berkurang (Widjic, 2016).
Chalermartet al., 2016
Berdasarkan jurnal bacterial infection in chirrohsis, terapi first line SBP yaitu
cefotaxime dan ceftriaxone iv berbeda dengan jurnal management of bacterial
infections in cirrhosis terapi first line yaitu cefotaxime (2x2g)i.v atau ceftriaxone
(2x1g) I.v amoxcicilin-clavulanic acid 1.0-0,2g/ 6-8 jam IV
Jean et al.,2010
Berdasarkan jurnal “Amoxicillin-Clavulanic acid therapy of spontaneous bacterial
peritonitis” yaitu kombinasi amoksisilin dan asam asam klavulanat yang dibandingkan
dengan kombinasi lain seperti tikarsilin dan asam klavulanat atau amoksisilin
sulbactam. Terapi dari tikarsilin dan asam klavulanat mirip dengan ampisilin dan
klavulanat yang memiliki khasiat terhadap SBP. Namun, karena sulbaktam kurang
efisien sebagai inhibitor plaktamase dari asam klavulanat, tetapi dapat diberikan
dengan dosis yang lebih tinggi dengan rute intravena. Pada penelitian sulit ditarik
kesimpulan terhadap efek terapi pada ampisilin dan sulbaktam.
Berdasarkan amoxcillin-clavulanic acid versus cefotaxime in the therapy of bacterial
infections in cirrhotic paitents 96 pasien dengan infeksi bakteri SBP 48 pasien diberikan
terapi amoksisilin-klavulanat (3x1)i.v dan 48 pasien diberikan terapi
cefotaxime(4x1)i.v, 10 pasien dikeluarkan dari analisis dan 6 pasien dikeluarkan pada
terapi cefotaxime. Analisis akhir 38 pasien dari kelompok amoxicicilin klavulanat dan
42 pasien dari sefotaxime. Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap efektifitas
dari kedua antibiotik tersebut. Tetapi lebih murah dan amoxcicilin klavulanat jika
dibandingkan dengan cefotaxim dan amoksisilin klavulanat dapat sebagai alternatif
yang efektif ke sefotaksim untuk pengobatan empiris pada infeksi pada sirosis.
Menurut Tabel diatas bahwa BCAAs dapat menstimulasi albumin dan sintesis glikogen
, menghambat produksi ROS, meningkatkan resistensi insulin yang merupakan terapi
pada pasien sirosis. Hal tersebut menunjukka bahwa BCAA memiliki efek
menguntukan pada terapi pasien dengan sirosis hati dengan atau tanpa karsinoma
hepatoseluler (tajiri et al., 2018).
Planning Apoteker setuju pasien melanjutkan pemberian antibiotik klaneksi (3x1g)i.v sebagai
terapi EH karena menurut beberapa guidline dan jurnal serta harga bahwa, terapi first
line SBP salah satunya yaitu amoxcicilin-clavulanic acid 1.0-0,2g/ 6-8 jam iv.
Apoteker menyetujui tetap dilanjutkan pemberian terapi infus Comafusin hepar karena
zat yang terkandung dalam cairan Comafusin Hepar merupakan zat-zat yang
dibutuhkan untuk penderita sirosis hati yang mana memiliki efek sebagai
hepatoprotektor sehingga dapat mencegah kerusakan hati lebih meluas dan pada pasien
tersebut juga mengalami hipoalbumin pada tanggal 25/01 sehingga dengan adanya
comafusion hepar yang memiliki komposisi BCAAs dapat menstimulasi albumin.
3 Problem Trombositopenia
Medis
Subject Lemas
Object Data Lab 21/01 24/01 25/01 26/01 28/01 31/01
PLT 49 60 66 71 54 67
Assesment
Weinstein, R. 2012 Clinical Practice Guide on Red Blood Cell Transfusion. American Society of
Hematology
Berdasarkan jurnal “clinical practice guide on red Blood Cell tranfusion American
saociety hematology” transfusi trombosit dilakukan untuk pencegahan perdarahan
karena trombositopenia kurang dari 10.000 mikroliter.
Perhitungan nilai trombosit :
1 bag 50cc = dapat meningkatkan 30x10 pangkat9
5 bag 50cc = 5 x 30 x 10 pangkat9 = 150 x10 pangkat9
Pada pasien diatas pada tanggal 21/01 nilai trombosit 49 menurut beberapa jurnal
nilai trombosit kurang dari <50 lakukan tranfusi trombsoit, menurut jurnal
Clinical Practice Guide on Red Blood Cell Transfusion. American setiap 1 unit
platelet mengandung 240x10 pangkat 9/L dan dapat meningkatkan 20-40 x10
pangkat 9. Pada pasien Tn.S tanggal 24/01 tranfusi trombosit sebanyak 5 bag 50
cc, setiap 1 bag 15-20 menit. Pada pengecekan data lab tanggal 24/01 nilai
trombosit pasien 60x10 pangkat 9, seharusnya dapat meningkat sebanyak 150x10
pangkat 9 , tidak terjadi peningkatkan yang signifikan disebabkan pasien masih
mengalami pendarahan pada bagian pendarahan pada lobus pariertal dextra.
Planning PTO: kadar trombosit (PLT)
Monitoring reaksi alergi yang dapat ditimbulkan seperti : Febrile non haemolytic
dan urtikaria.
3 Problem GEA
Medis
Subject Diarre 5 kali, feses cair
Object Lemas
Assesment
Berdasarkan Jurnal Gastroenteritirs in Adults bahwa Gastroentertis adalah radang pada
usus kecil atau peningkatan pergerakan usus terjadi 3 kali atau lebih perhari dengan
konsistensi longgar atau berair.
Berdasarkan jurnal “Ranitidine-Associated Sleep Disturbance: Case Report and Review
of H2 Antihistamine-Related Central Nervous System Adverse Effects” Ranitidine
adalah antagonis reseptor H-2 yang biasanya digunakan untuk pengobatan kondisi
gastrointestinal seperti tukak lambung atau penyakit refluks gastroesofegal dan juga
biasanya digunakan untuk off label pada verucca vulgaris. Efek samping umum dari
antihistamin H-2 termasuk gangguan pencernaan (seperti sembelite, diare, mual) sakit
kepala dan ruam kulit namun kerusakan sistem saraf pusat jarang terjadi.
Berdasarkan pasien tn.S pada tanggal 26/01 mengalami diare 5 kali dengan konsistensi
cair, menurut beberapa jurnal diare disebabkan oleh efek samping dari antihistamin H2
ranitidin, pada tanggal 26/01 diberikan terapi pullarex 3x620 mg untuk mengatasi diare
yang disebabkan oleh efek samping obat.
Plan Apoteker menyetujui pemberian terapi pullarex (3x1tab)p.o untu mengatasi diare yang
disebabkan efek samping obat.
Monitoring ESO : nyeri lambung, kembung, mual dan sakit kepala
PTO : Dehidrasi
4 Problem Anemia
Medis
Subject Lemas
Object Data Lab Tanggal
RBC 21/01 = 3.5
25/01 = 3.4
26/01 = 3.6
28/01 = 3.6
31/01 = 4.1
Hgb 21/01 = 10.1
25/01 = 9.2
26/01 = 9.9
28/01 = 10.1
31/01 = 11.2
Hct 21/01 = 32.3
25/01 = 27.9
26/01 = 30.2
28/01 = 30.5
31/01 = 34.1
Assesment Terapi : Mecobalamin (3x500mg) i.v
Berdasarkan jurnal Impact of Hemoglobin Levels and Anemia on Mortality in
Acute Stroke: “Analysis of UK Regional Registry Data“ bukti kuat menunjukkan
bahwa anemia mengalami peningkatan akibat stroke.
Berdasarkan jurnal “tranfusion of red cell” bahwa pasien dengan kardiopulmoner
dan kinerja vaskular yaitu pasien yang memiliki hb dengan nilai 6g/dl atau
<3,7g/dl di indikasikan untuk melaksanakan tranfusi.
4 Problem -
Medis
Subject Nyeri perut dan pusing skala 4
Object -
Assesment Terapi
Omeprazole (2x40mg) i.v
Ranitidin (2x50mg) i.v
Santagesik (3x10) i.v
Berdasarkan Peptic Ulcer Disease isitlah ulkus peptikum mengacu pada cedera
pada saluran pencernaan . ulkus peptikus biasanya terletak pada perut atau
duodenum proksimal, peningkatan asam lambung disebabkan karena faktor
makanan atau stres pikiran.
Berdasarkan jurnal Ranitidine induces inhibiotion adn structural changes in
sucrase yaitu ranitidine adalah golongan antagonis histamin h-2 yang digunakan
untuk mengobati tukak lambung yang disebabkan terjadinya peningkatan asam
lambung.
Berdasarkan terapi profilaks pencegah stress ulcer saat MRS diberikan terapi
omprezole (2x40mg) i.v , ranitidin (3x50mg) i.v dan santagesik (3x1g) i.v.
Plan Apoteker menyetujui pemberian terapi (Omeprazole (2x40mg) i.v sebagai terapi
pencegahan peningkatan asam lambung dan diberikan ranitidin (3x50mg) i.v
sebagai terapi nyeri akibat peningkatan asam lambung dan santagesik (3x1) i.v
Monitoring MESO : Konstipasi, diare
PTO : skala nyeri