Anda di halaman 1dari 15

PORTOFOLIO

PENATALAKSANAAN STROKE NON HEMORAGIK

Disusun Oleh :

dr. LIA WAHYUNINGSIH

Pembimbing :

dr. SAHATA PARHUSIP

dr. SUSY ANDRIATI

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

RSUD AHMAD RIPIN MUARO JAMBI

MARET 2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

Definisi WHO, stroke merupakan menifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik
fokal maupun global (menyeluruh), yang berlangsung dengan cepat, selama lebih dari 24 jam
atau berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab lain selain gangguan vaskuler.
Istilah kuno apopleksia serebri sama maknanya dengan Cerebrovascular Accidents/Attacks
(CVA) dan Stroke.1

Stroke mengenai semua usia, namun sebagian besar kasus dijumpai pada orang-orang
yang berusia di atas 40 tahun. Semakin tua umur, resiko terjangkit stroke semakin besar.
Penyakit ini juga tidak mengenal jenis kelamin. Tetapi, stroke lebih banyak mengenai laki-laki
daripada perempuan. Lalu dari segi warna kulit, orang berkulit berwarna berpeluang terkena
stroke lebih besar daripada orang berkulit putih.2

Stroke adalah penyebab kecacatan nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di
dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting,
dengan 2/3 kasus stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang.3

MenurutOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah
terjangkit stroke pada tahun 2001. Dari jumlah itu 5,5 juta telah meninggal dunia. Penyakit
tekanan darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia.2

Di Amerika Serikat, stroke menempati posisi ketiga sebagai penyakit utama yang
menyebabkan kematian. Posisi di atasnya dipegang penyakit jantung dan kanker. Di negeri
Paman Sam ini, setiap tahun terdapat laporan 700.000 kasus stroke. Sebanyak 500.000
diantaranya kasus serangan pertama, sedangkan 200.000 kasus lainnya berupa stroke berulang.
Sebanyak 75 persen penderita stroke menderita lumpuh dan kehilangan pekerjaan.2

Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker. Sebanyak
28,5 % penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun total.
Hanya 15 % saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan.2

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penatalaksanaan Stroke Non Hemoragik

Waktu merupakan hal terpenting dalam penatalaksanaan stroke non hemoragik yang
diperlukan pengobatan sedini mungkin, karena jeda terapi dari stroke hanya 3-6 jam.
Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan cermat memegang peranan besar dalam menentukan hasil
akhir pengobatan.4

Tindakan di unit gawat darurat untuk stroke akut sebaiknya ditekankan pada hal-hal
berikut:

1. Stabilisasi pasien
2. Pemeriksaan darah, EKG dan rontgen toraks
3. Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan CT Scan kepala atau MRI sesegera mungkin

Pendekatan yang dilakukan di unit gawat darurat sebaiknya singkat dan terfokus pada
hal-hal berikut:

1. Apa saja gejala yang muncul?


2. Kapan gejala tersebut muncul?
3. Bagaimana tanda vital pasien?
4. Apakah pasien mempunyai riwayat hipertensi, diabetes melitus atau penyakit
jantung?

Tindakan yang harus segera dilakukan di unit gawat darurat antara lain :

1. Pemasangan jalur intravena dengan cairan normal salin 0,9% dengan kecepatan 20
ml/jam. Cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% sebaiknya tidak digunakan karena
dapat memperhebat edema serebri.
2. Pemberian oksigen melalui nasal kanul 2-4L/ menit

3
3. Jangan memberikan apapun melalui mulut
4. Pemeriksaan EKG
5. Pemeriksaan rontgen toraks
6. Pemeriksaan darah : Darah perifer lengkap dan hitung trombosit, Kimia darah
(glukosa, ureum, kreatinin dan elektrolit), PT (Prothrombin Time)/PTT (Partial
Thromboplastin time)
7. Pemeriksaan CT Scan kepala tanpa kontras : Pasien dengan kesadaran yang sangat
menurun (stupor/koma) ataupun dengan gagal nafas perlu dipertimbangkan untuk
dilakukan tindakan intubasi sebelum CT Scan.

2.1.1 Prinsip Penatalaksanaan Stroke Non Hemoragik

a. Memulihkan iskemik akut yang sedang berlangsung (3-6 jam pertama)


menggunakan trombolisis dengan rt-PA (recombinan tissue-plasminogen
activator). Ini hanya boleh di berikan dengan waktu onset <3 jam dan hasil CT
scan normal, tetapi obat ini sangat mahal dan hanya dapat di lakukan di rumah
sakit yang fasilitasnya lengkap.

b. Mencegah perburukan neurologis dengan jeda waktu sampai 72 jam. Progresivitas


stroke terjadi pada 20-40 % pasien stroke iskemik yang dirawat, dengan risiko
terbesar dalam 24 jam pertama sejak onset gejala. Perburukan klinis dapat
disebabkan oleh salah satu mekanisme berikut ini:

i. Edema yang progresif dan pembengkakan akibat infark

Masalah ini umumnya terjadi pada infark luas. Edema otak umumnya
mencapai puncaknya pada hari ke-3 sampai hari ke-5 setelah onset stroke
dan jarang menimbulkan masalah dalam 24 jam pertama. Terapi dengan
manitol bermanfaat, hindari cairan hipotonik. Steroid tidak efektif.

ii. Ekstensi teritori infark

Ini dapat disebabkan oleh trombosis yang progresif dalam sebuah


pembuluh darah yang tersumbat (misalnya infark batang otak yang
progresif pada seorang pasien dengan trombosis arteri basilaris) atau

4
kegagalan difusi distal yang berhubungan dengan stenosis atau oklusi
yang lebih proksimal (misalnya : perluasan infark zona perbatasan internal
pada seorang pasien dengan oklusi arteri karotis interna). Heparin dapat
mencegah trombosis yang progresif dan optimalisasi status volume dan
tekanan darah yang dapat menyerupai kegagalan perfusi.

iii. Konversi hemoragis

Masalah ini diketahui dari hasil radiologis tetapi jarang menimbulkan


gejala klinis. Tiga faktor risiko utama adalah usia lanjut, ukuran infark
yang besar, dan hipertensi akut. Jangan memberikan antikoagulan pada
pasien dengan risiko tinggi selama 48-72 jam pertama setelah onset stroke.
Bila ada hipertensi berat obati pasien dengan obat antihipertensi.

c. Mencegah stroke berulang dini (dalam 30 hari sejak onset gejala stroke)

Sekitar 5% pasien yang dirawat dengan stroke iskemik mengalami serangan


stroke kedua dalam 30 hari pertama. Resiko ini paling tinggi (lebih besar dari
10%) pada pasien dengan stenosis karotis yang berat dan kardioemboli serta
paling rendah 1% pada pasien dengan infark lakuner. Terapi dini dengan heparin
dapat mengurangi risiko stroke berulang dini pada pasien dengan kardioemboli.

2.1.2 Protokol Penatalaksanaan Stroke Non Hemoragik Akut

a. Pertimbangan rt-PA intravena 0,9 mg/kgBB (dosis maksimum 90 mg) 10% di


berikan bolus intravena sisanya diberikan per drip dalam waktu 1 jam jika onset
di pastikan <3 jam dan hasil CT scan tidak memperlihatkan infrak yang luas.

b. Pemantauan irama jantung untuk pasien dengan aritmia jantung atau iskemia
miokard, bila terdapat fibrilasi atrium respons cepat maka dapat diberikan
digoksin 0,125-0,5 mg intravena atau verapamil 5-10 mg intravena atau
amiodaron 200 mg drips dalam 12 jam.

c. Tekanan darah yang tinggi pada stroke iskemik tidak boleh terlalu cepat
diturunkan.Akibat penurunan tekanan darah yang terlalu agresif pada stroke

5
iskemik akut dapat memperluas infark dan perburukan neurologis. Aliran darah
yang meningkat akibat tekanan perfusi otak yang meningkat ‘bermanfaat bagi
daerah otak yang mendapat perfusi marginal (Penumbra Iskemik). Tetapi, tekanan
darah yang terlalu tinggi, dapat menimbulkan infark hemoragik dan memperhebat
edema serebri. Oleh sebab itu, pedoman untuk penatalaksanaan hipertensi pada
stroke iskemik akut adalah bila terdapat salah satu hal berikut :

i. Hipertensi diobati jika terdapat kegawat daruratan hipertensi neurologis


seperti, iskemia miokard akut, edema paru kardiogenik, hipertensi maligna
(retinopati), nefropati hipertensif, diseksi aorta.

ii. Hipertensi diobati jika tekanan darah sangat tinggi pada tiga kali
pengukuran selang 15 menit dimana sistolik >220 mmHg, diastolik >120
mmHg, tekanan arteri rata-rata >140 mmHg.

iii. Pasien adalah kandidat trombolisis intravena dengan rt-PA dimana


tekanan darah sistolik >180 mmHg dan diastolik >110 mmHg.

Dengan obat-obat antihipertensi golongan penyekat alfa beta (labetolol), penghambat


ACE (kaptopril atau sejenisnya) atau antagonis kalsium yang bekerja perifer (nifedipin
atau sejenisnya) penurunan tekanan darah pada stroke iskemik akut hanya boleh
maksimal 20 % dari tekanan darah sebelumnya. Nifedipin sublingual harus diberikan
dengan hati-hati dan dengan pemantauan tekanan darah ketat setiap 15 menit atau dengan
alat monitor kontinus sebab dapat terjadi penurunan tekanan darah secara drastis. Oleh
sebab itu, sebaiknya dimulai dengan dosis 5 mg sublingual dan dapat dinaikkan menjadi
10 mg tergantung respons sebelumnya.

Pada tekanan darah yang sulit diturunkan dengan obat diatas atau bila diastolik > 140
mmHg secara persisten maka harus diberikan natrium nitroprusid intravena, 50 mg/250
ml dekstrosa 5% dalam air (200 mg/ml) dengan kecepatan 3 ml/jam (10 mg/menit) dan
dititrasi sampai tekanan darah yang diinginkan. Alternatif lain dapat diberikan
nitrogliserin drips 10-20 ug/menit.

6
Tekanan darah yang rendah pada stroke akut adalah tidak lazim. Bila dijumpai maka
tekanan darah harus dinaikkan dengan dopamine atau dobutamin drips serta mengobati
penyebab yang mendasarinya.

d. Pertimbangan observasi di unit rawat intensif pada pasien dengan tanda klinis
atau radiologis adanya infark hemisfer atau serebelum yang massif, kesadaran
menurun, gangguan pernafasan, atau stroke dalam evaluasi.

e. Pertimbangkan konsul ke bedah sarafuntuk dekompresi pada pasien dengan infark


serebelum yang luas.

f. Pertimbangkan MRI (Magnetic Resonance Imaging)pada pasien dengan stroke


vetebrobasiler atau sirkulasi posterior atau infrak yang tidak nyata pada CT scan.

g. Pertimbangkan pemberian heparin intravena di mulai dosis 800 unit/jam, 20.000


unit dalam 500 ml salin normal dengan kecepatan 20 ml/jam, sampai masa
tromboplastin parsial mendekati 1,5 kontrol pada kondisi:

i. Kemungkinan besar stroke kardioemboli


ii. Iskemia otak sepintas (TIA) atau infark karena stenosis arteri karotis
iii. Stroke dalam evolusi
iv. Diseksi arteri
v. Trombosis sinus dura

Heparin merupakan kontraindikasi relatif pada pasien dengan infark luas yang
berhubungan dengan efek massa atau konversi/transformasi hemoragik.

Pasien stroke dengan infark miokard baru, fibrilasi atrium, penyakit katup jantung
atau trombus intrakardia harus diberi antikoagulan oral (warfarin) minimal 1
tahun dengan mempertahankan masa protrombin 1,5-2,5 kali kontrol / INR 2-3.

7
Perawatan umum untuk mempertahankan kenyamanan dan jalan nafas yang adekuat
sangatlah penting. Pastikan pasien bisa menelan dengan aman dan jaga pasien agar tetap
mendapat hidrasi dan nutrisi. Menelan harus dinilai (perhatikan saat pasien mencoba untuk
minum)dan jika terdapat kesulitan, cairan harus di berikan melalui selang lambung (NGT) atau
intravena. Beberapa obat telah terbukti bermanfaat untuk pengobatan penyakit serebrovaskular,
obat-obatan ini dapat dikelompokkan atas tiga kelompok yaitu obat anti koagulan, anti platelet
(penghambat trombosit) dan trombolitika:5

1. Anti Koagulan

Obat yang dapat mencegah terjadinya gumpalan darah dan embolisasi thrombus.
Antikoagulansia masih sering digunakan pada penderita stroke dengan kelainan jantung yang
dapat menimbulkan embolus.

Fungsi Antikoagulan yaitu : Antikoagulan digunakan untuk mencegah perluasan trombus


yang menyebabkan bertambahnya defisit neurologik dan untuk mencegah kambuhnya
episode gangguan serebrovaskular.

Obat yang termasuk golongan ini yaitu : heparin dan warfarin.

a. Heparin

Bereaksi dengan thromboplastin dan membentuk persenyawaan komplek anti


thromboplastin yang menghalangi terbentuknya thrombin dari prothrombin.

Pemberian heparin pada stroke iskemik akut masih dalam perdebatan para ahli.
Walaupun heparin mampu mencegah stroke berikutnya tetapi efek perdarahan
intrakranial meningkat sehingga tidak direkomendasikan pada periode akut serangan
stroke.

Dosis : untuk profilaksis trombosis 5000 IU secara subkutan diberikan selama 8-


12jam/hari.

8
Mekanisme kerja heparin :

1. Terhambatnya koagulasi oleh karena meningkatnya kerja anti trombinserin protease


faktor pembekuan (Iia, Xa, XIIa, Xia dan IXa)

2. Berkurangnya agregasi trombosit

3. Permeabilitas vaskular yang meningkat

4. Pelepasan lipase lipoprotein ke dalam plasma

Kontra indikasi : hemofilia, trombositopenia, perdarahan serebral, tukak lambung, gagal


ginjal dan hipersensitivitas terhadap heparin.

Efek samping : sakit kepala, pendarahan pada gusi, sakit perut, mimisan, darah pada urin.

b. Warfarin

Warfarin adalah antikoagulan oral yang mempengaruhi sintesa vitamin K yang berperan
dalam pembekuan darah sehingga terjadi deplesi faktor II, VII IX dan X.

Merupakan antikoagulan yang efektif mencegah stroke pada pasien dengan atrial
fibrilasi.

Warfarin juga digunakan untuk terapi sekunder mencegah stroke kardioemboli.

Warfarin diberikan sampai tercapai target INR (International Normalized Ratio) = 2,5
(2,0-3,0) dengan dosis pemeliharaan 5 mg/hari.

Monitor harus dilakukan karena resiko perdarahan. INR dievaluasi setiap 2 hari,
kemudian 2-3 x seminggu, kemudian 1-2 minggu sekali.

Dosis : dosis inisial dimulai dengan 2-5mg/hari dan dosis pemeliharaan 2-10mg/ hari.

Eek samping : perdarahan dari organ, nekrosis kulit, alopesia, urtikaria, dermatitis, mual,
diare, kram perut, hipersensitivitas.

9
2. Anti Platelet

Obat yang dapat menghambat agregasi trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya


pembentukan trombus yang terutama sering ditemukan pada sistem arteri.

Obat yang termasuk golongan ini adalah aspirin, dipiridamol, tiklopidin, idobufen,
epoprostenol, clopidogrel.

a. Aspirin

Aspirin bekerja sebagai anti platelet dengan menghambat secara irreversibel


siklooksigenase sehingga mencegah konversi asam arakhidonat menjadi tromboxan A2
yang merupakan vasokonstriktor kuat dan stimulator agregasi platelet.

Aspirin juga menghambat aktifitas prostasiklin (PGI2) pada otot polos dinding vaskular.

Dosis : penggunaan aspirin dengan loading dose 325mg dan dilanjutkan dengan dosis 75-
100mg/hari dalam 24-48 jam setelah gejala stroke.

Efek samping : rasa tidak enak pada gastrointestinal, perdarahan dan alergi.

b. Dipiridamol

Digunakan sebagai terapi tambahan atau kombinasi dengan aspirin dalam bentuk
extended release

Dipiridamol bekerja dengan menghambat agregasi platelet pada dosis tinggi, dengan
menghambat fosfodiesterase yang menyebabkan akumulasi cyclic adenosine
monophosphate (cAMP) dan cyclic guanosine monophosphate (cGMP) intrasel, yang
mencegah aktivasi platelet.

Dipiridamol juga menaikkan potensial antitrombotik dinding vaskular.

Dosis : oral 300-600mg sehari dalam 3-4 dosis terbagi sebelum makan.

Efek samping : yang kadang menyebabkan obat harus dihentikan adalah efek pada
gastrointestinal dan sakit kepala (AHFS, 2005; Fagan et al., 2005).

10
c. Tiklopidin

Tiklopidin adalah produk tienopiridin, Cara kerjanya menghambat jalan adenosin difosfat
(ADP) pada agregasi platelet dan menghambat faktor-faktor yang diketahui merupakan
stimuli agregasi platelet, Efek ini menyebabkan perubahan membran platelet dan
interaksi membran-fibrinogenik menyebabkan penghambatan reseptor platelet
glikoprotein IIb/IIIa.

Dosis : 250mg 2 x sehari dapat digunakan sebagai alternatif antiplatelet pada pasien yang
mengalami intoleransi aspirin.

Efek samping :menekan sumsum tulang yang menyebabkan neutropenia, rash, diare, dan
kenaikan serum kolesterol.

d. Clopidogrel

Merupakan obat yang berfungsi untuk mencegah trombosit (platelet) saling menempel
yang beresiko membentuk gumpalan darah.

Dosis : 75mg oral 1x sehari sebelum atau sesudah makan.

Indikasi : aterosklersis, stroke, angina stabil dan unstable, atrial fibrilasi

Kontraindikasi : pendarahan aktif seperti pada tukak lambung dan pendarahan


intrakranial.

Efek samping : mimisan, sakit kepala, batuk darah, konstipasi atau diare dan rash

Mekanisme kerja obat : clopidogrel bekerja secara selektif menghambat adenosin difosfat
(ADP) untuk mengikat reseptor platelet P2Y12 yang berperan penting dalam agregasi
platelet dan pengikatan oleh protein fibrin. Senyawa ini juga mengaktivasi glikoprotein
komplek GPIIb/IIIa yang merupakan reseptor besar dari fibrinogen sehingga agregasi
trombosit dapat dikurangi.

Clopidrogel memerlukan biotransformasi oleh hati menjadi metabolit aktif menggunakan


enzim sitokrom P450 3A4 (CYP3A4).

11
3. Trombolitik

Pemberian trombolitik merupakan terapi pilihan pada pasien dengan stroke iskemik akut.
Terapi ini hanya boleh diberikan dalam waktu 3 jam dari awal munculnya gejala stroke,
jika lebih dari itu dapat menyebabkan perdarahan otak. Obat trombolitik yang digunakan
adalah rt-PA (recombinant tisue plasminogen activator) seperti alteplase.

Indikasi penggunaan terapi trombolitik yaitu :

1. Tanda dan gejala klinik dengan stroke iskemik akut


2. Onset gejala stroke tidak lebih dari 3 jam
3. Defisit fungsi neurologis yang jelas
4. Usia >18 tahun

Kontraindikasi pemberian terapi trombolitik yaitu :

1. Trauma kepala berat 3 bulan terakhir


2. Adanya gejala yang menunjukkan kemungkinan perdarahan subarachnoid
3. CT-Scan menunjukkan adanya perdarahan di otak
4. Riwayat perdarahan intrakranial
5. Tumor otak
6. Perdarahan internal yang aktif
7. Tekanan darah sistolik >185 mmHg dan diastolik >110 mmHg
8. Pasien menggunakan obat-obat anti koagulan (INR >1,7 dan PT> 15detik)
9. Trombosit <100.000/ mm3
10. Perdarahan gastrointestinal dan hematuria

Obat yang termasuk golongan ini adalah streptokinase, alteplase, urokinase, dan reteplase.

a. Alteplase
Indikasi : terapi trombolitik pada infark miokard akut, embolisme paru, dan stroke
iskemik akut. Terapi harus dilakukan selama 3 jam setelah terjadinya onset gejala dan
dipastikan tidak mengalami perdarahan intrakranial dengan CT-Scan.
Kontraindikasi : Pasien yang mengalami resiko tinggi perdarahan, pasien yang
menerima antikoagulan oral (warfarin), perdarahan retinopati, neoplasma intrakranial.

12
Dosis : Alteplase diberikan dengan dosis 0,9mg/kgbb (dosis maksimal 90 mg), 10%
pertama diberikan secara bolus IV, sisanya diberikan melalui infus selama 1 jam.
Pemasukan dosis 0,09mg/kgbb (10% dari dosis 0,9mg/kgbb) secara bolus intravena
selama 1 menit diikuti dengan 0,81mg/kgbb (90% dari dosis 0,9mg/kgbb) sebagai
lanjutan infus selama 60 menit.

b. Reteplase
Indikasi : infark miokard akut
Dosis : injeksi intravena 10 unit diberikan selama maksimal 2 menit, diikuti dengan
dosis 10 unit setelah 30 menit.

c. Streptokinase
Indikasi : trombosis vena dalam, embolisme paru, tromboemboli arterial akut, infark
miokard akut.
Dosis : pada trombosis vena dalam, embolisme paru, tromboemboli arterial akut
diberikan infus intravena 250.000 unit selama 30 menit kemudian 100.000 unit setiap
jam selama sampai dengan 24-72 jam. Pada kondisi infark miokard 1.500.000 unit
selama 60 menit.

d. Urokinase
Indikasi : trombosis lintas srteri-vena dan kanula intravena, trombolisis pada mata,
trombosis vena dalam, embolisme paru, oklusi vaskular perifer.
Dosis : infus intravena 4400 unit/kgbb selama 10 menit,, kemudian 4400 unit/kgbb/jam
selama 12 jam pada embolisme paru atau 12-24 jam pada trombosis vena dalam.

13
BAB III

KESIMPULAN

Stroke non hemoragik didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik yang berkembang
oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih pada umumnya terjadi akibat
berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan kecacatan atau kematian.

Stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh emboli ekstrakranial atau trombosis
intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran
serebral.

Waktu merupakan hal terpenting dalam penatalaksanaan stroke non hemoragik yang
diperlukan pengobatan sedini mungkin, karena jeda terapi dari stroke hanya 3-6 jam.
Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan cermat memegang peranan besar dalam menentukan hasil
akhir pengobatan.

Perawatan umum untuk mempertahankan kenyamanan dan jalan nafas yang adekuat
sangatlah penting. Pastikan pasien bisa menelan dengan aman dan jaga pasien agar tetap
mendapat hidrasi dan nutrisi.Menelan harus dinilai (perhatikan saat pasien mencoba untuk
minum) dan jika terdapat kesulitan, cairan harus di berikan melalui selang lambung (NGT) atau
intravena.

Prinsip penatalaksanaan stroke non hemoragik antara lain memulihkan iskemik akut yang
sedang berlangsung (3-6 jam pertama) menggunakan trombolisis dengan rt-PA (recombinan
tissue-plasminogen activator). Ini hanya boleh di berikan dengan waktu onset <3 jam dan hasil
CT scan normal, tetapi obat ini sangat mahal dan hanya dapat di lakukan di rumah sakit yang
fasilitasnya lengkap, mencegah perburukan neurologis dengan jeda waktu sampai 72 jam dan
mencegah stroke berulang dini dalam 30 hari sejak onset gejala stroke terapi dengan heparin.

Beberapa obat telah terbukti bermanfaat untuk pengobatan penyakit serebrovaskular,


obat-obatan ini dapat dikelompokkan atas tiga kelompok yaitu obat antikoagulansia, penghambat
trombosit dan obat trombolitik.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. Gambaran umum tentang gangguan


peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology cetakan keenameditor Harsono.
Yogyakarta: Gadjah Mada university press, 2007; hal: 81-115.

2. Sutrisno, Alfred. Stroke? You Must Know Before you Get It!. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2007; hal: 1-13

3. Feigin, Valery. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan


Stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2006.

4. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, editor. Kapita selekta


kedokteran fkui jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius, 2000; hal. 17-18.

5. Rubenstein D, Waine D & Bradley J. Kedokteran Klinis Edisi Ke 6. Jakarta: Penerbit


Erlangga, 2005; hal. 98-99.

15

Anda mungkin juga menyukai