ABSTRAK
Latar belakang: Perdarahan subarakhnoid adalah kasus neurologis yang berbahaya dengan
onset mendadak dan seringkali tanpa peringatan. Sekitar separuh pasien meninggal sebelum tiba di
rumah sakit. Kasus: Seorang laki-laki, 47 tahun, dibawa ke UGD dengan keluhan tidak sadarkan diri
yang diawali nyeri kepala tiba-tiba saat beraktifitas dan disertai muntah 30 menit sebelum masuk
rumah sakit. Intensitas nyeri sedang hingga berat, seperti tertekan, dirasakan di seluruh area kepala.
Pemeriksaan fisik didapat peningkatan tekanan darah dan kaku kuduk. Tidak ada defisit neurologis
lainnya. Hasil pemeriksaan CT-Scan kepala tanpa kontras menunjukkan perdarahan subarakhnoid
luas dan hasil CT Angiografi kepala dengan kontras didapatkan aneurisma sakular pada aspek
lateral supraclinoid kiri kesan rupture. Pasien didiagnosis perdarahan subarakhnoid et causa
rupture aneurisma intracranial. Pasien mendapat terapi untuk mengontrol tekanan intra kranial dan
tekanan darah, pencegahan vasospasme, pengawasan komplikasi lainnya seperti hidrosefalus. Untuk
mencegah perdarahan berulang, pasien direncanakan tindakan endovaskular coiling. Kesimpulan:
Nyeri kepala hebat mendadak yang belum pernah dirasakan sebelumnya adalah gejala tersering
pada perdarahan subarakhnoid. Penyebab tersering perdarahan subarakhnoid adalah ruptur
aneurisma intrakranial. Konfirmasi diagnosis terutama melalui pencitraan saraf. Tatalaksana
terutama bertujuan mencegah perdarahan berulang dan komplikasi lainnya.
Kata Kunci: Perdarahan Subaraknoid, Aneurisma, Nyeri Kepala.
ABSTRACT
Background: Subarachnoid hemorrhage is a dangerous neurologic event having sudden
onset and frequently without any premonitory warning. About half of patients die before reach a
hospital. Case: A 47-years old man admitted to emergency room with lost of consciousness that
started with sudden headache during activity and accompanied with vomiting, 30 minutes before
hospital admission. Headache pain intensity from moderate to severe, felt pressure throughout the
head. Physical examination showed high blood pressure and nuchal rigidity. There were no other
neurological deficits. On head CT-Scan without contrast showed massive subarachnoid hemorrhage
and head CT Angiography with contrast showed ruptured saccular aneurysm on left supraclinoid
lateral. Patient diagnosed with subarachnoid hemorrhage et causa ruptured intracranial aneurysm.
Patient was treated to control intracranial pressure and blood pressure, prevent vasospasm, and
monitoring other complication such as hydrocephalus. To prevent rebleeding, patient was planned
through endovascular coiling. Conclusion: Sudden onset severe headache unlike anything have
been experienced is the most frequent symptom of subarachnoid hemorrhage. The major cause of
subarachnoid hemorrhage is ruptured intracranial aneurysm. The diagnosis is mainly confirmed by
neuroimaging. Treatment is primarly to prevent rebleeding and other complications.
479
araknoid dan pial. Prevalensi PSA diri yang diawali dengan keluhan nyeri
mencapai 5% dari semua kejadian stroke kepala tiba-tiba saat beraktifitas dan
dalam 30 tahun terakhir. PSA nontrauma rumah sakit. Saat kesadaran pulih, sehari
paling sering disebabkan oleh ruptur setelah masuk rumah sakit, pasien kembali
aneurisma intrakranial, yaitu sekitar 85% mengeluhkan nyeri kepala, intensitas nyeri
dari kejadian PSA. Penyebab PSA lainnya sedang hingga berat, seperti tertekan,
thrombosis vena, diseksi arteri, tumor, berputar, wajah perot, suara pelo, gangguan
hipertensi, dan obat-obatan (Hidayat dkk, menelan, gangguan buang air besar dan
2017). Di Amerika selatan 28.000 pasien buang air kecil, demam, kejang, kelemahan
per tahun mengalami ruptur aneurisma, dan kesemutan pada sisi tubuh disangkal.
sekitar setengahnya meninggal sebelum Riwayat trauma atau benturan pada kepala
mengalami kematian dalam satu bulan Riwayat pingsan dan nyeri kepala
adalah serangan neurologis yang berbahaya penyakit tekanan darah tinggi ada sejak
dengan onset mendadak dan seringkali lama, namun pasien tidak rutin kontrol dan
tanpa peringatan (Schirmer & David, minum obat. Riwayat stroke, penyakit
2012). Oleh karena itu, diagnosis dan kencing manis, penyakit kolesterol tinggi,
480
60x/menit, laju pernapasan 20x/menit, suhu sisterna kiri, dan edema serebri (gambar 1).
36oC, saturasi oksigen 99% dengan oksigen Setelah dilakukan CT Angiografi (CTA)
nasal kanul 3 lpm. Pemeriksaan fisik umum kepala dengan kontras didapatkan
neurologis didapatkan tanda rangsang supraclinoid kiri kesan rupture (gambar 2).
meningeal kaku kuduk positif. Pupil bulat Jadi diagnosis akhir pasien yaitu
langsung dan tidak langsung mata kanan aneurisma intracranial dan diagnosis
481
mg/12 jam. Untuk pencegahan perdarahan percabangan pertama arteri serebral media,
terapi dengan tekhnik endovaskular coiling. & David, 2012). Lokasi aneurisma pada
nontrauma paling sering disebabkan oleh faktor risiko didapat seperti merokok,
dan sisanya 15% pada sirkulasi posterior. adventisia serta jaringan fibrohialin
adalah yang tersering, diikuti bifurkasi (Hidayat, dkk, 2017; Wulandari, Sampe, &
482
Hunaifi, 2021; Ropper, Samuels, & Klein, pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan
darah. Faktor yang berhubungan dengan kesadaran dan kaku kuduk cukup
peningkatan tekanan darah, antara lain mengarahkan diagnosis pada PSA. Nyeri
aktifitas fisik berat, aktifitas fisik sedang kepala pada PSA biasanya muncul
merokok 3 jam sebelum onset PSA, menit menimbulkan sensasi kilatan atau
konsumsi alkohol lebih dari 5 unit, dan kepala seperti dibenturkan (thunderclap
stress fisik atau psikologis. Namun headache) dan digambarkan juga sebagai
perdarahan seringkali terjadi saat aktivititas “the worst headache of my life”. Keluhan
sehari-hari (Hidayat, dkk, 2017; Ropper, lainnya yaitu muntah, fotofobia, demam
Samuels, & Klein, 2004). yang biasanya terjadi 2-3 hari pertama atau
Penegakan diagnosis PSA kejang. Lebih dari 50% kasus PSA disertai
483
Gambar 3. Lokasi tipikal aneurisma serebri
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan kaku dapat digunakan untuk mendeteksi aneurisma
tekanan darah, dan defisit neurologis fokal Hunaifi, 2021; Ropper, Samuels, & Klein,
(Hidayat, dkk., 2017; Wulandari, Sampe, & 2004). Apabila pada CTA/MRA tidak
PSA. Computed Tomography (CT)-scan tanpa Digre, 2016). Algoritma pada gambar.4 dapat
kontras merupakan tahap diagnosis pertama, digunakan untuk diagnosis PSA (Marcolini &
pertama setelah onset (Szeder, Tateshima, & Pada PSA skor Hunt and Hess (Tabel 1)
klinis PSA sangat tinggi, maka dapat dilakukan menentukan derajat keparahan pasien. Pasien ini
pemeriksaan pungsi lumbal. Penemuan sel darah skor Hunt and Hess 2 dan skor WFNS 1 dengan
merah (2.000x106 pada tabung terakhir) prognosis cukup baik sehingga perlu dilakukan
dan/atau xantokromia pada cairan serebrospinal tatalaksana yang tepat agar pasien hasil luaran
menunjukkan adanya PSA. Untuk mendeteksi pasien baik (Hidayat, dkk., 2017; Marcolini &
484
Gambar 4. Algoritma diagnosis PSA pada pasien dengan nyeri kepala berat onset mendadak
Pada akhirnya tatalaksana PSA terutama coiling atau operasi clipping. Secara umum
bertujuan mencegah perdarahan berulang dan tekhnik coiling adalah pilihan pertama. Jika
mengeradikasi penyebab perdarahan. Metode terapi coiling maupun clipping belum dapat
yang digunakan yaitu tekhnik endovaskular dilakukan, pasien PSA dapat diberikan
485
antifibrinolitik seperti asam aminokaproat. clipping (Adrianto, Sani, & Susilo, 2016).
manfaatnya (Hidayat, dkk., 2017; Schirmer & clipping juga mengalami perkembangan dan
David, 2012; Wulandari, Sampe & Hunaifi, keamanan. Operasi clipping dilaporkan dapat
2021; Marcolini & Hine, 2019). mengoklusi komplit aneurisma hingga 90-95%
Indikasi secara umum prosedur coiling dengan risiko morbiditas dan mortalitas setelah
adalah PSA yang disebabkan ruptur aneurisma; satu tahun yaitu 9,8% dan 2,3%. Risiko
dengan kriteria rasio dome-neck ≥ 2; tergolong endovaslukar coiling setelah satu tahun lebih
pasien risiko tinggi operasi yaitu usia tua dan rendah yaitu 6,4% dan 3,1%. Oklusi aneurisma
ada penyulit; aneurisma sirkulasi posterior; dan pada coiling sekitar 86,1% dengan rekurensi
aneurisma arteri karotis interna segmen 24,4% dan pada sekitar 9,1% pasien
kavernosa. Kontraindikasi relatif prosedur membutuhkan terapi ulangan. Pada pasien yang
coiling antara lain anatomi vaskuler sulit seperti dapat dilakukan tekhnik endovascular coiling
pembuluh darah berkelok tajam (tortuous), maupun operasi clipping, maka prosedur
penyakit aterosklerosis yang jelas atau endovascular lebih diutamakan. Oleh karena itu
abnormalitas lain yang mempengaruhi akses pasien direncakan tindakan coiling (Szeder,
arterial misal stenosis signifikan pada bifurkasio Tateshima & Duckwiler, 2016; Adrianto, Sani,
leher lebar; giant aneurysm; ruptur aneurisma serangan neurologis yang berbahaya dengan
dengan kondisi pasien yang stabil, usia muda; onset mendadak. PSA nontrauma paling sering
dan aneurisma dengan gejala neurologis terkait disebabkan oleh rupture aneurisma intracranial.
efek massa. Pasien usia tua dan aneurisma pada Nyeri kepala hebat mendadak yang belum
sirkulasi posterior adalah kontraindikasi operasi pernah dirasakan sebelumnya adalah gejala
486
tersering pada perdarahan subarakhnoid. Neurologi. Departemen Neurologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia RSCM.
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, Jakarta. Hlm. 527-544
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Schirmer, CM., & David, CA. 2012.
Subarachnoid Hemorrhage. Dalam: Netter’s
Konfirmasi diagnosis terutama melalui Neurology 2nd Edition. Elsevier. Philadelpia.
Hlm. 526-537
pencitraan neuro. Penegakan diagnosis pada
Wulandari, DA., Sampe, E., Hunaifi, I. 2021.
pasien ini telah dilakukan sesuai dengan hasil Perdarahan Subarakhnoid. Jurnal Kedokteran
2021, 10(1): 338-346 ISSN 2301-5977, 3-ISSN
temuan klinis dan pemeriksaan penunjang yang 2527-7154
http://jku.unram.ac.id/article/view/437/312
tepat.
Ropper, AH., Samuels, MA., & Klein, JP. 2004.
Tatalaksana PSA meliputi tatalaksana Adams and Victor’s Principles of Neurology
10th Ed. Mc Graw Hill. New York. Hlm. 844-
umum dan tatalaksana terkait komplikasi. 852
Tatalaksana terutama bertujuan mengeradikasi Szeder, V., Tateshima, S., & Duckwiler, GR.
2016. Intracranial Aneurysms and Subarachnoid
penyebab perdarahan dan pencegahan Hemorrhage. Dalam: Bradley’s Neurology in
Clinical Practice 7th Edition. Elsevier. Hlm. 983-
komplikasi. Pada akhirnya pasien ini 995
direncanakan untuk tindakan coiling guna Osborn, AG., & Digre, KB. 2016. Imaging in
Neurology. Elsevier. Philadelphia. Hlm. 2-7
mencegah perdarahan berulang dan
Marcolini, E. & Hine, J. 2019. Approach to the
mengeradikasi penyebab perdarahan. Diagnosis and Management of Subarachnoid
Hemorrhage. Western Journal of Emergency
Medicine Vol 20 No.2: 203-211
http://escholarship.org/uc/uciem_westjem
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, Y., Sani, AF., & Susilo, H. 2016.
Hidayat, R., Harris, S., Rasyid, A., Kurniawan, Managemen Aneurisma Intrakranial. Jurnal
M., & Mesiano, T. 2017. Perdarahan Aksona, Vol. 1. No. 1 Januari–April 2016: 15-
Subaraknoid. Dalam: Buku 2: Buku Ajar 21
487