Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS : PERDARAHAN SUBARAKNOID AKIBAT

RUPTUR ANEURISMA INTRAKRANIAL


Case Report: Subarachnoid Hemorrhage Caused by Ruptured Intracranial Aneurysm

Ica Justitia', Setyawati Asih Putri2


'Dokter Umum Puskesmas Meninting, Kabupaten Lombok Barat, NTB
2
Divisi Neurologi, RSUD Kota Mataram, NTB
Korespondensi: author 1. Alamat email: icajustitia@gmail.com

ABSTRAK
Latar belakang: Perdarahan subarakhnoid adalah kasus neurologis yang berbahaya dengan
onset mendadak dan seringkali tanpa peringatan. Sekitar separuh pasien meninggal sebelum tiba di
rumah sakit. Kasus: Seorang laki-laki, 47 tahun, dibawa ke UGD dengan keluhan tidak sadarkan diri
yang diawali nyeri kepala tiba-tiba saat beraktifitas dan disertai muntah 30 menit sebelum masuk
rumah sakit. Intensitas nyeri sedang hingga berat, seperti tertekan, dirasakan di seluruh area kepala.
Pemeriksaan fisik didapat peningkatan tekanan darah dan kaku kuduk. Tidak ada defisit neurologis
lainnya. Hasil pemeriksaan CT-Scan kepala tanpa kontras menunjukkan perdarahan subarakhnoid
luas dan hasil CT Angiografi kepala dengan kontras didapatkan aneurisma sakular pada aspek
lateral supraclinoid kiri kesan rupture. Pasien didiagnosis perdarahan subarakhnoid et causa
rupture aneurisma intracranial. Pasien mendapat terapi untuk mengontrol tekanan intra kranial dan
tekanan darah, pencegahan vasospasme, pengawasan komplikasi lainnya seperti hidrosefalus. Untuk
mencegah perdarahan berulang, pasien direncanakan tindakan endovaskular coiling. Kesimpulan:
Nyeri kepala hebat mendadak yang belum pernah dirasakan sebelumnya adalah gejala tersering
pada perdarahan subarakhnoid. Penyebab tersering perdarahan subarakhnoid adalah ruptur
aneurisma intrakranial. Konfirmasi diagnosis terutama melalui pencitraan saraf. Tatalaksana
terutama bertujuan mencegah perdarahan berulang dan komplikasi lainnya.
Kata Kunci: Perdarahan Subaraknoid, Aneurisma, Nyeri Kepala.

ABSTRACT
Background: Subarachnoid hemorrhage is a dangerous neurologic event having sudden
onset and frequently without any premonitory warning. About half of patients die before reach a
hospital. Case: A 47-years old man admitted to emergency room with lost of consciousness that
started with sudden headache during activity and accompanied with vomiting, 30 minutes before
hospital admission. Headache pain intensity from moderate to severe, felt pressure throughout the
head. Physical examination showed high blood pressure and nuchal rigidity. There were no other
neurological deficits. On head CT-Scan without contrast showed massive subarachnoid hemorrhage
and head CT Angiography with contrast showed ruptured saccular aneurysm on left supraclinoid
lateral. Patient diagnosed with subarachnoid hemorrhage et causa ruptured intracranial aneurysm.
Patient was treated to control intracranial pressure and blood pressure, prevent vasospasm, and
monitoring other complication such as hydrocephalus. To prevent rebleeding, patient was planned
through endovascular coiling. Conclusion: Sudden onset severe headache unlike anything have
been experienced is the most frequent symptom of subarachnoid hemorrhage. The major cause of
subarachnoid hemorrhage is ruptured intracranial aneurysm. The diagnosis is mainly confirmed by
neuroimaging. Treatment is primarly to prevent rebleeding and other complications.

Keywords: Subarachnoid Hemorrhage, Aneurysm, Headache

PENDAHULUAN ekstravasasi darah menuju ruang

Perdarahan subarakhnoid (PSA) adalah subarakhnoid yaitu diantara membran

479
araknoid dan pial. Prevalensi PSA diri yang diawali dengan keluhan nyeri

mencapai 5% dari semua kejadian stroke kepala tiba-tiba saat beraktifitas dan

dan mengalami peningkatan persentase disertai muntah 30 menit sebelum masuk

dalam 30 tahun terakhir. PSA nontrauma rumah sakit. Saat kesadaran pulih, sehari

paling sering disebabkan oleh ruptur setelah masuk rumah sakit, pasien kembali

aneurisma intrakranial, yaitu sekitar 85% mengeluhkan nyeri kepala, intensitas nyeri

dari kejadian PSA. Penyebab PSA lainnya sedang hingga berat, seperti tertekan,

yaitu malformasi arteri-vena, malformasi dirasakan di seluruh area kepala. Pasien

kavernosus atau angioma, idiopatik juga mengalami muntah sebanyak 3 kali

koagulopati, endokarditis bakterial, saat di rumah sakit. Keluhan pusing

thrombosis vena, diseksi arteri, tumor, berputar, wajah perot, suara pelo, gangguan

hipertensi, dan obat-obatan (Hidayat dkk, menelan, gangguan buang air besar dan

2017). Di Amerika selatan 28.000 pasien buang air kecil, demam, kejang, kelemahan

per tahun mengalami ruptur aneurisma, dan kesemutan pada sisi tubuh disangkal.

sekitar setengahnya meninggal sebelum Riwayat trauma atau benturan pada kepala

tiba di rumah sakit dan sekitar separuhnya juga disangkal.

mengalami kematian dalam satu bulan Riwayat pingsan dan nyeri kepala

pertama. Perdarahan subarakhnoid (PSA) hebat sebelumnya disangkal. Riwayat

adalah serangan neurologis yang berbahaya penyakit tekanan darah tinggi ada sejak

dengan onset mendadak dan seringkali lama, namun pasien tidak rutin kontrol dan

tanpa peringatan (Schirmer & David, minum obat. Riwayat stroke, penyakit

2012). Oleh karena itu, diagnosis dan kencing manis, penyakit kolesterol tinggi,

tatalaksana PSA sangat penting. dan riwayat penyakit berat disangkal.

KASUS Hasil pemeriksaan fisik kesadaran

Seorang laki-laki, 47 tahun, datang compos mentis, skala Glasgow E4V5M6,

ke UGD dengan keluhan tidak sadarkan TD 161/96 mmHg, frekuensi nadi

480
60x/menit, laju pernapasan 20x/menit, suhu sisterna kiri, dan edema serebri (gambar 1).

36oC, saturasi oksigen 99% dengan oksigen Setelah dilakukan CT Angiografi (CTA)

nasal kanul 3 lpm. Pemeriksaan fisik umum kepala dengan kontras didapatkan

tidak didapatkan kelainan. Pemeriksaan aneurisma sakular pada aspek lateral

neurologis didapatkan tanda rangsang supraclinoid kiri kesan rupture (gambar 2).

meningeal kaku kuduk positif. Pupil bulat Jadi diagnosis akhir pasien yaitu

isokor 3 mm/3 mm, refleks cahaya perdarahan subarachnoid et causa rupture

langsung dan tidak langsung mata kanan aneurisma intracranial dan diagnosis

dan kiri positif. Pemeriksaan nervus tambahan hipertensi derajat II.

kranialis tidak didapatkan kelainan,

kekuatan otot simetris 5/5/5/5, refleks

fisiologis dalam batas normal, dan tidak

ada refleks patologis.

Hasil pemeriksaan penunjang Gambar 1. CT Scan Kepala Tanpa Kontras.


Tampak darah pada ruang subarakhnoid (panah
merah)
darah lengkap didapat peningkatan leukosit
Terapi yang diberikan yaitu pasien
yaitu 21.220/uL (nilai referensi 3.800 –
dirawat pada ruang intensif stroke center,
10.500/uL); hasil elektrolit penurunan
elevasi kepala 300, infus NaCl 0,9% 14
kalium 2,6 mmol/L (nilai referensi 3,5 –
tpm, infus KCl 50meq 7 tpm diberikan satu
5.0 mmol/L); gula darah sewaktu 167
kali, selanjutnya infus Kaen 3B 7 tpm,
mg/dl; nilai kimia klinik, analisa gas darah,
mannitol 20% 100 cc/4 jam, nimodipine i.v
dan rotgen thoraks serta elektrokardiografi
0,4 mg/jam, asam traneksamat i.v 500 mg/8
dalam batas normal. Hasil CT (Computed
jam selama 2 hari, metamizole 1000 mg/8
Tomography) Scan kepala tanpa kontras
jam i.v, ondansentron 8 mg/8 jam i.v, tablet
yaitu perdarahan subarakhnoid pada regio
parasetamol kombinasi kodein 1 tab/8 jam,
fisura interhemisfer anterior, fisura Sylvii
citicoline tablet 500 mg/8 jam, candesartan
kanan kiri, sisterna suprasellar, ambient
tablet 16 mg/24 jam, dan clonidine 0,15

481
mg/12 jam. Untuk pencegahan perdarahan percabangan pertama arteri serebral media,

berulang dan mengeradikasi penyebab arteri komunikans posterior, dan bifurkasi

perdarahan pasien direncanakan untuk arteri serebri media (Gambar 3) (Schirmer

terapi dengan tekhnik endovaskular coiling. & David, 2012). Lokasi aneurisma pada

pasien ini juga pada sirkulasi anterior yaitu

segmen supraklinoid arteri karotis interna.

Aneurisma pembuluh darah

bukanlah kongenital, melainkan didapat

dalam perjalanan hidup terutama pada

dekade ke-2 kehidupan. Faktor predisposisi

atau faktor risiko munculnya aneurisma

antara lain struktur abnormal dinding

pembuluh darah yaitu defek lapisan

muskular tunika media yang terjadi secara


Gambar 2. CTA tampak aneurisma sakular
(panah merah)
kongenital, aneurisma familial, penyakit

ginjal polikistik autosom dominan,


DISKUSI
penyakit Ehlers-Danlos Tipe IV, atau
Perdarahan subarachnoid

nontrauma paling sering disebabkan oleh faktor risiko didapat seperti merokok,

konsumsi alkohol berlebih, dan hipertensi.


ruptur aneurisma intrakranial. Jenis

aneurisma yang paling sering ditemukan Aneurisma lebih sering muncul di

yaitu aneurisma sakular. Berdasarkan intrakranial karena dinding arteri

lokasinya aneurisma paling sering intrakranial lebih tipis. Dinding aneurisma

hanya terdiri dari lapisan intima dan


ditemukan pada sirkulasi anterior (85%)

dan sisanya 15% pada sirkulasi posterior. adventisia serta jaringan fibrohialin

Secara umum arteri komunikans anterior interposed dengan jumlah bervariasi

adalah yang tersering, diikuti bifurkasi (Hidayat, dkk, 2017; Wulandari, Sampe, &

482
Hunaifi, 2021; Ropper, Samuels, & Klein, pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan

2004). penunjang. Nyeri kepala mendadak yang

Pecahnya aneurisma biasanya dialami pasien dengan intensitas sedang

berkaitan dengan peningkatan tekanan hingga berat, disertai muntah, hilang

darah. Faktor yang berhubungan dengan kesadaran dan kaku kuduk cukup

peningkatan tekanan darah, antara lain mengarahkan diagnosis pada PSA. Nyeri

aktifitas fisik berat, aktifitas fisik sedang kepala pada PSA biasanya muncul

hingga 2 jam sebelum onset PSA, mendadak dan mencapai intensitas

hubungan seksual, manuver valsava, maksimum dalam hitungan detik atau

merokok 3 jam sebelum onset PSA, menit menimbulkan sensasi kilatan atau

konsumsi alkohol lebih dari 5 unit, dan kepala seperti dibenturkan (thunderclap

stress fisik atau psikologis. Namun headache) dan digambarkan juga sebagai

perdarahan seringkali terjadi saat aktivititas “the worst headache of my life”. Keluhan

sehari-hari (Hidayat, dkk, 2017; Ropper, lainnya yaitu muntah, fotofobia, demam

Samuels, & Klein, 2004). yang biasanya terjadi 2-3 hari pertama atau

Penegakan diagnosis PSA kejang. Lebih dari 50% kasus PSA disertai

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, penurunan kesadaran.

483
Gambar 3. Lokasi tipikal aneurisma serebri

Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan kaku dapat digunakan untuk mendeteksi aneurisma

kuduk, perdarahan preretinal, peningkatan hingga ukuran 2 mm (Wulandari, Sampe, &

tekanan darah, dan defisit neurologis fokal Hunaifi, 2021; Ropper, Samuels, & Klein,

(Hidayat, dkk., 2017; Wulandari, Sampe, & 2004). Apabila pada CTA/MRA tidak

Hunaifi, 2021). didapatkan aneurisma, dapat dilakukan

Pencitraan saraf merupakan pemeriksaan lanjutan dengan Digital

pemeriksaan utama pada penegakan diagnosis Subtraction Angiography/DSA (Osborn &

PSA. Computed Tomography (CT)-scan tanpa Digre, 2016). Algoritma pada gambar.4 dapat

kontras merupakan tahap diagnosis pertama, digunakan untuk diagnosis PSA (Marcolini &

dengan sensitivitas hampir 100% pada 3 hari Hine, 2019).

pertama setelah onset (Szeder, Tateshima, & Pada PSA skor Hunt and Hess (Tabel 1)

Duckwiler, 2016). Apabila CT-scan dan skor World Federation of Neurological

menunjukkan hasil negatif namun kecurigaan Surgeons/WFNS (table 2) digunakan untuk

klinis PSA sangat tinggi, maka dapat dilakukan menentukan derajat keparahan pasien. Pasien ini

pemeriksaan pungsi lumbal. Penemuan sel darah skor Hunt and Hess 2 dan skor WFNS 1 dengan

merah (2.000x106 pada tabung terakhir) prognosis cukup baik sehingga perlu dilakukan

dan/atau xantokromia pada cairan serebrospinal tatalaksana yang tepat agar pasien hasil luaran

menunjukkan adanya PSA. Untuk mendeteksi pasien baik (Hidayat, dkk., 2017; Marcolini &

aneurisma digunakan modalitas magnetic Hine, 2019).

resonance angiography (MRA) dan CTA. CTA

484
Gambar 4. Algoritma diagnosis PSA pada pasien dengan nyeri kepala berat onset mendadak

Tabel 1. Skor Hunt and Hess


Skor Deskripsi Survival
1 Asimptomatik, atau sakit kepala ringan, kaku kuduk ringan 70%
2 Sakit kepala berat dengan tanda rangsang meningeal dan kemungkinan 60%
adanya deficit saraf kranialis
3 Kesadaran menurun dengan deficit fokal neurologis ringan 50%
4 Stupor, hemiparesis sedang berat, deserebrasi dini 20%
5 Koma dalam, deserebrasi 10%

Tabel 2. Skor World Federation of Neurological Surgeons


Skor GCS Gejala Klinis
1 15 Defisit motorik (-)
2 13-14 Defisit motorik (-)
3 13-14 Defisit motorik (+)
4 7-12 Defisit motorik (±), mungkin ada atau mungkin tidak
5 3-6 Defisit motorik (±),mungkin ada atau mungkin tidak

Pada akhirnya tatalaksana PSA terutama coiling atau operasi clipping. Secara umum

bertujuan mencegah perdarahan berulang dan tekhnik coiling adalah pilihan pertama. Jika

mengeradikasi penyebab perdarahan. Metode terapi coiling maupun clipping belum dapat

yang digunakan yaitu tekhnik endovaskular dilakukan, pasien PSA dapat diberikan

485
antifibrinolitik seperti asam aminokaproat. clipping (Adrianto, Sani, & Susilo, 2016).

Penggunaan Asam traneksamat dan konsentrat Seiring dengan perkembangan

komplek prothrombin belum diketahui teknologi, prosedur coiling maupun operasi

manfaatnya (Hidayat, dkk., 2017; Schirmer & clipping juga mengalami perkembangan dan

David, 2012; Wulandari, Sampe & Hunaifi, keamanan. Operasi clipping dilaporkan dapat

2021; Marcolini & Hine, 2019). mengoklusi komplit aneurisma hingga 90-95%

Indikasi secara umum prosedur coiling dengan risiko morbiditas dan mortalitas setelah

adalah PSA yang disebabkan ruptur aneurisma; satu tahun yaitu 9,8% dan 2,3%. Risiko

aneurisma intrakranial yang belum pecah morbiditas dan mortalitas prosedur

dengan kriteria rasio dome-neck ≥ 2; tergolong endovaslukar coiling setelah satu tahun lebih

pasien risiko tinggi operasi yaitu usia tua dan rendah yaitu 6,4% dan 3,1%. Oklusi aneurisma

ada penyulit; aneurisma sirkulasi posterior; dan pada coiling sekitar 86,1% dengan rekurensi

aneurisma arteri karotis interna segmen 24,4% dan pada sekitar 9,1% pasien

kavernosa. Kontraindikasi relatif prosedur membutuhkan terapi ulangan. Pada pasien yang

coiling antara lain anatomi vaskuler sulit seperti dapat dilakukan tekhnik endovascular coiling

pembuluh darah berkelok tajam (tortuous), maupun operasi clipping, maka prosedur

penyakit aterosklerosis yang jelas atau endovascular lebih diutamakan. Oleh karena itu

abnormalitas lain yang mempengaruhi akses pasien direncakan tindakan coiling (Szeder,

arterial misal stenosis signifikan pada bifurkasio Tateshima & Duckwiler, 2016; Adrianto, Sani,

karotis diakibatkan aterosklerosis; gangguan & Susilo, 2016).

koagulasi atau hipersensitifitas heparin; dan

infeksi aktif bakterial. Sedangkan operasi KESIMPULAN

clipping diindikasikan pada aneurisma dengan Perdarahan subarachnoid adalah

leher lebar; giant aneurysm; ruptur aneurisma serangan neurologis yang berbahaya dengan

dengan kondisi pasien yang stabil, usia muda; onset mendadak. PSA nontrauma paling sering

dan aneurisma dengan gejala neurologis terkait disebabkan oleh rupture aneurisma intracranial.

efek massa. Pasien usia tua dan aneurisma pada Nyeri kepala hebat mendadak yang belum

sirkulasi posterior adalah kontraindikasi operasi pernah dirasakan sebelumnya adalah gejala

486
tersering pada perdarahan subarakhnoid. Neurologi. Departemen Neurologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia RSCM.
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, Jakarta. Hlm. 527-544

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Schirmer, CM., & David, CA. 2012.
Subarachnoid Hemorrhage. Dalam: Netter’s
Konfirmasi diagnosis terutama melalui Neurology 2nd Edition. Elsevier. Philadelpia.
Hlm. 526-537
pencitraan neuro. Penegakan diagnosis pada
Wulandari, DA., Sampe, E., Hunaifi, I. 2021.
pasien ini telah dilakukan sesuai dengan hasil Perdarahan Subarakhnoid. Jurnal Kedokteran
2021, 10(1): 338-346 ISSN 2301-5977, 3-ISSN
temuan klinis dan pemeriksaan penunjang yang 2527-7154
http://jku.unram.ac.id/article/view/437/312
tepat.
Ropper, AH., Samuels, MA., & Klein, JP. 2004.
Tatalaksana PSA meliputi tatalaksana Adams and Victor’s Principles of Neurology
10th Ed. Mc Graw Hill. New York. Hlm. 844-
umum dan tatalaksana terkait komplikasi. 852

Tatalaksana terutama bertujuan mengeradikasi Szeder, V., Tateshima, S., & Duckwiler, GR.
2016. Intracranial Aneurysms and Subarachnoid
penyebab perdarahan dan pencegahan Hemorrhage. Dalam: Bradley’s Neurology in
Clinical Practice 7th Edition. Elsevier. Hlm. 983-
komplikasi. Pada akhirnya pasien ini 995

direncanakan untuk tindakan coiling guna Osborn, AG., & Digre, KB. 2016. Imaging in
Neurology. Elsevier. Philadelphia. Hlm. 2-7
mencegah perdarahan berulang dan
Marcolini, E. & Hine, J. 2019. Approach to the
mengeradikasi penyebab perdarahan. Diagnosis and Management of Subarachnoid
Hemorrhage. Western Journal of Emergency
Medicine Vol 20 No.2: 203-211
http://escholarship.org/uc/uciem_westjem
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, Y., Sani, AF., & Susilo, H. 2016.
Hidayat, R., Harris, S., Rasyid, A., Kurniawan, Managemen Aneurisma Intrakranial. Jurnal
M., & Mesiano, T. 2017. Perdarahan Aksona, Vol. 1. No. 1 Januari–April 2016: 15-
Subaraknoid. Dalam: Buku 2: Buku Ajar 21

487

Anda mungkin juga menyukai