FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2021/2022 ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS 1. Diagnosa Medis Space Occupaying Procces Cerebri (SOP CEREBRI) 2. Diagnosa Keperawatan : Ds : - Keluarga pasien mengatakan pasien cenderung mengantuk dan lama kelamaan sulit diajak komunikasi - keuarga pasien mengatakan kurang lebih 3 tahun yang lalu mengalami kejang dan dilakukan CT-Scan dan hasilnya tumor jinak Do : - Tingkat kesadaran Apatis - Glascow coma scale: E3M3V5 - TD : 178/88 mmHg, RR : 24 x/menit, Hr : 84, T : 36,9 - Spo2 (99%, terpasang kanul nasal 3 lpm ) 3. Tindakan Keperawatan Gawat Darurat & Kritis Pemantauan tekanan intra kranial 4. Patofisiologi Diagnosa Keperawatan Risiko perfusi serebral tidakefektif merupakan kondisi berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak..Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak adalah rentan mengalami penurunansirkulasi jaringan otak yang dapat menggangu kesehatan. Adapun beberapa factor risiko perfusi serebral tidak efektif adalaharterosklerosis aorta, tumor otak, embolisme, cedera kepala, dan hipertensi(TimPokja SDKI DPP PPNI, 2017).Tumor otak adalah neoplasma atau proses desak ruang yang timbul didadalm rongga tengkorak baik di dalam kompartemen supratentorial maupunintratentorial mencakup tumor-tumor primer pada korteks, meningen, vaskuler,kelenjar hipofise, saraf otak, jaringan penyangga serta bagian tubuh lainnya.kerusakan otak akibat pendarahan ataupembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkanpeningkatan tekanan intracranial. Peningkatan tekanan intracranial akanmenimbulkan distrosi dan bergesernya otak yang akan mengganggu perfusiserebral(Tarwoto, 2013)dan Hipertensi merupakan factor risiko utama yang dapatmengakibatkan pecahnya maupun penyempitan pembuluh darah keotak.Pecahnya pembuluh darah otak akan menimbulkan perdarahan, akan sangatfatal bila terjadi interupsi aliran darah ke bagian distal, di samping itu darahekstravasi akan tertimbun shingga akan menimbulkan tekanan intracranial yangmeningka Prinsip TIK diuraikan pertamakali oleh Profesor Monroe dan Kellie padatahun 1820. Orang dewasa normalmenghasilkan sekitar 500 mL cairanserebrospinal (CSF) dalam waktu 24 jam.Setiap saat, kira-kira150 mL ada didalamruang intrakranial. Ruang intradural terdiridari ruang intraspinal ditambah ruangintrakranial. Total volume ruang ini padaorang dewasa sekitar 1700 mL, dimanasekitar 8% adalah cairan serebrospinal,12% volume darah, dan 80% jaringan otakdan medulla spinalis. Karena kantung duratulang belakang tidak selalu penuh tegang,maka beberapa peningkatan volume ruangintradural dapat dicapai dengan kompresiterhadap pembuluh darah epidural tulangbelakang. Setelah kantung duralsepenuhnya tegang, apapun penambahanvolume selanjutnya akan meningkatkansalah satu komponen ruang intrakranialyang harus diimbangi dengan penurunanvolume salah satu komponen yanglain Tekanan intrakranial akanmempengaruhi tekanan perfusi cerebral(CPP / Cerebral perfusion pressure). CPPdapat dihitung sebagai selisih antara reratatekanan arterial (MAP) dan tekananintrakranial (ICP/TIK).CPP = MAP – ICP atau MAPIni dipakai ketika kranium sedang terbuka(saat operasi) dan ICP-nya nol. Jadiperubahan pada tekanan intrakranial akanmempengaruhi tekanan perfusi cerebral,dimana ini akan berakibat terjadinyaiskemia otakBila terjadi kenaikan yang relatifkecil dari volume otak, keadaan ini tidakakan cepat menyebabkan peningkatantekanan intrakranial. Sebab volume yangmeninggi ini dapat dikompensasi denganmemindahkan cairan serebrospinalis darirongga tengkorak ke kanalis spinalis dandisamping itu volume darah intrakranialakan menurun oleh karena berkurangnyaperegangan durameter. Hubungan antaratekanan dan volume ini dikenal dengancomplience. Jika otak, darah dan cairanserebrospinalis volumenya terus menerusmeninggi, maka mekanisme penyesuaianini akan gagal dan terjadilah peningkatantekanan intrakranial. 5. Analisa tindakan keperawatan Pemantauan TIK digunakan untuk mencegah terjadinya fasekompensasi ke fase dekompensasi. Secaraobyektif, pemantauan TIK adalah untukmengikuti kecenderungan TIK tersebut,karena nilai tekanan menentukan tindakanyang perlu dilakukan agar terhindar daricedera otak selanjutnya, dimana dapatbersifat ireversibel dan letal. Denganpemantauan TIK juga kita dapatmengetahui nilai CPP, yang sangatpenting, dimana menunjukkan tercapaiatau tidaknya perfusi otak begitu jugadengan oksigenasi otakndikasi pemantauan TIKPedoman BTF (Brain TraumaFoundation) 2007 merekomendasi bahwaTIK harus dipantau pada semua cederakepala berat (Glasgow Coma Scale/GCS3-8 setelah resusitasi) dan hasil CT scankepala abnormal (menunjukkanhematoma, kontusio, pembengkakan,herniasi, dan/atau penekanan sisternabasalis), TIK juga sebaiknya dipantaupada pasien cedera kepala berat denganCT scan kepala normal jika diikuti duaatau lebih kriteria antara lain usia>40tahun, sikap motorik, dan tekanan darahsistolik <90 mmHg. Ada dua metode pemantauan TIKyaitu metode invasif (secara langsung)dan non invasif (tidak langsung). Metodenon invasif (secara tidak langsung)dilakukan pemantauan status klinis,neuroimaging dan neurosonology(Trancranial Doppler Ultrasonography/TCD). Sedangkan metode invasif (secaralangsung) dapat dilakukan di beberapalokasi anatomi yang berbeda yaituintraventrikular, intraparenkimal,subarakhnoid/subdural, dan epidural.Metode yang umum dipakai yaituintraventrikular dan intraparenkimal(microtransducer sensor). Metodesubarakhnoid dan epidural sekarangjarang digunakan karena akurasinyarendah. Pengukuran tekanan LCS lumbaltidak memberikan estimasi TIK yangcocok dan berbahaya bila dilakukan padaTIK meningkat. Beberapa metode lainseperti Tympanic MembraneDisplacement/TMD, Optic nerve sheathPemantauan TIK secara tidaklangsung (non invasif) meliputipemantauan beberapa kondisi klinis yangharus dinilai pada peningkatan TIKyaitu: a. Tingkat kesadaran (GCS) b. Pemeriksaan pupil c. Pemeriksaan motorik okuler (perhatiankhusus pada nervs III dan VI) d. Pemeriksaan motorik (perhatian khususpada hemiparesis) e. Adanya mual atau muntahKeluhan nyeri kepala f. Tanda vital saat itu
Penatalaksanaan umum
1) Mengatur posisi kepala lebih tinggi sekitar 30-45º,
2) Mengusahakan tekanan darah yangoptimal, tekanan darah yang sangattinggi dapat menyebabkan edemaserebral, sebaliknya tekanan darahterlalu rendah akan mengakibatkaniskemia otak dan akhirnya juga akan menyebabkan edema dan peningkatanTIK. 3) Mencegah dan mengatasi kejang 4) Menghilangkan rasa cemas, agitasi dan nyeri 5) Menjaga suhu tubuh normal < 37,5ºC 6) kelainan metabolik dan elektrolit. Hiponatremia akan menyebabkan penurunan osmolalitas plasma sehingga akan terjadi edema sitotoksik, sedangkan hipernatremia akan menyebabkan lisisnya sel-selneuron. 7) Hindari kondisi hiperglikemia 8) Pasang kateter vena sentral untukmemasukkan terapi hiperosmolar atauvasoaktif jika diperlukan. MAP < 65mmHg harus segera dikoreksi. 9) Atasi hipoksia 10) Pertahankan kondisi normokarbia (PaCO2 35 - 40 mmHg) 11) Hindari beberapa hal yang menyebabkan peninggian tekanan abdominal seperti batuk, mengedan dan penyedotan lendir pernafasan yang berlebihan.
Penatalaksanaan khusus:
1) Mengurangi efek massa
2) Sedasi dan/atau paralisis 3) Mengurangi volume cairan serebrospinal 4) Mengoptimalkan CPP 5) Mengurangi volume darah intravaskular 6) Terapi osmotik 6. Efek samping Dalam penjelasan jurnal atau reverensi tidak menyebutkan efek samping 7. Referensi Amri, Imtihanah. 2017. pengelolaan peningkatan tekanan intra kranial. Bagian Anestesiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/MedikaTadulako/article/view/9288