OLEH :
KELOMPOK 3
3. Etiologi
Peningkatan volume kompartemen intrakranial yang progresif dapat
menyebabkan peningkatan TIK/hipertensi intrakranial. Peningkatan TIK
merupakan kasus emergensi dimana cedera otak irreversibel atau kematian
dapat dihindari dengan intervensi tepat pada waktunya. Mekanisme umum dan
penyebab hipertensi intrakranial adalah sebagai berikut:
1) Edema otak dengan berbagai sebab mengakibatkan peningkatan jumlah air
diparenkim otak. Ada berbagai macam penyebab edema otak bergantung
pada mekanisme patofisiologi yang mendasarinya, meliputi:
1. Edema sistolik : swelling, intraseluler, biasanya disebabkan oleh transpor
ion dan cairan di seluler terganggu sebagai akibat dari gangguan
metabolisme
2. Edema vasogenik : edema ekstraseluler sekunder karena peningkatan
permeabilitas sawar darah otak.
3. Edema interstisial : edema jaringan karena adanya perbedaan osmotik
antara plasma dan jaringan otak.
2) Peningkatan CBV disebabkan karena inflow dan outflow tidak sebanding,
seperti:
1. Menurunnya outflow vena : obstruksi mekanis pada struktur vena
intrakranial atau ekstrakranial, posisi kepala dibawah (head-down),
obtruksi ventilasi, collar neck yang ketat.
2. Peningkatan CBF (hilangnya autoregulasi vaskular pada CPP rendah
atau tinggi, peningkatan PaCO2, hipoksia)
3) Peningkatan volume cairan serebrospinal intrakranial (hidrosefalus).
Penyebab umum peningkatan volume cairan serebrospinal adalah :
1. Menurunnya absorbsi cairan serebrospinal di villi arakhnoidalis, dikenal
dengan hidrosefalus komunikan (perdarahan subarakhnoid, infeksi).
2. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal, dikenal dengan hidrosefalus
obstruktif (neoplasma, perdarahan spontan dan trauma, infeksi)
3. Peningkatan jumlah produksi (meningitis, tumor pleksus khoroid)
4) Massa intra dan ekstra aksial menyebabkan peningkatan TIK karena
langsung meningkatkan volume intrakranial. Beberapa penyebab umum
meliputi :
1. Neoplasma
2. Perdarahan
3. Trauma (hematom intraserebral, epidural, dan subdural, kontusio,
higroma)
4. Infeksi (abses, empiema subdural)
4. Manifestasi Klinis
1) Sakit kepala merupakan gejala umum pada peningkatan TIK. Sakit
kepeala terjadi karena traksi atau distorsi arteri dan vena dan durameter
akan memberikan gejala yang berat pada pagi hari dan diperberat oleh
aktivitas, batuk, mengangkat beban, dan bersin.
2) Muntah proyektil dapat menyertai gejala dan peningktan TIK.
3) Edema papil disebabkan transmisi tekanan melalui selubung nervus
optikus yang berhubungan dengan rongga subarachnoid di otak. Hal ini
merupakan indikator klinis yang baik untuk hipertensi intrakranial.
4) Defisit neurologis seperti gejala perubahan tingkat kesadaran, gelisah,
iritabilitas, letargi, dan penurunan fungsi motorik.
5) Bila peningktan TIK berlanjut dan progresif berhubungan dengan
pergeseran jaringan otak, maka akan terjadi sindroma herniasi dan tanda-
tanda umum Cushing’s triad (hipertensi bradikardi dan respirasi ireguler).
Pola napas akan dapat membantu melokalisasi level cedera)
5. Patofisiologi
Selama total volume intrakranial sama, maka TIK akan konstan.
Peningkatan volume salah satu faktor harus diikuti kompensasi dengan
penurunan faktor lainnya supaya volume tetap konstan. Perubahan salah satu
volume tanpa diikuti respon kompensasi dari faktor yang lain akan
menimbulkan perubahan TIK (Morton, et.al, 2005). Beberapa mekanisme
kompensasi yang mungkin antara lain cairan serebrospinal diabsorpsi dengan
lebih cepat atau arteri serebral berkonstriksi menurunkan aliran darah otak
(Joanna Beeckler, 2006) .
Jika massa intrakranial membesar, kompensasi awal adalah pemindahan
cairan serebrospinal ke kanal spinal.Kemampuan otak beradaptasi terhadap
meningkatnya tekanan tanpa peningkatan TIK dinamakan compliance.
Perpindahan cairan serebrospinal keluar dari kranial adalah mekanisme
kompensasi pertama dan utama, tapi lengkung kranial dapat mengakomodasi
peningkatan volume intrakranial hanya pada satu titik. Ketika compliance
otak berlebihan, TIK meningkat, timbul gejala klinis, dan usaha kompensasi
lain untuk mengurangi tekananpundimulai (Black&Hawks, 2005).
Kompensasi kedua adalah menurunkan volume darah dalam otak. Ketika
volume darah diturunkan sampai 40% jaringan otak menjadi asidosis. Ketika
60% darah otak hilang, gambaran EEG mulai berubah. Kompensasi ini
mengubah metabolisme otak, sering mengarah pada hipoksia jaringan otak
dan iskemia (Black&Hawks, 2005).
Kompensasi tahap akhir dan paling berbahaya adalah pemindahan
jaringan otak melintasi tentorium dibawah falxserebri, atau melalui foramen
magnum ke dalam kanal spinal. Proses ini dinamakan herniasi dan sering
menimbulkan kematian dari kompresi batang otak. Otak disokong dalam
berbagai kompartemen intrakranial.Kompartemen supratentorial berisi
semua jaringan otak mulai dari atas otak tengah ke bawah. Bagian ini terbagi
dua, kiri dan kanan yang dipisahkan oleh falx serebri. Supratentorial dan
infratentorial (berisi batang otak dan serebellum) oleh tentorium serebri. Otak
dapat bergerak dalam semua kompartemen itu. Tekanan yang meningkat pada
satu kompartemen akan mempengaruhi area sekeliling yang tekanannya lebih
rendah (Black&Hawks, 2005).
Autoregulasi juga bentuk kompensasi berupa perubahan diameter
pembuluh darah intrakranial dalam mepertahankan aliran darah selama
perubahan tekana perfusi serebral. Autoregulasi hilang dengan meningkatnya
TIK. Peningkatan volume otak sedikit saja dapat menyebabkan kenaikan TIK
yang drastis dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk kembali ke batas
normal (Black&Hawks, 2005).
Manifestasi klinik dari peningkatan TIK disebabkan oleh tarikan
pembuluh darah dari jaringan yang merenggang dan karena tekanan pada
duramater yang sensitif dan berbagai struktur dalam otak. Indikasi
peningkatan TIK berhubungan dengan lokasi dan penyebab naiknya tekanan
dan kecepatan serta perluasannya. Manifestasi klinis dari peningkatan TIK
meliputi beberapa perubahan dalam kesadaran seperti kelelahan, iritabel,
confusion, penurunan GCS, perubahan dalam berbicara, reaktifias pupil,
kemampuan sensorik/motorik dan ritme/denyut jantung. Sakit kepala, mual,
muntah, penglihatan kabur sering terjadi. Papiledema juga tanda terjadinya
peningkatan TIK. Cushingtriad yaitu peningkatan tekanan sistolik, bradikardi
dan melebarnya tekanan pulsasi adalah respon lanjutan dan menunjukkan
peningkatan TIK yang berat dengan hilangnya aoturegulasi (Black&Hawks,
2005).
Perubahan pola nafas dari cheyne-stokes ke hiperventilasi neurogenik
pusat ke pernafasan apnuestik dan pernafasan ataksik menunjukkan kenaikan
TIK. Pembuktian adanya kenaikan TIK dibuktikan dengan pemeriksaan
diagnostik seperti radiografi tengkorak, CT scan, MRI. Lumbal pungsi tidak
direkomendasikan karena beresiko terjadinya herniasi batang otak ketika
tekanan cairan serebrsopinal di spinal lebih rendah daripada di kranial.
Lagipula tekanan cairan serebrospinal di lumbal tidak selalu menggambarkan
keakuratan tekanan cairan serebrospinal intrakranial(Black&Hawks, 2005).
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang yang dapat dilakukan untuk
Peningkatan Tekanan Intrakranial antara lain :
1) CT Scan
2) MRI
3) Cerebral angiography
4) PET
5) SPECT
7. Penatalaksanaan
1) Kaji kepatenan jalan napas, pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman),
dan sirkulasi.
2) Berikan obat diuretik osmosis seperti manitol atau urea, sesuai intruksi
untuk mengeluarkan cairan dari daerah otak dan darah yang berada
pada otak.
3) Berikan steroid seperti deksametason, sesuai intruksi untuk mengurangi
edema sekitar otak, jika ada.
4) Bantu hiperventilasi dengan menggunakan ventilator volume untuk
alkalosis respiratorik, yang menyebabkan vasokontriksi serebral dan
penurunan volume yang menyebabkan pengurangan TIK.
5) Monitor efek obat paralis neuromuskular seperti pancurmonium, yang
mungkin diberikan selama penggunaan ventilasi mekanik untuk
mencegah perubahan tekanan intrakranial secara mendadak
berhubungan dengan bentuk, tegang, atau akibat pemakaian ventilator.
6) Obati demam sesuai permintaan, sebab peningkatan volume cairan
CSS dan kejadian peningkatan TIK yang mendadak terjadi bersama
dengan serangan demam.
7) Berikan barbiturat dosis tinggi dan obat anestesi lainnya sesuai intruksi
untuk mengurangi status koma dan tekanan metabolisme otak yang
dapat mengurangi aliran darah serebral dan TIK.
8) Hindari posisi atau aktivitas yang mungkin meningkatkan TIK seperti
memutar kepala klien, posisi, dan fleksi leher.
9) Meminimalkan pengisapan (suction) atau rangsangan lainnya yang
dapat meningkatkan TIK.
10) Jaga posisi kepala, tinggikan sekitar 30 derajat untuk mengurangi
tekanan vena jugularis dan penurunan TIK.
11) Gunakan monitoring/ Pemantuan TIK untuk mengetaui peningkatan
TIK (di atas 20 mmHg persisten 15 menit atau lebih jika sesuai
peningkatan TIK).
12) Pembedahaa dilakukan pada kline dengan tumor otak , abses,
pendarahan subdura atau epidura hematom
.
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan kegawatdaruratan
1. Pengkajian
1) Pengkajian Primer
(1) Airway : Periksa adanya sumbatan pada jalan nafas.
(2) Breathing : Periksa adanya perubahan pola nafas (cheyne-
stokes) adanya suara nafas tambahan.
(3) Circulation : Periksa frekwensi nadi.
(4) Disability : Periksa tingkat kesadaran, GCS, respon pupil.
(5) Exposure : Periksa akral, adanya sianosis.
2) Pengkajian sekunder
(1) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien
saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan
adalah nyeri kepala, mual muntah, sesak hingga penurunan
kesadaran.
(2) SAMPLE
S : Sign/ symtomp (tanyakan keluhan dan kejadian yang dialami).
A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan,
plester, makanan)
M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti
sedang menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis,
jantung, dosis, atau penyalahgunaan obat)
P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti
Riwayat terkait dengan penyebab peningkatan tekanan
intrakranial, seperti trauma kepala, tumor otak, abses,
hipoksia, peradangan selaput/otak, mendapat terapi cairan
hipertonik, dan kelebihan cairan serebrospinal)
L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi,
dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian, selain itu juga
periode menstruasi termasuk dalam komponen ini)
E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera
(kejadian yangmenyebabkan adanya keluhan utama)
(3) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui
metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama
keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana (nyeri
yang dirasakan klien, Regional (R) yaitu penyebaran nyeri, safety
(S) yaitu posisi yang sesuai untuk mengurangi nyeri dan dapat
membuat klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan
klien merasakan nyeri.
(4) Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis lengkap harus dilakukan pada semua
pasien. Pada pemeriksaan neurologis yang diperhatikan adalah
:
1) Perubahan mental status penderita dapat mulai dari kurang
perhatian (inattention) hingga koma.
2) Pemeriksaan nervi kraniales : gambaran pupil menetukan
lokasi. Kelumpuhan nervus tiga (menunjukkan herniasi
unkal, ruptur aneurisma arteri komunikan anterior),
kelumpuhan nervus enam, dan papil edema.
3) Pemeriksaan motorik : posturing – dekortikasi atau flexor
posturing disebabkan gangguan pada traktus motorik.
Deserebrasi atau extensor posturing disebabkan kerusakan
berat pada mesensefalon dan batang otak. Namun,
posturing ini tidak selalu berlaku.
4) Fenomena Kernohan’s notch (kelemahan pada sisi
ipsilateral lesi karena adanya herniasi dan kompresi
pedunkulus serebri kontralateral).
2. Diagnosa
1) Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan disfungsi
neurologis ditandai dengan pasien mengeluh sesak, pola nafas
abnormal.
2) Resiko Perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
jaringan otak,volume darah intrakranial,volume cairan serebrospinal.
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri, gelisah, frekuensi nadi meningkat.
4) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan muntah
proyektil.
3. Intervensi
4. Evaluasi
1) Pola napas tidak efektif
(1) Tidak ada sianosis
(2) Tidak ada dyspnea dan takipnea
(3) Klien mampu bernapas dengan mudah
(4) Klien menunjukkan jalan napas yang paten
(5) TTV dalam rentang normal
2) Nyeri akut
(1) Klien tidak mengeluh nyeri
(2) Klien tidak menunjukkan ekspresi meringis
(3) Klien tidak gelisah
(4) Klien tidak ada kesulitan tidur
3) Resiko Perfusi Serebral
(1) Tingkat kesadaran klien normal
(2) Klien tidak mengalami sakit kepala
(3) Klien tidak ada gelisah
(4) Tekanan darah dalam rentang normal
4) Resiko ketidakseimbangan elektrolit
(1) Serum natrium normal
(2) Serum kalium normal
(3) Serum klorida normal
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia