Oleh:
KELOMPOK 9
2020
Laporan Pendahuluan Tekanan Intra Kranial
1. Pengkajian Airway
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien
dengan peningkatan tekanan intrakranial antara lain:
a. Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat
berbicara atau bernafas dengan bebas?
b. Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara
lain:
1) Adanya snoring atau gurgling
2) Stridor atau suara napas tidak normal
3) Agitasi (hipoksia)
4) Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest
movements
5) Sianosis
c. Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian
atas dan potensial penyebab obstruksi :
1) Muntahan
2) Perdarahan
3) Trauma wajah
d. Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas
pasien terbuka.
e. Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada
pasien yang berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.
f. Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas
pasien sesuai indikasi :
1) jaw thrust
2) Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway,
Laryngeal Mask Airway
3) Lakukan intubasi
2. Pengkajian Breathing
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan
jalan nafas dan keadekuatan pernafasan pada pasien.
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien
dengan peningkatan tekanan intrakranial antara lain :
a. Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan
oksigenasi pasien.
1) Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah
ada tanda-tanda sebagai berikut : cyanosis, penetrating
injury, dispnea dan penggunaan otot bantu pernafasan.
2) Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea,
3) Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
b. Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada
pasien jika perlu.
c. Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih
lanjut mengenai karakter dan kualitas pernafasan pasien.
d. Penilaian kembali status mental pasien.
e. Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
f. Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan /
atau oksigenasi:
1) Pemberian terapi oksigen
2) Bag-Valve Masker
3) Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi
penempatan yang benar), jika diindikasikan
4) Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced
airway procedures
5) Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa
lainnya dan berikan terapi sesuai kebutuhan.
3. Pengkajian Circulation
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien
dengan peningkatan tekanan intrakranial, antara lain :
a. Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
b. Lihat apakah ada tanda-tanda syok
c. CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk
digunakan.
d. Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan
dengan pemberian penekanan secara langsung.
e. Palpasi nadi radial jika diperlukan:
1) Menentukan ada atau tidaknya
2) Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
3) Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
4) Regularity
f. Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi
atau hipoksia (capillary refill).
g. Lakukan treatment terhadap hipoperfusi
4. Pengkajian Disability
Pada primary survey, disability pasien dengan peningkatan tekanan
intrakranial dikaji dengan menggunakan skala AVPU :
a. A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya
mematuhi perintah yang diberikan
b. V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara
yang tidak bias dimengerti
c. P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai
jika ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal
untuk merespon)
d. U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik
stimulus nyeri maupun stimulus verbal.
Selain dengan AVPU, pengkajian disability juga dapat dilakukan
dengan pemeriksaan GCS yang meliputi Eyes, Motorik, dan Verbal
pasien, serta melakukan pemeriksaan pada Pupil pasien.
5. Pengkajian Exposure
Pada tahap ini, hal yang dilakukan ialah menanggalkan pakaian
pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Jika pasien diduga
memiliki cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-line
penting untuk dilakukan. Lakukan log roll ketika melakukan
pemeriksaan pada punggung pasien. Yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pemeriksaan pada pasien adalah mengekspos pasien
hanya selama pemeriksaan eksternal. Setelah semua pemeriksaan
telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan selimut hangat dan
jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan ulang.
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang
mengancam jiwa, maka Rapid Trauma Assessment harus segera
dilakukan:
a. Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada
pasien
b. Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam
nyawa pasien luka dan mulai melakukan transportasi pada
pasien yang berpotensi tidak stabil atau kritis.
1) Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder atau Secondary Survey ialah pengkajian yang
dilakukan ketika kondisi pasien telah stabil. Pengkajian sekunder
meliputi: riwayat penyakit pasien atau moment of incident, pengkajian
nyeri (PQRST), pemeriksaan fisik head to toe, pemeriksaan penunjang
dan lain sebagainya.
1. Anamnesis
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat pasien
yang merupakan bagian penting dari pengkajian pasien. Riwayat
pasien meliputi keluhan utama, riwayat masalah kesehatan sekarang,
riwayat medis, riwayat keluarga, sosial, dan sistem. Identitas pasien
dan identitas penanggung jawab juga disertakan dalam tahap ini.
1. Riwayat Penyakit (Momen of Insiden)
Dalam pengkajian sekunder, dikaji riwayat penyakit pasien yang
mana berkaitan dengan penyebab peningkatan tekanan intrakranial,
diantaranya trauma kepala, tumor otak, abses, hipoksia, peradangan
selaput/otak,mendapat terapi cairan hipertonik,dan kelebihan cairan
serebrospinal.
2. Anamnesis juga harus meliputi riwayat SAMPLE yang bisa
didapat dari pasien dan keluarga (Emergency Nursing Association,
2007):
A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan,
plester, makanan)
M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti
sedang menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung,
dosis, atau penyalahgunaan obat
P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti
penyakit yang pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya,
penggunaan obat-obatan herbal)
L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi,
dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian, selain itu juga periode
menstruasi termasuk dalam komponen ini)
E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera
(kejadian yang menyebabkan adanya keluhan utama)
Selain itu, pasien dengan trauma abdomen akan merasakan nyeri
pada bagian abdomen sehingga diperlukan adanya pengkajian nyeri
dengan format PQRST.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan
Pengkajian melalui inspeksi dan palpasi pada daerah kepala dan
kulit kepala pasien. Apakah ada luka atau tidak, ada benjolan
atau tidak. Dan pastikan apakah ada nyeri tekan atau tidak.
Biasanya, pasien dengan peingkatan tekanan intrakranial akan
merasakan nyeri keapal
b. Mata
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai kesimetrisan,
kondisi konjungtiva, pupil dan sklera apakah ada nyeri tekan
atau tidak.
c. Hidung
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai kesimetrisan,
kondisi bulu hidung dan apakah ada nyeri tekan atau tidak
d. Telinga
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai kesimetrisan,
apakah ada benjola atau tidak.
e. Mulut
Pengkajian dengan inspeksi dan palpasi, mengenai kondisi
daerah mulut apakah ada stomatitis, bau mulut, kondisi mukosa
bibir, dan lain sebagainya.
f. Leher dan vertebrae servikalis
Pada saat memeriksa leher, periksa adanya deformitas tulang
atau krepitasi, edema, ruam, lesi, dan massa , kaji adanya
keluhan disfagia (kesulitan menelan) dan suara serak harus
diperhatikan, cedera tumpul atau tajam, deviasi trakea, dan
pemakaian otot tambahan. Palpasi akan adanya nyeri,
deformitas, pembekakan, emfisema subkutan, deviasi trakea,
kekakuan pada leher dan simetris pulsasi. Tetap jaga imobilisasi
segaris dan proteksi servikal. Jaga airway, pernafasan, dan
oksigenasi. Kontrol perdarahan, cegah kerusakan otak
sekunder..
g. Thorax
Inspeksi thorax, apakah ada luka atau tidak. Kemudian lakukan
palpasi seluruh dinding dada untuk adanya trauma tajam/tumpul,
emfisema subkutan, nyeri tekan dan krepitasi. Setelah itu
lakukan perkusi untuk mengetahui kemungkinan hipersonor dan
keredupan. Kemudian melakukan auskultasi untuk mengetahui
suara nafas tambahan (apakah ada ronki, wheezing, rales) dan
bunyi jantung (murmur, gallop, friction rub).
h. Abdomen
Dilakukan pemeriksaan inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi
untuk mengetahui apakah ada gangguan atau tidak pada
abdomen
i. Ekstremitas
Periksa ektremitas apakah ada luka atau tidak, apakah ada nyeri
tekan atau tidak, periksa CRT.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan gangguan neurologis
ditandai dengan dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, pola napas
abnormal, adanya pernapasan cuping hidung, dan fase ekspirasi
memanjang
2. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif dibuktikan dengan cedera kepala
3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan
pasien mengeluh nyeri, pasien tampak meringis, tampak gelisah, pola
napas berubah, dan frekuensi nadi meningkat.
C. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, Fransisca B. 2018. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
Mustafa, Ulfa. 2016. Asuhan Keperawatan Gadar II Tekanan Intra Kranial.
Yogyakarta : Surya Global
Rahardian. 2018. Tatalaksana Tumor Otak. Tersedia pada
https://www.academia.edu/39738402/Tatalaksana_Awal_Kegawatan_
Tumor_Otak diakses pada Rabu, 11 Maret 2020.
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan
Indosensia Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
edisi 1. Jakarta Selatan; DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
edisi 1. Jakarta Selatan; DPP PPNI
Widagdo, Wahyu dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta : Trans Info Media
Yulita, Sherly. 2015. Peningkatan TIK. Tersedia pada
https://www.academia.edu/19618980/Peningkatan_TIK diakses pada
Rabu, 11 Maret 2020