PENDAHULUAN
Peninggian tekanan intrakranial atau intracranial pressure (ICP) adalah
masalah yang sering ditemukan di bagian saraf. Peninggian tekanan intrakranial
terjadi disebabkan beberapa hal yang mendasari misalnya seperti lesi
intrakranial, gangguan cairan serebrospinal dan pelbagai masalah patologik
intrakranial yang lain.(Laurence T,2002)
Diagnosis dan pemantauan yang intensif dan terapi pada kondisi ini
sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. Peningkatan ICP yang
berlanjutan akan menyebabkan kerusakan otak dan merupakan akibat yang
fatal. Inovasi teknis terbaru di neuromonitoring memungkinkan untuk perbaikan
dalam morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh penigkatan tekanan
intrakranial (ICP). Pemahaman mekanisme yang menyebabkan elevasi ICP
penting supaya proses yang mendasarinya dapat diatasi sebelum cedera
neuronal ireversibel terjadi.(Sadoughi A,2013)
1
BAB II
DEFINISI
2
BAB III
ETIOLOGI
Hal ini dapat disebabkan karena peninggian central venous pressure dan
vasodilatasi serebral.(Willie S,2007)
b. Edema serebri.
Hal ini dapat disebabkan karena penurunan tekanan sistemik yang akan
menimbulkan penurunan cerebral perfusion pressure (CPP), selanjutnya akan
menurunkan cerebral blood flow (CBF) sehingga menimbulkan hipoksia jaringan
otak. Jika hal ini berlanjut akan terjadi kerusakan otak kemudian kerusakan blood
brain barrier (BBB) sehingga edema serebri. (Hutchinson P,2007)
Hal ini dapat disebabkan karena efek massa, infeksi, perdarahan trauma,
dan lain-lain. (Willie S,2007)
d. Efek massa.
b. Tumor otak
d. Pendarahan
3
e. Cedera kepala parah
BAB IV
PATOFISIOLOGI
Tekanan intrakranial didefinisikan sebagai tekanan di dalam ruang
cranium. Hal ini dimengerti bahwa otak dapat berfungsi dengan baik ketika nilai
tekanan intrakranial berada pada interval 5-15 mmHg pada orang dewasa dan
3-7 mmHg pada anak-anak dan 1.5-6mmHg pada anak baru lahir.(Laurence
TD,2002)
4
total volume intrakranial sama, maka ICP akan konstan. Peningkatan volume
salah satu faktor harus diikuti kompensasi dengan penurunan faktor lainnya
supaya volume tetap konstan. Perubahan salah satu volume tanpa diikuti respon
kompensasi dari faktor yang lain akan menimbulkan perubahan ICP. Beberapa
mekanisme kompensasi yang mungkin antara lain cairan serebrospinal (CSF)
diabsorpsi dengan lebih cepat atau arteri serebral berkonstriksi menurunkan
aliran darah otak. (Pickard JD,1993)
Salah satu hal yang penting dalam ICP adalah tekanan perfusi
serebral/cerebral perfusion pressure (CPP). CPP adalah jumlah aliran darah dari
sirkulasi sistemik yang diperlukan untuk memberi oksigen dan glukosa yang
adekuat untuk metabolisme otak. CPP dihasilkan dari tekanan arteri sistemik
rata-rata dikurangi tekanan intrakranial, dengan rumus CPP = MAP ICP. CPP
normal berada pada rentang 60-100 mmHg. MAP adalah rata-rata tekanan
selama siklus kardiak. MAP = Tekanan Sistolik + 2X tekanan diastolik dibagi 3.
Jika CPP diatas 100 mmHg, maka potensial terjadi peningkatan tekanan intra
kranial (ICP). Jika kurang dari 60 mmHg, aliran darah ke otak tidak adekuat
sehingga hipoksia dan kematian sel otak dapat terjadi. Jika MAP dan ICP sama,
berarti tidak ada CPP dan perfusi serebral berhenti, sehingga penting untuk
mempertahankan kontrol ICP dan MAP. (Pickard JD,1993)
5
BAB V
1) Nyeri kepala
6
intracranial pada malam hari karena kenaikan PCO2 saat tidur disebabkan oleh
depresi pernafasan, dan mungkin penurunan penyerapan cairan
cerebrospinal(CSF). (Japardi, 2002)
2) Muntah
Sebagian besar otak terbentuk dari sel-sel tubuh yang sangat khusus,
tetapi sensitive terhadap perubahan kadar oksigen. Respon otak terhadap tidak
mencukupinya kebutuhan oksigen terlihat sebagai somnolen dan gangguan daya
nalar (kognisi). Fluktuasi tekanan intracranial akibat perubahan fisik pembuluh
darah terminal. Oleh karena itu gejala awal dari penurunan derajat kesadaran
adalah somnolen, delirium atau letargi. Gejala ini dapat diperiksa dengan
menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) karena pemeriksaan ini adalah suatu
pemeriksaan atau pengukuran yang objektif dan sentiasa boleh dipakai dimana
sahaja. GCS juga tidak memerlukan riwayat penyakit pasien(anamnesis).
Skornya adalah jumlah dari penilaian respon mata, motoric dan verbal seperti
didalam Table 1. (Franzon, 2009)
4) Papilloedema
7
menyebabkan disc hemoragik (Lindsay, 2011). Tanda klinis ini sangat boleh
dipercayai tetapi memerlukan beberapa hari untuk tekanan intracranial
meningkat dan memberi dampak tanda klinis tersebut. (Japardi, 2002)
5) Hipertensi
6) Bradikardi
Ketika tekanan arteri kurang dari tekanan intrakranial, refleks yang disebut "CNS
iskemik respon" yang dirangsang oleh hipotalamus di otak. Hipotalamus
mengaktifkan sistem saraf simpatik, yang menyebabkan vasokonstriksi perifer
dan peningkatan curah jantung. Kedua efek berfungsi untuk meningkatkan
tekanan darah arteri. Ketika tekanan darah arteri melebihi tekanan intrakranial,
aliran darah ke otak dipulihkan. Peningkatan tekanan darah arteri yang
disebabkan oleh respons iskemik SSP merangsang baroreseptor di tubuh karotis,
sehingga memperlambat denyut jantung drastis sering ke titik bradikardia.
(Eddie,2007)
GEJALA TANDA
NYERI KEPALA KESADARAN
MENURUN
MUNTAH PAPILLOEDEMA
HIPERTENSI
BRADYCARDY
TABLE 2: GEJALA DAN TANDA PENINGKATAN INTRACRANIAL
8
1) Coagulation panel
Tes ini dilakukan untuk mengetahui jika ada trauma atau pendarahan dimana tes
ini berfungsi untuk melihat kecepatan factor pembekuan darah berfungsi dengan
baik atau tidak.. Antara tes yang dilakukan adalah tes Prothrombin Time (Pt)
yang berfungi untuk mendeteksi adanya gangguan factor pembekuan darah
seperti factor II, VII, IX dan X. Selain itu, tes Activated Partial Thromboplastin
Time (aPTT) adalah tes yang lebinh kurang sama fungsinya seperti tes Pt tetapi
tes aPTT lebih sensitive terhadap factor yang ada pada jalur intrinsic koagulasi
seperti factor XII. Tes pt dan aPTT selalu dipakai bersamaan. Tes Thrombin Time
(TT) dulakukan untuk melihat jika ada gangguan di thrombin ketika konversi
fibrinogen kepada fibrin. (Riley, 2010)
2) Elektrolit
Tes ini digunakan untuk monitor intake cairan pasien dan kadar natrium (Na +)
dan kalium (K+). Na+ dipertahankan apabila terjadi suatu keadaan yang
abnormal dan K+ akan hilang atau digunakan.Jika terjadi peningkatan tekanan
intracranial, akan terjadinya Diabetes Insipidus dan Syndrome of Inappropriate
Anti-diuretic hormone secretion (SIADH). (Holloway, 2003)
3) BUN/Creatinine (ureum)
Tes ini adalah untuk melihat jumlah urea nitrogen yang ada didalam tubuh badan
dimana tes ini digunakan untuk monitor ginjal berfungsi dengan baik atau tidak.
Jika level atau kadar BUN tinggi, ini bermakna tekanan intracranial telah
mengakibatkan komplikasi terhadap ginjal karena normalnya kadar BUN haruslah
rendah.( Holloway, 2003)
9
Pemeriksaan neuroimagining juga boleh dilakukan untuk memastikan
terdapat peningkatan tekanan tekanan intracranial. Pemeriksaannya ialah
pemeriksaan Ct-scan yang ideal untuk kasus darurat dan dari pemeriksaan ini,
dapat diketahui pasien mempunyai tekanan intracranial yang tinggi disebabkan
oleh massa, shift, edema atau perubahan di substansia nigra atau alba.
Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi abnormalitas dengan cepat untuk dapat
mengintervensi dengan cepat seperti pasien yang post-traumatic, hemorragik,
fraktur dan hydrocephalus. Dalam kasus trauma, adanya pneumocephalus dapat
dipastikan dengan mengevaluasi foto ct-scan dengan melihat adanya lokasi
setiap patah tulang cranium. Ct-scan kontras dapat membantu dengan dengan
memberi gambaran yang jelas untuk lokasi-lokasi yang ada inflamasi seperti
meningitis, vasculitis, encephalitis dan tumor yang ada disekitarnya lesi(abses).
Jika ada pengurangan enhancement dengan Ct-scan kontras, boleh diindikasikan
sebagai infark, edema atau non-enhancing tumor. Evaluasi indirek untuk
peningkatan tekanan intracranial dan adanya cerebral edema boleh dibua
dengan mengevaluasi vetrikel-ventrikel dan basal cistern di Ct-scan. ( Franzon,
2009)
BAB VI
PENATAKLAKSANAAN
10
a) Mengurangi ukuran otak: terapi osmolar (mannitol, hipertonik saline)
2) TINDAKAN UMUM
11
adalah euvolemia untuk mempertahankan curah jantung yang memadai dan
mengisi tekanan (CVP 4-10) untuk mempertahankan perfusi cerebral yang
adekuat iaitu dengan menggunakan cairan isotonik (NS), dan jangan
menggunakan solusi hipotonik, untuk pasien dengan peningkatan tekanan
intracranial. Mulai nutrisi enteral awal karena jika ada luka di kepala pasien
akan karena ia akan meningkatkan kebutuhan energy. Sepsis adalah umum,
terutama 3-7 hari setelah cedera kepala. Jangan ditunda terapi antibiotik yang
tepat . (Franzon, 2009)
3) MANAJEMEN VENTILATOR
Cara ini adalah untuk hindari hiperkapnia dan hipoksia.karena otak sangat
sensitif terhadap PaCO2 (penurunan 1 mmHg di PaCO2 bisa
menurunkantekanan intracranial 2-5 mmHg tergantung pada kebutuhan otak.)
Ventilasi untuk PaCO2 normal adalah 35 mmHg-40 mmHg. Namun,
hiperventilasi harus tidak digunakan sebagai modalitas pengobatan jangka
panjang karena ia akan menghasilkan risiko iskemia otak ke daerah yang
terluka. (Franzon, 2009)
4) SEDASI
Sedasi adalah untuk menghilankan agitasi, nyeri, dan aktivitas otot yang
akan menyebabkan peningkatan tekanan intracranial. Idealnya pilih obat yang
menyediakan analgesia, anxiolysis dan menghindari hipotensi seperti fentanyl
(Dosis 1-4 mcg / kg / hr) atau propofol (Dosis 25-80 mcg / kg / min). (Franzon,
2009)
5) TERAPI OSMOTIK
12
menurunkan tingkat peradangan. Dosis: 5-10cc / kg bolus lebih 1 jam, tidak
melebihi 500 ml atau terus menerus infus 0,25-1 cc / kg / jam, tidak melebihi
30ml / hr. Selain itu, boleh menggunakan manitol yang merupakan diuretik
osmotik yang meningkatkan serum osmolalitas. Efek termasuk penurunan
viskositas darah, menjaga CBF, menurun CBV dan dengan demikian
mengurangtekanan intracranial jika autoregulasi serebral utuh. Efek maksimal
dalam waktu 10 menit, durasi kerja adalah 75 menit, dan hal ini sangat efektif
jika diberikan dalam bentuk bolus. Gunakan minimum jumlah yang dibutuhkan
untuk mempertahankan osmolaritas tujuan serum umumnya 320 mOsm / kg.
Pada tingkat tinggi,> 340 mOsm / kg, risiko insufisiensi ginjal ada. Dosis 0,25-0,5
gm / kg bolus 4-6hrs q. (Franzon, 2009)
6) BARBITURATE
7) Pendinginan (Cooling)
13
intracranial pada pasien dengan intrakranial menurun, karena perubahan kecil
dalam volume intra-cranial secara dramatisdapat mengurangi tekanan intra-
cranial. Kateter tersebut dapat diposisikan pada 10-15cm H2O di atas
paras(level) telinga dan dibiarkan terbuka untuk mengalirkan, atau dapat
digunakan untuk memonitor ICP dan hanya mengalir ketika ICP> 20 mmHg.
(Franzon, 2009)
9) DEKOMPRESI BEDAH
10) KKORTIKOSTEROID
2. Hindari Demam
3. Intubasi / sedatif
5. Drainase Ventricular
14
b) saline hipertonik (5 ml / kg dari 3% NS) dapat diberikan sebagai bolus
atau kontinyu 3% infus pengecekan natrium sering (q4-6hr)
11.Setiap perubahan akut pada ICP selama setiap langkah terapi harus
menjamin pertimbangan untuk re-imaging (kepala CT) dan
memberitahukan bedah saraf.
15
BAB VII
KESIMPULAN
Diagnosis dan pemantauan yang intensif dan terapi pada kondisi ini
sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. Peningkatan ICP yang
berlanjutan akan menyebabkan kerusakan otak dan merupakan akibat yang
fatal. Inovasi teknis terbaru di neuromonitoring memungkinkan untuk perbaikan
dalam morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh penigkatan tekanan
intrakranial (ICP). Pemahaman mekanisme yang menyebabkan elevasi ICP
penting supaya proses yang mendasarinya dapat diatasi sebelum cedera
neuronal ireversibel terjadi.
16
Referensi
1. Treggiari MM, Schutz N, Yanez ND, Romand J-A. Role of intracranial pressure
values and patterns in predicting outcome of traumatic brain injury: a systematic
review. Neurocrit Care 2007; 6: 104-1
2. Ropper AH. Hyperosmolar Therapy for Raised Intracranial Pressure. N Engl J
Med 2012; 367: 746-52.
3. Pickard JD. Management of raised intracranial pressure. J Neurol Neurosurg
Psychiatry 1993;56:845. [http://dx.doi.org/10.1136/jnnp.56.8.845]
4. Lindsay K. Bone I: Neurology and Neurosurgery Illustrated. UK: Churchill
Livingstone, 2001. [http://dx.doi.org/10.1136/jnnp.74.1.7]
5. Hutchinson P, Timofeev I, Kirkpatrick P. Surgery for brain edema. Neurosurg
Focus 2007;22:E14.
6. Bratton SL, Chestnut RM, Ghajar J, et al. Intracranial pressure thresholds. J
Neurotrauma 2007; 24(Suppl 1): 55-8.
7. Sadoughi A, Igor R, Rubin Cohen. Measurement and Management of Increased
Intracranial Pressure.The Open Critical Care Medicine Journal,2013,6,(Suppl 1:M4)
: 56-65.
8. Laurence T Dunn. Raised Intracranial Pressure. J Neurol Psychiatry, 2002;73
(Suppl 1) : i23-i27.
9. Dr Willie S, Dr Antonia B. The Pathology of Raised Intracranial Pressure.
ACNR,2007. (Volume 7 Number 5) : 25-27.
10. Eddie J. Journal of Emergency Medical Services. (2007), PenWell Corporation,
pg: 2-3.
11. D. Franzon, MD and S. Kache, MD, Journal of Management Of Head Injury &
Intracranial Pressure. (2007), Peds Stanfod, pg: 3-9.
12. Dr. Iskandar Japardi, Journal of Neurology,Neurosurgeon and Psychiatry,
(2002). Group BMJ, pg: 3-4
13. D. Roytowski and A.Figaji, Raised Intracranial Pressure:What it is and how to
recognize it? (2013)
14. Lindsay, Bone and Fuller,Neurology And Neurosurgery Illustrated, (2011).
Churchill Livingstone. pg:81
15. Mardjono M. dan Sidharta P, Neurologi Klinis Dasar, (2003).Dian Rakyat, pg:
275-279
17
16. Riley R, Tidwell R, William D, Bode P, Marcus E and Carr, Laboratory
Evaluation of Hemostasis (2010), Pathology VCU, pg: 12-14
17. Nancy M Holloway, RN, MSN, 2003. Medical-Surgical Care Planning Fourth
Edition, Lippincott Williams & Wilkins pg: 190-195
18. Laurence T, Dunn, Raised Intracranial Pressure, (2002) Group BMJ, pg: 24-25
18