PENDAHULUAN
TIK normal bervariasi menurut umur, posisi tubuh, dan kondisi klinis.
TIK normal adalah 7-15 mm Hg pada dewasa yang berbaring, 3-7 mm Hg
pada anak-anak, dan 1,5-6 mm Hg pada bayi cukup umur. Definisi hipertensi
intracranial tergantung pada patologi spesifik dan usia, walaupun TIK>15
mmHg umumnya abnormal. Contohnya TIK>15 mmHg umumnya abnormal,
akan tetapi penanganan diberikan pada tingkat berbeda tergantung patologinya.
TIK>15 mmHg memerlukan penanganan pada pasien hidrosefalus, sedangkan
setelah cedera kepala, penanganan diindikasikan bila TIK>20 mmHg. Ambang
TIK bervariasi pada anak-anak dan telah direkomendasikan bahwa penanganan
sebaiknya dimulai selama penanganan cedera kepala ketika TIK >15 mmHg
pada bayi, 18 mmHg pada anak<8 tahun, dan 20 mmHg pada anak yang lebih
tua dan remaja.5
Onset terjadinya juga harus diperhatikan seperti onset yang cepat biasanya
karena perdarahan, hidrosefalus akut, atau trauma; onset yang bertahap karena
tumor, hidrosefalus yang sudah lama, atau abses. Riwayat kanker sebelumnya,
berkurangnya berat badan, merokok, penggunaan obat-obatan, koagulopati,
trauma, atau penyakit iskemik dapat berguna dalam mencari etiologi3,5.
Pemeriksaan neurologis lengkap harus dilakukan pada semua pasien. Pada
pemeriksaan neurologis yang diperhatikan adalah 2,3:
1. Perubahan mental status penderita dapat mulai dari kurang perhatian
(inattention) hingga koma.
2. Pemeriksaan nervi kraniales : gambaran pupil menetukan lokasi.
Kelumpuhan nervus tiga (menunjukkan herniasi unkal, ruptur aneurisma
arteri komunikan anterior), kelumpuhan nervus enam, dan papil edema.
3. Pemeriksaan motorik : posturing – dekortikasi atau flexor posturing
disebabkan gangguan pada traktus motorik. Deserebrasi atau extensor
posturing disebabkan kerusakan berat pada mesensefalon dan batang otak.
Namun, posturing ini tidak selalu berlaku.
4. Fenomena Kernohan’s notch (kelemahan pada sisi ipsilateral lesi karena
adanya herniasi dan kompresi pedunkulus serebri kontralateral).
D. Mengoptimalkan CPP
Dengan menambahkan vasopressor dan /atau cairan isotonik jika CPP < 60
mmHg (CPP = MAP-TIK). 1,2
F. Terapi osmotik
Terapi osmotik menarik air ke ruang intravaskuler. Baik mannitol maupun
salin hipertonik memiliki manfaat rheologik tambahan dalam menurunkan
viskositas darah dan menurunkan volume dan rigiditas sel darah merah.
Salin hipertonik
Loading dose 30 ml salin 23% diberikan dalam 10-20 menit melalui
CVC, dosis pemeliharaan adalah salin 3% 1 mg/kg/jam dengan kadar Na
serum 150-155 mEq/jam. Na harus diperiksa tiap 6 jam. Pemasukan salin
hipertonik ini berkaitan dengan edema. Salin hipertonik dihentikan setelah 72
jam untuk mencegah terjadinya edema rebound.2,3
Mannitol 20% (dosis 0,25-1 gr/kg)
Loading dose 1gr/kg BB, diikuti dengan dosis pemeliharaan 0,5 gr/kg
BB tiap 4-6 jam dengan kadar osmolaritas serum 300-320 mOsm.
Osmolalitas serum diperiksa tiap 6 jam. Waktu paruh mannitol adalah 0,16
jam. Efikasi terlihat dalam 15-30 menit, dan durasi efek adalah 90 menit
hingga 6 jam.2,3,4
Mekanisme mannitol memberikan efek yang menguntungkan dalam
terapi ini masih kontroversial, tetapi mungkin meliputi kombinasi berikut:2
1) Menurunkan TIK :
a. Ekspansi plasma segera : menurunkan hematokrit dan viskositas darah
dimana akan meningkatkan CBF dan O2 delivery. Ini akan menurunkan
TIK dalam beberapa menit.
b. Efek osmotik : meningkatkan tonisitas serum menggambarkan edema
cairan dari parenkim otak.
2) Mendukung mikrosirkulasi dengan memperbaiki reologi darah.
Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian
mannitol yaitu sebagai berikut:2
o Mannitol membuka sawar darah otak, dan mannitol yang melintasi sawar
darah otak ke sistem saraf pusat dapat memperburuk edema otak. Jadi
penggunaan mannitol harus diturunkan perlahan (tapering) untuk
mencegah rebound TIK.
o Pemberian bolus yang berlebihan dapat menyebabkan hipertensi dan jika
autoregulasi terganggu maka akan meningkatkan CBF dimana dapat
mencetuskan herniasi daripada mencegahnya.
o Mannitol dosis tinggi beresiko untuk terjadinya gagal ginjal akut
khususnya pada osmolaritas serum > 320 mOsm/L, penggunaan obat-
obatan nefrotoksik lainnya, sepsis, adanya penyakit ginjal sebelumnya.
G. Pilihan lainnya
Totilac ®: merupakan cairan hipertonik sodium laktat dengan konsentrasi
fisiologis potasium klorida dan kalsium klorida. Cairan ini memiliki
osmolaritas 1020 mOsm/L dengan pH 7.0. Cairan ini netral dan ketika
laktat dimetabolisme, ia tidak menyebabkan asidosis. Dosis penggunaan
10 cc/kg BB selama 12 jam intravena. Totilac ® mengandung ion yang
akan berdisosiasi menjadi anion (laktat dan klorida) dan kation (sodium,
potasium, kalsium). Sodium, kation di ekstraseluler, jika konsentrasinya
tinggi akan menjaga hipertonisitas sehingga memperbaiki hemodinamik.
Laktat, metabolik fisiologis dimana akan dioksidasi di mitokondria,
dimana oksidasinya akan menghasilkan energi yang sama dengan glukosa.
Kalsium, memegang peranan pada kontraktilitas jantung. Potasium,
mencegah hipokalemia, dimana dapat disebabkan infus sodium laktat.14,15
Barbiturat: bolus penobarbital 5-20 mg/kg diikuti 1-4 mg/kg/jam.
Barbiturat menurunkan metabolic demand dan selanjutnya CBF, CBV dan
TIK jika rantai metabolisme masih intak. Resiko penggunaan meliputi
hipotensi, kesulitan menilai pasien karena efek sedatifnya, supresi
jantung.2,3,7
Induksi hipotermia hingga 32-34ºC dapat menurunkan CBF dan TIK
dengan menurunkan metabolic demand. Tiap penurunan temperatur 1ºC
akan menurunkan metabolisme oksigen otak (CMRO2) 7%. Efek samping
hipotermi meliputi infeksi sistemik, bakteremia, koagulopati, pneumonia,
hipokalemia, dan aritmia.1
Steroid : seperti deksametason tidak efektif digunakan pada pasien trauma
kapitis. Biasanya berguna untuk edema yang berhubungan dengan tumor
dan infeksi. Dosis awal yang biasa digunakan adalah 10 mg deksametason
intravena diikuti 4 mg tiap 6 jam.
2.7 PROGNOSIS3
Prognosis pasien dengan peningkatan TIK sangat berhubungan dengan
tingkat keparahan dari patofisologi yang mendasari, efikasi manajemen, dan umur
dan komorbiditas pasien. Gambaran sindroma herniasi tidak selalu menunjukkan
suatu kondisi irreversibel dan sia-sia.
BAB III
KESIMPULAN