Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

TETANUS

OLEH :
Kadek Dwipa Dyatmika (16710036)

Pembimbing:
Dr. Vita Dwi Wijayanti, Sp.A
1
Tetanus merupakan penyakit yang
disebabkan eksotoksin bakteri Gram
TETANUS positif Clostridium tetani yang bersifat
obligat anaerob dan membentuk spora.
Spora banyak terdapat di dalam tanah
dan feses hewan dan infeksi terjadi
akibat kontak dengan jaringan melalui
luka

Insidensi tahunan tetanus di dunia


adalah 0,5-1 juta kasus dengan tingkat
mortalitas sekitar 45%. Di Amerika
Serikat pada tahun 1947 dilaporkan
terdapat 560 kasus, sedangkan antara
1998-2000 hanya 43 kasus per
tahunnya.

2
Tetanus merupakan penyakit klinis yang ditandai
dengan onset akut hipertonia dan kontraksi otot yang
nyeri (biasanya otot rahang dan leher) dan spasme otot
Definisi general tanpa penyebab medis lain yang tampak
dengan/tanpa bukti laboratoris C. tetani atau toksinnya
dengan atau tanpa riwayat trauma

Bakteri C. tetani dapat ditemukan di semua tempat di


dunia tetapi tetanus terutama ditemukan pada
negara-negara kurang dan sedang berkembang
Epidemiologi dengan iklim hangat dan lembap dan tanah yang kaya
dengan material organik. Tanah dan usus manusia
serta hewan merupakan reservoir spora C. tetani.
Transmisi spora C. tetani terjadi melalui luka yang
kotor (terkontaminasi) atau cidera jaringan lain.
3
ETIOLOGI

Tetanus disebabkan oleh toksin


bakteri Clostridium tetani yang
memiliki dua bentuk, yaitu bentuk
vegetatif dan spora. Bentuk
vegetatif rentan terhadap efek
bakterisidal dari proses pemanasan,
desinfektan kimiawi, dan antibiotik.
Bentuk ini merupakan bentuk yang
dapat menimbulkan tetanus

4
Patogenesis

Port d’entree Toksin


pencemaran dosis letal
(tetanospasmin)
lingkungan minimum
oleh bahan pada
biologis manusia 2,5
(spora) 1. Luka tusuk, patah tulang, komplikasi
kecelakaan, gigitan binatang, luka bakar ng/kgBB
yang luas.
2. Luka operasi, luka yang tidak bersih.
3. Otitis media, karies gigi, luka kronik.
4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril

5
Patogenesis
Toksin (tetanospasmin)

motor end plate di otot


rangka, medula spinalis,
otak, sistem saraf
simpatis

perubahan potensial membran, blokade pada simpul yang


gangguan enzim  kolin-esterase menyalurkan impuls  tonus otot
tidak aktif  kadar asetilkolin tinggi meningkat  kekakuan (spasme)
pada sinaps yang terkena  spasme

6
7
Manifestasi Klinis
1. Tetanus Lokal
Tetanus lokal merupakan bentuk yang jarang ditemukan. Pasien dengan tetanus lokal
mengalami spasme dan peningkatan tonus otot terbatas pada otot-otot di sekitar tempat
infeksi tanpa tanda-tanda sistemik. Kontraksi dapat bertahan selama beberapa minggu
sebelum perlahan-lahan menghilang

2. Tetanus Sefalik
>Tetanus sefalik juga merupakan bentuk yang jarang ditemukan (insiden sekitar 6%)
>Bentuk khusus tetanus lokal yang mempengaruhi otot-otot nervus kranialis (sering pada N.VII).
>Tetanus sefalik dapat timbul setelah otitis media kronik maupun cidera kepala (kulit kepala, mata
dan konjungtiva, wajah, telinga, atau leher).
> Manifestasi klinis yang dapat timbul dalam 1-2 hari setelah cidera

8
3. Tetanus General

 Spasme ini dapat berulang dan bisa terus-menerus atau diprovokasi


dengan hanya sedikit stimulasi (bunyi, cahaya, )
 Bentuk yang paling sering ditemukan.
 Gejala :
Trismus
Iritable
kekakuan leher, susah menelan
 risus sardonikus
kekakuan dada dan perut (opistotonus)
fleksi-abduksi lengan serta ekstensi tungkai
rasa sakit dan kecemasan yang hebat
kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan

9
4. Tetanus Neonatorum

Tetanus neonatorum disebabkan infeksi C. tetani yang masuk melalui tali


pusat sewaktu proses persalinan. Spora masuk disebabkan proses persalinan yang
tidak steril.
Gambaran klinis tetanus neonatorum serupa dengan tetanus general.
Gejala awal ditandai dengan ketidakmampuan untuk menghisap 3-10 hari setelah
lahir
 Gejala lain termasuk iritabilitas dan menangis terus menerus (rewel), risus
sardonikus, peningkatan rigiditas, dan opistotonus

10
DIAGNOSIS Gejala Klinis
 Hipertoni dan spasme otot (Trismus,
risus sardonikus, otot leher kaku dan
nyeri, opistotonus, dinding perut tegang,
anggota gerak spastik).
 Lain-lain: kesukaran menelan, asfiksia
dan sianosis, nyeri pada otot di sekitar
luka.
 Kejang tonik dengan kesadaran tidak
terganggu
 Umumnya ada luka/riwayat luka
 Demam derajat rendah
 Tetanus lokal

11
Hasil pemeriksaan laboratorium :

 Lekositosis sedang
 Cairan serebrospinal normal tetapi tekanan dapat
meningkat akibat kontraksi otot
 EKG dan EEG biasanya normal
 Kultur anaerob dan pemeriksaan mikroskopis nanah
yang diambil dari luka dapat membantu,
tetapi Clostridium tetani sulit tumbuh dan batang gram
positif berbentuk tongkat penabuh drum seringnya tidak
ditemukan.
Klasifikasi beratnya tetanus oleh Ablett:
Grade I (ringan)
Trismus ringan hingga sedang, spastisitas general, tidak ada distres
pernapasan, tidak ada spasme dan disfagia.
Grade II (sedang)
Trismus sedang, rigiditas yang tampak, spasme ringan hingga
sedang dengan durasi pendek, takipnea ≥ 30 kali/menit, disfagia
ringan.
Grade III A (berat)
Trismus berat, spastisitas menyeluruh, spasme spontan yang
memanjang, distres pernapasan dengan takipnea ≥ 40 kali/menit,
apneic spell, disfagia berat, takikardia ≥ 120 kali/menit
Grade III B (sangat
Keadaan seperti pada grade III ditambah disfungsi otonom berat
berat)
yang melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipertensi berat dan
takikardia bergantian dengan hipotensi relatif dan bradikardia, salah
satunya dapat menjadi persisten

13
Sistem skoring Dakar
Faktor prognostik Skor 1 Skor 0
Masa inkubasi < 7 hari ≥ 7 hari atau tidak diketahui
Periode onset < 2 hari ≥ 2 hari
Tempat masuk Umbilikus, luka bakar, Penyebab lain dan penyebab
uterus, fraktur terbuka, luka yang tidak diketahui
operasi, injeksi
intramuskular
Spasme Ada Tidak ada
Demam >38,4 °C <38,4 °C
Takikardi Dewasa > 120x/menit Dewasa <120x/menit
Neonatus >150x/menit Neonatus <150x/menit

Skor total mengindikasikan keparahan dan prognosis penyakit sebagai berikut:


a. Skor 0-1 : tetanus ringan dengan tingkat mortalitas < 10%
b. Skor 2-3 : tetanus sedang dengan tingkat mortalitas 10-20%
c. Skor 4 : tetanus berat dengan tingkat mortalitas 20-40%
d. Skor 5-6 : tetanus sangat berat dengan tingkat mortalitas > 50%
14
Diagnosis Banding
Penyakit Gambaran diferensial
Infeksi :
Meningoensefalitis Demam, trismus ridak ada, penurunan kesadaran, cairan
serebrospinal abnormal
Polio Trismus tidak ada, paralisis tipe flasid, cairan serebrospinal
abnormal
Rabies Gigitan binatang, trismus tidak ada, hanya spasme orofaring.

Lesi orofaring Bersifat lokal, rigiditas atau spasme seluruh tubuh tidak ada

Kelainan metabolik :
Tetani Hanya spasme karpo-pedal dan laringeal, hipokalsemia
Keracunan strikinin Relaksasi komplit diantara spasme
Reaksi fenotiazin Distonia, menunjukkan respon dengan difenhidramin.
Penyakit sistem saraf pusat :
Status epileptikus Penurunan kesadaran
Perdarahan atau tumor Trismus tidak ada, penurunan kesadaran
Kelainan psikiatrik :
Histeria Trismus inkonstan, relaksasi komplit antara spasme.
15
Tatalaksana
Strategi pengobatan melibatkan tiga
prinsip penatalaksanaan

Netralisasi toksin dalam


sirkulasi

Memberikan terapi supportif


Menyingkirkan sumber sampai tetanospasmin yang
infeksi terfiksir pada neuron
dimetabolisme
16
Menyingkirkan Sumber Infeksi
 Jika ada luka, hendaknya didebridemen secara bedah.

 Eradikasi sel-sel vegetatif sebagai sumber toksin  antibiotik

 Metronidazol

17
Netralisasi toksin bebas
 Antitoksin  Menetralisasi toksin yang beredar
di sirkulasi dan toksin pada luka yang belum
terikat. Toksin yang telah melekat pada jaringan
saraf tidak terpengaruh.
 Immunoglobulin tetanus manusia (HTIG)
merupakan pilihan utama
 HTIG  3000-6000 IU/ 5000-10.000 IU
 ATS  10.000 -20.000 IU

18
Minimalisasi efek toksin
 Regimen yang dapat menekan aktivitas
spasmodik tanpa menyebabkan sedasi
berlebihan dan hipoventilasi.
 Diazepam 0,5 mg/kgbb/kali IV dapat diulang
setiap kejang.
Penatalaksanaan pasien tetanus pada jam-jam
pertama pasien didiagnosis sebagai tetanus

 Periksa jalan nafas dan mempertahankan


ventilasi yang adekuat.
 Pasien ditempatkan di ruang perawatan khusus
yang sunyi dan gelap.
 Mencari port d’entry, periode onset, status
imunisasi.

20
Komplikasi
Sistem organ Komplikasi
Respirasi Apneu, hipoksia, gagal napas tipe I dan II, ARDS, komplikasi
akibat ventilasi mekanis jangka panjang (misalnya pneumonia),
komplikasi trakeostomi
Kardiovaskular Takikardia, hipertensi, iskemia, hipotensi, bradikardia, aritmia,
asistol, gagal jantung
Renal Gagal ginjal, infeksi dan stasis urin.
Gastrointestinal Stasis, ileus, perdarahan.

Muskuloskeletal Rabdomiolisis, myositis ossificans circumscripta, fraktur akibat


spasme.
Lain-lain Penurunan berat badan, tromboembolisme, sepsis, sindrom
disfungsi multiorgan.
21
Prognosis
 Prognosis tetanus ditentukan oleh masa
inkubasi, period of onset, jenis luka, dan
keadaan status imunitas pasien. Makin
pendek masa inkubasi makin buruk
prognosisnya, makin pendek period of onset
makin buruk prognosis.
 Letak, jenis luka dan luas kerusakan jaringan
turut memegang peran dalam menentukan
prognosis. Sedangkan apabila kita
menjumpai tetanus neonatorum harus
dianggap sebagai tetanus berat, oleh karena
mempunyai prognosis buruk.

22
PENCEGAHAN

1. Perawatan luka
Perawatan luka harus segera dilakukan terutama pada luka tususk, luka kotor
atau luka yang diduga tercemar dengan spora tetanus. Terutama perawatan luka guna
mencegah timbulnya jaringan anaerob

2. pemberian ATS dan Toksosid pada luka


Profilaksis dengan pemberian ATS hanya efektif pada luka baru (kurang dari
6jam) dan harus segera dilanjutkan dengan imunisasi aktif

3. imunisasi aktif
Imunisasi aktif yang dilakukan yaitu DPT, DT, atau Toksoid tetanus.
Vaksin DPT diberikan sebagai imunisasi dasar sebanyak 3kali, DPT IV pada usia 18
bulan dan DPT V pada usia 5 tahun, dan saat usia 12 tahun diberikan dT.
Toksoid tetanus ini diberikan pada usia subur, perempuan 12 tahun dan ibu hamil. DPT
/ dT diberikan setelah pasien sembuh dilanjutkan imunisasi ulangan diberikan sesuai
jadwal, oleh karena tetanus tidak menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama.
23
Terimakasih

24

Anda mungkin juga menyukai