TETANUS
OLEH :
Kadek Dwipa Dyatmika (16710036)
Pembimbing:
Dr. Vita Dwi Wijayanti, Sp.A
1
Tetanus merupakan penyakit yang
disebabkan eksotoksin bakteri Gram
TETANUS positif Clostridium tetani yang bersifat
obligat anaerob dan membentuk spora.
Spora banyak terdapat di dalam tanah
dan feses hewan dan infeksi terjadi
akibat kontak dengan jaringan melalui
luka
2
Tetanus merupakan penyakit klinis yang ditandai
dengan onset akut hipertonia dan kontraksi otot yang
nyeri (biasanya otot rahang dan leher) dan spasme otot
Definisi general tanpa penyebab medis lain yang tampak
dengan/tanpa bukti laboratoris C. tetani atau toksinnya
dengan atau tanpa riwayat trauma
4
Patogenesis
5
Patogenesis
Toksin (tetanospasmin)
6
7
Manifestasi Klinis
1. Tetanus Lokal
Tetanus lokal merupakan bentuk yang jarang ditemukan. Pasien dengan tetanus lokal
mengalami spasme dan peningkatan tonus otot terbatas pada otot-otot di sekitar tempat
infeksi tanpa tanda-tanda sistemik. Kontraksi dapat bertahan selama beberapa minggu
sebelum perlahan-lahan menghilang
2. Tetanus Sefalik
>Tetanus sefalik juga merupakan bentuk yang jarang ditemukan (insiden sekitar 6%)
>Bentuk khusus tetanus lokal yang mempengaruhi otot-otot nervus kranialis (sering pada N.VII).
>Tetanus sefalik dapat timbul setelah otitis media kronik maupun cidera kepala (kulit kepala, mata
dan konjungtiva, wajah, telinga, atau leher).
> Manifestasi klinis yang dapat timbul dalam 1-2 hari setelah cidera
8
3. Tetanus General
9
4. Tetanus Neonatorum
10
DIAGNOSIS Gejala Klinis
Hipertoni dan spasme otot (Trismus,
risus sardonikus, otot leher kaku dan
nyeri, opistotonus, dinding perut tegang,
anggota gerak spastik).
Lain-lain: kesukaran menelan, asfiksia
dan sianosis, nyeri pada otot di sekitar
luka.
Kejang tonik dengan kesadaran tidak
terganggu
Umumnya ada luka/riwayat luka
Demam derajat rendah
Tetanus lokal
11
Hasil pemeriksaan laboratorium :
Lekositosis sedang
Cairan serebrospinal normal tetapi tekanan dapat
meningkat akibat kontraksi otot
EKG dan EEG biasanya normal
Kultur anaerob dan pemeriksaan mikroskopis nanah
yang diambil dari luka dapat membantu,
tetapi Clostridium tetani sulit tumbuh dan batang gram
positif berbentuk tongkat penabuh drum seringnya tidak
ditemukan.
Klasifikasi beratnya tetanus oleh Ablett:
Grade I (ringan)
Trismus ringan hingga sedang, spastisitas general, tidak ada distres
pernapasan, tidak ada spasme dan disfagia.
Grade II (sedang)
Trismus sedang, rigiditas yang tampak, spasme ringan hingga
sedang dengan durasi pendek, takipnea ≥ 30 kali/menit, disfagia
ringan.
Grade III A (berat)
Trismus berat, spastisitas menyeluruh, spasme spontan yang
memanjang, distres pernapasan dengan takipnea ≥ 40 kali/menit,
apneic spell, disfagia berat, takikardia ≥ 120 kali/menit
Grade III B (sangat
Keadaan seperti pada grade III ditambah disfungsi otonom berat
berat)
yang melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipertensi berat dan
takikardia bergantian dengan hipotensi relatif dan bradikardia, salah
satunya dapat menjadi persisten
13
Sistem skoring Dakar
Faktor prognostik Skor 1 Skor 0
Masa inkubasi < 7 hari ≥ 7 hari atau tidak diketahui
Periode onset < 2 hari ≥ 2 hari
Tempat masuk Umbilikus, luka bakar, Penyebab lain dan penyebab
uterus, fraktur terbuka, luka yang tidak diketahui
operasi, injeksi
intramuskular
Spasme Ada Tidak ada
Demam >38,4 °C <38,4 °C
Takikardi Dewasa > 120x/menit Dewasa <120x/menit
Neonatus >150x/menit Neonatus <150x/menit
Lesi orofaring Bersifat lokal, rigiditas atau spasme seluruh tubuh tidak ada
Kelainan metabolik :
Tetani Hanya spasme karpo-pedal dan laringeal, hipokalsemia
Keracunan strikinin Relaksasi komplit diantara spasme
Reaksi fenotiazin Distonia, menunjukkan respon dengan difenhidramin.
Penyakit sistem saraf pusat :
Status epileptikus Penurunan kesadaran
Perdarahan atau tumor Trismus tidak ada, penurunan kesadaran
Kelainan psikiatrik :
Histeria Trismus inkonstan, relaksasi komplit antara spasme.
15
Tatalaksana
Strategi pengobatan melibatkan tiga
prinsip penatalaksanaan
Metronidazol
17
Netralisasi toksin bebas
Antitoksin Menetralisasi toksin yang beredar
di sirkulasi dan toksin pada luka yang belum
terikat. Toksin yang telah melekat pada jaringan
saraf tidak terpengaruh.
Immunoglobulin tetanus manusia (HTIG)
merupakan pilihan utama
HTIG 3000-6000 IU/ 5000-10.000 IU
ATS 10.000 -20.000 IU
18
Minimalisasi efek toksin
Regimen yang dapat menekan aktivitas
spasmodik tanpa menyebabkan sedasi
berlebihan dan hipoventilasi.
Diazepam 0,5 mg/kgbb/kali IV dapat diulang
setiap kejang.
Penatalaksanaan pasien tetanus pada jam-jam
pertama pasien didiagnosis sebagai tetanus
20
Komplikasi
Sistem organ Komplikasi
Respirasi Apneu, hipoksia, gagal napas tipe I dan II, ARDS, komplikasi
akibat ventilasi mekanis jangka panjang (misalnya pneumonia),
komplikasi trakeostomi
Kardiovaskular Takikardia, hipertensi, iskemia, hipotensi, bradikardia, aritmia,
asistol, gagal jantung
Renal Gagal ginjal, infeksi dan stasis urin.
Gastrointestinal Stasis, ileus, perdarahan.
22
PENCEGAHAN
1. Perawatan luka
Perawatan luka harus segera dilakukan terutama pada luka tususk, luka kotor
atau luka yang diduga tercemar dengan spora tetanus. Terutama perawatan luka guna
mencegah timbulnya jaringan anaerob
3. imunisasi aktif
Imunisasi aktif yang dilakukan yaitu DPT, DT, atau Toksoid tetanus.
Vaksin DPT diberikan sebagai imunisasi dasar sebanyak 3kali, DPT IV pada usia 18
bulan dan DPT V pada usia 5 tahun, dan saat usia 12 tahun diberikan dT.
Toksoid tetanus ini diberikan pada usia subur, perempuan 12 tahun dan ibu hamil. DPT
/ dT diberikan setelah pasien sembuh dilanjutkan imunisasi ulangan diberikan sesuai
jadwal, oleh karena tetanus tidak menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama.
23
Terimakasih
24