Anda di halaman 1dari 30

TETANUS PADA ANAK

Disusun
Oleh :

dr. R.R. Dyana Wisnu dr. Nofran Fernando


Satiti dr. Zahnia
dr. Anggun Pratiwi dr. Trisna Fajar
dr. Masribuana
Dokter Pendamping:
dr. Elisa Agustina Brenda
01 LATAR BELAKANG
02 TINJAUAN PUSTAKA
03 LAPORAN KASUS
04 DISKUSI
LATAR
BELAKANG
Tetanus adalah penyakit akut yang mengenai
sistem saraf, yang disebabkan oleh eksotoksin
yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium
tetani. Ditandai dengan kekakuan dan kejang
otot rangka.
Tahun 2000, hanya 18.833 kasus
tetanus yang dilaporkan ke WHO
1 JUTA KASUS/TAHUN
MORTALITAS 6% - 60%
(WHO, 2011)

Sekitar 76 negara (termasuk negara


berisiko tinggi), tidak memiliki data
serta seringkali tidak memiliki
informasi yang lengkap mengenai
tetanus
Insidensi tetanus menurun seiring
peningkatan cakupan imunisasi
dalam 20 tahun terakhir

Vaksinasi primer tidak lengkap


Tetanus masih rentan terjadi,
karena: Tidak ada kebijakan negara dalam
penyediaan booster

Orang-orang yang tidak melakukan


imunisasi saat infrastruktur pelayanan
kesehatan rusak
Angka kejadian tetanus pada
anak di rumah sakit: 7 – 40
kasus/tahun

50%: 5 – 9 tahun
30%: 1 – 4 tahun AMERIKA SERIKAT
18%: >10 tahun
Sisanya: <12 bulan
Tetanus termasuk
dalam 10 besar
INDONESIA
penyebab kematian
pada anak, dengan
kisaran tertinggi angka
kematian mencapai
60%
 Angka kejadian tetanus telah menurun setiap tahunnya,
namun penyakit ini masih belum dapat dimusnahkan
meskipun pencegahan dengan imunisasi sudah diterapkan
secara luas di seluruh dunia
TINJAUAN
PUSTAKA
Tetanus adalah penyakit akut yang mengenai
sistem saraf, yang disebabkan oleh eksotoksin
yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani.
Ditandai dengan kekakuan dan kejang otot rangka.
Kekakuan otot biasanya melibatkan rahang
(lockjaw), leher dan kemudian menjadi seluruh
tubuh.
EPIDEMIOLOGI TETANUS

Bakteri Clostridium tetani ditemukan di seluruh dunia.


Pada tanah, benda mati, kotoran hewan, dan terkadang
dalam kotoran manusia.

Dominan terjadi di negara-negara belum berkembang, di


negara-negara tanpa program imunisasi yang
komprehensif.

Terutama terjadi pada neonatus (tetanus neonatorum)


dan anak-anak.
15.103 kasus,
dengan jumlah
populasi yang
mendapat
vaksin DPT3
86%
(WHO, 2018)

.
Jumlah Kasus Tetanus dan Kematian di Beberapa Rumah Sakit
Provinsi di Indonesia (asupan finalisasi: insidens tetanus 5 tahun
terakhir 2003-2007 di RSCM, RSAB Har-Kit, RS Fatmawati, RSHS)

99 kasus dalam 10 tahun (2000 – 2010), dengan kematian pada 8 pasien. Khusus
pada tahun 2009 tercatat 9 kasus tetanus, dan pada tahun 2010 terdapat 6 kasus,
tanpa ada kematian.
(Data rekam medik Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Cipto Mangunkusumo)
TETANU
S Luka (65%)
luka kecil (misalnya, dari kayu atau serpihan
logam atau duri)

Komplikasi kondisi kronis


abses dan gangren

Infeksi Jaringan yang rusak


luka bakar, infeksi telinga tengah, prosedur pada gigi
atau bedah, iv/subkutis penggunaan narkoba

Sumber lain
benda asing intranasal dan lecet kornea
Kuman yang menghasilkan toksin adalah
Clostridridium tetani, dengan ciri-ciri:
Menghasilkan dua
eksotoxins, tetanolisin
dan tetanospasmin

Basil Gram-positif ber-spora


Menghasilkan eksotosin
yang kuat

Mampu membentuk
spora (terminal
spore) yang mampu Obligat anaerob dan dapat
bertahan hidup bergerak dengan menggunakan
flagella
Port d’entre tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun diduga
melalui:

Luka tusuk, patah tulang, gigitan binatang, luka bakar yang luas

Luka operasi, luka yang tak dibersihkan (debridemant) dengan baik.


Otitis media, karies gigi, luka kronik

Pemotongan tali pusat yang tidak steril, pembubuhan puntung tali


pusat dengan kotoran binatang, bubuk kopi, bubuk ramuan dan daun-
daunan (penyebab utama tetanus neonatorum.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS TETANUS
Masa inkubasi berkisar antara 3 sampai 21 hari, biasanya sekitar 8 hari.

Jenis klinis:

GENERALIZED LOCAL CEPHALIC


TETANUS TETANUS TETANUS
Klasifikasi tetanus berdasarkan derajat panyakit (Klasifikasi Ablett’s)

Grade I (ringan) Trismus ringan hingga sedang, spastisitas general, tidak ada distres pernapasan, tidak
ada spasme dan disfagia.
Grade II (sedang) Trismus sedang, rigiditas yang tampak, spasme ringan hingga sedang dengan durasi
pendek, takipnea ≥ 30 kali/menit, disfagia ringan.

Grade III A (berat) Trismus berat, spastisitas menyeluruh, spasme spontan yang memanjang, distres
pernapasan dengan takipnea ≥ 40 kali/menit, apneic spell, disfagia berat, takikardia ≥
120 kali/menit.

Grade III B (sangat berat) Keadaan seperti pada grade III ditambah disfungsi otonom berat yang melibatkan
sistem kardiovaskuler. Hipertensi berat dan takikardia bergantian dengan hipotensi
relatif dan bradikardia, salah satunya dapat menjadi persisten.
Anamnesa
 Apakah dijumpai riwayat luka (port
d’entre)?
DIAGNOS  Apakah pernah keluar nanah
IS dari telinga?
 Apakah sedang menderita gigi
TETANUS berlubang?
 Apakah sudah mendapatkan
imunisasi DT atau TT, kapan
melakukan imunisasi yang terakhir?
 Selang waktu antara timbulnya gejala
klinis pertama (trismus atau spasme
lokal) dengan kejang yang pertama?
Pemeriksaan fisik
Diagnosis  Trismus
Tetanus  Risus sardonicus
 Opistotonus
 Defans Muskular (perut papan)
 Kejang
 Gangguan pernapasan
Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium untuk
Diagnosis penyakit tetanus tidak khas, yaitu:
 Lekositosis ringan
Tetanus  Trombosit sedikit meningkat
 Glukosa dan kalsium darah normal
 Enzim otot serum mungkin
meningkat
 Cairan serebrospinal normal tetapi
tekanan dapat meningkat
Diagnosis Penunjang lainnya
 EKG dan EEG normal
Tetanus  Kultur anaerob dan pemeriksaan
mikroskopis nanah yang diambil
dari luka dapat membantu, tetapi
Clostridium tetani sulit tumbuh dan
seringnya tidak ditemukan.
DIAGNOSIS BANDING TETANUS

o Meningitis, ensefalitis
o Tetani disebabkan oleh hipokalsemia
o Rabies
o Trismus oleh karena proses lokal, seperti mastoiditis,
OMSK, abses tonsilar
TATALAKSANA TETANUS
RUANG ISOLASI

IMUNOTERAPI

ANTIBIOTIK

KONTROL KEJANG

KONTROL DISFUNGSI OTONOM

KONTROL PERNAPASAN

CAIRAN DAN GIZI ADEKUAT


PENCEGAHAN TETANUS

Perawatan luka

Pemberian ATS dan Tetanus toksoid pada


luka

Imunisasi aktif
KOMPLIKASI TETANUS
 sepsis
 bronkopneumonia
 kekakuan otot laring dan otot jalan
nafas
 aspirasi lendir/ makanan/ minuman
 patah tulang belakang (fraktur
kompresi)
PROGNOSIS TETANUS
Faktor prognostik Skor 1 Skor 0

Dakar Masa inkubasi < 7 hari ≥ 7 hari atau tidak diketahui


Periode onset < 2 hari ≥ 2 hari
score
Umbilikus, luka bakar, uterus,
Penyebab lain dan penyebab
Tempat masuk fraktur terbuka, luka operasi,
yang tidak diketahui
injeksi intramuskular
Spasme Ada Tidak ada
Demam > 38.4oC < 38.4oC
Dewasa  > 120 kali/menit Dewasa  < 120 kali/menit
Takikardia
Neonatus > 150 kali/menit Neonatus < 150 kali/menit

Interpretasi
 0 atau 1 – Mild tetanus; kematian di bawah 10%
 2 atau 3 – Moderate tetanus; mortalitas 10-20%
 4 – Severe tetanus; mortalitas 20-40%
 5 atau 6 – Very severe tetanus; mortalitas di atas 50%
Parameter Nilai
  < 48 jam 5
Philips
  2-5 hari 4 score
Masa inkubasi 6-10 hari 3
  11-14 hari 2
 
 
> 14 hari 1
 
Interpretasi
 
  Internal dan umbilikal 5 (a) skor < 9
  4
Lokasi infeksi Leher, kepala, dinding tubuh 3 tetanus ringan
Ekstremitas atas
 
Ekstremitas bawah
2 (b) skor 9-18
  1
  Tidak diketahui   tetanus
  10
 
 
8
sedang
Tidak ada
Status imunisasi
Mungkin ada/ibu mendapatkan imunisasi (pada neonatus)
4 (c) skor > 18
  2
  > 10 tahun yang lalu 0 tetanus berat
  < 10 tahun yang lalu  
  Imunisasi lengkap 10
    8
Faktor pemberat Penyakit atau trauma yang mengancam nyawa 4
Keadaan yang tidak langsung mengancam nyawa 2
1
Keadaan yang tidak mengancam nyawa
Trauma atau penyakit ringan
ASA derajat I
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai