Disusun Oleh :
dr. R.R. Dyana Wisnu Satiti
dr. Anggun Pratiwi
dr. Masribuana
dr. Nofran Firnando
dr. Zahnia
dr. Trisna Fajar
Pertama kami ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“TETANUS PADA ANAK” tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan
laporan kasus ini adalah sebagai salah satu tugas dalam melaksanakan program
internsip dokter di Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Elisa Agustina Brenda, dr.
Huminsa Ranto Morison Panjaitan, Sp.A., dr. Herbert Erwin Yunismar, Sp.A., dr.
Antonius Janes, Sp.PA., dan yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis menyadari banyak
sekali kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bukan hanya untuk penulis,
tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tetanus adalah penyakit akut yang mengenai sistem saraf, yang disebabkan
oleh eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani. Ditandai dengan
kekakuan dan kejang otot rangka.1 Tetanus dapat menyerang semua orang, namun
penyakit ini banyak terjadi pada bayi baru lahir dan wanita hamil yang belum
diimunisasi dengan vaksin yang mengandung tetanus-toksoid. Tetanus selama
kehamilan disebut maternal tetanus, dan tetanus dalam 28 hari pertama kehidupan
disebut neonatal tetanus.2
Tetanus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di seluruh
dunia. Diperkirakan angka kejadian pertahunnya sekitar satu juta kasus dengan
tingkat mortalitas yang berkisar dari 6% hingga 60%. 3 Selama 30 tahun
terakhir, hanya terdapat sembilan penelitian RCT (randomized controlled trials)
mengenai pencegahan dan tata laksana tetanus. Sekitar 76 negara, termasuk di
dalamnya negara yang berisiko tinggi, tidak memiliki data serta seringkali tidak
memiliki informasi yang lengkap. Hasil survey menyatakan bahwa hanya sekitar
3% tetanus neonatorum yang dilaporkan.4
Selama 20 tahun terakhir, insidensi tetanus telah menurun seiring dengan
peningkatan cakupan imunisasi. Namun demikian, hampir semua negara tidak
memiliki kebijakan bagi orang yang telah divaksinasi yang lahir sebelum program
imunisasi diberlakukan ataupun penyediaan booster yang diperlukan untuk
perlindungan jangka lama, serta pada orang-orang yang lupa melakukan jadwal
imunisasi saat infrastruktur pelayanan kesehatan rusak, misalnya akibat perang
dan kerusuhan. Akibatnya anak yang lebih besar serta orang dewasa menjadi lebih
berisiko mengalami tetanus. Meskipun demikian, di negara dengan program
imunisasi yang sudah baik sekalipun, orang tua masih rentan, karena vaksinasi
primer yang tidak lengkap ataupun karena kadar antibodinya yang telah menurun
seiring berjalannya waktu.5 Di Amerika Serikat, tetanus sudah jarang ditemukan.
Tetanus neonatorum menyebabkan 50% kematian perinatal dan menyumbangkan
20% kematian bayi. Angka kejadian 6-7 kasus/100 kelahiran hidup di perkotaan
dan 11-23 kasus/100 kelahiran hidup di pedesaan. Sedangkan angka kejadian
tetanus pada anak di rumah sakit 7-40 kasus/tahun, 50% terjadi pada kelompok 5-
9 tahun, 30% kelompok 1-4 tahun, 18% kelompok >10 tahun, dan sisanya pada
bayi <12 bulan.6.
Di Indonesia, tetanus masih menjadi salah satu dari sepuluh besar penyebab
kematian pada anak.7 Meskipun insidensi tetanus saat ini sudah menurun, namun
kisaran tertinggi angka kematian dapat mencapai angka 60%. Selain itu, meskipun
angka kejadiannya telah menurun setiap tahunnya, namun penyakit ini masih
belum dapat dimusnahkan meskipun pencegahan dengan imunisasi sudah
diterapkan secara luas di seluruh dunia. Oleh karena itu, diperlukan kajian
mengenai penatalaksanaan serta pencegahan tetanus guna menurunkan angka
kematian penderita tetanus, khususnya pada anak.8
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. RRS
Usia : 5 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Way Serdang, Mesuji
Bangsal : Isolasi Flamboyan
Tgl Masuk : 26 Juni 2022
Tgl Keluar : 03 Juli 2022
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Kaku seluruh badan dan tidak bisa membuka mulut.
Riwayat Imunisasi
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
HR : 110 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,8C
SpO2 : 99%
Antopometri
BB : 12 kg
TB : 98 cm
BMI : 12,49 (underweight)
Status Gizi
Status Gizi Berdasarkan Kurva WHO:
TB/U : -3 s/d -2 SD (pendek)
BB/U : -3 SD (gizi buruk)
BMI/U : -3 s/d -2 SD (kurus)
Kesan :Perawakan pendek, gizi buruk dan kurus
Status Generalis
a. Kepala
• Kepala : Normocephali.
• Mata : Bentuk mata dbn. Simetris, Konjungtiva pucat (-),sklera ikterik
(-), mata cekung (+), pupil simetris 3mm, reflex cahaya (+/+)
• Hidung : Pernafasan cuping hidung (-), sekret (-) jernih, epistaksis (-).
• Mulut : Trismus (+), sianosis (-).
• Telinga : Normotia, hiperemis (-), nyeri tekan (+), otore (+).
b. Leher
Simetris, pembesaran limfonodi (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).
c. Thorax
• Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, retraksi subcostal (-).
Palpasi : Fokal fremitus sama kanan dan kiri, tidak meningkat.
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
• Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tak tampak. Thrill (-)
Palpasi : Massa (-)
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-) gallop (-)
d. Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-), peristaltic usus (-)
Auskultasi : Bising peristaltik (+) normal
Perkusi : Timpani (+) di seluruh regio abdomen
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-), turgor kulit normal, hepar dan lien tak
teraba
e. Ekstremitas
Akral hangat (+/+), edema (-/-), sianosis (-), CRT <2 detik,
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
DIAGNOSIS
Tetanus (grade II)
OMSK Bilateral
PENATALAKSANAAN
IGD
O2 nasal kanul 1 lpm
IVFD RL 500cc/12jam
Inj. Diazepam 3 mg bolus lambat
Inf. Paracetamol 4x150mg
Konsul Sp.A
Inj. Dexametason 3x3mg
Inj. Ceftriaxone drip 2x250mg
IVFD D5 ¼ NS 500cc/12jam
NGT No. 12
Diit cair
Head CT Scan
Konsul Sp.THT
Akilen 3x4tetes ADS
Inj. Metronidazole drip 3x110mg
Spesialis Anak
IVFD D5 ¼ NS 500cc/12jam
Inj. Tetagam 3000 IU IM
Inj. Ceftriaxone 2x550mg
Inj. Metronidazole 3x165mg
Inj. Dexametason 5mg
Inj. Diazepam 2,5mg bolus lanjut 4 mg IV tiap 2 jam
Inj. Paracetamol 4x150mg
Pasang NGT
Rawat ruang isolasi
Hindari rangsang suara dan cahaya
CPPT
Tgl SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESMENT PLANNING
27/06/ Kejang disertai KU : lemah Tetanus IVFD D5 ¼ NS
HR : 100 x/menit OMSK ADS 500cc/12jam
2022 dengan kaku
S : 37C Inj. Tetagam 3000
leher dan sulit RR : 20 x/menit IU IM
Trismus (+) Inj. Ceftriaxone
buka mulut
Kaku kuduk (+) 2x550mg
Kejang rangsang Inj. Metronidazole
(+) 3x165mg
Perforasi Inj. Dexametason
5mg
membrane
Inj. Diazepam
timpani 2,5mg bolus lanjut
4 mg IV tiap 2 jam
Inj. Paracetamol
4x150mg
Pasang NGT
Rawat ruang
isolasi
Hindari rangsang
suara dan cahaya
28/06/ Kejang 1 kali KU : lemah Tetanus IVFD D5 ¼ NS
jam 03.00 HR : 110 x/menit OMSK ADS 500cc/12jam
2022
kurang lebih 10 S : 36,7C Inj. Ceftriaxone
menit RR : 20 x/menit 2x550mg
Mulut kaku Trismus (+) Inj. Metronidazole
Telinga keluar 3x165mg
Inj. Diazepam
cairan
4mg/2jam
Inj. Paracetamol
4x150mg
Akilan 3x4 tetes
ADS
H2O2 2x0,2cc
29/06/ Kejang 1 kali KU : lemah Tetanus IVFD D5 ¼ NS
2022 jam 03.00 HR : 100 x/menit OMSK ADS 500cc/12jam
kurang lebih 15 S : 36,5C Inj. Ceftriaxone
menit RR : 20 x/menit 2x550mg
Mulut kaku Trismus (+) Inj. Metronidazole
3x165mg
Inj. Diazepam
2,5mg bolus lanjut
4 mg IV tiap 2 jam
Inj. Paracetamol
4x150mg
Akilan 3x4 tetes
ADS
H2O2 2x0,2cc
30/06/ Kejang 2 kali KU : lemah Tetanus IVFD D5 ¼ NS
2022 jam 04.00 dan HR : 110 x/menit OMSK ADS 500cc/12jam
05.00 kurang S : 36,8C Inj. Ceftriaxone
lebih 5 menit RR : 20 x/menit 2x600mg
Mulut kaku Trismus 1 jari (+) Inj. Metronidazole
3x165mg
Inj. Diazepam
4mg/2jam (STOP)
Inj. Sibital
2x35mg
Inj. Paracetamol
4x150mg
Nistatin drop 4x1
Akilan 3x4 tetes
ADS
H2O2 2x0,2cc
01/07/ Kejang 1 kali KU : lemah Tetanus IVFD D5 ¼ NS
2022 jam 18.00 HR : 100 x/menit OMSK ADS 500cc/12jam
kurang lebih 10 S : 36,5C Inj. Ceftriaxone
menit RR : 20 x/menit 2x600mg
Mulut kaku Trismus 1 jari (+) Inj. Metronidazole
3x165mg
Inj. Sibital
2x40mg
Inj. Paracetamol
4x150mg
Nistatin drop 4x1
(STOP)
Akilan 3x4 tetes
ADS
H2O2 2x0,2cc
Diit cair 4x200ml
02/07/ Kejang 1 kali KU : lemah Tetanus IVFD D5 ¼ NS
2022 jam 04.00 HR : 110 x/menit OMSK ADS 500cc/12jam
kurang lebih 10 S : 36,8C Inj. Ceftriaxone
menit RR : 20 x/menit 2x600mg
Mulut kaku Trismus 1 jari (+) Inj. Metronidazole
3x165mg
Inj. Sibital
2x40mg
Inj. Paracetamol
4x150mg
Akilan 3x4 tetes
ADS
H2O2 2x0,2cc
Asam Valproat
2x2cc
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Tetanus
Tetanus adalah penyakit akut yang mengenai sistem saraf, yang disebabkan
oleh eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani. Ditandai dengan
kekakuan dan kejang otot rangka. Kekakuan otot biasanya melibatkan rahang
(lockjaw), leher dan kemudian menjadi seluruh tubuh.1 Gejala klinis tetanus
hampir selalu berhubungan dengan kerja eksotoksin (tetanospasmin) pada sinaps
ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuromuskular (neuro
muscular junction) dan saraf otonom.9
Tetanus dapat menyerang semua orang, namun penyakit ini banyak terjadi
pada bayi baru lahir dan wanita hamil yang belum diimunisasi dengan vaksin
yang mengandung tetanus-toksoid. Tetanus selama kehamilan disebut maternal
tetanus, dan tetanus dalam 28 hari pertama kehidupan disebut neonatal tetanus.2
Port d’entre tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun diduga melalui:
c. Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium untuk penyakit tetanus tidak khas,
yaitu
Lekositosis ringan
Trombosit sedikit meningkat
Glukosa dan kalsium darah normal
Enzim otot serum mungkin meningkat
Cairan serebrospinal normal tetapi tekanan dapat meningkat14
d. Penunjang lainnya
EKG dan EEG normal
Kultur anaerob dan pemeriksaan mikroskopis nanah yang diambil
dari luka dapat membantu, tetapi Clostridium tetani sulit tumbuh
dan batang gram positif berbentuk tongkat penabuh drum
seringnya tidak ditemukan.
c. Pengobatan antibiotik :
Lini pertama yang digunakan metronidazole 500 mg setiap enam
jam intravena atau secara peroral selama 7-10 hari. 9,10 Pada anak-
anak diberikan dosis inisial 15 mg/kgBB secara IV/peroral
dilanjutkan dengan dosisi 30 mg/kgBB setiap enam jam selama 7-
10 hari.1
Lini kedua yaitu Penisilin G 1,2 juta unit/ hari selama 10
hari.14(100.000-200.000 IU / kg / hari intravena, diberikan dalam 2-
4 dosis terbagi).
Tetrasiklin 2 gram/ hari, makrolida, klindamisin, sefalosporin dan
kloramfenikol juga efektif10,15,16
d. Kontrol kejang: benzodiazepin lebih disukai. Untuk orang dewasa,
diazepam intravena dapat diberikan secara bertahap dari 5 mg, atau
lorazepam dalam kenaikan 2 mg, titrasi untuk mencapai kontrol kejang
tanpa sedasi berlebihan dan hipoventilasi (untuk anak-anak, mulai
dengan dosis 0,1-0,2 mg / kg setiap 2-6 jam, titrasi ke atas yang
diperlukan). jumlah besar mungkin diperlukan (sampai 600 mg / hari).
sediaan oral dapat digunakan tetapi harus disertai dengan pemantauan
hati untuk menghindari depresi pernafasan atau penangkapan.
Magnesium sulfat dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi
dengan benzodiazepin untuk mengendalikan kejang dan disfungsi
otonom: 5 gm (atau 75mg / kg) dosis intravena, kemudian 2-3 gram
per jam sampai kontrol kejang dicapai. Untuk menghindari overdosis,
memantau refleks patela sebagai arefleksia (Tidak adanya patela
reflex) terjadi di ujung atas dari rentang terapeutik (4mmol / L). Jika
arefleksia berkembang, dosis harus dikurangi. agen lain yang digunakan
untuk mengendalikan kejang termasuk baclofen, dantrolen (1-2 mg / kg
intravena atau dengan mulut setiap 4 jam), barbiturat, sebaiknya short-
acting (100-150 mg setiap 1-4 jam di orang dewasa; 6-10 mg / kg
pada anak-anak), dan chlorpromazine (50-150 mg secara
intramuskular setiap 4-8 jam pada orang dewasa; 4-12 mg
intramuskular setiap 4-8 jam di anak-anak).10,16
e. Kontrol disfungsi otonom: magnesium sulfat seperti di atas; atau
morfin. Catatan: β-blocker seperti propranolol digunakan di masa lalu
tetapi dapat menyebabkan hipotensi dan kematian mendadak; hanya
esmalol saat ini dianjurkan.10,14-16
f. Kontrol pernafasan: obat yang digunakan untuk mengontrol kejang dan
memberikan sedasi dapat mengakibatkan depresi pernafasan. Jika
ventilasi mekanik tersedia, ini adalah kurang dari masalah; jika tidak,
pasien harus dipantau dengan cermat dan dosis obat disesuaikan.
Kontrol disfungsi otonom sambil menghindari kegagalan pernafasan.
ventilasi mekanik dianjurkan bila memungkinkan. trakeostomi untuk
mencegah terjadinya apneu.10,14-16
g. Cairan yang memadai dan gizi harus disediakan, kejang tetanus
mengakibatkan metabolisme yang tinggi dan keadaan katabolik.
Dukungan nutrisi akan meningkatkan kemungkinan bertahan hidup. 14-
16
Tidak ada 10
Mungkin ada/ibu mendapatkan imunisasi (pada 8
neonatus)
13. Leman MM, Tumbelaka AR. Laporan Kasus: Penggunaan anti tetanus serum
dan human tetanus immunoglobulin pada tetanus anak. Jakarta: Sari Pediatri.
2010. 12 (4). h. 283 – 288
14. Sudoyo A., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati S. Tetanus. Dalam:
IlmuPenyakit Dalam jilid III Ed 4th . FK Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.
Hal: 1799-807
15. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and Victor's Principles of
Neurology. 10th ed. United State: McGraw-Hill education; 2014.
16. WHO. Current recommendations for treatment of tetanus during humanitarian
emergencies. Geneva: Disease Control in Humanitarian Emergencies
Department of Global Alert and Response; 2010 Available
from:http://www.who.int/diseasecontrol_emergencies/who_hse_gar_dce_201
0_en.pdf