Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

TINEA KORPORIS

Oleh :

dr. Nofran Firnando

Pembimbing:

dr. Melly Kemerdasari KN

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PUSKESMAS GANJAR AGUNG

2023
KATA PENGANTAR

Pertama kami ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “TINEA

KORPORIS”. Adapun tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah sebagai salah

satu tugasdalam melaksanakan program internsip dokter di Puskesmas Ganjar

Agung Kota Metro. Proses penulisan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari

berbagai pihak, maka tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. dr. Melly Kemerdasari KN selaku pembimbing dalam melaksanakan

Program Internship Dokter Indonesia di Puskesmas Ganjar Agung Kota

Metro, Lampung.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Case Report ini

baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan.

Metro, 07 November 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan organ yang terletak pada sisi terluar manusia dan

merupakan organ yang istimewa karena mudah diamati baik dalam keadaan sakit

maupun sehat. Fungsi kulit dalam memelihara kesehatan manusia yaitu sebagai

perlindungan fisik, perlindungan imunologik, fungsi ekskresi, pengindera,

pengaturan suhu tubuh, pembentukan vitamin D, dan kosmetik. 1

Penyakit infeksi pada kulit dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus,

parasit dan lain-lain.2 Presentase penyakit kulit akibat jamur diseluruh dunia 25%

diantaranya adalah infeksi jamur superfisial, sehingga dermatofitosis menjadi

penyakit menular yang umum terjadi.3 Penyebab Infeksi jamur superfisial kulit

terbanyak disebabkan oleh jamur kelompok dermatofita. Terminologi yang sering

digunakan untuk menggambarkan dermatomikosis adalah “tinea” atau

“ringworm” yang dibedakan berdasarkan lokasi anatomi dari infeksi.4,5

Tinea korporis merupakan infeksi dermatofita yang terjadi pada kulit

glabrosa pada area batang tubuh (badan) dan ekstremitas. Umumnya Tinea

korporis dapat ditemukan di seluruh dunia dan menginfeksi manusia pada seluruh

usia, namun prevalensi terbanyak adalah pada anak usia pra-remaja.6 Dilaporkan

pada Maret 2005 pernah terjadi wabah tinea korporis dan tinea kapitis pada anak

di sekolah dasar Anosizato, Antananarivo, Madagaskar dengan 76% dari total

kasus adalah infeksi tinea korporis.7 Kasus serupa juga dilaporkan sebelumnya

pada tahun 2000 yaitu kejadian wabah tinea korporis pada anak (komunitas atlet
angkat besi) usia 7-17 tahun di Jerman.8 Pada penelitian yang dilakukan di

Amazonas, Brazil mengenai frekuensi dermatofitosis pada anak usia dibawah

12tahun dan anak sekolah dasar di komunitas rural Nigeria Tenggara didapatkan

hasil bahwa tinea korporis merupakan infeksi terbanyak kedua setelah tinea

kapitis. Pada penelitian tersebut disebutkan tinea korporis lebih sering terjadi pada

grup anak usia diatas 10 tahun dengan daerah korporal yang terinfeksi ialah wajah

(32%), badan (31%), lengan (23%), tungkai (19%), dan leher (7%).9,10 Penelitian

yang dilakukan di India dari tahun 2016-2017 menyebutkan persebaran infeksi

dermatofita pada anak terjadi paling tinggi di usia <9 tahun.

Angka kejadian infeksi kulit dermatofita tergolong cukup tinggi karena

Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang mempunyai tingkat

kelembapan tinggi.12 Prevalensi pasien dermatofitosis menurut penelitian di

Rumah Sakit Islam Aisiyah Malang dari Januari-Desember 2017 menyebutkan

tinea korporis merupakan jenis dermatofita tersering dan kelompok anak usia <15

tahun.

Infeksi tinea korporis dimulai dengan kolonisasi hifa dan cabang-

cabangnya di dalam jaringan keratin yang mati, hifa melepaskan keratinase serta

enzim lainnya guna menginvasi lebih dalam stratum korneum dan menimbulkan

peradangan, walaupun umumnya, infeksi terbatas pada epidermis, karena adanya

mekanisme pertahanan tubuh non spesifik, seperti komplemen, PMN, aktivasi

faktor penghambat serum (serum inhibitory factor) namun kadang-kadang dapat

bertambah/meluas. Masa inkubasinya sekitar 1-3 minggu.16


1.2 Rumusan Masalah

1) Apakah definisi dari tinea korporis?

2) Apakah epidemiologi dari tinea korporis?

3) Bagaimana etiologi dari tinea korporis?

4) Bagaimana tanda dan gejala dari tinea korporis?

5) Apa saja diagnose banding dari tinea korporis?

6) Apa saja pemeriksaan fisik dan penunjang dari tinea korporis?

7) Bagaimana penatalaksanaan dari tinea korporis?

8) Bagaimana prognosis dari tinea korporis?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui definisi dari tinea korporis

2) Untuk mengetahui epidemiologi dari tinea korporis

3) Untuk mengetahui etiologi dari tinea korporis

4) Untuk mengetahui tanda dan gejala dari tinea korporis

5) Untuk mengetahui diagnose banding dari tinea korporis

6) Untuk mengetahui pemeriksaan fisik dan penunjang dari hernia

7) Bagaimana penatalaksanaan dari tinea korporis

8) Bagaimana prognosis dari tinea korporis


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita yang mengenai kulit


tubuh tidak berambut (globorous skin) di daerah muka, badan, lengan dan glutea.
(1,3.4)

2.2 Epidemiologi

Tinea korporis banyak diderita oleh semua umur, terutama lebih sering

menyerang orang dewasa, terutama pada orang-orang yang kurang mengerti

kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta

kelembaban kulit yang lebih tinggi. Lebih sering menyerang pria dari pada

wanita. Tersebar ke seluruh dunia, terutama pada daerah tropis, dan insidensi

meningkat pada kelembaban udara yang tinggi. (2,4)

2.3 Etiologi

Tinea korporis disebabkan jamur Dermatofita, terutama oleh


Epidermophyton floccosum atau Trichophyton rubrum. Tinea kruris disebabkan
jamur dermatofita terutama oleh Epidermophyton floccosum,
Trichophytonrubrum, dan Trichophyton mentagrophytes. (1.4)

Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dengan individu


yangterinfeksi atau tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur,
misalnya handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel dan lain-lain.

Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya di


dalamjaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang
berdifusi ke dalam jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan.
Pertumbuhan jamur dengan pola radial di dalam stratum korneum
menyebabkan timbulnya lesi kulit yang sirsinar dengan batas yang jelas dan
meninggi. Reaksi kulit semula berbentuk papul kemudian berkembang menjadi
suatu reaksi peradangan berupa suatu dermatitis.

2.4 Tanda dan Gejala

Gambaran klinis dari tinea korporis merupakan lesi anular, bulat atau

lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan

vesikel dan papul di tepi. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang ( tanda

peradangan lebih jelas pada daerah tepi ) yang sering disebut dengan central

healing. Tapi kadang juga dijumpai erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi

pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain.

Kelainan kulit dapat juga terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang

polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Selain itu lesi dapat

berupa arsiner, atau sinsiner. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif

jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang

hiperpigmentasi dan skuamasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat terjadi

bersama-sama dengan tinea kruris (1,2,3,7)

2.5 Diagnosis Banding

Tinea korporis dapat didiagnosa banding dengan dermatitis kontak,

Pitiriasis rosea, Psoriasis vulgaris, sifilis stadium II tipe makulopapular, dan

dermatitis seboroik. (2.3.6,8)


2.6 Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

Dari anamnesa didapatkan rasa gatal yang sangat mengganggu, dan

gatal bertambah apabila berkeringat. Karena gatal dan digaruk, maka timbul

lesi sehingga lesi bertambah meluas, terutama pada kulit yang lembab.

Pada pemeriksaan Pada kerokan kulit dengan KOH 10-20% bila positif

memperlihatkan elemen jamur berupa hifa panjang dan artrospora (hifa yang

bercabang) yang khas pada infeksi dermatofita. Pemeriksaan dengan

pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung sediaan basah

dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan

menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap paling baik

pada waktu ini adalah medium Agar Dekstrosa Sabouraud, (4.5,7)

2.7 Penatalaksanaan

1. Umum

 Meningkatkan kebersihan badan dan menghindari berkeringat yang

berlebihan

 Mengurangi kelembaban dari tubuh pasien dengan menghindari

pakaian yang panas dan tidak menyerap keringat (karet, nylon)

 Menghindari sumber penularan yaitu binatang, kuda, sapi, kucing,

anjing. atau kontak pasien lain.

 Menghilangkan fokal infeksi ditempat lain misalnya di kuku atau di

kaki.

 Faktor-faktor predisposisi lain seperti diabetes mellitus, kelaian

endokrin yang lain, leukemia, harus dikontrol. (7)


2. Khusus

 Topikal

 Derivat azol misalnya mikonazol 2%, klotrimasol 1%, ketokonazol 1%

 Salep Whitfield

 Asam benzoat 6-12%

 Asam sa lisi lat 2-4% (4.7)

 Sistemik

 Griseofulvin 500 mg sehari untuk dewasa, sedangkan anak-anak 10-25

mg/kgBB sehari. Lama pemberian griseofulvin pada tinea korporis

adalah 3-4 minggu, diberikan bila lesi luas atau bila dengan

pengobatan topikal tidak ada perbaikan.

 Pada kasus yang resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan derivat

azol seperti ketokonazol 200 mg per hari selama 2-4 minggu pada pagi

hari setelah makan, itrakonazol 100-200 mg/hari selama 2-4 minggu

atau 200 mg/hari selama 1 minggu, flukonazol 150 mg 1x/mgg selama

2-4 minggu, terbinafin 250 mg/hari selama 1-2 minggu.

 Antibiotika diberikan bila terdapat infeksi sekunder. (5,7,9)

2.8 Prognosis

Tinea korporis dan tine kruris mempunyai prognosa baik dengan

pengobatan yang adekuat dan kelembaban dan kebersihan kulit yang selalu

dijaga (1,4)
BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. D

Umur : 42 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Ganjar Agung Kota Metro

No.Rekam Medis : 00-48-47-56

Tanggal Masuk : 08 September 2022

Tanggal Periksa : 08 September 2022

B. ANAMNESA

Keluhan Utama

Timbul bercak bercak kemerahan dan bersisik di badan

Keluhan Tambahan

-
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien Ny. D datang ke Poli Balai Pengobatan diantar suami nya dengan keluhan

Timbul bercak bercak kemerahan dan bersisik di badan sejak 3 bulan yang lalu.

Riwayat BAB : Normal

Riwayat BAK : Normal

Riwayat Penyakit Terdahulu

Hipertensi (-) DM (-) Riwayat Asma (-) Riwayat Penyakit Jantung (-) Ginjal (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat DM (-), Riwayat Hipertensi (-), Riwayat Asma (-), Riwayat Penyakit

Jantung (-). Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala sama seperti

pasien.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

b. Kesadaran : Composmentis

c. Vital Sign : Tekanan Darah : 128/80 mmHg

Nadi : 110x/menit

Pernafasan : 22x/menit

Suhu : 36,5°C
2. Status Generalisata

a. Kepala : Normocepali

b. Mata : Conjongtiva Anemis (-) , Sklera Ikterik (-) , Pupil Isokor

(+)

c. Hidung : Simetris, Mukosa tidak hiperemis, Cavum nasi tidak ada

perdarahan

d. Telinga : Simetris, Sekret (-)

e. Mulut : Sianosis (-)

f. Leher : Pembesaran KGB (-), trakea letak tengah

g. Thorax

 Paru-Paru

Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, masa (-),

jejas (-).

Palpasi : vocal fremitus sama pada kedua paru

Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru

Auskultasi : suara nafas vesikuler di kedua paru, ronkhi -/-, whezing -/-

 Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba di Iintercostae 5 linea midclavicularis

sinistra

Perkusi : Batas atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra

Batas kanan : ICS 3-4 linea sternalis dextra


Batas kiri : ICS 5, 1 cm lateral linea midclavicularis

sinistra

Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

h. Abdomen

Inspeksi : Ditemukan bercak kemerahan dan bersisik, vesikel dan

multiple.

Auskultasi : Bising usus (+)

Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani pada seluruh bagian abdomen

i. Ekstremitas : Akral hangat, CTR <2 detik, edema (-)

D. RESUME

Pasien Ny. D datang ke Poli Balai Pengobatan diantar suami nya dengan keluhan

Timbul bercak bercak kemerahan dan bersisik di badan sejak 3 bulan yang lalu.

Riwayat BAB : Normal

Riwayat BAK : Normal

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan kerokan kulit dengan kalium hidroksida (KOH)

 Pemeriksaan kultur jamur

 Pemeriksaan Lampu WOOD

F. DIAGNOSA KERJA

Tinea Korporis
G. DIAGNOSA BANDING

-Pitiriasi Rosea

-Psoriasis Vulgaris

-Dermatitis Kontak

H. PENATALAKSANAAN

- Medikamentosa :

 Derivat azol misalnya mikonazol 2%,

 klotrimasol 1%, ketokonazol 1%

 Salep Whitfield

 Asam benzoat 6-12%

 Asam sa lisi lat 2-4%.

I. PROGNOSIS

Dubia ad vitam : bonam

Dubia ad sanationam : bonam

Dubia ad fungsionam : bonam


DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta:

Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. halaman 92-99


2. Mikosis superficial, diunduh dari

httn:// renositorv.usu.ac.id/ bitstream/ 123456789/1174/1/ fkø- trelial.pdf.


3. Harahap M. 2002. Ilmu Penyakit Kulit Cetakan I. Jakarta: Hippokrates. halaman 77-78
4. Tinea kruris, diunduh dari http://www.klikdokter.com/illness/detail/140
5. Budimulja, U. 2009. Diagnosis dan penatalaksanaan dermatomikosis. Jakarta: FKUI,
halaman 47-53
6. Abdullah B. Dermatologi pengetahuan dasar dan kasus di rumah sakit. Surabaya:
Percetakan Universitas Airlangga. Halaman 69-76
7. Infeksi kulit, diunduh dari

httn://ilmukesehatankulitdankelamin.blogspot.com/2009 06 01 archive html


8. Siregar, R. S. 2008. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Ed 2. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 17-33


9. James WD, Berger TG, Elston DM. 2010. Andrew's Diseases of the SkinClinical
Dermatology 10 th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai