Makassar pada bagian Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Pembimbing
Dr.dr.Hj.A.Sastri Zainuddin,Sp.KK
BAB I
3
PENDAHULUAN
Tinea pedis atau athelete foot adalah infeksi jamur yang paling
sering terjadi pada sela jari dan telapak kaki. Penggunaan istilah athlete foot
digunakan untuk menunjukkan bentuk jari kaki yang terbelah. Jamur dapat
lebih mudah berkeringat, pemakaian sepatu tertutup, dan kaos kaki yang
4
usia lanjut, obesitas, diabetes mellitus juga memiliki dampak negatif. pada
ini adalah untuk menambah ilmu dan wawasan tentang tinea pedis.
BAB II
5
TINJAUN PUSTAKA
2.1 DEFINSI
Tinea pedis adalah infeksi kulit dari jamur superficial pada kulit di
menyebabkan Tinea pedis. Tinea pedis adalah penyakit kulit tersering kedua di
Amerika Serikat dan lebih dari 15% dari populasi bisa menderita tinea pedis. 4 Tinea
pedis adalah dermatofitosis yang paling sering terjadi diseluruh dunia tercatat 70%
dari suatu populasi dapat terkena tinea pedis dalam waktu yang bersamaan. 5
Negara tropis. Indonesia merupakan salah satu Negara beriklim tropis yang
memiliki suhu dan kelembaban tinggi, merupakan suasana yang baik bagi
belum ada. Jumlah kasus baru mikosis superfisialis menempati ururtan ke-3 setelah
dermatitis dan akne daftar 10 penyakit terbanyak di URJ Penyakit Kulit Kelamin
tahun 2014-2016.6
populasi yang diteliti adalah 77,4% dan 22,5%, masing-masing; wanita lebih sering
terkena daripada pria yang setuju dengan beberapa laporan. Tapi ternyata ada
6
tidak ada hubungan yang signifikan dalam terjadinya mikosis kaki sehubungan
dengan jenis kelamin dan hasil ini sesuai dengan Dhib et al.7
2.3 ETIOLOGI
pedis.1
Tinea pedis banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari-hari
banyak menggunakan alas kaki tertutup disertai perawatan kaki yang buruk
dan para pekerja dengan kaki yang sering atau selalu basah. 4
lembab dan panas di sela-sela jari kaki karena pemakaian sepatu dan kaus
7
2.4 PATOFISIOLOGIS
keratin superficial kulit, dan infeksi hanya terbatas pada lapisan ini. Dinding
Suhu dan factor serum, seperti globulin beta dan feritin, tampaknya
seperti pecah di kulit dan maserasi kulit dapat menunjang invasi dermatofit.
Presentasi dari kulit tinea pedis juga tergantung pada system kekebalan host
2.5 DIAGNOSIS
8
Gambaran klinis tinea pedis dibedakan berdasarkan tipe, antara lain
1. Interdigitalis
Diantara jari 4 dan 5 terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan
tipis. Dapat meluas kebawah jari (subdigital) dan kesela jari yang lain.
Sering terlihat maserasi. Aspek klinis berupa kulit putih dan rapuh. Dapat
9
Gambar 2.1. Tinea pedis pada bagian bawah jari kaki.
2. Moccasin foot
Pada seluruh kaki, dari telapak kaki, tepi sampai punggung kaki,
terlihat kulit menebal dan bersisik halus dan seperti bedak. Eritema biasanya
ringan dan terlihat pada bagian tepi lesi. Tepi lesi dapat dilihat papul dan
kadang-kadang vesikel. 2
3. Vesiculo bulosa
10
Diakibatkan karena T.mentagrophytes Diameter vesikel lebih besar
dari 3mm. Jarang pada anak-anak, tapi etiology yang sering terjadi pada
anak-anak adalah T.rubrum. Vesikel pustule atau bulla pada kulit tipis
11
Gambar 2.5. Tinea pedis tipe Ulseratif
sehingga hifa akan jelas kelihatan di bawah mikroskop. Kulit dari bagian
tepi kelainan sampai dengan bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit kerok
dengan pisau tumpul steril dan diletakkan di atas gelas kaca, kemudian
ditambah 1-2 tetes larutan KOH dan ditunggu selama 15-20 menit untuk
bahan klinis pada media buatan, yang dianggap paling baik adalah
12
medium agar dekstrosa Saboraud Media agar ini ditambahkan dengan
Gambar 2.7. Gambaran histopatologi dari tinea pedis; hifa pada lapisan
13
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum kulit di daerah tersebut dikerok untuk
2.6. PENETALAKSANAAN
golangan imidazole maupun salep white field tergantung pada tipe dan
atau intrakonazol 200 mg dua kali sehari, atau fluconazole 150 mg per
minggu.11,13,14
Menggunakan topical agen seperti bedak, krim atau spray. Krim dan
spray lebih berguna dari pada bedak. Topikal anti fugal seperti Clotrinazole,
14
diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan satu atau dua minggu kemudian
untuk mencegah rekurensi. Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten
1. Griseofulvin
obat yang bersifat fungistatik. Griseofulvin dalam bentuk partikel utuh dapat
diberikan dengan dosis 0,5-1 g untuk orang dewasa dan 0,25-0,5 g untuk
anak-anak sehari atau 10-25 mg/kg BB. Lama pengobatan bergantung pada
klinis dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif. Efek samping dapat berupa
gangguan traktus digestivus yaitu nausea, vomitus dan diare. Obat tersebut
2. Ketokonazol
Merupakan golongan imidazole yaitu obat anti jamur spectrum luas dan
dan saat ini digunakan pada terapi mikosis local dan sistemik. Kasus-kasus
200 mg per hari selama 10 hari – 2 minggu pada pagi hari setelah makan.
3. Itrakonazole
15
Itrakonazole diabsorbsi secara oral merupakan suatu antifugal yang
obat tersebut untuk penyakit kulit dan selaput lender oleh penyakit jamur
hari.2
4. Terbinafin
Tebinafrin digunakan pada infeksi kuku dan kulit yang sudah pasti
ringan.2
16
keluarga juga untuk menjaga hygiene tubuh, namun penyakit ini bukan
Kriteria Rujukan
jelas, bagian tepi tidak lebih aktif dari pada bagian tengah. Efek samping
obat juga dapat member gambaran serupa yang menyerupai ekzem atau
17
dermatitis, pertama-tama harus dipikirkan adanya dermatitis kontak.
Ditandai dengan riwayat terpajan dengan bahan allergen dan bahan iritan
kaki dan tangan, kelainan tidak meluas sampai ke sela-sela jari. Vesikel
merupakan lesi kulit yang menonjol, yang berupa elevasi yang dapat
dipalpasi pada rongga yang berisi cairan sampai 1 cm terisi serosa. 2,11
18
Gambar 2.10. Dyshidrosis exematous dermatitis.3
3. Akrodermatitis kontinua
4. Kandidosis interdigitalis
ditemukan fissure.
19
Gambar 2.12. Kandidosis interdigitalis.3
5. Sifilis II
Sifilis II dapat berupa kelainan kulit di telapak tangan dan kaki lesi
yang merah dan basah merupakan petunjuk. Dalam hal ini tanda-tanda
6. Tinea Ungunium
20
Tinea Ungunium yang disebabkan macam-macam dermatofita
memberikan gambaran akhir yang sama. Juga dapat terjadi pada jari-jari
7. Psoriasis
yang sama. Lekukan-lekukan pada kuku (nail pits) yang terlihat pada
psoriasis tidak didapati pada tinea unguium. Lesi psoriasis pada bagian
21
Gambar 2.15. Psoriasis vulgaris.3
2.8. KOMPLIKASI
bakteri dan apabila terjadi infeksi yang berat dapat terjadi erisipelas.
gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah dan berbatas tegas
2.9. PROGNOSIS
BAB III
22
KESIMPULAN
mengenai sela jari dan telapak kaki. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada
laki-laki usia dewasa dan lebih jarang pada perempuan dan anak-anak.
Keadaan lembab dan hangat pada sela jari kaki karena bersepatu dan
pertumbuhan jamur makin subur. Jamur penyebab tinea pedis yang paling
Epidermophyton floccosum.
dilakukan adalah pemeriksaan KOH dan biakan jamur, pada tinea pedis
tipe tinea pedis, baik berupa terapi farmakologi dan non-farmakologi. Tinea
pedis yang ditatalaksana dengan baik akan memberi prognosis yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
23
2. Unandar B. Mikosis. In. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin 6th ed. Jakarta: Balai penerbitan FKUI, 2016.
Hal.89-106
4. Al Hasan, et al. Dermatology for the practicing allergist: Tinea pedis and
5. M. Robbin et al. Tinea Pedis. Cited (2014). Online (30/9/2015). Pages 1-2
Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya
7. Nourchène T., Cyrine D., Dalenda E., Prevalence, Etiology, and Risk
9. ClaireJ. Carlo, MD, Patricia MacWilliams Bowne, RN, Ms. Tinea Pedis
24
10. Berth-jones J. Rook’s Textbook of Dermatology. Mycology. 8 th
11. IDI. 2016. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
12. Lynn S Bickley. 2016. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan
13. Dali, Muhammad. dkk. 2017. Buku Ajar Penyakit Kulit Di Daerah Tropis.
25