Anda di halaman 1dari 3

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Tinea pedis atau kaki atlet adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh semacam
jamur yang disebut fungus. Jamur yang menyebabkan tinea pedis menyukai kulit yang
lembab dan hangat di antara jari kaki dan seringkali memburuk dalam cuaca panas. Tinea
pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari dan telapak
kaki sedangkan yang terdapat pada bagian dorsal pedis dianggap sebagai tinea korporis.
Keadaan lembab dan hangat pada sela jari kaki karena bersepatu dan berkaos kaki disertai
daerah tropis yang lembab mengakibatkan pertumbuhan jamur makin subur. Efek ini lebih
nyata pada sela jari kaki keempat dan kelima, dan lokasi ini paling sering terkena.
Kenyataaannya, tinea pedis jarang ditemukan pada populasi yang tidak menggunakan
sepatu. Sinonim dari tinea pedis adalah foot ringworm, athlete foot, foot mycosis.

B. Etiologi

Jamur penyebab tinea pedis yang paling umum ialah Trichophyton rubrum (paling
sering), T. interdigitale, T. tonsurans (sering pada anak) dan Epidermophyton floccosum.
(22) T. rubrum lazimnya menyebabkan lesi yang hiperkeratotik, kering menyerupai bentuk
sepatu sandal (mocassinlike) pada kaki; T. mentagrophyte seringkali menimbulkan lesi
yang vesikular dan lebih meradang sedangkan E. floccosum bisa menyebabkan salah satu
diantara dua pola lesi diatas.

C. Patofisiologi

Jamur superfisial harus menghadapi beberapa kendala saat menginvasi jaringan


keratin. Jamur harus tahan terhadap efek sinar ultraviolet, variasi suhu dan kelembaban,
persaingan dengan flora normal, asam lemak fungistatik dan sphingosines yang
diproduksi oleh keratinosit. Setelah proses adheren, spora harus tumbuh dan menembus
stratum korneum dengan kecepatan lebih cepat daripada proses proses deskuamasi.
Proses penetrasi ini dilakukan melalui sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik,
yang juga memberikan nutrisi. Trauma dan maserasi juga membantu terjadinya penetrasi.
Mekanisme pertahanan baru muncul setelah lapisan epidermis yang lebih dalam telah
dicapai, termasuk kompetisi dengan zat besi oleh transferin tidak tersaturasi dan juga
penghambatan pertumbuhan jamur oleh progesteron. Di tingkat ini, derajat peradangan
sangat tergantung pada aktivasi sistem kekebalan tubuh.
Keadaan basah dan hangat dalam sepatu memainkan peran penting dalam pertumbuhan
jamur. Selain itu hiperhidrosis, akrosianosis dan maserasi sela jari merupakan faktor
predisposisi timbulnya infeksi jamur pada kulit. Sekitar 60-80% dari seluruh penderita
dengan gangguan sirkulasi (arteri dan vena) kronik akibat onikomikosis dan/atau tinea
pedis. Jamur penyebab ada di mana-mana dan sporanya tetap patogenik selama berbulan-
bulan di lingkungan sekitar manusia seperti sepatu, kolam renang, gedung olahraga,
kamar mandi dan karpet.

D. Tanda dan Gejala


Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari harus memakai sepatu
tertutup dan pada orang yang sering bekerja ditempat yang basah, mencuci, di sawah dan
sebainya. Keluhan penderita bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai mengeluh sangat
gatal dan nyeri karena terjadinya infeksi sekunder dan peradangan.
Gambaran klinik ada 3 bentuk klinis yang sering dijumpai yaitu:
1. Bentuk intertriginosa
Manifestasi klinisnya berupa maserasi, deskuamasi, dan erosi pada sela jari. Tampak
warna keputihan basah dapat terjadi fisura yang terasa nyeri bila tersentuh. Infeksi
sekunder dapat menyertai  fisura tersebut dan lesi dapat ,eluas sampai kuku dan kulit
jari.  Pada kaki, lesi sering mulai dari sela jari III, IV, dan V. Bentuk klinis ini dapat
berlangsung bertahun-tahun tanpa keluhan sama sekali. Pada suatu ketika kelainan ini
dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri, sehingga terjadi limfangitis, limfadenitis,
selulitis, dan erysipelas yang disertai gejala-gejala umum.
2. Bentuk vesikular akut
Penyakit ini ditandai terbentuknya vesikula-vesikula dan bula yang terletak agak
dalam di bawah kulit dan sangat gatal. Lokasi yang sering adalah telapak kaki bagian
tengah dan kemudian melebar serta vesikulanya memecah. Infeksi sekunder dapat
memperburuk keadaan ini.
3. Bentuk moccasin foot
Pada bentuk ini seluruh kaki dan telapak tepi sampai punggung kaki terlihat kulit
menebal dan berskuama, eritema biasanya ringan terutama terlihat pada bagian tepi
lesi.

E. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan pemeriksaan kerokan kulit
dengan larutan KOH 10-20 % yang menunjukkan elemen jamur.
F. Komplikasi
Infeksi bakteri sekunder

G. Penatalaksanaan
1. Kaus kaki yang dipakai dipilih kaus yang memungkinkan ventilasi dan diganti setiap
hari.
2. Kaki harus bersih
3. Hindari memakai sepatu tertutup, sempit, sepatu olahraga  dan sepatu plastic
sepanjang hari
4. Kaki dan sela-sela jari dijaga agar selalu kering
5. Sesudah mandi dapat diberikan bedak atau tanpa antijamur
6. Obat topical
Bila lesi basah, maka sebaiknya direndam dalam larutan kalium permanganat 1/5.000
atau larutan asam asetat 0,25% selama 15-30 menit, 2-4 kali sehari. Atap vesikel dan
bula dipecahkan untuk mengurangi keluhan. Bila peradangan hebat dikombinasikan
dengan obat antibiotic sistemik.
Kalau peradangan sudah berkurang, diberikan obat topikal antijamur berspektrum luas
antara lain, haloprogin, klotrimazol, mikonazol, bifonazol, atau ketokonazol. Pada
tinea pedis tipe papuloskuamosa dengan hyperkeratosis, obat anti jamur topikal sukar
menembus kulit.
7. Obat sistemik
Biasanya tidak digunakan. Namun, bila digunakan harus dikombinasi dengan obat-
obat antijamur topikal. Obat-obat sistemik tersebut antara lain griseofulvin,
ketokonazol, itrakonazol, dan terbinafin.

H. Prognosis
Infeksi kronik tidak jarang terjadi jika penyebabnya adalah Trichophyton rubrumyang
tidak diobati atau ditangangi dengan baik

Anda mungkin juga menyukai