Anda di halaman 1dari 26

PENYAKIT SISTEM INTEGUMEN – SKDI 2012

25. Tinea pedis (4A)

Gambar

Tingkat 4A
Kemampuan

Dermatofitosis pada kaki terutama pada telapak kaki dan sela-sela


Definisi
jari.

Mikosis superfisial disebabkan dermatofit, penyebarannya bervariasi


tergantung pada letak geografis, populasi, iklim, gaya hidup, migrasi,
kondisi ekonomi sosial, dan terapi. Prevalensi tinea pedis pada populasi
umum sebesar 2.9% (4.2% untuk laki-laki dan 1.7% untuk perempuan).
Epidemiologi
Sementara penelitian di Italia, didapatkan prevalensi tinea pedis 20.4%
dari total dermatomikosis. Tinea pedis lebih sering menginfeksi laki-
laki daripada perempuan. Insidensi tinea pedis meningkat pada iklim
yang lembab dan hangat, juga pada pemakaian sepatu yang tertutup.

Dermatofita memiliki enzim seperti keratinolytic protease, lipase dan


lainnya yang berperan sebagai faktor virulensi terhadap invasi kekulit,
rambut, kuku, dan juga memanfaatkan keratin sebagai sumber nutrisi
untuk bertahan hidup. Fase penting dalam infeksi dermatofita adalah
Patofisiologi
terikatnya dermatofita dengan jaringan keratin yang diikuti oleh invasi
dan pertumbuhan elemen myocelial. Terlepasnya mediator
proinflamasi sebagai konsekuensi dari degradasi keratin membuat
tubuh host ikut merespon dengan timbulnya gejala inflamasi. Inflamasi
tubuh host terhadap infeksi dermatofita yang kemudian diikuti
berkurangnya elemen fungi pada plak, dan pada banyak kasus juga
diikuti oleh resolusi spontan dari infeksi.
Bentuk (3): interdigitale, hiperkeratotik (kering; Moccasin foot), dan
subakut/vesikobulosa.

Gatal di kaki terutama sela-sela jari.


Anamnesis
Kulit kaki bersisik, basah, dan mengelupas.

- Tipe interdigital (chronic intertriginous type)


Bentuk klinis yang paling banyak dijumpai. Terdapat skuama,
maserasi dan eritema pada daerah interdigital dan subdigital kaki,
terutama pada tiga jari lateral. Pada kondisi tertentu, infeksi dapat
menyebar ke telapak kaki yang berdekatan dan bagian dorsum
pedis. Oklusi dan koinfeksi dengan bakteri dapat menyebabkan
maserasi, pruritus, dan malodor (dermatofitosis kompleks atau
athlete’s foot).
- Tipe hiper keratotik kronik
Klinis tampak skuama difus atau setempat, bilateral, pada kulit
yang tebal (telapak kaki, lateral dan medial kaki), dikenal sebagai
“moccasin type”. Dapat timbul sedikit vesikel, meninggalkan
skuama kolaret dengan diameter kurang dari 2 mm. Tinea manum
unilateral umumnya berhubungan dengan tinea pedis
Hasil PF & hiperkeratotik sehingga terjadi “two feet-one hand syndrome”.
PP - Tipe vesikobulosa
Klinis tampak vesikel tegang dengan diameter lebih dari 3 mm,
vesikopustul, atau bula pada kulit tipis telapak kaki dan periplantar.
Jarang dilaporkan pada anak-anak.
- Tipe ulseratif akut
Terjadi koinfeksi dengan bakteri gram negatif menyebabkan
vesikopustul dan daerah luas dengan ulserasi purulen pada
permukaan plantar. Sering diikuti selulitis, limfangitis,
limfadenopati, dan demam.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Mikroskopik KOH 10-20%.
- Dermatofit memiliki septa serta cabang hifa dan juga spora.
- Kultur pada Sabourad’s Dextrose Agar (SDA)
- Lampu wood (365nm)
- Flouresensi negatif di luar eritrasma pada infeksi interdigital

- Dermatitis Kontak Alergika


- Psoriasis
Diagnosis - Skabies Pada Kaki
Banding - Hiperhidrosis
- Kandidosis interdigitalis
- Akrodermatitis enteropatika

1. Topikal
Obat pilihan: golongan alilamin (krim terbinafin, butenafin) sekali
sehari selama 1-2 minggu.
Alternatif:
Golongan azol: misalnya, krim mikonazol, ketokonazol, klotrimazol
2 kali sehari selama 4-6 minggu.
Tatalaksana
Siklopiroksolamin (ciclopirox gel 0,77% atau krim 1%) 2 kali sehari
selama 4 minggu untuk tinea pedis dan tinea interdigitalis
2. Sistemik:
Obat pilihan: terbinafin 250 mg/hari selama 2 minggu. Anak-anak 5
mg/kgBB/hari selama 2 minggu.
Alternatif: itrakonazol 2x100 mg/hari selama 3 minggu atau 100
mg/hari selama 4 minggu

IpMx KU, TTV, Keluhan Utama

- Menjaga kebersihan diri.


- Mematuhi pengobatan yang diberikan untuk mencegah resistensi
obat.
- Menggunakan pakaian yang tidak ketat dan menyerap keringat.
- Pastikan kulit dalam keadaan kering sebelum menutup area yang
rentan terinfeksi jamur.
Konseling &
- Gunakan sandal atau sepatu yang lebar dan keringkan jari kaki
Edukasi
setelah mandi.
- Hindari penggunaan handuk atau pakaian bergantian dengan
orang lain.
- Cuci handuk yang kemungkinan terkontaminasi.
- Skrining keluarga.
- Tatalaksana linen infeksius: pakaian, sprei, handuk dan linen.
- Lainnya direndam dengan sodium hipoklorit 2% untuk membunuh
jamur-jamur atau menggunakan disinfektan lain.

Quo ad vitam : bonam


Prognosis Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanactionam : bonam
PENYAKIT SISTEM INTEGUMEN – SKDI 2012
26. Pitiriasis Vesikolor (4A)

Gambar

Tingkat 4A
Kemampuan

Penyakit infeksi oportunistik kulit epidermomikosis, disebabkan oleh


jamur Malassezia sp. (Pitryrosporum orbiculare/P.ovale) yang ditandai
Definisi dengan makula hipopigmentasi atau hiperpigmentasi dan kadang
eritematosa.

Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia (kosmopolit), terutama di


daerah tropis yang beriklim panas dan lembap, termasuk Indonesia.
Prevalensinya mencapai 50% di negara tropis. 14 Penyakit ini
menyerang semua ras, angka kejadian pada laki-laki lebih banyak
daripada perempuan, dan mungkin terkait pekerjaan dan aktivitas
Epidemiologi yang lebih tinggi. Pitiriasis versikolor lebih sering menginfeksi dewasa
muda usia 15-24 tahun, saat aktivitas kelenjar lemak lebih tinggi. Faktor
predisposisi infeksi jamur ini terdiri dari faktor endogen seperti
malnutrisi, immunocompromised, penggunaan kontrasepsi oral, hamil,
luka bakar, terapi kortikosteroid, adrenalektomi, Cushing syndrome,
atau faktor eksogen seperti kelembapan udara, oklusi oleh pakaian,
penggunaan krim atau lotion, dan rawat inap.
Adanya faktor predisposisi menyebabkan ragi saprofit Pityrosporum
orbiculare dan Pityrosporum ovale berubah menjadi bentuk miselium
parasitik yang dapat menimbulkan gejala klinis. Sebelumnya, hanya
terdapat tiga spesies berasal dari genus Malassezia, yaitu M. furfur, M.
pachydermatis, dan M. sympodialis. Pada tahun 1996, klasifikasi
taksonomi menambah empat spesies berdasarkan morfologi,
ultrastruktur, dan biologi molekuler, terdiri dari M. globosa, M. obtusa,
M. restrica, dan M. slooffiae.
Pada tahun 2004, spesies baru M. dermatis dan M. japonica berhasil
diidentifikasi, diikuti dengan M. yamatoensis, M. nana, M. caprae, M.
equina, dan M. cuniculi, sehingga seluruh nya berjumlah 14 spesies. M.
pachydermatis bersifat nonlipid-dependent, sedangkan 13 spesies
lainnya lipid-dependent. M. furfur, M. sympodialis, dan M. globosa
merupakan penyebab tersering infeksi pitiriasis versikolor. Malassezia
memproduksi berbagai metabolit yang dapat menyebabkan
Patofisiologi perubahan warna pada lesi.
Hipopigmentasi terjadi akibat:
(1) pitiriasitrin dan pitirialakton yang mampu menyerap sinar UV;
(2) asam azaleat, asam dekarboksilat yang menurunkan produksi
melanosit dengan menghambat enzim tirosinase;
(3) malassezin yang menginduksi apoptosis melanosit;
(4) malassezindole A, aktivitasnya menghambat kerja tirosinase dan
mengganggu sintesis tirosinase;
(5) keto-malassezin sebagai inhibitor tirosinase dengan menghambat
reaksi DOPA (3,4-dihidroksifenilalanin) melanosit;
(6) metabolit lain seperti indirubin, ICZ, pitiriarubin, dan triptanthrin.
Lesi hiperpigmentasi mungkin berhubungan dengan variasi respons
inflamasi terhadap infeksi. Tampak peningkatan ukuran melanosom
(makromelanosom) dan penebalan pada stratum korneum. Walaupun
in Vitro membuktikan bahwa L-3,4-dihydroxyphenylalanine (L-DOPA)
pada Malassezia mampu menginduksi sintesis melanin, namun secara
in vivo belum dapat dibuktikan.

Bercak di kulit, yang kadang menimbulkan rasa gatal terutama bila


Anamnesis berkeringat. Rasa gatal umumnya ringan atau tidak ada sama sekali.
Warna dari bercak bervariasi dari putih, merah muda hingga coklat
kemerahan.
Pemeriksaan Fisik:
Predileksi lesi terutama di daerah seboroik, yaitu tubuh bagian atas,
leher, wajah dan lengan atas; berupa bercak hipopigmentasi, eritema
hingga kecoklatan, konfluen dengan skuama halus.

Pemeriksaan Penunjang:
Hasil PF &
PP - Pemeriksaan dengan lampu Wood: terlihat fluoresensi berwana
kuning keemasan.
- Pemeriksaan langsung dari bahan kerokan kulit dengan mikroskop
dan larutan KOH 20%: tampak spora berkelompok dan hifa pendek.
Spora berkelompok merupakan tanda kolonisasi, sedangkan hifa
menunjukkan adanya infeksi.
- Kultur: tidak diperlukan.

Sering:
1. Pitiriasis alba
2. Pitiriasis rosea
3. Dermatitis seboroik
4. Infeksi dermatomikosis
Diagnosis
5. Leukoderma
Banding
Jarang:
1. Vitiligo
2. Psoriasis gutata
3. Pitiriasis rubra pilaris
4. Morbus Hansen

Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi


sebagai berikut:
1. Topikal
 Sampo ketokonazol 2% dioleskan pada daerah yang
terinfeksi/seluruh badan, 5 menit sebelum mandi, sekali/hari
Tatalaksana selama 3 hari berturut-turut.
 Sampo selenium sulfida 2,5% sekali/hari 15-20 menit selama 3
hari dan diulangi seminggu kemudian. Terapi rumatan sekali
setiap 3 bulan.
 Sampo zinc pyrithione 1% dioleskan di seluruh daerah yang
terinfeksi/seluruh badan, 7-10 menit sebelum mandi,
sekali/hari atau 3-4 kali seminggu.
 Khusus untuk daerah wajah dan genital digunakan vehikulum
solutio atau golongan azol topikal (krim mikonazol 2 kali/hari).
 Krim terbinafin 1% dioleskan pada daerah yang terinfeksi, 2
kali/hari selama 7 hari.
2. Sistemik
Untuk lesi luas atau jika sulit disembuhkan dapat digunakan terapi
sistemik ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari.
Alternatif:
 Itrakonazol 200 mg/hari selama 7 hari atau 100 mg/hari selama
2 minggu.
 Flukonazol 400 mg dosis tunggal atau 300 mg/minggu selama
2-3 minggu.
Obat dihentikan bila pemeriksaan klinis, lampu Wood, dan
pemeriksaan mikologis langsung berturut-turut selang seminggu telah
negatif.
Pada kasus kronik berulang terapi pemeliharaan dengan topikal tiap 1-
2 minggu atau sistemik ketokonazol 2x200 mg/hari sekali sebulan.

IpMx Monitoring gejala, monitoring luas lesi, monitoring efek pengobatan.

1. Memberitahu pasien bahwa repigmentasi memerlukan waktu yang


lama bahkan sampai setelah sembuh.
2. Menjaga agar kulit tetap kering.
Konseling &
3. Mengurangi aktivitas yang membuat keringat berlebihan.
Edukasi
4. Hindari penggunaan handuk atau pakaian bersama dengan orang
lain.
5. Menggunakan pakaian yang tidak ketat dan menyerap keringat.

Prognosis baik. Rekurensi dapat terjadi, dilaporkan 60% dalam 1 tahun


pertama.
Prognosis Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanactionam: dubia
PENYAKIT SISTEM INTEGUMEN – SKDI 2012
27. Kandidosis Mukokutan Ringan (4A)

Gambar

Tingkat 4A
Kemampuan

Penyakit jamur yang menyerang membran mukosa yang disebabkan


oleh spesies jamur Candida albicans. Kandidiasis mukokutan
Definisi menyerang mukosa oral, sudut mulut, mukosa vagina, serta glans
penis. Karena C. Albicans merupakan spesies endogen, maka
penyakitnya merupakan infeksi oportunistik.

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur,


Epidemiologi baik laki-laki maupun perempuan. Sumber agen penyebab utama
adalah pasien, namun transmisi dapat terjadi melalui kontak langsung
dan formites.

Kandidiasis atau Candidiasis disebabkan oleh jamur antara lain


Candida albicans. Jamur Candida albicans kadang-kadang merupakan
flora normal pada manusia. Reservoir Candida adalah manusia. Adapun
cara penularan Candida karena kontak secret atau ekskret dari mulut,
Patofisiologi
kulit, vagina dan faeses, dari penderita ataupun carrier, atau tertulari
melalui jalan lahir pada saat bayi dilahirkan atau penularan endogen.
Masa inkubasi atau masa sejak masuknya jamur Candida di dalam
tubuh sampai timbulnya gejala penyakit Candidiasis adalah bervariasi
antara 2 – 5 hari untuk lesi mulut pada anak. Masa penularan penyakit
diasumsikan akan menular ketika saat sudah ditemukan lesi. Hampir
selalu ditemukan spesies Candida di dalam dahak, tenggorokan, faeses
dan urine tanpa ada gejala klinis sebagai bukti rendahnya patogenesis
candida tersebut dan sebagai bukti adanya imunitas yang luas di
kalangan masyarakat.
Kondisi lokal tertentu bagian tubuh turut mempengaruhi munculnya
candidiasis seperti interdigital intertrigo dan paronikia pada tangan
yang terkena banyak air (pekerjaan tempat lembab) dan munculnya
intertrigo pada kulit yang lembab dari orang-orang gemuk. Lesi
berulang pada kulit dan erupsi mukosa sering terjadi. Diantara faktor
sistemis mencolok yang menjadi dasar munculnya candidiasis
superfisialis adalah Diabetes Melitus, pengobatan dengan antibiotik
berspektrum luas dalam jangka waktu panjang dan infeksi HIV. Wanita
pada kehamilan trimester tiga lebih mudah terkena vulvovaginal
candidiasis.

 Keluhan bervariasi tergantung membran mukosa yang terkena.


Pada kandidiasis oral, pasien mengeluh adanya bercak putih yang
terasa nyeri.
 Pada kandidiasis vulva vagina, keluarnya keputihan yang tebal
berwarna putih susu.
 Ditanyakan juga pertanyaan yang berhubungan dengan faktor
resikonya, yaitu:
Anamnesis Faktor mekanis: trauma (luka bakar, aberasi), oklusi lokal,
kelembaban, maserasi, kegemukan.
Faktor nutrisi: avitaminosis, defisiensi zat besi, malnutrisi
Perubahan fisiologis: usia, kehamilan, dan haid
Penyakit sistemik: penyakit endrokrin (diabetes mellitus,
sindroma Cushing), Down Syndrome, uremia, imunodefisiensi.
Penyebab iatrogenic: penggunaan kateter, iradiasi sinar X,
penggunaan obat-obatan (glukokortikoid, imunosupresi,
antibiotika).
Pemeriksaan fisik:
Tergantung membran mukosa yang terkena. Klasifikasi kandidiasis
mukokutan:
1. Kandidiasis oral
- Kandidiasis pseudomembran akut (oral trush): lesi putih tebal
pada mukosa bukal, gusi, atau lidah. Plaknya dapat dikerok,
terasa nyeri, eritema, dan dapat berdarah).
- Angular kheilitis (perleche): eritema dan fisura pada ujung
mulut. Biasanya terjadi pada pasien yang biasa menjilat bibir,
pemakai gigi palsu yang tidak pas, usia lanjut dengan kulit
kendor pada lubang mulut.
2. Kandidiasis vulvovaginitis: gatal, panas pada vulva dan vagina,
keluar cairan tebal, putihseperti susu, dan plak putih melekat pada
Hasil PF & dinding vulva, vagina, dan serviks.
PP 3. Balanitis/Balanoposthitis: erosi merah superfisialis dan pustul
berdinding tipis diatas glans penis serta sulkus koronarius
(balanitis), dan juga pada prepusium penis yang tidak disirkumsisi
(balanoposthitis)

Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan langsung dengan KOH 10 - 20%: tampak budding
yeast cells (2 spora seperti angka 8) dengan atau tanpa
pseudohifa (gambaran seprti untaian sosis) atau hifa. Gambaran
ini merupakan patognomonis pada infeksi mukosa oleh
kandida.
- Pengecatan gram: elemen jamur tampak sebagai gram positif
dan sporanya lebih besar dari bakteri.
- Kultur
- Histopatologi

1. Kandidasis oral: difteri, leukoplakia karena keganasan


2. Kandidiasis vulvovaginitis: trikomoniasis, bacterial vaginosis,
Diagnosis
leukorea fisiologis padakehamilan.
Banding
3. Balanitis: infeksi bakteri, herpes simpleks, herpes simpleks, likhen
Planus

Tatalaksana 1. Upaya untuk menghindari faktor pencetus atau faktor predisposisi


2. Pengobatan topical untuk:
- Larutan ungu gentian 0,5-1% untuk selaput lender, 1-2% untuk
kulit, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari
- Nistatin: berupa krim, suspense (untuk kelainan kulit dan
mukokutan)
- Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg
per-vaginam dosis tunggal, sistemik bila perlu dapat diberikan
ketokonazol 1x200 mg atau itrakonazol 2x200 mg dosis
tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal
3. Pengobatan sistemik
Flukonazol adalah lini pertama untuk pasien non-neutropenik,
dengan kandidemia atau kandidosis invasif (dosis 100-400
mg/hari). Pilihan lain adalah itrakomazol dengan dosi harian 200
mg/hari atau dosis denyut.

IpMx Luas lesi

Edukasi pasien mengenai faktor-faktor risiko, cara penularan penyakit,


Konseling & serta pentinganya meningkatkan daya tahan tubuh. Konseling
Edukasi dilakukan pada pasien dengan balanitis untuk memeriksa serta
mengobati pasangannya.

Prognosis Umumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor predisposisi.


PENYAKIT SISTEM INTEGUMEN – SKDI 2012
28. Cutaneus Larva Migran (4A)

Gambar

Tingkat 4A
Kemampuan

Kelainan yang merupakan peradangan berbentuk linier atau berkelok-


Definisi kelok, menimbul dan progresif, disebabkan oleh invasi larva cacing
tambang yang berasal dari feses anjing dan kucing.

Peringkat kedua dari infeksi cacing di negara maju. Prevalensinya


Epidemiologi tinggi di daerah dengan iklim hangat, di mana individu mungkin lebih
cenderung berjalan tanpa alas kaki (misalnya pantai, komunitas
sosioekonomi rendah) dan sering bersentuhan dengan kotoran hewan.

Penyebab utama adala larva yang berasal dari cacing tambang yang
hidup di usus anjing dan kucing yaitu Ancylostoma braziliense dan
Ancylostoma caninum. Selain itu dapat pula disebabkan oleh larva dari
beberapa jenis lalat misalnya Castrophilus dan cattle fly. Nematoda
Patofisiologi
hidup pada hospes, ovum (telur cacing) terdapat pada kotoran binatang
dank arena kelembaban (misalnya di tanah berpasir yang basah dan
lembab) berubah menjadi larva yang mampu melakukan penetrasi ke
kulit. Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas.
Larva ini tinggal di kulit berjalan-jalan tanpa tujuan sepanjang taut
dermo-epidermal dan setelah beberapa jam atau hari akan timbul
gejala di kulit.

Keluhan yang dapat muncul yaitu gatal yang hebat dan adanya papul
Anamnesis merah seperti benang yang lurus atau berkelok-kelok. Sering
dikaitkan dengan riwayat berjemur, berjalan tanpa alas kaki di pantai,
atau aktivitas serupa di lokasi tropis.

UKK:
- plak eritematosa, vesikular berbentuk linear dan serpiginosa. Lebar
lesi kira-kira 3mm. dengan panjang 15-20cm. Lesi dapat tunggal
atau multipel yang terasa gatal bahkan nyeri.
- Lesi kulit biasanya muncul dalam 1-5 hari setelah pajanan.
Hasil PF & - Predileksi kelainan ini pada kaki dan bokong.
PP - Karena infeksi ini memicu reaksi inflamasi eosinofilik, pada
beberapa pasien dapat disertai dengan wheezing, urtikaria, dan
batuk kering
Pada pemeriksaan laboratorium beberapa pasien menunjukkan
eosinofilia perifer pada hitungan CBC dan peningkatan kadar
imunoglobulin E (IgE) pada penentuan serum imunoglobulin total.

Diagnosis Infestasi parasit lain yaitu gnathostomiasis, dracunculiasis, skabies,


Banding tinea korporis, herpes zoster, dermatitis venenata.

Medikamentosa
Topikal
▪ Salep albendazol 10% : 3x1 selama 7-10 hari.
▪ Salep thiabendazol 10-15% : 3x1 selama 5-7 hari. Dapat diberikan
pada anak berusia < 2 tahun atau BB <15kg
Sistemik
▪ Albendazol 400 mg untuk anak usia >2 tahun atau >10 kg selama 3-
Tatalaksana
7 hari berturut-turut.
▪ Thiabendazol 50 mg/kg/hari selama 2-4 hari.
▪ Ivermektin 200 μg/kg dosis tunggal, dosis kedua diberikan bila gagal.
Sebaiknya tidak diberikan pada anak berusia kurang dari 5 tahun atau
berat badan kurang dari 15 kg.
Kombinasi
▪ Bedah beku dengan nitrogen cair atau etil klorida dapat dikombinasi
albendazol
Nonmedikamentosa
▪ Tetap menjaga kebersihan kulit dengan mandi 2x sehari dengan
sabun.

IpMx Monitoring keadaan umum dan tanda vital

- Anjurkan pasien untuk menghindari duduk, berbaring, atau


berjalan kaki tanpa alas kaki di tanah atau pasir basah.
- Anjurkan individu untuk menutup kotak pasir bila tidak digunakan.
Konseling &
- Saat berada di pantai, beritahu orang untuk berbaring di handuk
Edukasi
pantai, tidak langsung di atas pasir, dan memakai sandal
- Binatang peliharaan harus diberi anti cacingan.
- Hindari pantai yang banyak kucing dan anjing

Prognosis baik, bukan penyakit yang mengancam nyawa.


Tanpa pengobatan, larva akhirnya mati dan lesi kutaneous sembuh
Prognosis dalam 1-3 bulan. Karena rasa gatal yang lama dan berat harus berhati-
hati jika digaruk akan berisiko terjadi infeksi sekunder.
PENYAKIT SISTEM INTEGUMEN – SKDI 2012
29. Filariasis (4A)

Gambar

Tingkat 4A
Kemampuan

Filariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh tiga spesies cacing yaitu,
Definisi Wurchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori serta ditularkan
melalui nyamuk ke manusia.

Filariasis paling banyak disebabkan oleh Wurchereria bancrofti dan


Epidemiologi sebagian besar sisanya oleh Brugia malayi. Brugia timori hanya
ditemukan di Indonesia,
biasanya di Indonesia bagian Timur.

Kerusakan terjadi pada pembuluh getah bening akibat inflamasi yang


disebabkan oleh cacing dewasa. Cacing dewasa tinggal di pembuluh
getah bening aferen atau sinus kelenjar sehingga terjadi pelebaran
Patofisiologi pembuluh getah bening dan penebalan dinding. Sistem limfatik
menjadi berliku-liku dan terjadi inkompetensi katup pembuluh getah
bening. Obstruksi limfatik dan penurunan fungsi juga disebabkan oleh
proses imun pejamu yang menyebabkan proses granulomatose dan
proliferasi.
- Riwayat bepergian ke daerah endemis
Manifestasi akut, berupa:
- Demam berulang-ulang selama 3-5 hari. Demam dapat hilang
bila istirahat dan timbul lagi setelah bekerja berat.
- Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di
daerah lipatan paha, ketiak (lymphadentitis) yang tampak
kemerahan, panas, dan sakit.
- Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan
sakit menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan ke arah
ujung (retrograde lymphangitis).
- Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan
Anamnesis
kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah
serta darah.
- Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, kantong zakar yang
terlihat agak kemerahan dan terasa panas (Early Imphodema).
Manifestasi kronik, disebabkan oleh berkurangnya fungsi
saluran limfe terjadi beberapa bulan sampai bertahun-tahun
dari episode akut.
- Gejala kronis filariasis berupa: pembesaran yang menetap
elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar
(elephantiasis skroti) yang disebabkan oleh adanya cacing
dewasa pada sistem limfatik dan oleh reaksi hiperresponsif
berupa occult filariasis.

Pemeriksaan Fisik:
- Pembengkakan unilateral (elefantiasis) pada kaki, lengan,
skrotum, vulva, atau payudara.
- Hidrokel, kiluria apabila berkemih.
- Pada tropical pulmonary eosinophilia: mengi dan ronkhi hampir
Hasil PF & pada seluruh lapang paru.
PP
Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan darah perifer: leukositosis, eosinofilia.
- Ditemukannya mikrofilaria dalam darah tepi, cairan hidrokel,
atau kiluria. Pengambilan spesimen disesuaikan dengan puncak
aktifnya, yakni saat malam hari (pukul 22.00-02.00).
Pengambilan darah tebal atau tipis dapat dipulas dengan
pewarnaan Giemsa atau Wright.
- Biopsi kelenjar atau jaringan limfe: ditemukannya potongan
cacing dewasa.
- ELISA dan immunochromatographic test (ICT) untuk deteksi
antigen.
- Pencitraan: limfoskintigrafi dengan radionuklir, USG doppler.

Infeksi bakteri, tromboflebitis atau trauma dapat mengacaukan filaria


Diagnosis
adenolimfadenitis akut. Tuberkulosis, lepra, sarkoidosis dan penyakit
Banding
sistemik granulomatous lainnya seringkali dikacaukan dengan filariasis.

Perawatan Umum:
- Istirahat dan bila dipindahkan ke daerah dingin dapat
mengurangi derajat serangan akut.
- Antibiotik untuk infeksi sekunder dan abses.
- Pengikatan di daerah bendungan untuk mengurangi edema.
Tatalaksana Medikamentosa:
Dietilcarbamazine (DEC) 6 mg/KgBB/hari selama 12 hari. Pengobatan
dapat diulang 1 hingga 6 bulan atau selama 2 hari per bulan dengan
dosis 6-8 mg/KgBB/hari.
Pembedahan:
Aspirasi hidrokel, limfangioplasti, prosedur jembatan limfe, transposisi
flap omentum, eksisi radikal dan graft kulit, anastomosis

- Kontrol edema
IpMx - Pemeriksaan darah perifer
- Apusan darah tebal atau tipis

- Jalankan program pengobatan sesuai petunjuk dokter.


Konseling &
- Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis
Edukasi
mengenai cara penularan

Prognosis untuk elefantiasis kurang baik. Dapat dilakukan bebat


Prognosis
tekan atau operasi plastik.
PENYAKIT SISTEM INTEGUMEN – SKDI 2012
30. Pedikulosis Kapitis (4A)

Gambar

Tingkat 4A
Kemampuan

Infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh Pediculus


Definisi
humanus var. capitis.

Epidemiologi Menyerang pada anak – anak, usia muda dan cepat meluas dalam
lingkungan yang padat, misalnya di asrama dan panti asuhan.

Patofisiologi Adanya rasa gatal disebabkan oleh pengaruh liur dan sekret kutu
yang masuk ke dalam kulit pada waktu mengisap darah

Anamnesis Ada rasa gatal pada kepala, terutama daerah oksipital dan temporal.

Hasil PF & Ditemukan minimal satu kutu hidup pada rambut, dapat pula
PP menemukan telur kutu, ataupun kotoran dari kutu.

Diagnosis Tinea kapitis, dermatitis seboroik


Banding
- Malathion 0,5% lotion
- Permethrin 1% lotion

Cara pemakaian :
Tatalaksana
Malam sebelum tidur rambut dicuci dengan sampo kemudian
dioleskan lotion malathion 0,5% atau permethrin 1%. Setelah itu kepala
ditutup dengan kain. Keesokan harinya (sekitar 12 jam) rambut dicuci
lagi dengan shampo, kemudian disisir dengan sisir halus dan rapat
(sisir serit). Pengobatan diulangi sekali lagi satu minggu kemudian.

IpMx -

- Menjaga kebersihan rambut dengan cara keramas teratur


- Tidak memiliki rambut yang relatif sulit dibersihkan (rambut
Konseling &
yang sangat panjang pada wanita)
Edukasi
- Tidak menggunakan sisir, bantal, kasur, topi dengan orang
yang terinfeksi kutu kepala.

Prognosis Baik bila higiene diperhatikan


PENYAKIT SISTEM INTEGUMEN – SKDI 2012
31. Pedikulosis Pubis (4A)

Gambar

Tingkat 4A
Kemampuan

Infeksi tuma pada rambut di daerah pubis dan di sekitarnya oleh


Definisi
Phtyhirus pubis.

Penyakit ini umumnya pada orang dewasa, pria maupun wanita


dengan penyebaran kosmopolit. Kutu kemaluan biasanya menular
pada kontak intim antar orang dewasa. Infeksi ini juga dapat terjadi
Epidemiologi pada anak-anak yaitu di alis atau bulu mata misalnya blefaritis dan
pada tepi batas atas rambut kepala. Penularan dari orang tua kepada
anak biasanya melalui penggunaan bersama handuk, pakaian, tempat
tidur dan kloset. Kutu pubis ini, hanya dapat hidup dalam waktu singkat
di luar tubuh manusia.

Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk


Patofisiologi menghilangkan rasa gatal. Rasa gatal ini disebabkan oleh pengaruh liur
dan eskreta dari kutu pada waktu mengisap darah dan biasanya makin
berat pada 2 minggu atau lebih, sejak pertama kali terinfeksi.

Anamnesis  Perasaan gatal di daerah pubis dan sekitarnya terutama bila


banyak keringat. Pada daerah pubis dan perut bagian bawah
ditemukan bercak-bercak merah abu-abu atau kebiruan yang
disebut makula serulae. Tidak hanya menyerang pubis, dapat
meluas ke ketiak dan daerah lain. Kutu ini dapat dilihat dengan
mata biasa dan susah untuk dilepaskan karena kepalanya
dimasukkan ke dalam muara folikel rambut.
 Gejala patognomonik lainnya adalah Black dot, yaitu adanya
bercak-bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam
berwarna putih yang dilihat oleh penderita pada waktu bangun
tidur. Bercak hitam ini merupakan krusta berasal dari darah yang
sering diinterprestasikan salah sebagai hematuria. Kadang-kadang
terjadi infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening
regional.

Hasil PF & Tape test untuk menemukan kutu dewasa atau telur kutu
PP

1. Scabies
Diagnosis
2. Dermatitis seboroik
Banding
3. Dermatomikosis

 Gameksan Cream 1%, atau emulsi benzil benzoat 25% yang


Tatalaksana
dioleskan dan didiamkan selama 24 jam.
 Scabimite cream

IpMx Pengobatan diulangi 4 hari kemudian, jika belum sembuh

 Menjaga kebersihan badan


Konseling &
 Sebaiknya rambut kelamin dicukur
Edukasi
 Pakaian dalam direbus atau diseterika

Prognosis Baik jika higiene diperhatikan


PENYAKIT SISTEM INTEGUMEN – SKDI 2012
32. Skabies (4A)

Gambar

Tingkat 4A
Kemampuan

Skabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi dan sensitisasi


Definisi
terhadap tungau Sarcoptes scabiei var hominis.

Terdapat dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies.


Faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, yaitu : sosial
ekonomi yang rendah, higine yang buruk, hubungan seksual yang
Epidemiologi
sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan
demografik serta ekologik. Penyakit
ini dapat dimasukkan ke dalam PHS (Penyakit akibat Hubungan
Seksual).

Setelah tungau jantan dan betina setelah kopulasi (kawin) diatas


permukaan kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang dapat hidup
beberapa hari di dalam terowongan yang digali oleh betina. Tungai
Patofisiologi
betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum
korneum dan samba meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai 40 atau 50. Tungau betina yang dibuahi dapat hidup sebulan
lamanya. Telur akan menetas dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva
yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva dapat hidup di terowongan atau
di permukaan kulit. Setelah 2-4 hari larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh
siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memrlukan
waktu antara 8-12 hari.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan ekserta tungau yang memerlukan
waktu kira-kira satu bulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika,
dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, eksoriasi, krusta, dan
infeksi sekunder.

1. Onset : sejak kapan?


2. Lokasi : tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan
stratum korneum yang tipis (sela-sela jari tagan dan kaki,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong,
genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan kaki.
3. Kualitas : gatal malam hari semakin meningkat, rewel pada bayi.
Digaruk berkurang? Mengganggu aktivitas?
4. Kuantitas : semakin lama semakin meluas?
5. F. Memperberat : lebih gatal saat apa?
Anamnesis 6. F. Memperingan : Gatal mereda dengan obat? Sudah pernah
diobati? Obat apa? Salep/bedak? Gejala penyerta : Demam? (-),
nyeri? (-)
RPD : Tidak ada yang khas
RPK : Apakah ada keluarga/teman yang sama sakit seperti ini? Biasanya
mengenai kelompok
RSE : Hygine rendah, ekonomi rendah, menggunakan benda-benda
secara bersamaan.
Tambahkan 2 gejala dari 4 gejala cardinal :
- Pruritus nokturna
- Mengenai kelompok
- Adanya terowongan (kunikulus)
- Menemukan segala stadium tungau
P. Fisik
 Inspeksi : UKK : papul, vesikel, urtika, erosi, eksoriasi, krusta
 Palpasi : Tonjolan kulit kecil di lokasi predileksi

P. Penunjang :
Hasil PF &
 Mencongkel dengan jarum pada terowongan dan memeriksa di
PP
mikroskop
 Menyikat dengan sikat dan dilihat dengan kaca pembesar
 Scrub test
 Test tetracyclin
 Biopsi irisan dan diperiksa di mikroskop
 Biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E.

1. Prurigo
Diagnosis
2. Pedikulosis korporis
Banding
3. Dermatitis

 Permetrin 5% krim. Penggunaan pada malam hari sebelum


tidur, dioleskan ke semua area tubuh dari leher sampai
kebawah, dibiarkan 8-14 jam, dicuci bersih pada pagi harinya.
Penggunaan 1x dalam satu minggu. Bila belum sembuh diulangi
Tatalaksana setelah seminggu. Tidak dianjurkan bayi <2 bulan.
 Sulfur presipitatum 4-20% salap atau krim. Dapat dipakai bayi
<2 bulan.
 Emulsi benzyl-benzoas 20-25%
 Gama benzene heksa klorida 1%
 Krotamiton 10% krim atau losio

IpMx KU, TTV, pruritus, luas lesi, ada tidaknya Sarcoptes scabiei var hominis

 Mencuci seprai dan pakaian pada suhu 140° F (60°C) dan


mengeringkannya menggunakan pengering panas.
 Untuk barang yang tidak bisa dicuci dengan mesin, isolasi dalam
Konseling & kantong plastik minimal 72 jam.
Edukasi  Tindakan lingkungan lainnya seperti penyemprotan atau
penggunaan serbuk pestisida tidak disarankan.
 Mengobati seluruh anggota keluarga/teman yang kontak
dengan pasien.
 Tidak bergantian menggunakan barang-barang dengan orang
lain.

Prognosis Dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai