Anda di halaman 1dari 24

1.

VERUKA VULGARIS 4A

S Lokasi Seluruh tubuh, paling sering di punggung,


tangan, dan jari tangan / ekstremitas
ekstensor (anak-anak  wajah dan leher)
Onset kronik
Kualitas Asimtomatik, atau bisa nyeri
Kuantitas -
Keluhan Utama : Perjalanan Penyakit Timbul benjolan tanpa disertai
gejala/asimtomatik, atau dengan nyeri
apabila benjolan timbul di telapak tangan
atau telapak kaki. Namun apabila timbul
di bawah kuku dapat merusak kuku.
Faktor Mempe -
ringan
Mempe -
rberat
Gejala Penyerta -
O Pemeriksaan Fisik Papul/ nodul batas tegas, berskuama,
warna abu/ coklat/ spt kulit, permukaan
verukosa/ ireguler, soliter/ berkelompok,
ukuran dari beberapa mm sampai dengan
1 cm

Gambar

A Diagnosis Gambaran klinis dan pemeriksaan


histopatologis (akantosis, hiperkeratosis,
papilomatosis, dan rete ridge memanjang
kearah medial)
DD Keratosis seboroik, nevus verukosus

P Terapi - Non medikamentosa : menjaga higiene


 menghindari kontak langsung
- Medikamentosa :
Bedah listrik
Bedah laser
Keratolitik, kaustik  asam salisilat
25%-50%, trikloroasetat 25%, fenol
liquefaktum
Terapi intralesi  bleomisin dan
interferon
Cara Kerja Obat keratolitik dan kaustik diberikan
secara topikal yang dioleskan langsung ke
veruka vulgaris. Sedangkan bleomisin dan
interferon langsung diinjeksikan pada lesi
untuk menghancurkan lesi dari dalam
Efek Samping Iritasi kulit
Prognosis Bila destruksi baik  tidak terjadi
rekurensi. Dapat terjadi infeksi berulang
atau regresi spontan.

2. KONDILOMA AKUMINATA 4A

S Lokasi Perineum, genitalia dan anus (jarang di


selaput lendir).
Onset Sering terkait dengan HPV 6 dan 11 dengan
masa inkubasi 3 minggu sampai 8 bulan.
Kutil biasanya muncul dalam waktu 1-6
bulan setelah terinfeksi, dimulai sebagai
pembengkakan kecil yang lembut, lembap,
berwarna merah atau pink.
Kualitas Semakin lama seperti bunga kol, gatal, rasa
terbakar nyeri
Kuantitas Semakin banyak jumlah lesi
Keluhan Utama : Perjalanan Penyakit Kondiloma akuminata dapat disebabkan
kontak dengan penderita yang terinfeksi
HPV. Sampai saat ini dikenal lebih dari 100
macam jenis HPV, yang sering
menyebabkan kondiloma akuminata yaitu
tipe 6 dan 11. HPV ini masuk melalui mikro
lesi pada kulit, biasanya pada daerah
kelamin dan melakukan penetrasi pada kulit
sehingga menyebabkan abrasi permukaan
epitel. Human Papilloma Virus adalah
epiteliotropik; yang sifatnya mempunyai
afinitas tinggi pada sel-sel epitel.
Replikasinya tergantung pada adanya
diferensiasi epitel skuamosa. Virus DNA
(Deoxyribonucleic Acid) dapat ditemukan
pada lapisan terbawah dari epitel. Protein
kapsid dan virus infeksius ditemukan pada
lapisan superfisial sel-sel yang
berdiferensiasi. HPV dapat masuk ke
lapisan basal, menyebabkan respon radang.
Pada wanita menyebabkan keputihan dan
infeksi mikroorganisme. HPV yang masuk
ke lapisan basal sel epidermis dapat
mengambil alih DNA dan mengalami
replikasi yang tidak terkendali. Fase laten
virus dimulai dengan tidak adanya tanda
dan gejala yang dapat berlangsung sebulan
bahkan setahun. Setelah fase laten, produksi
virus DNA, kapsid dan partikel dimulai. Sel
dari tuan rumah menjadi infeksius dari
struktur koilosit atipik dari kondiloma
akuminata (morphologic atypical
koilocytosis of condiloma acuminate)
berkembang. Lamanya inkubasi sejak
pertama kali terpapar virus sekitar 3 minggu
sampai 8 bulan atau dapat lebih lama. HPV
yang masuk ke sel basal epidermis ini dapat
menyebabkan nodul kemerahan di sekitar
genitalia. Penumpukan nodul merah ini
membentuk gambaran seperti bunga kol.
Nodul ini bisa pecah dan terbuka sehingga
terpajan mikroorganisme dan bisa terjadi
penularan karena pelepasan virus bersama
epitel. HPV yang masuk ke epitel dapat
menyebabkan respon radang yang
merangsang pelepasan mediator inflamasi
yaitu histamin yang dapat menstimulasi
saraf perifer. Stimulasi ini menghantarkan
pesan gatal ke otak dan timbul impuls
elektrokimia sepanjang nervus ke dorsal
spinal cord kemudian ke thalamus dan
dipersepsikan sebagai rasa gatal di korteks
serebri. Pada wanita yang terinfeksi HPV
dapat menyebabkan keputihan dan disertai
infeksi mikroorganisme yang berbau, gatal
dan rasa terbakar sehingga tidak nyaman
pada saat melakukan hubungan seksual.
Faktor Memperingan Obat simtomatik
Mempertberat 1.Berhubungan seks tanpa kondom dengan
pasangan yang berbeda-beda,
2.Pernah mengalami infeksi menular
seksual,
3.Berhubungan seks dengan pasangan yang
riwayat seksual tidak diketahui,
4.Aktif secara seksual pada usia muda.
Gejala Penyerta Perdarahan saat berhubungan seksual,
keputihan abnormal
O Pemeriksaan Fisik I:
Inspeksi area genital perempuan membutu
hkan pencahayaan yang baik dengan
menggunakan colposcope.
UKK:
Kondiloma khas biasanya diskrit,papiler,
eritema, tampak lesi cauliflower-like,
soliter/konfluens, distribusi lokalisata
Pa : Nyeri tekan ada/tidak
Gambar

Gambar 1. Kondiloma Akuminata


A Diagnosis 1.Anamnesis
Pada anamnesis penting untuk ditanyakan
kepada pasien yaitu pekerjaan dan status
perkawinan. Karena pada kondiloma
akuminata merupakan penyakit akibat
hubungan seksual.
2.Pemeriksaan Fisik
3.Pemeriksaan lab
- Acetowhitening (tes asam asetat)
Lesi subklinis dapat divisualisasikan
dengan membungkus penis dengan kain
kasa yang dibasahi dengan asam asetat 5%
selama 5 menit.Menggunakan lensa 10X
atau colposcope, kutil akan terlihat papula
putih kecil. Sebuah penampilan kulit putih
yang mengkilap merupakan fokus dari
hiperplasia epitel.
4. Histopatologi
Pada kondiloma akuminata pemeriksaan
dengan mikroskop cahaya akan
memperlihatkan gambaran papilomatosis,
akantosis, rete ridges yang memanjang dan
menebal, parakeratosis dan vakuolisasi
pada sitoplasma.
DD 1. Veruka Vulgaris: Vegetasi yang tidak
bertangkai, kering dan berwarna abu-abu
atau sama dengan warna kulit.
2. Karsinoma Sel Skuamosa: Vegetasi yang
seperti kembang kol. Mudah berdarah, dan
berbau.
P Terapi 1.Podophyllin
Dengan pemberian langsung dengan cari di
oleskan. potensi efek samping terapi ini
yaitu penyerapan sistemik, ulserasi, dan
nyeri.Podophyllin merupakan
kontraindikasi pada kehamilan.
2. Salep 5-fluorurasil
Salep 5-fluorurasil 1-5% diberikan setiap
hari sampai lesi hilang. Perlindungan kulit
di sekitarnya normal adalah penting untuk
mencegah sakit, pembakaran,dan ulserasi.
Terapi ini sering tidak ditoleransi oleh
pasien. Penggunaan agen ini harus dibatasi.
3. Cryotherapy
Bedah beku dengan nitrogen cair,
cryotherapy dapatdilakukan menggunakan
semprotan terbuka atau aplikator
berujungkapas selama 10-15 detik dan
diulang sesuai kebutuhan. Angkat jauh kulit
mobile dari mendasari jaringan normal
sebelum titik beku. Cryotherapy merupakan
pengobatan lini pertama sangat baik.
4. Bedah listrik (elektrokauterisasi)
Eksisi dilakukan pada jaringan yang
terinfeksi
Cara Kerja Terapi untuk kondiloma terbagi atas 3
kategori, yaitu preparat topikal yang
dioleskan dan menghancurkan jaringan
kondiloma, metode operasi atau laser yang
mengangkat kondiloma, dan pendekatan
biologis yang mencoba mengatasi penyebab
dasar yaitu virus tersebut.
Terapi topical yaitu dengan pemberian
Podophyllin dan Bichloracetic Acid atau
Trichloracetic Acid. Namun wanita hamil
tidak dianjurkan menggunakan aplikasi
topikal karena dapat menyebabkan
kecacatan pada janin.
Sedang pengobatan dengan metode operasi
atau laser dapat dilakukan dengan teknik
Elektrokauter,
Terapi Laser Krioterapi (pembekuan),
Eksisi pembedahan dengan bius local, dan
Kemoterapi.
Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti
kanker seperti tiotepa atau florourasil.
Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil
dari uretra melalui pembedahan
endoskopik. Kondiloma akuminata sering
kambuh dan memerlukan pengobatan
ulang. Pada pria yang belum disunat,
kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani
penyunatan.
Efek Samping Terjadinya kerusakan lokal pada jaringan
disekitar lesi dan juga berpotensi untuk
menjadi keganasan, baik pada penderita
laki-laki maupun pada penderita wanita.
Prognosis Penyakit ini dapat disembuhkan
total namun tingkat kekambuhan dapat
mencapai 50% setelah satu tahun dan dapat
di kaitkan oleh karena panjang inkubasi dari
HPV itu sendiri.
Kekambuhan tingkat displasia serviks pada
wanita dapat terjadi karena perilaku
dari pasangan seksual yang telah terinfeksi.
3. MOLUSKUM KONTAGIOSUM 4A

S Lokasi Muka, badan, dan ekstremitas


Pada orang dewasa : di daerah pubis dan
genitalia eksterna
Onset Satu sampai beberapa minggu
Kualitas Papul membesar
Kuantitas Papul bisa sedikit / banyak
Keluhan Utama : Perjalanan Penyakit Virus Pox masuk ke dalam tubuh lewat
kontak langsung, autoinokulasi, atau
hubungan seksual. Masa inkubasi
berlangsung satu sampai beberapa minggu,
lalu timbul kelainan kulit berupa papul
miliar, kadang-kadang lentikular dan
berwarna outih seperti lilin, berbentuk
kubah yang kemudian di tengahnya terdapat
lekukan (delle). Papul dapat membesar. Jika
papul dipijat, akan tampak ke luar massa
yang berwarna putih seperti nasi. Kadang-
kadang terjadi infeksi sekunder sehingga
menimbulkan supurasi.
Faktor Memperingan Istirahat cukup, daya tahan tubuh baik
Memperberat• Immunodefisiensi
Gejala Penyerta -
O Pemeriksaan Fisik I : Lokasi : sesuai predileksi
UKK :
I : papul berbentuk bulat mirip kubah,
berukuran miliar hingga lentikular,
berwarna putih seperti lilin.
Pa : Jika dipijat, keluar massa yang
berwarna putih seperti nasi (badan
moluskum)
Gambar

A Diagnosis Klinis : terdapat papul berbentuk bulat mirip


kubah, berukuran miliar hingga lentikular,
berwarna putih seperti lilin, di tengahnya
terdapat lekukan (Delle), jika papul dipijat
tampak keluar massa yang berwarna putih
sepeti nasi (badan moluskum)
Px penunjang : pemeriksaan histoPA 
pada daerah epidermis, ditemukan badan
moluskum yang mengandung partikel virus
DD - Veruka vulgaris
- Kista epidermal
- Veruka plana
- Pyoderma
P Terapi •
Mengeluarkan massa yang mengandung
badan moluskum
Terapi topikal : kantaridin 0,7-0,9%,
kombinasi kantaridin-salisilat, krim
imiquimod 1-5%
Pada orang dewasa, dilakukan terapi
terhadap pasangan seksualnya
Cara Kerja Untuk mengeluarkan massa yang
mengandung badan moluskum, dapat
menggunakan alat seperti ekstraktor
komedo, jarum suntik, atau kuret. Cara lain
dapat digunakan elektrokauterisasi atau
bedah beku dengan CO2, N2, dan
sebagainya.
Krim topikal berguna untuk membantu
melepaskan massa dari kulit
Efek Samping / Efek samping obat topikal : papul dapat
Komplikasi menjadi gatal, nyeri, ataupun bengkak,
dan terkadang terlihat ada sedikit darah
di papul. Perubahan warna pada kulit
yang diolesi obat topikal
Prognosis Dengan menghilangkan semua esi yang ada,
penyakit ini tidak atau jarang residif
3. HERPES ZOSTER TANPA KOMPLIKASI 4A

S Lokasi Sesuai dermatom: torakal, trigeminal,


servikal, lumbal, lumbosakral
Onset Akut 3 hari – 2 minggu
Kualitas Nyeri, panas
Kuantitas
Keluhan utama: Perjalanan penyakit Setelah infeksi primer oleh virus varisela
Plenting zoster (varisela), partikel virus dapat tetap
bergerombol, tinggal dalam ganglion sensoris saraf
panas dan nyeri spinalis, kranialis atau otonom selama
(disertai gejala bertahun-tahun. Pada saat respon imunitas
prodormal seluler dan titer antibodi spesifik terhadap
sistemik: demam, virus varisela zoster menurun (misalnya
pusing, malaise; karena umur atau penyakit imunosupresi)
lokal: nyeri, pegal, sampai tidak lagi efektif mencegah infeksi
kemeng) virus, maka partikel virus varisela zoster
yang laten tersbut mengalami reaktivasi dan
menimbulkan ruam kulit yang terlokalisata di
dalam satu dermatome. Erupsinya dimulai
dari makula kemerahan terbatas dalam 1
dermatom, kemudian menjadi papul,
kemudian menjadi vesikel jernih
berkelompok, isi vesikel kemudian menjadi
keruh dan vesikel pecah kemudian menjadi
krusta dan berinvolusi
Bila mengenai n fasialis dan n auditorius
menyebabkan sindrom ramsay hunt yaitu
eripsi kulit timbul di liang telinga luar atau
membran timpani distertai paresis fasialis,
gangguan lakrimasi, gangguan pengecap 2/3
lidah bagian depan seperti tinitus vertigo dan
tuli
Faktor Nyeri dan panas dirasakan sepanjang hari
memperingan
Faktor memperberat
Gejala penyerta Disertai gejala prodormal yaitu sistemik:
demam, pusing, malaise; lokal: nyeri, pegal,
kemeng
Anamnesis Riwayat vaksin varisela?
tambahan Riwayat pernah terkena cacar air?
Apakah ada gangguan penglihatan kabur?
Apakah ada gangguan pendengaran?
O Pemeriksaan fisik KU, TV
Status dermatologi
Lokasi:
- UKK: vesikel, bula bergerombol,
dasar makula eritem unilateral
- Distribusi: dermatomal
- Konfigurasi: bergerombol
- Palpasi: nyeri
- Dilihat apakah ada lesi di ujung hidung
Gambar

A Diagnosis Herpes zoster tanpa komplikata


DD herpes simpleks, dermatitis venenata, bila
daerah setinggi jantung DD dengan angina
pektoris
P Terapi - Bedak salisil 2%
- Kompres dengan NaCl 0,9%
untuk membersihan krusta bila
ada
- R/ Gentamicin cr tube no I; S ue
(bila sudah krusta)
- Lesi tidak luas dan atau <50th:
parasetamol 3x500 mg atau asam
mefenamat 3x500 mg
- Lesi luas dan atau >50 th:
asiklovir 5x800 mg atau
valasiklovir 3x1000 mg (R/
Asiklovir 400 mg tab no C (100);
S 5 dd tab II (jam 6,10,14,18,22)
- Lesi neuralgia post herpetika:
gabapentin 300 mg per hari
selama sebulan
(Tambahan: Vaksin Zostavax untuk >50 th
single dose)
Cara kerja Asiklovir bekerja dengan menghambat
replikasi virus pada 3-4 hari pertama setelah
gejala muncul
Efek samping Rasa mual dan muntah, penurunan GFR,
ensefalopati disertai letargi, tremor,
halusinasi, kejang, kelelahan, nyeri sendi,
sulit tidur, jantung berdebar
Edukasi - Minum obat teratur, kontrol 7 hari
- Tingkatkan daya tahan tubuh:
istirahat cukup, vitamin
- Rujuk TS mata dan THT bila
perlu

5. MORBILI TANPA KOMPLIKASI 4A

S Lokasi Dimulai dari dahi dan belakang telinga


lalu menjalar ke leher, badan dan
ekstremitas.
Onset 4-7 hari
Kualitas Lesi terasa gatal
Kuantitas Lesi semakin menyebar ke seluruh tubuh
dimulai dari dahi dan belakang telinga
Keluhan Utama : Perjalanan Penyakit Penyebaran virus measles, genus virus
Ruam-ruam morbili, famili paramyxoviridae, secara
kemerahan di langsung atau melalui paparan droplet di
seluruh tubuh udara  masa inkubasi 8-12 hari 
disertai demam Prodromal : 2-4 hari
tinggi. Makulopapuler/erupsi: 4-7 hari
Vesikopustulosa/supurasi
Resolusi : 2 minggu
 Stadium prodormal berlangsung
kirakira 4-5 hari dengan gejala
demam, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivitis dan
koriza.
 Stadium erupsi yang berlangsung
4-7 hari setelah stadium
prodormal ditandai dengan
timbulnya bercak koplik dan
ruam mulai muncul dari belakang
telinga menyebar ke wajah,
badan, lengan dan kaki.
 Stadium konvalensi atau stadium
akhir ditandai dengan erupsi yang
mulai
menghilang.
Faktor Memperingan Diobati dengan antipiretik (demam)
Mempertberat Immunodefisiensi, malnutrisi
Gejala Penyerta Demam, malaise,
batuk,pilek,konjungtivitis (3C : Cough,
coryza, conjungtivitis), diare.
O Pemeriksaan Fisik KU Composmentis, tampak sakit
TV suhu hingga 40,5oC
Status Dermatologi
Inspeksi:
Lokasi = sesuai predileksi
UKK:
pada stadium erupsi = ruam
makulopapular generalisata, koplik spot
 papul warna putih atau abu-abu
kebiruan pada mukosa bukkal dekat
molar II.
Pada stadium konvalense = Lesi
hiperpigmentasi berwarna lebih tua
coklat kehitaman yang akan menghilang
sendiri
Palpasi: Tonjolan kulit di tempat
predileksi
Gambar

Ruam makulopapuler generalisata

Koplik spot
A Diagnosis Morbili/Measles/Campak/Rubeola

DD Reaksi hipersensitivitas akibat obat


Rubella
P Terapi Rawat di ruang isolasi
Terapi supportif: intake makanan,
hidrasi adekuat dan istirahat cukup
 Terapi simptomatik:
Antipiretik: paracetamol dosis pada
anak: 10-15 mg/kgBB
Paracetamol dosis pada dewasa: 3x500
mg
Apabila ada infeksi sekunder:
Antibiotika gol. Cephalosphorin 
ceftriaxone 50-75 mg/kgBB
 Pencegahan: vaksinasi campak.
 Terapi Vitamin A
Cara Kerja  Vaksinasi campak:
Dosis 0,5 ml subkutan, dua dosis pada
usia 9 bulan dan 24 bulan, atau usia 15
bulan dengan kombinasi MMR.
Booster 4-6 bulan dan 2-4 tahun pasca
vaksinasi 1 dan 2-14 tahun pasca
vaksinasi 2
 Supportif:
Cairan maintenance yaitu N4D5 25
tetes/menit
 Vitamin A
Dosis tunggal > 12 bulan: 200.000 IU
Dosis tunggal <12 bulan: 100.000 IU
Efek Samping/Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi meliputi
ensefalitis, trombositopenia, otitis media,
pneumonia, miokarditis dan subacute
sclerosing panencephalitis.
Prognosis Morbili tanpa komplikasi umumnya akan
sembuh sendiri dalam waktu sepuluh hari
= self limited disease
Prognosis baik apabila pada
anak dengan keadaan umum yang baik,
tetapi menjadi buruk pada anak dengan
keadaan menderita penyakit kronis atau
bila ada komplikasi (malnutrisi,
imunosupresi)
6. VARISELA TANPA KOMPLIKASI 4A

S Lokasi Seluruh tubuh


Onset Akut
Kualitas Gatal ringan - berat
Kuantitas -
Keluhan Utama : Perjalanan Penyakit Dimulai dengan gejala prodromal, yakni
demam yang tidak terlalu tinggi, malaise
dan nyeri kepala, kemudian disusul
timbulnya erupsi kulit berupa papul
eritematosa yang dalam waktu beberapa jam
berubah menjadi keruh menyerupai pustule
kemudian menjadi krusta. Sementara proses
ini berlangsung, timbul vesikel baru
sehingga menimbulkan gambaran
polimorfik.
Faktor Memperingan Minum obat-obatan
Memperberat Lesi yang akan mongering menjadi sangat
gatal
Gejala Penyerta Flu-like syndrome
O Pemeriksaan Fisik Makula eritema ø 2-3 mm, papul, vesikel,
pustule, erosi, krusta
Gambar

A Diagnosis Pemeriksaan Tzank diperoleh sel datia


berinti banyak
DD Variola, Reaksi hipersensitivitas akibat
gigitan serangga, Hand Foot Mouth disease
P Terapi Asiklovir :
Bayi/anak : 10-20 mg/KgBB/hari selama 7
hari
Dewasa : 5 x 400 mg/ hari selama 7 hari
Terapi simptomatik
Cara Kerja Antivirus diberikan secara per-oral karena
antivirus topical dianggap kurang efektif.
Antivirus diberikan bila terdapat indikasi.
Terapi yang terutama hanya berupa terapi
simtomatik saja.
Efek Samping Mual, muntah, lemas, kulit kemerahan

7. HERPES SIMPLEKS TANPA KOMPLIKASI 4A

S Lokasi Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit


dan menyerang baik pria maupun wanita
dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi
primer oleh
HSV tipe I biasa pada usia anak-anak,
HSV tipe II biasa terjadi pada dekade II atau
III dan berhubungan dengan peningkatan
aktivitas seksual.
Onset Masa inkubasi umumnya berkisar antara 7
hari, tetapi dapat lebih lama.
Kualitas Rasa terbakar dan gatal daerah luka.
Kuantitas Bentol berisi cairan yang terasa perih dan
panas. Bentolan ini akan berlangsung
beberapa hari. Bintil kecil ini bisa meluas
tidak hanya di wajah tapi bisa di
seluruh tubuh. Bisa juga terlihat seperti
jerawat, dan pada wanita timbul keputihan.
Rasa sakit dan panas di seluruh tubuh yang
membuat tidak nyaman ini bisa berlangsung
sampai beberapa hari disertai sakit saat
menelan makanan, karena kelenjar getah
bening sudah terganggu
Keluhan Perjalanan Penyakit Infeksi primer HSV masuk melalui
Utama : defek kecil pada kulit atau mukosa dan
bereplikasi lokal lalu menyebar melalui akson
ke ganglia sensoris dan terus bereplikasi.
Denagn penyebaran sentrifugal oleh syaraf-
syaraf lainnya menginfeksi daerah yang lebih
luas. Setelah infeksi primer HSV masuk
dalam masa laten di ganglia sensoris. Pada
episode 1 non infeksi primer, infeksi sudah
lama berlangsung tetapi belum menimbulkan
gejala klinis, tubuh sudah membentuk zat anti
sehingga pada waktu terjadinya episode 1 ini
kelainan yang timbul tidak seberat episode 1
dengan infeksi primer. Bila pada suatu waktu
ada faktor pencetus (trigger factora), virus
akan mengalami reaktivitas dan multiplikasi
kembali sehingga terjadilah infeksi rekurens.
Pada saat ini di dalam tubuh horpes sudah ada
antibodi spesifik sehingga kelainan yang
timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat
pada waktu infeksi primer. Trigger factor
tersebut antara lain adalah trauma, koitus
yang berlebihan, demam, gangguan
pencernaan, stress emosi, kelelahan, makanan
yang merangsang, alkohol, obat-obatan
(imunosupresif, kortikosteroid), dan ada
beberapa kasus sukar diketahui dengan jelas
penyebabnya. Ada beberapa pendapat
mengenai terjadinya infeksi rekurens: 1.
Faktor pencetus akan mengakibatkan
reaktivasi virus dalam ganglion dan virus
akan menurun melalui akson saraf perifer ke
sel epitel kulit yang dipersarafinya dan disana
akan mengalami replikasi dan multiplikasi
serta menimbulakan lesi. 2. Virus secara terus
menerus dilepaskan ke sel-sel epitel dan
adanya faktor pencetus ini menyebabkan
kelemahan setempat dan menimbulkan lesi
rekuren.
Faktor Memperingan Obat simtomatis
Memperberat •

Gejala Penyerta
Rasa sakit dan panas di seluruh tubuh yang
membuat tidak nyaman ini bisa berlangsung
sampai beberapa hari disertai sakit saat
menelan makanan, karena kelenjar getah
bening sudah terganggu( tidak selalu)
O Pemeriksaan Fisik I : Lokasi : sesuai predileksi
UKK : vesikel berkelompok di atas kulit yang
sembab dan eritematosa, berisi cairan
jernih dan menjadi seropurulen, dapat
menjadi krusta dan dapat mengalami ulserasi.
Gambar

Gambar 1. Herpes Labialis

Gambar 2. Herpes Genitalis

A Diagnosis Diagnosis herpes simplex didasarkan pada


riwayat dan gambaran klinis. Diagnosa
biasanya sudah bisa ditegakkan dengan
pemeriksaan fisik. Herpes simpleks virus
(HSV) dapat ditemukan pada vesikel dan
dapat
dibiakkan.Pada keadaan tidak ada lesi dapat
diperiksa antibodi HSV.Dengan tes Tzanck
dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan
sel datia berinti banyak dan badan inklusi
intranuklear .
DD Herpes simplex
diagnosa banding HSV tipe I yaitu stomatitis
aftosa, penyakit tangan-kaki-mulut, dan
impetigo. Sedangkan diagnosa banding
HSV tipe II yaitu sifilis, dan erupsi oleh obat-
obatan
P Terapi Farmakoterapi dilakukan dengan:
Pada lesi yang dini dapat digunakan obat
topikal berupa salap/krim yang mengandung
preparat idoksuridin (stoxil, viruguent,
virunguent-P) atau preparat asiklovir
(zovirax).Pengobatan oral preparat asiklovir
dengan dosis 5x200mg per hari selama 5 hari
mempersingkat kelangsungan penyakit dan
memperpanjang
masa rekuren.Pemberian parenteral asiklovir
atau preparat adenine arabinosid (vitarabin)
dengan tujuan penyakit yang lebih berat atau
terjadi komplikasi pada organ dalam.
Untuk terapi sistemik digunakan asiklovir,
valasiklovir, atau famsiklovir.
Jika pasien mengalami rekuren enam kali
dalam setahun, pertimbangkan untuk
menggunakan asiklovir 400 mg atau
valasiklovir 1000 mg oral setiap hari selama
satu tahun. Untuk obat oles digunakan lotion
zinc oxide atau calamine. Pada
wanita hamil diberi vaksin HSV sedangkan
pada bayi yang terinfeksi HSV
disuntikkan asiklovir intra vena
Cara Kerja Beberapa obat antivirus telah terbukti efektif
melawan infeksi HSV. Semua obat
tersebut menghambat sintesis DNA vi
rus. Oba-obat ini dapat menghambat
perkembangbiakan herpesvirus. Walaupun
demikian, HSV tetap bersifat laten di ganglia
sensorik, dan angka kekambuhannya tidak ja
uh berbeda pada orang yang diobati dengan
yang tidak diobati.
Salah satu obat yang efek
tif untuk infeksi Herpes Simpleks Virus
adalah Asiklofir
dalam bentuk topikal, intravena, dan oral
yang kesemuanya berguna untuk mengatasi
infeksi primer.
Efek Samping / Pada sistem saraf pusat dilaporakan terjadi
Komplikasi malaise (perasaan tidak
nyaman) sekitar 12% dan sakit kepala
(2%).pada system pencernaan
(gastrointestinal)
dilaporkan terjadi mual (2-5%), muntah (3%)
dan diare (2-3%)
Prognosis Pengobatan dini dan tepat memberi prognosis
yang lebih baik, yakni
masa penyakit berlangsung lebih singkat dan
rekuren lebih jarang.Pada orang
dengan gangguan imunitas, infeksi dapat
menyebar ke organ-organ dalam dan
dapat berakibat fatal. Prognosis akan lebih
baik seiring dengan meningkatnya usia
seperti pada orang dewasa (Handoko, 2010).
Penderita HSV harus menghindari kontak
dengan orang lain saat tahap
akut sampai lesi sembuh sempurna. Infeksi di
daerah genital pada wanita hamil
dapat menyerang bayinya, dan wanita
tersebut harus memberi tahu pada dokter
kandungannya jika mereka mempunyai gejala
atau tanda infeksi HSV pada daerah
genitalnya

8. IMPETIGO 4A

S Lokasi IMPETIGO KRUSTOSA : Wajah (sekitar


lubang hidung dan mulut)
IMPETIGO BULLOSA :
Aksila, dada, punggung
Onset 2-3 hari
Kualitas Gatal
Kuantitas IMPETIGO KRUSTOSA :
Krusta bisa sedikit/banyak
IMPETIGO BULLOSA :
Vesikel/bulla bisa sedikit/banyak
Keluhan Utama : Perjalanan Penyakit Pada impetigo bulosa, robekan epidermis
tepat di bawah stratum granulosum
membentuk lepuhan yang besar. Neutrofil
berpindah melalui epidermis spongiotik ke
dalam rongga blister, yang juga mungkin
mengandung kokus. Sel acantholytic
sesekali dapat dilihat, mungkin karena
aktivitas neutrofil. Dermis bagian atas berisi
infiltrat inflamasi neutrofil dan limfosit.
Kasus dengan antibodi pemfigus misalnya
positif pada immunofluoresen langsung
atau tidak langsung telah dilaporkan.
Histologi ini mirip untuk impetigo non-
bulosa, perbedaannya yaitu pada
pembentukan blisternya terlihat ringan dan
sementara.
Faktor Memperingan Obat simtomatis, tidur
Memperberat • Higiene yang kurang baik, defisiensi gizi,
imunodefisiensi (CD 4 dan CD 8 yang
rendah)
Gejala Penyerta Kadang bisa disertai demam dan nyeri
(tidak selalu)
O Pemeriksaan Fisik I : Lokasi : sesuai predileksi
UKK :
Impetigo krustosa :
Peradangan yang memberikan gambaran
vesikel yang dengan cepat berubah menjadi
pustul dan pecah sehingga menjadi krusta
kering kekuningan seperti madu. Jika krusta
dilepaskan tampak erosi dibawahnya.
Sering krusta menyebar ke periffer dan
sembuh di bagian tengah.

Impetigo bullosa :
Peradangan yang memberikan gambaran
vesikobulosa dengan lesi bula hipopion
(bula berisi pus)/ flaccid bullae , apabila
vesikel/bulla telah memecah (erosi) ->
tampak koleret dasar eritematosa -> seperti
terkena sulut api (scalded-by-fire-like-
appearance)
Pa : kendor
Gambar

Gambar 1. Impetigo krustosa

Gambar 2. Impetigo bullosa

A Diagnosis Diagnosis impetigo didasarkan pada


riwayat dan gambaran klinis. Diagnosa
biasanya sudah bisa ditegakkan dengan
pemeriksaan fisik. Onset yang terjadi dari 2
hingga 3 hari turut mendukung menegakkan
diagnosis.
Bakteri jenis β-hemolitik streptokokus atau
Stafilokokus aureus dikultur untuk
mendapatkan diagnosa pasti. Kerokan
spesimen haruslah diambil dari dasar lesi.
Pada impetigo bulosa, predileksi utama
yang terlibat adalah pada wajah (terutama
pada sekitar hidung dan mulut) dan
ekstremitas bawah. Lesi secara umum tidak
nyeri. Munculnya demam biasa
dihubungkan dengan penyakit lain atau
komplikasi. Lesi awal pada impetigo adalah
berupa bula keruh yang nantinya akan
menjadi krusta, biasanya berwarna kuning
keemasan, dengan daerah sekitarnya yang
eritem. Besarnya lesi bervariasi antara
vesiko-pustul berukuran kacang hingga lesi
menyerupai ringworm
DD Impetigo Bullosa
a. Varisela
Vesikel berdinding tipis yang berdasar
eritem pada area ekstremitas dan menyebar
kewajah dan badan; vesikel pecah dan
terbentuk krusta.
b. Pemfigoid Bulosa
Vesikel dan bula muncul secara cepat pada
daerah yang gatal serta muncul plak
urtikaria.
c. Steven Johnson Sindrom
Penyakit vesikobullous dari kulit, mulut,
mata dan alat kelamin. Stomatitis ulseratif
dengan krusta hemoragik adalah
karakteristik yang khas.
d. Pemfigus Vulgaris
Manifestasi klinis berupa bula yang tidak
terasa gatal, ukurannya bervariasi antara 1
sampai beberapa sentimeter, muncul secara
bertahap dan menjadi generalisata. Terjadi
erosi selama beberapa minggu sebelum
penyembuhan disertai hiperpigmentasi.
Impetigo non-bulosa/ Krustosa
a. Virus Herpes Simplex
Vesikel yang berdasar eritem pecah
sehingga menimbulkan erosi yang
dikelilingi oleh krusta, terjadi padakulit dan
bibir.
b. Candidiasis
Papul eritema atau merah, plak lembab
biasanya terbatas pada membran mukosa
dan area intertriginosa.
c. Ektima
Lesi berkrusta yang mengelilingi area yang
ulserasi, bertahan selama beberapa minggu
dan sembuh meninggalkan skar jika infeksi
sampai kelapisan dermis.
d. Dermatitis Atopik
Lesi pruritik yang kronik atau relaps dan
kulit kering yang abnormal. Likenifikasi
fleksural biasanya terjadi pada orang
dewasa. Pada anak-anak biasanya
berpredileksi di area wajah dan ekstensor

P Terapi • Terapi suportif dengan menjaga hygiene,


nutrisi TKTP dan stamina tubuh.
• Farmakoterapi dilakukan dengan:
• Topikal:
o Bila banyak pus/krusta, dilakukan
kompres terbuka dengan Kalium permangat
(PK) 1/5.000 dan 1/10.000.
o Bila tidak tertutup pus atau krusta,
diberikan salep atau krim asam fusidat 2%
atau mupirosin 2%, dioleskan 2-3 kali
sehari selama 7-10 hari.
• Antibiotik oral dapat diberikan dari salah
satu golongan di bawah ini:
o Penisilin yang resisten terhadap
penisilinase, seperti: oksasilin, kloksasilin,
dikloksasilin dan flukloksasilin
§ Dosis dewasa: 4 x 250-500 mg/hari,
selama 5-7 hari, selama 5-7 hari.
§ Dosis anak: 50 mg/kgBB/hari terbagi
dalam 4 dosis, selama 5-7 hari.
o Amoksisilin dengan asam klavulanat.
§ Dosis dewasa: 3 x 250-500 mg
§ Dosis anak: 25 mg/kgBB/hari terbagi
dalam 3 dosis, selama 5-7 hari
o Sefalosporin dengan dosis 10-25
mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis,
selama 5-7 hari
o Eritromisin: dosis dewasa: 4 x 250-500
mg/hari, anak: 20-50 mg/kgBB/hari terbagi
4 dosis, selama 5-7 hari.
Cara Kerja Pengobatan infeksi ini dapat digunakan
antibiotik secara topikal dan oral. Tujuan
terapinya yaitu mengobati infeksi,
mencegah penularan, menghilangkan rasa
tidak nyaman, dan mencegah terjadinya
kekambuhan. Sasaran terapinya yaitu
infeksi bakteri streptokokus atau
stafilokokus. Terapi non farmakologis
untuk pengobatan impetigo yaitu
menghilangkan krusta dengan cara mandi
selama 20-30 menit disertai
mengelupaskan krusta dengan handuk
basah dan bila perlu olesi dengan zat
antibakteri, mencegah menggaruk daerah
lecet atau dapat dilakukan dengan menutup
daerah yang lecet dengan perban tahan air
dan memotong kuku, lanjutkan pengobatan
sampai semua luka lecet sembuh. Terapi
non farmakologis untuk pencegahan
penyakit impetigo yaitu mandi teratur
dengan sabun dan air (sabun antiseptik
dapat digunakan, namun dapat mengiritasi
pada sebagian kulit orang yang kulit
sensitif), menjaga kebersihan yang baik
(cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap
pendek dan bersih), jauhkan diri dari orang
dengan impetigo, orang yang kontak
dengan orang yang terkena impetigo segera
mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir, mencuci pakaian, handuk dan
sprei dari penderita impetigo terpisah dari
yang lanilla (cuci dengan air panas dan
keringkan di bawah sinar matahari atau
pengering yang panas), dan gunakan sarung
tangan saat mengoleskan antibiotik topikal
di tempat yang terinfeksi dan cuci tangan
setelah itu.Terapi farmakologis yang
digunakan yaitu menggunakan antibiotik
topikal atau antibiotik per-oral. Penggunaan
antibiotik per-oral diberikan jika pasien
sensitif terhadap antibiotik topikal dan
kondisi penyakit atau lesi yang ditimbulkan
sudah parah (lesi lebih luas).
Efek Samping / Kadangkala antibiotik topikal dapat
Komplikasi menyebabkan reaksi sensitifitas pada kulit
orang-orang tertentu. Maka dari itu,
antibiotik oral disimpan untuk kasus
dimana pasien sensitif terhadap antibiotik
topikal, lesi lebih luas atau dengan penyakit
penyerta yang berat.
Efek samping antibiotik topikal dapat
berupa : rasa terbakar, gatal, rasa
tersengat, kemerahan

Efek samping antibiotik peroral : jarang:


hepatotoksik, ototoksik.
Gangguan GI : mual, muntah, nyeri
perut,diare.
Urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainya.
Prognosis Apabila penyakit tanpa disertai komplikasi,
prognosis umumnya bonam, bila dengan
komplikasi, prognosis umumnya dubia ad
bonam.

Anda mungkin juga menyukai