Anda di halaman 1dari 4

Putri Nur Fadila

10121041
Tugas Penyakit Tropis

1. Konsep Penyakit
Tinea Korporis, yaitu dermatofitosis yang menyerang daerah kulit yang tidak
berambut (glabrous skin), misalnya pada wajah, badan, lengan dan tungkai.
Dinamakan Tinea Corporis karena berdasarkan bagian tubuh yang terkena, yaitu di
badan dan anggota badan disebabkan oleh golongan jamur Epidermophyton,
Trichophyton, dan Microsporum.
Tinea kapitis atau yang sering dikenal sebagai kurap kulit kepala merupakan kelainan
kulit pada daerah kepala berambut yang disebabkan oleh jamur dermatofita.

2. Data Mordibitas & Mortalitas


- Data Mordibitas
Tinea korporis dimana merupakan salah satu penyakit dermatofita yang paling tinggi
angka prevalensinya di Asia mencapai sekitar 35.4%.
Insidensi tinea korporis di berbagai rumah sakit pendidikan dokter di Indonesia yang
menunjukkan angka persentase bervariasi dari 2,93% yang terendah di Semarang
sampai 27,6% yang tertinggi di Padang. Laki - laki pasca pubertas lebih banyak
terkena tinea corporis dibanding wanita, Tinea korporis dapat terjadi pada semua usia,
paling sering mengenai usia 18 - 25 tahun serta 40 - 50 tahun.

- Data Mortalitas
0 atau Tinea corporis tidak menyebabkan kematian. Pasien yang imunokompeten
mayoritas berespon baik dengan terapi dan tidak mengalami sekuele. Meski begitu,
tinea corporis bisa mengalami rekurensi maupun komplikasi berupa infeksi bakteri
sekunder akibat garukan.

3. Riwayat Alamiah Penyakit


Tinea Corporis disebabkan oleh golongan jamur Epidermophyton, Trichophyton, dan
Microsporum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa dan cabang- cabangnya di
dalam jaringan keratin yang mati, hifa melepaskan keratinase serta enzim lainnya
guna menginvasi lebih dalam stratum korneum dan menimbulkan peradangan,
walaupun umumnya, infeksi terbatas pada epidermis, karena adanya mekanisme
pertahanan tubuh non spesifik, seperti komplemen, PMN, aktivasi faktor penghambat
serum (serum inhibitory factor) namun kadang - kadang dapat bertambah atau meluas.
Masa inkubasinya sekitar 1-3 minggu
4. Faktor Risiko Penyakit

Faktor risiko medis meliputi:

 Infeksi tinea sebelumnya atau bersamaan


 Diabetes mellitus
 Defisiensi imun
 Hiperhidrosis
 Xerosis
 Iktiosis .

Faktor risiko lingkungan meliputi:

 Kerumunan rumah tangga


 Infeksi anggota rumah tangga
 Memelihara hewan peliharaan di rumah
 Mengenakan pakaian oklusif
 Kegiatan rekreasi yang melibatkan kontak dekat dengan orang lain termasuk
ruang ganti bersama.

Menurut Rahmanisa (2014) Beberapa faktor pencetus infeksi jamur tinea


corporis antara lain kondisi lembab dan panas dari lingkungan, dari pakaian
ketat, dan pakaian tak menyerap keringat, keringat berlebihan karena
berolahraga atau karena kegemukan, friksi atau trauma minor (gesekan pada
paha orang gemuk), keseimbangan flora tubuh normal terganggu (antara lain
karena pemakaian antibiotik, atau hormonal dalam jangka.

5. Tanda/Gejala Penyakit
Gejala subyektifnya yaitu gatal terutama jika berkeringat. Pasien mengalami
gatal-gatal, nyeri atau bahkan sensasi terbakar
Keluhan gatal tersebut memacu individu untuk menggaruk lesi yang pada akhirnya
menyebabkan perluasan lesi(Mellaratna & Fitri, 2023). Manifestasi klinis yang khas
dari tinea korporis adalah lesi berbentuk lingkaran dan struktur kasar dengan tepi aktif
merah sehingga tampak ada elevasi. Di tengah lesi, ada central healing(sembuh di
bagian tengah), yang merupakan bagian dari lesi. Bagian ini tidak aktif dan terlihat
seperti kulit normal(Tri Putra, 2018).
Tinea corporis awalnya muncul sebagai bercak merah melingkar soliter dengan tepi
depan bersisik yang menonjol. Lesi menyebar dari pusat membentuk bentuk cincin
dengan hipopigmentasi sentral dan tepi merah bersisik perifer (kurap). Batasnya bisa
berupa papular atau pustular . Gatal adalah hal biasa. Seiring berjalannya waktu, lesi
multipel dapat berkembang dan dapat menyatu membentuk
pola polisiklik . Distribusi lesi biasanya asimetris .
6. Pencegahan/Pengendalian Penyakit
Personal higiene merupakan langkah awal meminimalkan resiko seseorang terhadap
kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan
dengan kebersihan diri yang buruk. Personal hygiene merupakan salah satu faktor
yang berperan dalam proses pencegahan penyakit kulit tinea corporis.
Untuk mencegahnya, selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang
sehat harus selalu diperhatikan seperti, menggunakan barang-barang keperluan
sehari-hari milik sendiri, mandi minimal 2x sehari, mandi memakai sabun, menjaga
kebersihan pakaian, makan yang bergizi terutama banyak sayur dan buah, dan
menjaga kebersihan lingkungan.
Daftar Pustaka

Anak Istri Agung Nindya Sari,dkk.(2022).UPAYA PENINGKATAN DERAJAT


KESEHATAN MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT KULIT (KURAP) DI RSUD
BANGLI, BALI.

Ismi Tanriati,dkk.(2023).PROFIL PASIEN TINEA KORPORIS DI POLIKLINIK


KULIT DAN KELAMIN RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE 2019-2021.

Rizki Kurniadi,dkk.(2022).FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KEJADIAN TINEA CORPORIS (KURAP) DI DESA NELAYAN WILAYAH
KERJA PUSKESMAS JAMBU KABUPATEN ROKAN HILIR.

Anda mungkin juga menyukai