Oleh :
A9-A
Kelompok 3
0
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Definisi Pioderma
Pioderma berasal dari kata pio dan derma. Pio berarti nanah, dan derma berarti
kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah. Dalam definisi di literatur pioderma
adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus atau streptococcus
beta hemoliticus. Infeksi pada kulit ini dapat bersifat superfisial (hanya sebatas di
epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai dermis).
Pioderma adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus atau
streptococcus beta hemoliticus.Pioderma itu berasal dari kata pio dan derma. Pio
berarti nanah, dan derma berarti kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah.
Nanah dalam pioderma berisi bakteri hidup dan bisa menular.Pioderma yang
merupakan infeksi bakteri pada kulit ini dapat bersifat superficial (hanya sebatas di
epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai dermis).Pioderma adalah penyakit
kulit yang disebabkan infeksi bakteri pada folikel (akar) rambut di kulit yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus.Jadi pioderma adalah terminologi umum
untuk penyakit-penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman (bakteri),
terutama Streptococcus beta hemolyticus atau Staphylococcus aureus.( Suddarth dan
Brunner . 2002 : 935 ).
Jenis infeksi superfisial contohnya seperti, impetigo nonbulosa, impetigo bulosa,
ektima, folikulitis, furunkel, dan karbunkel. Jenis infeksi Pioderma adalah infeksi
bakteri pada kulit primer atau sekunder. Infeksi kulit primer berawal dari kulit yang
sebelumnya tampak normal dan biasanya infeksi ini disebabkan oleh satu macam
mikroorganisme misalnya staphylococcus aureus, sedangkan infeksi sekunder
disebabkan oleh disrupsi keutuhan kulit karena cedera atau pembedahan. (buku
Keperawatan Medikal Bedah)
2.3 Klasifikasi
1. Impetigo
Impetigo ialah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis). Terdapat tiga
jenis dari impetigo, yaitu
a. Impetigo krustosa (impetigo kantagiosa, impetigo vulgaris, impetigo
Tillbury Fox),
4
disebabkan biasanya oleh Streptococcus
B hemolyticus. Gejala umum tidak menyertai. Predileksi di MUKA,
yakni sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sember infeksi
dari daerah tersebut. UKK berupa eritem dan vesikel yang cepat
memecah sehingga akan terlihat krusta tebal berwarna kuning seperti
madu. Jika krusta dilepaskan akan tampak erosi dibawahnya, sering
menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah. Komplikasi,
glomerulonefritis (2-5%), yang disebabkan oleh sero tipe tertentu.
Diagnosis bandingnya adalah Ektima. Pengobatan yang dipakai jika
krusta sedikit, lepaskan krusta dan diberi antibiotic. Jika banyak berikan
antibiotic sistemik.
5
c. Impetigo neonatorum, varian impetigo bulosa yang terjadi pada
neonatus. Kelainan sama dengan impetigo bulosa hanya saja bisa terjadi
pada seluruh tubuh dan disertai demam. Diagnosis bandingnya adalah
sifilis congenital. Pengobatannya adalah antibiotic sistemik, untuk
topical dapat diberikan bedak salisil 2%
2. Folikulitis
Radang pada folikel rambut, biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus
3. Furunkel/Karbunkel
6
4. Ektima
5. Pionika
7
6. Erisipelas
7. Selulitis
8
8. Flegmon
9. Ulkus Piogenik
Berbentuk ulkus, gambaran klinisnya tidak khas dengan disertai pus
diatasnya. Dibedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman gram
negative sehingga perlu dilakukan kultur.
11. Hidradenitis
9
berupa demam, malaise. Ruam berupa nodus, dengan kelima tanda radang akut
(rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolesa). Kemudian dapat melunak menjadi
abses, dan memecah membentuk fistel yang disebut hidradenitis supuratif. Pada
yang menahun dapat terbentuk abses, fistel, sinus yang multiple. Terbanyak
berlokasi di ketiak, juga di perineum. Terdapat leukositosis.
Diagnosis bandingnya adalah skrofuloderma, perbedaannya pada
hidradenitis didahului tanda radang akut dan terdapat gejala konstitusi.
Pengobatan yang digunakan adalah antibiotic sistemik, jika telah terbentuk
abses, diinsisi. Jika belum melunak diberi kompres terbuka, pada kasus yang
kronik residif, kelenjar apokrin dieksisi.
10
Gejala Klinis. Pada umumnya terdapat demam
yang tinggi disertai infeksi disaluran nafas bagian atas. Kelainan kulit yang
pertama timbul adalah eritema, yang timbul mendadak pada muka, leher, ketiak
dan lipat paha, kemudian menyeluruh dalam waktu 24 jam. Dalam waktu 1-2
hari akan muncul bula-bula berdinding kendur, tanda nikolsky positif. Dalam 2-
3 hari terjadi pengeriputan spontan disertai pengelupasan lembaran-lembaran
kulit sehingga tanpak daerah erosif. Akibat epidermolisis tersebut gambarannya
mirip dengan kambustio. Daerah-daerah tersebut akan mongering dalam
beberapa hari dan terjadi deskuamasi. Penyembuhan penyakit akan terjadi
setelah 10-14 hari tanpa disertai sikatriks.
2.4 Epidemiologi
Pioderma adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus atau
streptococcus beta hemoliticus.Pioderma itu berasal dari kata pio dan derma. Pio
berarti nanah, dan derma berarti kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah.
Nanah dalam pioderma berisi bakteri hidup dan bisa menular.Pioderma yang
merupakan infeksi bakteri pada kulit ini dapat bersifat superficial (hanya sebatas di
epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai dermis).Pioderma adalah penyakit
kulit yang disebabkan infeksi bakteri pada folikel (akar) rambut di kulit yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus. Jadi pioderma adalah terminologi umum
untuk penyakit-penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman (bakteri),
terutama Streptococcus beta hemolyticus atau Staphylococcus aureus
Bisul merupakan penyakit ringan, tapi sangat mengganggu. Dalam sebuah
penelitian Departemen Kesehatan (Depkes RI) pada 2001 terungkap dari 326
responden, ternyata 26 persen pernah bisulan. Angka tersebut dianggap cukup tinggi
mengingat bisul bukan penyakit berat, dan rata-rata bisa sembuh dengan
sendirinya.Di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, insidennya menduduki tempat ketiga, dan berhubungan erat
dengan keadaan sosial ekonomi.
11
Pioderma merupakan penyakit yang paling sering dijumpai. Penyakit ini
berhubungan erat dengan keadaan social ekonomi. Tidak ada ras tertentu yang
cenderung terkena pioderma. Pioderma dapat menyerang laki-laki maupun
perempuan pada semua usia.
2.5 Etiologi
Etiologinya kebanyakan oleh Staphylococcus aureus, merupakan sel-sel
berbentuk bola atau coccus Gram positif yang berpasangan berempat dan
berkelompok. Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase positif, ini yang
membedakannya dari spesies lain, dan merupakan patogen utama bagi manusia. Pada
Staphylococcus koagulase negatif merupakan flora normal manusia. Staphylococcus
menghasilkan katalase yang membedakannya dengan streptococcus.
Penyebab yang utama ialah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus B
hemolitikus. Penyebab pioderma adalah infeksi bakteri pada folikel (akar) rambut di
kulit, yang disebabkan oleh bakteri misalnya Staphylococcus aureus yang merupakan
sel-sel berbentuk bola atau coccus Gram positif yang berpasangan berempat dan
berkelompok. Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase positif, ini yang
membedakannya dari spesies lain, dan merupakan patogen utama bagi manusia.
Pada Staphylococcus koagulase negatif merupakan flora normal
manusia.Staphylococcus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan
streptococcus.( sudoyo ,w .aru , dkk . 2006 : 622 ) .
2.7 Patofisiologi
Banyak hal yang mempengaruhi seseorang sampai terjadinya pioderma antara
lain faktor host, agent, dan lingkungan seperti yang telah dipaparkan diatas dimana
adanya ketidakseimbangan antara ketiga faktor tersebut. Staphylococcus
mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang merupakan
substansi penting di dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer
polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai, merupakan
eksoskeleton kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau
lisozim.
Hal ini merupakan penting dalam potogenitas infeksi : zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen endogen) dan antibodi opsonik, dan zat ini
juga menjadi zat kimia penarik (kemotraktan) untuk leukosit polimorfonuklear,
mempunyai aktifitas mirip endotoksin, mengaktifkan komplement. Patologi
prototipe lesi staphylococcus adalah furunkel atau abses setempat lainnya.
Kelompok-kelompok S. aureus yang tinggal dalam folikel rambut menimbulkan
nekrosis jaringan. Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin disekitar lesi dan
didalam saluran getah bening, mengakibatkan pembentukan dinding yang membatasi
proses dan diperkuat oleh penumpukan sel radang dan kemudian jaringan fibrosis. Di
tengah-tengah lesi, terjadi pencairan jaringan nekrotik (dibantu oleh hipersensitivitas
tipe lambat) dan abses mengarah pada daerah yang daya tahannya paling kecil,
setelah jaringan nekrotik mengalir keluar, rongga secara perlahan-lahan diisi dengan
jaringan granulasi dan akhirnya sembuh. Bakteri masuk ke dalam folikel rambut
sehingga menimbulkan folikulitis dan perifolikulitis, tampak sebagai nodus
kemerahan dan sangat nyeri. Pada keadaan yang berat dapat disertai gejala demam,
malaise, dll. Setelah 2-4 hari terjadi proses supurasi dan terbentuk abses ini dapat
13
diketahui dengan adanya fluktuasi. Pada bagian tengah lesi terdapat bintik
kekuningan yang merupakan jaringan nekrotik, dan disebut mata bisul (core). Bila
abses pecah inti jaringan nekrotik tersebut akan keluar. Perawatan khusus ialah pada
furunkel maligna yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi oleh
bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam intra
kranial. Masalah lain yaitu bisa terjadi penyebaran bakteri yang lebih dalam atau
lebih luas sehingga bisa juga terjadi selulitis atau bakterimia. Dan apabila higinis
penderita jelek atau menderita diebetes militus, furunkel menjadi sering kambuh.
Predileksi penyakit ini biasanya pada daerah yang berambut misalnya pada wajah,
punggung, kepala, ketiak, bokong dan ekstrimitas, dan terutama pada daerah yang
banyak bergesekan.
14
2.8 Pathway (lampiran)
Ketidak seimbangan
host,agen,lingkungan
PIODERNIA
Folikulitis
dan Nekrosis jaringan Abses pecah
oerifolikoliti
s
Hipertrmi
15
1. Benjolan merah di kulit yang membesar dan menjadi bernanah setelah
beberapa hari, dan akan pecah dengan sendirinya
2. Demam / Panas
3. Adanya Nodul
4. Mual, Muntah
5. Krusta
6. Nyeri
7. Gatal-gatal
8. Radang
9. Papul dan Prustul
2.10 Komplikasi
1. Furunkel malignan : yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang
dibatasi oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat
meluas ke dalam intra kranial melalui vena facialis dan anguular emissary dan
juga pada vena tersebut tidak mempunyai katup sehingga menyebar ke sinus
cavernosus yang nantinya bisa menjadi meningitis.
2. Selulitis bisa terjadi apabila furunkel menjadi lebih dalam dan meluas.
3. Bakterimia dan hematogen : bakteri berada di dalam darah dapat mengenai
katup jantung, sendi, spine, tulang panjang, organ viseral khususnya ginjal.
4. Furunkel yang berulang, hal ini disebabkan oleh hygiene yang buruk
2.12 Penatalaksanaan
Pada pengobatan umum kasus pioderma , factor hygiene perorangan dan lingkungan
harus diperhatikan.
1. Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan pioderma.
16
a. Penisilin G prokain dan semisintetiknya
1) Penisilin G prokain,
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari.
Penisilin merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di
rumah sakit kota-kota besar perlu dipertimbangkan kemungkinan
adanya resistensi. Obat ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis,
diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin sering terjadi syok
anafilaktik.
2) Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis
anak 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
3) Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis
karena dapat diberikan setelah makan. Juga cepat absorbsi
dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma
lebih tinggi.
4) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin,
dikloksasilin, flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari
sebelum makan. Dosis flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-
11,25 mg/kgBB/hari dibagidalam 4 dosis.
2. Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik
karena itu dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin
untuk anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan
klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat,
dibagi dalam 3-4 dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan
obat penisilin resisten-penisilinase. Efek samping yang disebut di kepustakaan
berupa colitis pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomisin gar
tidak dipakai lagi dan diganti dengan klindamisin karena potensi
antibakterialnya lebih besar, efek sampingnya lebih sedikit, pada pemberian pe
oral tidak terlalu dihambat oleh adanya makanan dalam lambung.
17
a. Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang
dibandingkan dengan linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-
penisilinase. Sering member rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin
untuk anak yaitu 30-5mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.
b. Sefalosporin
Pada pioderma yang berat atau yang tidak member respon dengan
obat-obatan tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang
berkhasiat untuk kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV.
Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x
500 m sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan dosis untuk
anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
3. Topikal
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan
pioderma. Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara
sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah
basitrasin, neomisin, dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman
negatif-gram.Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering menyebabkan
sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu efektif,
banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat tersebut digunakan
sebagai salap atau krim. Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya:
larutan permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5
% yangndilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada sebagian
kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai kekurangan
karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit.
18
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pioderma
1. Pengkajian.
a. Identitas klien yang meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, dann
status.
b. Riwayat kesehatan: Pada umumnya pasien mengeluh Pasien mengeluh
nyeri, badan terasa panas, gatal-gatal pada kulit, terdapat luka pada kulit.
c. Riwayat penyakit saat ini : Pada pasien dengan penyakit Addison gejala
yang sering muncul ialah pada gejala awal : mengeluh nyeri, badan terasa
panas, mual muntah, gatal-gatal pada kulit, terdapat luka pada kulit, tidak
bisa tidur/kurang tidur, malu dengan kondisi sakitnya, dan mengatakan
tidak mengetahui tentang penyakitnya.
d. Riwayat penyakit dahulu : Perlu dikaji apakah klien pernah menderita
infeksi pada kulit, dermatitis, tumor kulit.
e. Riwayat penyakit keluarga : Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang
pernah mengalami penyakit yang sama / penyakit kulit yang lain.
2. Pemeriksaan fisik:
a. B1 (Breath)
1) Inspeksi : bentuk simetris. Kaji frekuensi, irama dan tingkat
kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi. dipsnea (-),
retraksi dada (-), takipnea (-)
2) Palpasi : kaji adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan.
3) Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas
vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk
mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau
infeksi lainnya.
b. B2 (Blood)
1) Palpasi : peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran
vena, nadi meningkat.
2) Perkusi : batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan
10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5
dan 8.
3) Auskultasi : s1s2 tunggal
19
c. B3 (Brain)
1) Inspeksi : px cukup, yang diamati mulai pertama kali bertemu dengan
klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak
tampak sakit. Kesadaran diamati komposmentis, apatis, samnolen,
delirium, stupor dan koma.
2) Palpasi : adakah parese, anesthesia.
3) Perkusi : refleks fisiologis dan refleks patologis.
Kepala : kesemitiras muka, warna dan distibusi rambut serta kondisi
kulit kepala. Wajah tampak pucat.
Mata : Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus.
Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis.
Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok hipovolumia reflek
pupil (-).
Hidung : dapat membedakan bau wangi,busuk.
Telinga : bisa mendengarkan suara dengan baik.
d. B4 (Bladder)
1) Inspeksi : testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apakah
labiomayor menutupi labio minor, pembesaran scrotum (-), rambut(-).
BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing
spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau
sesuai ketentuan.
2) Palpasi : adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis.
e. B5 (Bowel)
1) Inspeksi : BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih dari
3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur
permukaan kulit menurun, retraksi dan kesemitrisan abdomen. Ada
konstipasi atau diare.
2) Auskultasi : Bising usus
3) Perkusi : mendengar adanya gas, cairan atau massa, hepar dan lien
tidak membesar suara tymphani.
4) Palpasi : adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah.
20
f. B6 (Bone)
1) Inspeksi : pada kulit pasien yang terkena infeksi tampak merah,
terdapat pus jika sudah parah,adanya odem di kulit yang terkena
infeksi.
2) Palpasi : teraba adanya pus di kulit yang terkena infeksi dan
peningkatan suhu kulit di atas massa. Adanya rasa gatal.
3) Perkusi : nyeri dan atau mati rasa pada kulit yang terkena.
g. Pola Nutrisi
Kebiasaan pola makan yang kurang bersih (misalnya : makanan yang
kurang higinies). Anoreksia, mual/muntah. Perubahan pada
kelembapan/turgor kulit, edema.
h. Pola eliminasi
Perubahan pola defikasi, BAB dan BAK dilakukan sendiri.
i. Pola istirahat
Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari, adanya faktor-
faktor yang mempengaruhi tidur seperti : nyeri, ansietas, dan gagal-gatal.
j. Pola aktivitas
Px nampak gelisah, cemas, malu dengan kondisi penyakitnya sehingga
mengakibatkan gangguan pada pola aktivitasnya, tingkat stress tinggi.
3. Diagnosa
a. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier
kulit
c. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
baik
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
perawatan kulit dan cara menangani kelainan kulit
21
4. Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Hipertermi berhubungan NOC: NIC
Definisi : Termoregulation Fever treatment
Peningkatan suhu tubuh 1. Monitor suhu sesering
diatas kisaran normal. Kriteria Hasil : mungkin
1. Suhu tubuh dalam rentang 2. Monitor IWL
Batasan karakteristik : normal 3. Monitor warna dan suhu
1. Konvulsi kulit 2. Nadi dan RR dalam kulit
kemerahan rentang normal 4. Monitor tekanan darah,
2. Peningkatan suhu 3. Tidak ada perubahan nadi dan RR
tubuh diatas warna kulit dan tidak ada 5. Monitor penurunan tingkat
normal pusing, merasa nyaman kesadaran
3. Kejang 6. Monitor WBC, HB dan
4. Takikardi HCT
5. Takipneu 7. Monitor intake dan output
6. Kulit terasa 8. Berikan antipiretik
hangat 9. Berikan pengobatan untuk
Faktor faktor yang mengatasi penyebab
berhubungan : demam
1. Anestesia 10. Selimuti pasien
2. Penurunan 11. Lakukan tapit sponge
respirasi 12. Berika cairan intravena
3. Dehidrasi 13. Kompres pasien pada lipat
4. Pemajanan paha dan aksila
lingkungan napas 14. Tingkatkan sirkulasi
5. Penyakit udara
6. Pemakaian 15. Berikan pengobatan
pakaian yang untuk mencegah terjadinya
tidak sesuai menggigil
dengan suhu
lingkungan Temperature regulation
7. Peningkatan laju 1. Monitor suhu minimal
22
metabolisme 2jam
8. Medikasi 2. Rencanakan monitoring
9. Trauma suhu secara kontinyu
10. Aktivitas berlebih 3. Monitor TD, nadi dan RR
4. Monitor warna dan suhu
kulit
5. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangan
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
9. Diskusikan tentang
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif
dari kedinginan
10. Berikan indikasi tentang
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
12. Berikan antipiretik jika
perlu
23
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk / berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR ,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernafasan
abnormal
10. Monitor suhu warna dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya chusing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradi kardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2. Kerusakan integritas NOC NIC
kulit 1. Tissue integrity : skin Pressure management
Definisi : and mucous 1. Anjurkan px untuk
Perubahan atau gangguan membranes menggunakan pakaian
epidermis dan atau 2. Hemodialysis akses yang longgar
dermis Kritaria hasil : 2. Hindari kerutan pada
Batasan karakteristik : 1. Integritas kulit yang tempat tidur
1. Kerusakan baik bisa 3. Jaga kebersihan kulit
lapisan kulit dipertahankan agar tetap bersih dan
24
(dermis) (sensasi, elastisitas, kering
2. Gangguan temperature, hidrasi, 4. Mobilisasi px (ubah
permukaan kulit pigmentasi) posisi px) setiap 2jam
(epidermis) 2. Tidak ada luka atau sekali
3. Invasi struktur lesi pd kulit 5. Monitor kulit akan
tubuh 3. Perfusi jaringan baik adanya kemerahan
Faktor yang 4. Menunjukkan 6. Oleskan lotion atu
berhubungan : pemahaman dalam minyak/baby oil pada
1. Eksternal : proses perbaikan kulit daerah yang tertekan
a. Zat kimia, radiasi dan mencegah 7. Monitor aktivitas dan
b. Usia yang terjadinya cedera mobilisasi px
ekstrim berulang 8. Monitor status nutrisi
c. Kelembaban 5. Mampu melindungi px
d. Hipertermia, kulit dan 9. Memandikan px
hipotermia mempertahankan dengan sabun dan air
e. Faktor mekanik kelembaban kulit dan hangat
(mis.,gaya perawatan alami Insision site care
gunting [shearing 1. Membersihkan,
force) memantau dan
f. Medikasi meningkatkan proses
g. Lembab penyembuhan pada
h. Imobilitasi fisik luka yang ditutup
2. Internal jahitan, klip atau
a. Perubahan status straples
cairan 2. Monitor proses
b. Perubahan kesembuhan area insisi
pigmentasi 3. Monitor tanda dan
c. Perubahan turgor gejala infeksi pada
d. Faktor area insisi
perkembangan 4. Bersihkan area sekitar
e. Kondisi jahitan atau staples,
ketidakseimbang menggunakan lidi
an nutrisi kapas steril
25
(mis.,obesitas, 5. Gunakan preparat
emasiasi) antiseptic, sesuai
f. Penurunan program
imunologis 6. Ganti balutan pada
g. Penurunan interval waktu yang
sirkulasi sesuai atau biarkan
h. Kondisi luka tetap terbuka
gangguan (tidak dibalut) sesuai
metabolik program
i. Gangguan
sensasi
j. Tonjolan tulang
3. Nyeri Akut NOC NIC
Definisi : Pengalaman 1. Pain level Pain management
sensori yang tidak 2. Pain control 1. Lakukan pengkajian
menyenangkan yang 3. Comfort level nyeri secara
muncul akibat kerusakan Kriteria Hasil: komprehensif
jaringan yang aktual atau 1. Mampu mengontrol termasuk lokasi,
potensial atau nyeri (tahu penyebab karakteristik, durasi,
digambarkan dalam hal nyeri, mampu frekuensi, kualitas, dan
kerusakan sedemikian menggunakan tehnik faktor presipitasi
rupa (international nonfarmakologi 2. Observasi reaksi
association for the study untuk mengurangi nonverbal dari
of pain): nyeri, mencari ketidaknyamanan
Awitan yang tiba-tiba bantuan) 3. Gunakan tehnik
atau lambat dari 2. Melaporkan bahwa komunikasi terapeutik
intensitas ringan hingga nyeri berkurang untuk mengetahui
berat dengan akhir yang dengan menggunakan pengalaman nyeri
dapat diantisipasi atau managemen nyeri pasien.
diprediksi dan 3. Mampu mengenali 4. Kaji kultur yang
berlangsung <6bln. nyeri (skala, mempengarui respon
Batasan Karakteristik : intensitas, frekuensi, nyeri
1. Perubahan selera dan tanda nyeri) 5. Evaluasi pengalaman
26
makan 4. Menyatakan rasa nyeri massa lampau
2. Perubahan nyaman setelah nyeri 6. Evaluasi bersama
tekanan darah berkurang. pasien dan tim
3. Perubahan kesehatan lain tentang
frekuensi jantung ketidakefektifan
4. Perubahan kontrol nyeri masa
frekuensi lampau
pernafasan 7. Bantu pasien dan
5. Laporan isyarat keluarga untuk
6. Diaforesis mencari dan
7. Perilaku distraksi menemukan dukungan
(mis : berjalan 8. Kontrol lingkungan
mondar-mandir yang dapat
mencari orang mempengarui nyeri
lain dan atau seperti suhu ruangan,
aktifitas lain, pencahayaan dan
aktivitas yang kebisingan.
berulang) 9. Kurangi faktor
8. Mengekspresikan presipitas nyeri
perilaku (mis : 10. Pilih dan lakukan
gelisah, penanganan nyeri
merengek, (farmakologi, non
menangis) farmakologi, dan inter
9. Masker wajah personal)
(mis: mata kurang 11. Kaji tipe dan sumber
bercahaya, nyeri untuk
tampak kacau, menentukan intervensi
gerakan mata 12. Ajarkan tentang tehnik
berpancar atau non farmakologi
tetap pada satu 13. Berikan analgetik
fokus meringis) untuk mengurangi
10. Sikap melindungi nyeri
nyeri 14. Evaluasi keefektifan
27
11. Fokus menyempit kontrol nyeri
(mis: gangguan 15. Tingkatkan istirahat
persepsi nyeri 16. Kolaborasikan dengan
hambatan proses dokter jika ada
berfikir, keluhan dan tindakan
penurunan nyeri tidak berhasil
interaksi dengan 17. Monitor penerimaan
orang dan pasien tentang
lingkungan) manajemen nyeri.
12. Indikasi nyeri 18. Analgesic
yang dapat administration
diamati 19. Tentukan lokasi,
13. Perubahan posisi karakteristik, kualitas,
untuk dan derajat nyeri
menghindari sebelum pemberian
nyeri obat.
14. Sikap tubuh 20. Cek instruksi dokter
melindungi tentang jenis obat,
15. Dilatasi pupil dosis, dan frekuensi.
16. Melaporkan nyeri 21. Cek riwayat alergi
secara verbal 22. Pilih analgesik yang
17. Gangguan tidur diperlukan atau
Faktor yang kombinasi dari
berhubungan: analgesik ketika
1. Agen cidera (mis: pemberian lebih dari
biologis, zat satu
kimia, fisik, 23. Tentukan pilihan
psikologis) analgesik tergantung
tpe dan beratnya nyeri
24. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian dan dosis
optimal
28
25. Pilih rute pemberian
secara IV, IM, untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
26. Monitor vital
signsebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama kali.
27. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
28. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala.
4. Gangguan citra tubuh NOC: NIC:
1. Citra tubuh: persepsi Pencapaian citra tubuh:
yang positif terhadap 1. Tentukan harpan
penampilan dan pasien tentang
fungsi tubuh sendiri gambaran tubuh
2. Kontrol pikir yang berdasarkan tahap
didistorsi: perkembangan
kemampuan untuk 2. Tentukan apakah
menahan diri perubahan fisik saat
terhadap gangguan ini telah dikaitkan ke
pada persepsi, proses dalam citra tubuh
pikir dan isi pikir. pasien
Kriteria Hasil: 3. Identifikasi budaya,
1. Gangguan citra tubuh agama, ras, jenis
berkurang yang kelamin, dan usia dari
ditunjukkan dengan orang penting bagi
citra tubuh yang pasien menyangkut
positif, tidak ada citra tubuh
keterlambatan pada 4. Pantau frekuensi
29
perkembangan anak, pernyataan yang
secara konsisten mengkritik diri
menunjukkan distorsi 5. Dengarkan
kontrol pikir, resolusi pasien/keluarga secara
berduka. aktif san akui realitas
2. pengakuan terhadap adanya perhatian
perubahan aktual terhadapa perawatan,
pada penmpilan kemajuan dan
buruk prognosis
3. memelihara 6. Berikan perawatan
hubungan sosial yang dengan cara tidak
dekat dan hubungan menghakimi, pelihara
personal. privasi dan martabat
pasien.
7. Beri dorongan kepada
pasien untuk:
- Pertahankan
kebiasaan
berpakaian sehari-
hari yang rutin
dilakukan
- Mengungkapkan
perhatian tentang
hubungan personal
yang dekat
- Mengungkapkan
konsekuensi
perubahan fisik
dan emosional
yang dapat
mempengaruhi
konsep diri
Identifikasi cara-cara
30
untuk mengurangi
dampak dari segala
kesalahan
penggambaran melalui
berpakaian, rambut
palsu, atau kosmetik,
sesuai dengan
kebutuhan
5. Kurang Pengetahuan NOC : NIC :
Definisi : Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
Tidak adanya atau Kowledge : health Behavior 1. Berikan penilaian
kurangnya informasi
KriKriteria Hasil : tentang tingkat
kognitif sehubungan 1. Pasien dan keluarga pengetahuan pasien
dengan topic spesifik. menyatakan tentang proses
Batasan karakteristik : pemahaman tentang penyakit yang spesifik
memverbalisasikan penyakit, kondisi, 2. Jelaskan patofisiologi
adanya masalah, prognosis dan dari penyakit dan
ketidakakuratan program pengobatan bagaimana hal ini
mengikuti instruksi, 2. Pasien dan keluarga berhubungan dengan
perilaku tidak sesuai. mampu anatomi dan fisiologi,
Faktor yang berhubungan melaksanakan dengan cara yang
: keterbatasan kognitif, prosedur yang tepat.
interpretasi terhadap dijelaskan secara 3. Gambarkan tanda dan
informasi yang salah, benar gejala yang biasa
kurangnya keinginan 3. Pasien dan keluarga muncul pada penyakit,
untuk mencari informasi, mampu menjelaskan dengan cara yang tepat
tidak mengetahui kembali apa yang 4. Gambarkan proses
sumber-sumber dijelaskan penyakit, dengan cara
informasi. perawat/tim yang tepat
kesehatan lainnya 5. Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengna cara
yang tepat
31
6. Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
7. Hindari harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
9. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
32
komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
4. Implementasi
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
5. Evaluasi
a. Diagnose 1 (Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi)
1) Suhu tubuh dalam rentang normal
2) Nadi dan RR dalam rentang normal
3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh,
membungkus daging dan organ-organ yang ada didalamnya. Luas kulit pada manusia
rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4
kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang.
Pioderma berasal dari kata pio dan derma. Pio berarti nanah, dan derma berarti
kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah. Dalam definisi di literatur pioderma
adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus atau streptococcus
beta hemoliticus. Infeksi pada kulit ini dapat bersifat superfisial (hanya sebatas di
epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai dermis).
Jenis infeksi superfisial contohnya seperti, impetigo nonbulosa, impetigo bulosa,
ektima, folikulitis, furunkel, dan karbunkel. Jenis infeksi Pioderma adalah infeksi
bakteri pada kulit primer atau sekunder. Infeksi kulit primer berawal dari kulit yang
sebelumnya tampak normal dan biasanya infeksi ini disebabkan oleh satu macam
mikroorganisme misalnya staphylococcus aureus, sedangkan infeksi sekunder
disebabkan oleh disrupsi keutuhan kulit karena cedera atau pembedahan.
3.2 Saran
Penulis harapkan bagi para pembaca agar dapat memahami mengenai pioderma.
Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan oleh karena itu Kami
mohon saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
35
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Nanda Nic-Noc.Yogyakarta: Mediaction
Corwin, E. 2000. Handbook of Patophysiology (Buku Terjemahan). Jakarta :EGC
Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. Jakarta :EGC
Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Definisi dan Klasifikasi 2012 -2014 (terjemahan).
Jakarta : EGC
Smeltzer,Suzanne C & Brenda G, Bare.2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth:Jakarta : EGC
36