Anda di halaman 1dari 47

Pioderma

Nilda lely
 Pioderma adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh Staphylococcus aureus
Group A, Streptococcus beta hemolyticus,
keduanya bakteri gram positif
Predisposisi

 Higiena dan sanitasi kurang, suasana hangat


dan lembab.
 Menurunnya daya tahan tubuh: malnutrisi,

DM, anemia, cancer


 Telah ada penyakit lain di kulit, karena terjadi

kerusakan di epidermis, maka fungsi kulit


sebagai pelindung akan terganggu sehingga
memudahkan terjadinya infeksi
Klasifikasi

1. Pioderma primer : infeksi terjadi di kulit


yang tadinya normal, gambaran klinisnya khas,
bakteri penyebab biasanya satu macam

2. Pioderma sekunder : Infeksi di kulit yang


telah ada penyakit kulit lain, gambaran
klinisnya tidak khas dan sering mengikuti
penyakit yang telah ada sebelumnya
(Impetigenisata).
Bentuk pioderma

1. Impetigo 9. Flegmon
2. Follikulitis 10. Ulkus piogenik
3. Furunkle 11. Abcess multiple
4. Karbunkle kelenjar keringat
5. Ektima 12. Hidradenitis supurativa
6. Pionikia 13. Stapylococcus Scalded
7. Erisipelas Skin Syndrome (SSSS)
8. Selulitis
1. PENYAKIT IMPETIGO
Patofisiologi Impetigo

 Impetigo adalah Pioderma superfisialis


terbatas pada epidermis
 Impetigo merupakan satu infeksi bakteri

superfisial yang disebabkan oleh bakteri


Streptococcus β-haemolyticus grup A
Stafilococcus aureus.
 Impetigo merupakan infeksi bakteri pada

kulit dengan jumlah kasus terbanyak pada


anak(10% dari seluruh penyakit kulit).
Impetigo nonbulosa (krustosa)
Impetigo krustosa
 Infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri
yang biasanya akan menyebabkan lepuhan
kecil atau luka berisi nanah di atas
permukaan kulit.
 Nanah ini akan mengering dan membentuk

krusta dan koreng.


 Kejadian impetigo biasanya akan menimpa

pada daerah muka dan kepala dan sering


terjadi pada anak dengan kekurangan gizi
gejala
 Dari keseluruhan kasus, lebih dari 70%
merupakan kasus impetigo non bulosa
(krustosa).
 Lesi yang paling sering diawali dengan cacar

air, gigitan serangga, abrasi, laserasi, atau


luka bakar.
 Lesi pada impetigo krustsa pada umumnya

dimulai dari bagian wajah atau ekstremitas,


tetapi lesi juga dapat muncul di bagian tubuh
manapun
ETIOLOGI
 Organisme yang paling banyak menginfeksi
kulit pada kasus impetigo nonbulosa ialah
Staphylococcus aureus yang bermigrasi dari
kulit normal dan menginfeksinya, sedangkan
Streptococcus β-haemolyticus grup A
(SBHGA) berperan dalam berkembangnya lesi.

 SBHGA membentuk koloni pada kulit kira-


kira 10 hari sebelum timbulnya impetigo.
 Setelah terbentuk lesi, kulit menjadi sumber
penyebaran impetigo dan sumber SBHGA
pada saluran pernafasan karena SBHGA akan
menempati nasofaring setelah sekitar 2-3
minggu.
 Pada impetigo nonbulosa ditemukan

adenopati pada 90% kasus.


Terapi
 Pengobatan infeksi ini dapat digunakan
antibiotik secara topikal dan oral.
 Tujuan terapinya yaitu mengobati infeksi,

mencegah penularan, menghilangkan rasa


tidak nyaman, dan mencegah terjadinya
kekambuhan.
 Sasaran terapinya yaitu infeksi bakteri

streptokokus atau stafilokokus.


Antibiotik topikal

1. Mupirocin
 Kontra indikasi   : hipersensitif terhadap

mupirocin
 Bentuk sediaan  : salep dan krim
 Dosis                :
◦ salep→oleskan 3x/hr selama 10 hari 
◦ krim→oleskan 3x/hr, jika perlu daerah yang diobati
ditutup dengan kasa
 Efek samping    : rasa terbakar, gatal, rasa
tersengat, kemerahan
 Peringatan        : hindari kontak dengan mata.

Hati-hati penggunaan pada gangguan ginjal


sedang sampai berat, hamil, laktasi.
 Hentikan penggunaan jika terjadi reaksi

sensitivitas atau reaksi kimia.


 2. Asam Fusidat
 Kontraindikasi   : hipersensitif terhadap asam

fusidat.
 Bentuk sediaan  : salep(Na fusidat) dan krim

(asam fusidat)
 Dosis                : gunakan 3-4x/hari selama

7 hari.
 Efek samping    : reaksi sensitifitas misalnya
ruam kulit, urtikaria, iritasi

 Peringatan        : hindari penggunaan pada


bagian mata.

 Penggunaan jangka panjang dapat 


meningkatkan resiko sensitisasi kulit dan
resistensi bakteri.
Antibiotik per-oral

1. Eritromisin
 Kontraindikasi   : hipersensitif terhadap eritromisin,

penyakit hati.
 Bentuk sediaan  : tablet atau kapsul

 Dosis                : dewasa 1-2g/hr tiap 6, 8 atau 12 jam. 

 Infeksi berat 4g/hr dalam dosis terbagi.   

1. Anak, 30-50 mg/kgBB/hr tiap 6, 8 atau 12


jam.                         
2. Bayi-2tahun, 125mg 4x/hr,  2-8tahun 250 mg 4x/hr
atau 500 mg tiap12 jam Sebelum atau pada waktu
makan
 Efek samping    : jarang: hepatotoksik,
ototoksik. 
 Gangguan GI : mual, muntah, nyeri perut,

diare,  urtikaria, ruam dan reaksi alergi


lainya.
 Peringatan        : gangguan ginjal, gangguan

fungsi hati, porfiria,  kehamilan (belum


diketahui efek buruknya)  menyusui
(sejumlah kecil masuk ke ASI)
2. Flukloksasilin
 Kontraindikasi   : hipersensitif terhadap

penisilin,  bayi yang lahir dari ibu yang


hipersensitif penisilin.
 Bentuk sediaan  : kapsul (250 mg, 500mg)
 Dosis        :
◦ dewasa 250-500 mg tiap 8 jam (3x/hr).  
◦ Anak <2tahun 62,5mg 3x/hr (tiap 8 jam), 
◦ Anak 2-10tahun 125 mg 3x/hr (tiap 8 jam)
 Efek samping    : mual, muntah, nyeri perut,
diare.Urtikaria, ruam kulit, kadang terjadi
reaksi anafilaktik.

 Peringatan        : hipersensitif penisilin,


gangguan ginjal, leukimia limfatik.
Impetigo Bulosa
 Lesi pada impetigo bulosa merupakan
manifestasi kulit bersisik setempat yang
berkembang pada kulit yang utuh.
 Terutama pada anak, ttp juga pada dewasa
Etiologi
 Biasanya Staphylococcus aureus Phage group
II
 Sering bersama miliaria (biang keringat)
 Lesi berupa kulit eritema dengan bula dan

bula hipopion (berisi nanah)


 Kadang waktu pasien datang bula sudah

pecah
 Bulla terjadi akibat epidermolytic toxin
 Impetigo bulosa ditandai dengan bula
transparan lunak yang paling sering ditemukan
berkembang pada kulit wajah, pantat, badan,
perineum, dan ekstremitas.
 Impetigo bulosa disebabkan oleh infeksi bakteri
Staphylococcus aureus koagulase-positif.
 Bula pada impetigo bulosa bersifat mudah
pecah/ruptur dan akan meninggalkan pinggiran
tepi bersisik pada tepi erosi basah dan
dangkal.
gejala
 Gejala terutama yang ditimbulkan oleh
penyakit kulit ini berupa lepuh-lepuh berisi
cairan kekuningan dengan dinding tebal.
 Lepuh-lepuh ini timbul mendadak pada kulit

sehat dan dapat bertahan 2-3 hari.


 Apabila lepuh-lepuh ini pecah dapat

menimbulkan tumpukan-tumpukan cairan


yang akan mengering berwarna coklat datar
dan tipis.
Pengobatan
 Pengobatan dilakukan berdasarkan gejala-
gejala yang ditimbulkan.
 Apabila lepuh-lepuh di kulit besar dan banyak,

sebaiknya dipecah dan dibersihkan dengan


antiseptik ( betadine ) dan diberi salep
antibiotik ( kloramfenikol 2% atau eritromisin 3%
).
 Apabila ada gejala konsitusi berupa demam,

sebaiknya diberi antibiotik sistemik, misalnya


penisillin 30-50 mg/kg berat badan atau
antibiotik lain yang sensitif.
Gambar Impetigo Bulosa pecah
(Masih bisa terus melebar)
2. FOLLIKULITIS
FOLLIKULITIS
 Folikulitis adalah peradangan yang terjadi
pada folikel rambut, yaitu lubang kecil pada
kulit tempat rambut tumbuh.
 Karena itu, penyakit ini tidak akan muncul

pada telapak tangan atau telapak kaki.


 Inflamasi ini termasuk salah satu penyakit

kulit yang umum dan biasanya tidak serius


Gejala-gejala Folikulitis
 Pada folikel rambut yang mengalami
peradangan akan muncul benjolan-benjolan
kecil (mungkin sebesar jerawat) yang berisi
nanah dan memiliki titik kuning pada bagian
tengah.
 Benjolan tersebut terkadang pecah kemudian

mengering dan membentuk koreng.


 Di samping benjolan, kulit umumnya akan

memerah dan menjadi sensitif atau terasa


sakit.
PENYEBAB
 Penyebab utama folikulitis adalah infeksi
pada folikel yang sebagian besar dipicu oleh
bakteri Staphylococcus aureus.
 Bakteri tersebut biasanya berada dalam

hidung dan umumnya tidak mengganggu


kesehatan.
 Namun jika folikel mengalami kerusakan,

bakteri bisa masuk ke folikel rambut dan


memicu infeksi.
PATOFISIOLOGI FOLIKULITIS  

 Mikroorganisme penyebab ini memasuki


tubuh dan biasanya lewat retakan sawar kulit
(serta tempat luka).
 Kemudian mikroorganisme tersebut

menyebabkan reaksi inflamasi dalam folikel


rambut.
MANIFESTASI KLINIS FOLIKULITIS
 Gejala klinis folikulitis berbeda beda
tergantung jenis infeksinya.
 Pada bentuk kelainan superfisial, bintik-

bintik kecil (papul ) berkembang di sekeliling


satu atau beberapa folikel.
 Papul kadang-kadang mengandung pus

(pustul ), ditengahnya mengandung rambut


serta adanya krusta disekitar daerah
inflamasi.
 Infeksi terasa gatal dan agak sakit.
PEMERIKSAAN FISIK
 1. Riwayat pasien yang memperlihatkan
folikulitis sebelumnya sudah ada
 2. Pemeriksaan fisik yang menunjukkan

adanya lesi kulit untuk penegakan diagnosis


folikulitis
 3. Pemeriksaan kultur luka pada tempat yang

terinfeksi (biasanya memperlihatkan S.


aureus)
 4. Kanaikan jumlah sel darah putih

(leukositosis) yang mungkin terjadi.


PENATALAKSANAAN MEDIS
FOLIKULITIS
 Folikulitis kadang dapat sembuh sendiri
setelah dua atau tiga hari, tetapi pada
beberapa kasus yang persisten dan rekuren
perlu penanganan. :
 1. Umum   
 Pada pengobatan umum kasus pioderma ,

factor hygiene perorangan dan   lingkungan


harus diperhatikan
  2. Khusus         
 Terbagi 2 yaitu secara sistemik dan secara

topikal :       
 1.  Penisilin G prokain dan semisintetiknya

antara lain :
◦ a)      Penisilin G prokain, Dosisnya 10000
unit/kgBB/hari. Penisilin merupakan obat pilihan
(drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-
kota besar perlu dipertimbangkan kemungkinan
adanya resistensi.
b)     Ampisilin     Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam
sebelum makan. Dosis anak   50-100mg/kgBB/hari
dibagi dalam 4 dosis.
c)      Amoksisilin   Dosisnya sama dengan ampsilin,
dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.
Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan
setelah makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan
dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam plasma
lebih tinggi
3. FURUNKLE

 Pengertian Furunkel atau disebut juga Bisul:


adalah peradangan pada folikel rambut dan
jaringan yang biasanya mengalami nekrosis
ini disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Etiologi

 Kebanyakan oleh  Staphylococcus aureus,


Staphylococcus aureus merupakan bentuk
koagulase positif, ini yang membedakannya
dari spesies lain, dan merupakan patogen
utama bagi manusia. Pada Staphylococcus
koagulase negatif merupakan flora normal
manusia. Staphylococcus menghasilkan
katalase yang membedakannya dengan
streptococcus.
Gejala
 Mula-mula nodul kecil yang mengalami
peradangan pada folikel rambut, kemudian
menjadi pustula dan mengalami nekrosis dan
menyembuh setelah pus keluar.
 Proses nekrosis ini biasanya berlangsung

selama 2 hari – 3 minggu.


 Nyeri, pada daerah tersebut terutama pada

yang akut.
 Gejala konstitusional yang sedang (panas
badan, malaise, mual).
 Terdapat satu atau lebih dan dapat kambuh

kembali.
 Tempat predileksi : muka, leher, lengan,

pergelangan tangan dan jari-jari tangan,


pantat dan daerah anogenital. 
Cara Mendiagnosa
 Diagnosis furunkel dapat ditegakkan secara
klinis mengingat gambaran klinisnya yang
khas yaitu lesi awal berupa infiltrat kecil,
membesar membentuk nodul eritematosa
berbentuk kerucut, nyeri, terdapat core (mata
bisul), kemudian melunak menjadi abses,
pecah, terbentuk ulkus.
 Tetapi untuk lebih menegakkan diagnosisnya

yaitu dari segi :Anamnesis : timbul bisul atau


benjolan yang nyeri dan ada matanya.
 Pemeriksaan fisik khususnya efloresensi
nodul eritema berbentuk kerucut, dan
ditengahnya terdapat core
 Pemeriksaan penunjang : pewrnaan Gram,

kultur dan tes sensitivitas


Penatalaksanaan
 Adapun penatalaksanaan untuk furunkel atau
furunkolosisi adalah sebagai berikut :
 1. Umum : atasi faktor predisposisi
 2. Medikamentosa

 Untuk mempercepat drainase, kompres


dengan air hangat atau povidon 1% (encerkan
1:10) 2 kali sehari selama 10-15 menit,
setelah itu baru dioleskan
 Antibiotik
 Sistemik diberikan :

◦ Koksasilin 3 x 500 mg per oral/ hari selama 5-7


hari
◦ Cefadroksil 2 x 500 mg peroral/ hari selama 10-14
hari bila alergi terhadap penisilin diberikan
◦ Eritromisin, pada furunkel maligna diberikan
◦ Sefotaksim 1 gram intramuskuler per 8 jam selama
10 hari.
4. Karbunkle

 Karbunkel adalah abses pada kulit dan


jaringan subkutan yang merupakan
beberapa furunkel yang membentuk
kelompok ( cluster ).
 Karbunkel memiliki lesi inflamasi yang lebih

luas, dasarnya dalam, dan ditandai dengan


nyeri yang luar biasa pada tempat lesi yang
biasanya ditemui pada tengkuk,punggung,
atau paha.
 Sama dengan FURUNKLE

Anda mungkin juga menyukai