Anda di halaman 1dari 19

ANAK FK

 Home
 Penyakit infeksi
 Kardiologi
 Respirologi
 Hematologi
 Neurologi
 Urologi
 Reproduksi
 Muskuloskeletal
 Dermatologi
 Gastro-entero-hepatologi
 Endokrinologi
 Mata-THT

Folikulitis, furunkel, furunkulosis dan karbunkel

Folikulitis = peradangan pada folikel rambut, folikulitis dibagi menjadi dua, yaitu : folikulitis
superficialis (terbatas di dalam jaringan epidermis), folikulitis profunda (infeksi sampai ke
daerah sub kutan = furunkel)
Furunkel = peradangan pada folikel rambut dan jaringan di sekitarnya
Furunkulosis : furunkel pada berbagai regio yang berbeda di tubuh
Karbunkel = kumpulan dari furunkel yang bergabung menjadi satu

Etiologi

Staphylococcus aureus

Patologi dan patogenesis

Adanya stafilokokus didalam kulit menimbulkan reaksi keradangan, infiltrasi sel-sel di daerah
keradangan, disertai dengan produksi pus.

Tanda dan gejala


a. Folikulitis :
Lesi pustula kecil, terutama pada bagian tungkai
b. Furunkel, Furunkulosis :
Diawali dengan lesi folikuler kecil dan merah, kemudian bertambah besar membentuk tonkolan
kerucut dan teraba keras. Kemudian terbentuk pustula, menjadi nodul, nodul pecah
mengeluarkan pus yang ada didalamnya. Setelah lesi mereda (edema dan eritema mereda),
terbentuk jaringan granulasi. Lokasi predileksi pada daerah yang sering mengalami gesekan, cth
: aksila dan gluteus
c. Karbunkel :
Mirip dengan lesi yang terjadi pada furunkel, hanya saja ukurannya lebih besar

Pada kasus yang jarang, ketiga penyakit di atas dapat disertai dengan gejala sistemik berupa
demam, malaise, dan lain sebagainya

Diagnosis

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan anamensis dan pemeriksaan fisik, lesi yang khas
tanpa disertai keluhan lain.

Treatment and management

a. Follikulitis :

 Jika lesi masih basah dapat dibersihkan dengan cairan antiseptik


 Jika sudah kering dapat diberi salep antibiotik :
o Krim Mupirocin 2%
o Asam fusidat
o Neomisin bacitracin

b. Furunkel / furunkulosis / karbunkel :

 Anbitiotik sistemik
o Kloksasillin : 250-500mg 4x/hr (infeksi stafilokokus)
o Dikloksasillin : 125-250mg 4x/hr (infeksi stafilokukus)
o Amoxicillin : 250-500mg 3x/hr

 Insisi lesi untukmengeluarkan pus


Sumber

a. Kuliah blok Dermatologi FKUB 2014


b. Djuanda A. Pioderma. Dalam : Djuada A, Hamzah M, Aisah S. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi Keenam. Jakarta : Badan penerbit FKUI
c. SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unair/RSU Dr. Soetomo. 2007. Atlas Penyakit
Kulit dan Kelamin. Surabaya : Airlangga University Press
d. Sjahrial. Infeksi bakteri stafilokok dan streptokok. Harahap M. Penyunting. 2000. Ilmu
penyakit kulit. Jakarta : Hipokrates
e. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology sixth
edition. Newyork : McGrawHill
Powered by

Furunkel

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Furunkel merupakan salah satu bentuk dari pioderma yang sering dijumpai dan penyakit ini sangat
erat hubungannya dengan keadaan sosial-ekonomi. Secara umum penyebab furunkel adalah kuman
gram positif, yaitu Stafilokokus dan Streptokokus. Furunkel dapat disebabkan juga oleh kuman gram
negatif, misalnya Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, Escherichia coli, dan
Klebsiella.
Furunkel dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, predileksi terbesar penyakit ini pada wajah, leher, ketiak,
pantat atau paha. Setiap orang memiliki potensi terkena penyakit ini, namun beberapa orang dengan
penyakit diabetes, sistem imun yang lemah, jerawat atau problem kulit lainnya memiliki resiko lebih
tinggi. Gambaran klinis penyakit ini adalah timbulnya nodul kemerahan berisi pus, panas dan nyeri.
Diagnosis furunkel dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang dikonfirmasi dengan pewarnaan
gram dan kultur bakteri.
Furunkel dapat menimbulkan komplikasi yang cukup serius. Masuknya Staphylococcus aureus ke
dalam aliran darah menimbulkan bakteremia. Bakteremia Staphylococcus aureus dapat mengakibatkan
infeksi pada organ lain atau yang dikenal infeksi metastasis sep. Manipulasi pada lesi akan
mempermudah menyebarnya infeksi melalui aliran darah. Tetapi, komplikasi tersebut jarang terjadi.
Penatalaksanaan furunkel meliputi pengobatan topikal, sistemik, dan pengobatan penyakit yang
mendasari. Umumnya penderita sembuh dengan terapi adekuat tersebut, namun ada beberapa
penderita yang mengalami rekurensi yangmembutuhkan evaluasi dan penanganan lebih lanjut.
1.2. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan furunkel
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya furunkel
3. Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya furunkel
4. Untuk mengetahui faktor resiko terjadinya furunkel
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari furunkel
6. Untuk mengetahui diagnosa furunkel
7. Untuk mengetahui pencegahan furunkel
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan furunkel
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Definisi Furunkel
Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan subkutan sekitarnya yang sering terjadi
pada daerah bokong, aksila, dan badan. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat. Jika lebih
dari satu tempat disebut furunkulosis. Furunkulosis dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
akibat iritasi, kebersihan yang kurang, dan daya tahan tubuh yang kurang. Infeksi dimulai dengan adanya
peradangan pada folikel rambut dikulit (folikulitis), kemudian menyebar kejaringan sekitarnya.
Karbunkel adalah satu kelompok beberapa folikel rambut yang terinfeksi oleh
Staphylococcus aureus, yang disertai oleh peradangan daerah sekitarnya dan juga jaringan dibawahnya
termasuk lemak bawah kulit.

Bisul pada Neonatus


Dalam keadaan yang normal, sekitar 50% bayi yang lahir cukup bulan sering mengalami bisul-bisul
kecil atau jerawat yang dikelilingi oleh warna kulit yang kemerahan. Gangguan ini bisa timbul di seluruh
tubuh bayi, entah itu di wajah, badan, punggung, tangan, kaki, dan tempat-tempat lainnya.
Puncak terjadinya bisul-bisul ini umumnya saat bayi berusia dua hari dan biasanya dialami selama
kurang lebih dua minggu. Akibat adanya bisul-bisul ini, orang tua enggan memandikan bayinya karena
takut kondisinya akan memburuk. Padahal dengan begitu, justru bisa mengundang infeksi kulit karena
kulit menjadi berdaki atau kotor akibat tidak dimandikan. Jadi solusinya tetap mandikan bayi seperti
biasa.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Walaupun demikian, hal ini tidak perlu terlalu
dikhawatirkan karena gangguan yang dalam bahasa lainnya Erythema Toxicum ini akan hilang dengan
sendirinya tanpa perlu diobati.
Namun dalam keadaan lain, yaitu keadaan yang abnormal Erythema Toxicum biasanya merupakan suatu
gangguan pada kulit bayi yang berdiri sendiri. Artinya, tidak ada gejala lain selain dari gejala yang sudah
diterangkan sebelumnya.
Bila orang tua menemukan bisul-bisul disertai dengan adanya demam, gatal, bernanah dan lain
sebagainya, si kecil mungkin mengalami penyakit kulit. Bisa saja penyakit kulit tersebut berupa infeksi,
jamur atau bahkan alergi.

Bisul pada bayi


Dibanding kulit orang dewasa, kulit bayi masih memiliki perbedaan yang jelas. Pada bayi, karena
kulitnya masih dalam tahap perkembangan dan penyempurnaan, fungsinya belum berlangsung dengan
baik, sehingga rentan terhadap berbagai gangguan dari lingkungan. Fungsi kulit bayi yang masih dalam
perkembangan ini dan belum sempurnanya berbagai fungsi komponen-komponen penting pada kulit,
membuat si kecil mudah sekali terserang organisme seperti virus, bakteri, dan jamur.
Misalnya saja, proses penyerapan dan pengeluaran keringat belum berjalan semestinya. Akibatnya,
sering dijumpai bayi yang berkeringat berlebihan. Keringat yang keluar belum diserap oleh kulit dengan
sempurna, sehingga terjadi kelembaban berlebih pada bagian tubuh bayi. Fungsi keratinisasi yang belum
sempurna juga mengakibatkan proses pembentukan kulit baru belum berlangsung secara teratur.
Belum sempurnanya fungsi kulit ini, membuat bayi mudah terserang infeksi mikroorganisme. Salah
satunya, infeksi bakteri Stafilokokkus aureus, yang menyebabkan bisul. Bisul seringkali dimulai dari
peradangan folikel (akar rambut) dan jaringan sekitarnya. Karena itu, pada bayi dan batita, bisul kerap
timbul di kulit kepala. Sebab memang pembentukan folikel rambut di daerah ini belum sempurna dan
keringat pun sering keluar dalam jumlah banyak. Namun bisul juga dapat timbul di bagian kulit mana
saja, termasuk ketiak, leher, lipat paha, atau pantat.
2.2. Etiologi Furunkel
Permukaan kulit normal atau sehat dapat dirusak oleh karena iritasi, tekanan, gesekan, hiperhidrosis,
dermatitis, dermatofitosis, dan beberapa faktor yang lain, sehingga kerusakan dari kulit tersebut dipakai
sebagai jalan masuknya Staphylococcus aureus maupun bakteri penyebab lainnya. Penularannya dapat
melalui kontak atau auto inokulasi dari lesi penderita. Furunkulosis dapat menjadi kelainan sistemik
karena faktor predisposisi antara lain, alcohol, malnutrisi, diskrasia darah, iatrogenic atau keadaan
imunosupresi termasuk AIDS dan diabetes mellitus. Jadi, furunkel dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu :
1. Iritasi pada kulit
2. Kebersihan kulit yang kurang terjaga
3. Daya tahan tubuh yang rendah
4. Infeksi oleh Staphylococcus aureus
2.3. Patofisiologi Furunkel
Infeksi dimulai dari peradangan pada folikel rambut pada kulit (folikulitis) yang menyebar pada
jaringan sekitarnya. Radang nanah yang dekat sekali dengan kulit disebut pustule. Kulit diatasnya sangat
tipis, sehingga nanah di dalamnya dapat dengna mudah mengalir keluar. Sedangkan bisulnya sendiri
berada pada daerah kulit yang lebih dalam. Kadang-kadang nanah yang berada dalam bisul diserap
sendiri oleh tubuh tetapi lebih sering mengalir sendiri melalui lubang pada kulit.

2.4. Faktor Resiko Furunkel


Bayi yang lebih beresiko terkena bisul diantaranya adalah bayi yang :
1. Kurang terjaga kebersihan
Faktor kebersihan memegang peranan penting. Bila lingkungan kurang bersih, infeksi akan mudah
terjadi. Karena itu, pada bayi, gejala bisul mudah dijumpai. Bayi dan anak-anak identik dengan dunia
eksplorasi dalam bermain, apalagi bila terkena benda kotor misalnya tanah. Belum lagi setelah main,
anak tidak dicuci tangannya sehingga akan mempermudah terjadinya bisul.
Pada dasarnya bisul muncul karena adanya kuman. Orang tua yang tidak menjaga kebersihan tubuh bayi
dan lingkungannya dengan baik, otomatis lebih berpeluang terpapar kuman penyebab bisul. Tak heran
kalau mereka yang tinggal di daerah pemukiman padat, di daerah pengungsian, dimana faktor
kebersihannya terabaikan akan lebih mudah bisulan. Namun harus diingat, walaupun tinggal di tempat
yang bersih tapi kalau jarang dimandikan dan dijaga kebersihkanya, dengan sendirinya kuman pun akan
bersarang.
2. Daerah tropis
Secara geografis, Indonesia termasuk daerah tropis, dimana udaranya panas sehingga dengan mudah
bayi akan berkeringat. Keringat pun bisa menjadi salah satu pemicu munculnya bisul. Terutama bisul
yang terjadi pada kelenjar keringat.
3. Faktor gizi
Gizi yang kurang dapat memengaruhi timbulnya infeksi. Bila gizi kurang, berarti daya tahan tubuh
menurun, sehingga akan mempermudah timbulnya infeksi. Terlebih pada bayi, kekebalan tubuhnya
kurang dibandingkan orang dewasa.
2.5. Tanda dan Gejala Furunkel
Mula-mula nodul kecil yang mengalami peradangan pada folikel rambut, kemudian menjadi pustule
dan mengalami nekrosis dan menyembuh setelah pus keluar. Nyeri terjadi terutama pada furunkel yang
akut, besar, dan lokasinya dihidung dan lubang telinga luar. Bisa timbul gejala seperti badan demam,
malaise, dan mual. Furunkel dapat timbul di banyak tempat dan dapat sering kambuh. Tempat
terjadinya furunkel biasanya yaitu pada muka, leher, lengan, pergelangan tangan, jari-jari tangan, dan
pantat. Namun, gejala yang timbul dari adanya furunkel bervariasi tergantung dari beratnya penyakit.
Gejala yang sering ditemui pada furunkel adalah :
1. Nyeri pada daerah ruam
2. Ruam pada derah kulit yang berbentuk kerucut dan memiliki pustule
3. Pustule dapat melunak dan mengalami nekrosis
4. Setelah seminggu kebanyakan akan pecah sendiri dan sebagian dapat menghilang dengan sendirinya
2.6. Diagnosa Furunkel
1. Anamnesa
Penderita datang dengan keluhan terdapat nodul yang nyeri. Ukuran nodul tersebut meningkat dalam
beberapa hari. Beberapa pasien mengeluh demam dan malaise.
2. Pemeriksaan Fisik
Terdapat nodul berwarna merah, hangat dan berisi pus. Supurasi terjadi setelah kira-kira 5-7 hari dan
pus dikeluarkan melalui saluran keluar tunggal (single follicular orifices). Furunkel yang pecah dan kering
kemudian membentuk lubang yang kuning keabuan ireguler pada bagian tengah dan sembuh perlahan.

2.7. Pencegahan Furunkel


Agar bayi tidak mudah bisulan, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Jika bayi mudah berkeringat, usahakan agar keringat tersebut segera dikeringkan
2. Biang keringat yang timbul pada kulit bayi harus dibersihkan
3. Jaga kebersihan tubuh bayi sepanjang hari
4. Upayakan lingkungan di sekitar bayi selalu bersih
5. Ventilasi udara di ruangan bayi harus cukup
6. Jangan kenakan bayi dengan pakaian ketat atau dari bahan yang tidak menyerap keringat
7. Ganti pakaian bayi dengan segera jika basah atau kotor
8. Jangan membubuhkan bedak pada kulit bayi jika keluar keringat
9. Usahakan kebutuhan gizi bayi selalu terpenuhi
2.8. Penatalaksanaan Furunkel
Asuhan yang diberikan pada neonatus dengan furunkel tergantung dari keadaan penyakit yang
dialaminya. Asuhan yang lazim diberikan adalah :
1. Kebanyakan furunkel tidak membutuhkan pengobatan dan akan sembuh dengan sendirinya
2. Pemeliharaan kebersihan daerah yang mengalami furunkel serta daerah sekitarnya
3. Pengobatan topical, lakukan kompres hangat untuk mengurangi nyeri dan melunakkan nodul. Kompres
hangat dapat dilakukan sambil menutup ruam untuk mencegah penularan ke daerah lainnya
4. Jangan memijat furunkel
5. Bila furunkel terjadi di daerah yang janggal seperti pada hidung atau telinga maka dapat berkolaborasi
dengan dokter untuk melakukan insisi
6. Jika memungkinkan dapat membuka bisul dengan cara :
a) Beri penjelasan apa yang akan dilakukan atau inform consent
b) Minta seseorang untuk memegangi anak
c) Ambilah sebuah pisau bedah yang steril dan bukalah bisul dengan segera pada puncaknya saja
d) Pemberian analgetik, misalnya paracetamol untuk mengatasi nyeri
e) Tutuplah luka dengan kain kasa kering
f) Bersihkan alat – alat
g) Pesankan akan ganti perban
h) Terapi antibiotika dan antiseptic diberikan tergantung kepada luas dan beratnya penyakit. Misalnya
dengan pemberian Achromyem 250mg 3 atau 4 kali per hari
i) Bila furunkel terjadi secara menetap atau berulang atau dalam jumlah yang banyak maka kenali faktor
predisposisi adanya diabetes melitus
BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan subkutan sekitarnya yang sering terjadi
pada daerah bokong, aksila, dan badan. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat. Furunkel
merupakan gangguan kulit yang tidak terlalu berbahaya dimana sebagian besar akan sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan namun dengan mempertahankan kebersihan.
3.2. Saran
Sebagai seorang bidan, memiliki kewajiban untuk membantu pasien yang mengalami masalah
bisulan sesuai dengan wewenang yang dimilki. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bidan dapat
membantu bayi baru lahir maupun bayi yang mengalami bisul dengan mengompres daerah bisul dengan
air hangat untuk meningkatkan sirkulasi darah ke tempat tersebut namun harus dilakukan dengan
bahan dan alat yang higienis.
Posted by Angel Js at 00:31

Bahasa inggris
Furunkulosis adalah infeksi yang dalam pada folikel rambut yang menyebabkan pembentukan
abses dengan akumulasi nanah dan jaringan nekrotik. Furunkel muncul di bagian rambut yang
mengandung kulit dan agen infeksi adalah Staphylococcus aureus. Akan tetapi, bakteri lain juga
bisa menjadi penyebab.1 Furunculosis terjadi secara independen dari infeksi S. aureus yang
resisten methicillin, yang telah menjadi endemik di beberapa negara. MRSA lebih sulit diobati
dengan antibiotik standar dan karenanya menimbulkan masalah klinis dan mikrobiologi yang
spesifik, yang ditangani dengan sangat rinci di tempat lain dan oleh karena itu tidak akan
dijelaskan secara rinci di sini.

Tanda dan gejala


Secara klinis, furun hadir sebagai nodul merah, bengkak, dan lunak dengan
ukuran bervariasi dan kadang-kadang dengan pustule di atasnya. Demam dan
pembesaran kelenjar getah bening jarang terjadi. Jika beberapa folikel yang
berdekatan terinfeksi, mereka dapat menyatu dan membentuk nodul yang lebih
besar, yang dikenal sebagai karbunkel. Furunkel paling sering muncul pada
ekstremitas dan mereka dapat menyebabkan jaringan parut pada penyembuhan.
Kebanyakan pasien datang dengan satu atau dua bisul dan setelah bersih tidak
mengalami rekurensi. Namun, furunculosis memiliki kecenderungan untuk kambuh
dan dalam kasus seperti itu sering menyebar di antara anggota keluarga.
Furunculosis berulang
Furunculosis berulang umumnya didefinisikan sebagai tiga atau lebih serangan
dalam periode 12 bulan. Kolonisasi S. aureus pada nares anterior memainkan
peran yang pasti dalam etiologi furunkulosisosis kronis atau berulang. Selain
nares, kolonisasi juga terjadi pada lipatan kulit yang hangat dan lembab
seperti di belakang telinga, di bawah payudara yang terjumbai, dan di
selangkangan. Bakteri selain S. aureus juga dapat bersifat patogenik,
terutama untuk furunkel di daerah vulvovaginal dan perirectal, dan di
bokong.1 Terutama, spesies enterik seperti Enterobacteriaceae dan Enterococci
sering hadir di situs ini. Corynebacterium, S. epidermidis, dan S. pyogenes
mungkin juga ada di furunculosis. Immunodeficiency jarang menjadi penyebab
utama.
Kualitas hidup pada pasien dengan furunculosis berulang, menurut pengetahuan
kami, belum diselidiki. Namun, penurunan kualitas hidup ditemukan pada pasien
positif MRSA yang diisolasi dalam institusi paliatif5 dan pada pasien dengan
penyakit boil berulang lainnya seperti hidradenitis suppurativa.

Faktor risiko
Kontak fisik langsung dengan individu yang terinfeksi, terutama anggota keluarga atau petugas
perawatan kesehatan, merupakan faktor risiko utama untuk pengembangan furunkulosis. Faktor
risiko yang terkait dengan furunculosis berulang diselidiki dalam studi kasus kontrol termasuk 74
pasien dengan furunculosis berulang dan jumlah pasien yang sama dengan furunculosis
nonrecurrent. Penyeka nasal mengungkapkan S. aureus pada 89% dan 100% dari furunculosis
berulang dan nonrecurrent, masing-masing, dan tidak ada perbedaan signifikan yang terdeteksi
pada resistensi terhadap antibiotik yang biasa digunakan. Peramal independen terpenting dari
rekurensi adalah riwayat keluarga yang positif. Prediktor independen lainnya adalah anemia,
terapi antibiotik sebelumnya, diabetes mellitus, rawat inap sebelumnya, multiplisitas lesi,
kebersihan pribadi yang buruk, dan penyakit terkait.4 Penyakit kulit yang terbentuk seperti
dermatitis atopik, luka kronis, atau borok kaki meningkatkan kerentanan terhadap kolonisasi
bakteri dan lebih rentan untuk mengembangkan furunculosis. Defisiensi lectin mannose-binding
serta gangguan fungsi neutrofil pada orang dewasa yang terbelakang mental juga dikaitkan
dengan furunkulosis. Obesitas dan gangguan hematologi juga merupakan faktor predisposisi.
Meskipun demikian, dalam sebagian besar kasus, tidak ada faktor predisposisi yang meyakinkan
yang dapat dicurigai.
MRSA
Furunculosis rekuren paling sering disebabkan oleh S. aureus yang rentan metisilin. Namun,
komunitas mengakuisisi MRSA CA-MRSA) telah menjadi endemik di AS dan sekarang
merupakan penyebab paling umum infeksi jaringan lunak di ruang gawat darurat di banyak
negara.12–15 Prevalensi CA-MRSA lebih tinggi di AS bila dibandingkan dengan Eropa tetapi
prevalensinya di Eropa meningkat.16–21
Beberapa strain MRSA, terutama CA-MRSA, menghasilkan racun bernama Panton-Valentine
leukocidin (PVL) dan berhubungan dengan infeksi berat.22 PVL adalah leukosidal, dan
komplikasi yang parah tetapi jarang seperti necrotizing fasciitis dan necrotizing pneumonia
dijelaskan setelah lunak. infeksi jaringan dengan MRSA. PVL adalah faktor virulensi S. aureus
yang berkorelasi dengan furunculosis berulang kronis.

Diagnosa
Diagnosis furunculosis relatif lurus ke depan. Agen mikroba dapat diidentifikasi dengan swab
berbudaya sederhana. Pemeriksaan klinis umum harus dilakukan, dan pemeriksaan tidak hanya
melibatkan penyeka kultur dari lesi (lebih disukai dari nanah atau cairan dari bisul berfluktuasi,
akhirnya diperoleh dengan insisi) tetapi juga dari tempat-tempat karier seperti lubang hidung dan
perineum. Tergantung pada sejarah, penyeka budaya dari anggota keluarga mungkin relevan.
Disarankan untuk menyelidiki urin dan glukosa darah, atau hemoglobin terglikasi (HbA1c) untuk
mengidentifikasi diabetes yang mendasari, dan jumlah darah lengkap untuk mengecualikan
infeksi sistemik atau penyakit internal lainnya. Evaluasi imunologi dapat dipertimbangkan pada
penyakit yang berulang atau tanda-tanda penyakit internal.

Perbedaan diagnosa
Jika nodul secara eksklusif terletak di aksila, selangkangan, dan / atau di daerah inframammary,
hidradenitis suppurativa (HS) harus dipertimbangkan sebagai diagnosis banding. Pengambilan
riwayat dari episode pribadi dan keluarga tentang bisul adalah penting. Pada wanita, gejala yang
diintensifkan terkait dengan periode bulanan adalah tanda-tanda HS, dan HS mungkin dari waktu
ke waktu, menyebabkan saluran sinus dan fistula dengan kotoran busuk berbau busuk. Diagnosis
banding lainnya termasuk reaksi tubuh asing, kista pilonidal, abses kelenjar Bartholin, dan jenis
abses lainnya.

Komplikasi
Komplikasi yang paling umum untuk furunculosis adalah jaringan parut dan kekambuhan. Jarang
furunculosis menyebabkan infeksi sistemik dengan demam dan gejala terkait organ. Kultur darah
positif dan endokarditis setelah furunkelosis dijelaskan.27 Infeksi kulit dengan MRSA telah
terbukti menjadi rumit oleh infeksi sistemik termasuk gangguan pernapasan dan pneumonia, 23
dan necrotizing fasciitis dan myositis juga dilaporkan. 26 Osteomielitis, artritis septik, dan
infeksi sistem saraf pusat dengan meningitis dan abses otak setelah infeksi S. aureus juga
dilaporkan.

Pengobatan
Manajemen furunculosis berulang bermasalah dan mungkin mengecewakan. Sebuah flowchart
pada pengelolaan furunculosis ditunjukkan pada Gambar 1. Insisi sederhana dan drainase
mungkin cukup pada lesi soliter, tetapi terapi antibiotik sistemik mungkin diperlukan. S. aureus
memiliki kemampuan mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang berbeda, dan ini
penting untuk diingat ketika memilih antimikroba.
Menurut pedoman praktek klinis pada infeksi dengan MRSA, insisi dan drainase saja mungkin
cukup untuk abses atau bisul yang sederhana, tetapi penelitian tambahan diperlukan untuk
menentukan lebih jauh peran antibiotik, jika ada, dalam pengaturan ini.35,36

Antibiotik dianjurkan jika infeksi kulit dikaitkan dengan penyakit berat (banyak situs infeksi atau
perkembangan cepat), penyakit sistemik, atau komorbiditas terkait atau imunosupresi, ekstrem
usia, abses di daerah yang sulit untuk dikeringkan (misalnya, wajah, tangan, dan genitalia),
flekitis septik terkait, dan kurangnya respons terhadap insisi dan drainase saja.
Pedoman oleh Infectious Diseases Society of America menyarankan antibiotik oral berikut untuk
cakupan empiris CA-MRSA pada pasien rawat jalan: klindamisin, trimetoprim-sulfametoksazol,
tetrasiklin (doksisiklin atau minosiklin), dan linezolid.35 Jika cakupan untuk streptokokus β-
hemolitik dan CA-MRSA diinginkan, pilihan termasuk klindamisin saja, atau trimethoprim-
sulfamethoxazole, atau tetrasiklin dalam kombinasi dengan β-laktam (mis., Amoksisilin), atau
linezolid saja.
Untuk pasien rawat inap dengan infeksi yang rumit, selain debridemen bedah dan antibiotik
spektrum luas, terapi empiris untuk MRSA harus dipertimbangkan sambil menunggu data
budaya. Pilihan termasuk intravena (IV) vankomisin 1 g dua kali sehari, oral atau IV linezolid
600 mg

Furunculosi klinis
sHx: Diabetes, imunosupresi, penyakit sistemik, disposisi keluarga DxDdx: Hidradenitis
suppurativa, pilonidalcysts, lesi benda asing, abses Bartholin'sgland Penyekaan dari cairan dari
thelesion dan situs pembawa (nares, perineum) MxLesi ludah Insisi saat siap (abses berfluktuasi)
Penyakit berat ? Imunosupresi? Ekstrem usia? Tidak bisa masuk ke drainase? Tidak ada respons
terhadap drainase? Pertimbangkan antibiotik sistemik sesuai dengan analisis budaya atau
pedoman Tiga kekambuhan dalam 12 bulanMempertimbangkan terapi pemberantasan: situs
Treatcarrier (muciprocin). Mungkin karena seluruh rumah tangga akan menjadi tidak stabil

dua kali sehari, daptomycin 4 mg / kg / dosis IV sekali sehari, telavancin 10 mg / kg / dosis IV


sekali sehari, dan klindamisin 600 mg IV atau oral tiga kali sehari. Antibiotik β-laktam
(misalnya, cefazolin) dapat dipertimbangkan pada pasien rawat inap dengan selulitis nonpurulen.
Penyesuaian terhadap terapi aktif MRSA harus dimulai jika tidak ada respon klinis yang
cukup.35 Tujuh sampai 14 hari terapi dianjurkan tetapi harus individual berdasarkan tanggapan
klinis pasien. Pasien rawat inap dengan MRSA harus diisolasi dari pasien lain.
Pencegahan
Informasi pendidikan pencegahan tentang kebersihan pribadi dan perawatan luka yang sesuai
direkomendasikan untuk pasien dengan infeksi kulit atau jaringan lunak (SSTI) seperti
furunkulosis berulang. 37,38 Luka harus ditutup dengan perban yang bersih dan kering serta
kebersihan pribadi yang baik dengan mandi dan mencuci secara teratur. tangan dengan sabun dan
air, atau membersihkan dengan gel berbasis alkohol dianjurkan, terutama setelah menyentuh
kulit yang terinfeksi atau barang yang telah langsung menghubungi luka yang mengering.
Mendaur ulang atau berbagi barang pribadi seperti pisau cukur sekali pakai atau listrik dan
epilator, linen, dan handuk yang telah digunakan pada kulit yang terinfeksi harus dihindari.
Langkah-langkah kebersihan lingkungan harus dipertimbangkan pada pasien dengan SSTI
rekuren di rumah tangga atau lingkungan masyarakat. Upaya pembersihan harus difokuskan pada
permukaan yang sering disentuh (yaitu, penghitung, kenop pintu, bak mandi, dan dudukan toilet)
yang dapat menghubungi kulit telanjang atau infeksi yang tidak terdeteksi. Pembersih atau
deterjen yang tersedia secara komersial yang sesuai untuk permukaan yang dibersihkan harus
digunakan sesuai dengan instruksi produk untuk pembersihan permukaan secara rutin.

Kolonisasi
Upaya topikal pada dekolonisasi dengan mupirocin dan chlorhexidine dapat mengurangi
kejadian infeksi S. aureus berikutnya meskipun dengan keampuhan variabel.39–42 Dekolonisasi
dapat dipertimbangkan pada kasus dengan SSTI rekuren meskipun mengoptimalkan perawatan
luka dan tindakan higienis, dan dalam kasus dengan transmisi yang sedang berlangsung antara
anggota rumah tangga atau kontak dekat lainnya meskipun ada tindakan kebersihan.
Dekolonisasi biasanya terdiri dari 5 hingga 10 hari aplikasi salep mupirocin dua kali sehari di
lubang hidung dan mencuci tubuh setiap hari dengan 4% sabun klorheksidin selama 5 hingga 14
hari. Mandi pemutih encer 15 menit dua kali sehari selama 3 bulan dapat dipertimbangkan.
Pembilasan oral dengan larutan klorheksidin 0,2% tiga kali sehari mengurangi flora faring.41
Larutan gentian topikal 0,3% larutan ke lubang hidung dua kali sehari selama 2 hingga 3 minggu
juga telah disarankan. Terapi antimikroba oral dianjurkan untuk pengobatan infeksi aktif saja dan
tidak secara rutin direkomendasikan untuk dekolonisasi. Agen oral dalam kombinasi dengan
rifampicin, jika strain rentan, dapat dipertimbangkan untuk dekolonisasi jika infeksi kambuh
meskipun ukuran topikal yang disebutkan di atas.35 Monoterapi Rifampicin berisiko memilih
varian yang resisten dan tidak direkomendasikan. Kombinasi antimikroba topikal dan sistemik
sangat efektif dengan tingkat clearance 87% pada pasien yang dirawat.43 rektum swab rektum
dapat dipertimbangkan pada kasus refrakter karena saluran gastrointestinal mungkin merupakan
reservoir dari methicillin yang rentan S. aureus dan MRSA. Dalam kasus ini, vankomisin oral (1
g dua kali sehari selama 5 hari) dapat membasmi 80% –100% kolonisasi usus MRSA.43
Kolonisasi urogenital dan vagina juga dapat muncul.
Jika anggota keluarga adalah pengantar, mereka harus diperlakukan sebagai pasien. Selain
dekolonisasi, setiap penurunan status gizi pasien harus ditingkatkan jika memungkinkan.

Diskusi dan kesimpulan


Pada individu yang sehat, mikrobioma manusia sangat berbeda di kulit dan habitat lainnya.
Keragaman ini tidak sepenuhnya dipahami, tetapi genetika pejamu, lingkungan, dan paparan
mikroba awal terlibat. Dengan demikian, banyak pembawa stafilokokus hidung tidak
mengembangkan furunkel atau bisul sedangkan yang lain lakukan. Furunkulosis adalah kondisi
kulit yang cenderung berulang dan sering menyebar ke anggota keluarga baik secara langsung
melalui kontak kulit atau secara tidak langsung. Infeksi paling sering disebabkan oleh S. aureus
dan resistensi terhadap antimikroba adalah masalah yang meningkat. MRSA sekarang endemik
di banyak negara, dan merupakan masalah yang muncul di seluruh dunia.
Morbiditas yang terkait dengan furunkulosis dapat cukup besar. Perawatan karenanya penting.
Secara klinis, komplikasi serius untuk SSTIs dengan S. aureus termasuk bakteremia, endokarditis
infektif, dan pneumonia nekrosis. Komplikasi kulit termasuk ulserasi bernanah dan nyeri dari
lesi, yang secara tradisional dianggap sebagai stigmatisasi sejak deskripsi dalam Kitab Ayub
(The Hebrew Bible). Untuk yang terbaik dari pengetahuan penulis, tidak ada studi kualitas hidup
pada pasien dengan furunculosis berulang. Dalam survei Jerman baru-baru ini pasien di unit
perawatan paliatif yang terisolasi karena MRSA, dampak negatif pada kualitas hidup ditemukan,
dan isolasi yang diperlukan dianggap menjadi beban yang signifikan pada akhir kehidupan pada
pasien terminal ini.5 Sebagian besar pasien Namun, tidak terisolasi karena infeksi kulit mereka,
dan aspek lain karena itu dapat memainkan peran. Ini mungkin berspekulasi bahwa kesamaan
klinis antara furunkulosis, HS, dan akne vulgaris, dapat menyebabkan pengaruh negatif pada
kualitas hidup. Beberapa penelitian telah mengidentifikasi baik jerawat dan HS sebagai sumber
utama penurunan kualitas hidup pada pasien, menunjukkan bahwa hubungan serupa mungkin
ada untuk furunkulosis. Karena itu, disarankan bahwa studi kualitas hidup yang spesifik
diperlukan untuk furunkulosis juga.
Pendekatan diagnostik dan terapeutik pada pasien yang dicurigai staphylococcosis harus
mencakup riwayat medis menyeluruh, pemeriksaan klinis, dan penyelidikan mikrobiologi dan
biokimia spesifik. Ini sangat penting jika lesi berulang adalah masalah. Dalam kasus seperti itu
adalah wajib untuk mengumpulkan penyeka budaya dari pasien, anggota keluarga, dan kontak
dekat untuk mengidentifikasi dan akhirnya mengendalikan rantai infeksi. Fokus pada masalah
kebersihan pribadi, interpersonal, dan lingkungan sangat penting untuk mengurangi risiko
kontaminasi dan kekambuhan. Perhatian khusus harus diberikan untuk meningkatkan dan
mempertahankan penghalang kulit. Fungsi sawar kulit yang utuh mengurangi risiko infeksi dan
penggunaan emolien secara teratur untuk menjaga kelembaban kulit karena itu membantu.
Beberapa modalitas terapi relevan dengan manajemen staphylococcosis. Secara tradisional,
sayatan dan drainase telah digunakan secara ekstensif. Namun prosedur ini harus dibatasi pada
bisul berfluktuasi. Bisul nonfluctuant umumnya tidak mendapat manfaat dari insisi dan drainase.
Setelah diinsisi, rongga abses mungkin memerlukan pengepakan untuk menjaga drainase. Unsur-
unsur minor yang tidak berfluktuasi tidak perlu insisi dan dapat dikelola dengan menjaga area
kulit bersih dan terlindungi.
Jika demam hadir atau jika pasien mengembangkan tanda-tanda infeksi sistemik, antimikroba
sistemik diperlukan. Kultur swabbing teratur dan sering pada lesi sangat membantu dalam
memutuskan antimikroba untuk dipilih karena pola resistensi mikroba dapat bervariasi sesuai
dengan waktu, lokasi, dan geografi.
Pada akhirnya, pengobatan staphylococcosis tergantung pada pemberantasan strain patogen pada
pasien dan karier. Pemberantasan harus, bagaimanapun, dibatasi untuk pasien atau keluarga
dengan SSTI berulang. Dalam kebanyakan kasus, kolonisasi dengan S. aureus tidak berbahaya,
dan tingginya jumlah pembawa asimtomatik bertentangan dengan pemberantasan pada populasi
ini. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan kompleksitas microbiome dalam
pembawa S. aureus, dan untuk menjelaskan efek dan mekanisme penggunaan, misalnya,
probiotik, daripada antibiotik untuk kontrol populasi bakteri.

Anda mungkin juga menyukai