Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus
seluruh bagian luar tubuh sehingga tubuh sebagai perlindung tubuh terhadap bahaya bahan
kimia.Cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap
mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan.
Kulit merupakan indicator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan
melihat perubahan yang terjadi pada kulit, misalnya pucat, kekuning-kuningan, kemerah-
merahan, memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit
karena penyakit tertentu.
Pioderma (bisul) pada umumnya terjadi pada anak anak tapi pada orang dewasa
bisa juga terjadi, yang menjadi penyebabnya adalah kurang bersihnya kulit, gejala klinisnya
sangat bervariasi, paling ringan benjolan kecil warna kemerahan sedangkan yang parah
benjolan cukup besar warna merah mengkilat, keluar nanah jumlah banyak bisa juga disertai
gejala nyeri dan bengkak.

Acne vulgaris ( jerawat ) penyakit kulit akibat perdangan kronik folikel


pilosebasea yang umunya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa
komedo, papula, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya (Arif Mansjoer, dkk.
2000)

1.2 Tujuan
1. Untuk Mengetahui konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pioderma
2. Untuk Mengetahui konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan acne vulgaris

1.3 Manfaat

Dapat mengetahui apa itu pioderma dan acne vulgaris serta asuhan keperawatannya yang
dapat di pelajari

BAB II

1
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Penyakit Pioderma

2.1.1 Definisi

Pioderma berasal dari kata pio dan derma. Pio berarti nanah, dan derma berarti
kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah. Dalam definisi di literatur pioderma adalah
infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus atau streptococcus beta
hemoliticus.Infeksi pada kulit ini dapat bersifat superfisial (hanya sebatas di epidermis)
atau profunda (lebih dalam mencapai dermis).
Jenis infeksi superfisial contohnya seperti, impetigo nonbulosa, impetigo bulosa,
ektima, folikulitis, furunkel, dan karbunkel.Jenis infeksi profunda adalah selulitis,
erisipelas, flegmon, abses multiple kelenjar keringat, hidradenitis.
Pioderma dapat berupa infeksi primer dan infeksi sekunder.Penyakit kulit yang
disertai pioderma sekunder disebut impetiginisata.Tandanya adalah pus, pustul, bula
purulen.

2.1.2 Etiologi

Etiologinya kebanyakan oleh Staphylococcus aureus, merupakan sel-sel


berbentuk bola atau coccus Gram positif yang berpasangan berempat dan berkelompok.
Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase positif, ini yang membedakannya dari
spesies lain, dan merupakan patogen utama bagi manusia. Pada Staphylococcus koagulase
negatif merupakan flora normal manusia. Staphylococcus menghasilkan katalase yang
membedakannya dengan streptococcus.

2.1.3 Patofisiologi
Banyak hal yang mempengaruhi seseorang sampai terjadinya pioderma antara lain
faktor host, agent, dan lingkungan seperti yang telah dipaparkan diatas dimana adanya
ketidakseimbangan antara ketiga faktor tersebut. Staphylococcus mengandung polisakarida
dan protein yang bersifat antigen yang merupakan substansi penting di dalam struktur
dinding sel Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit

2
yang terangkai, merupakan eksoskeleton kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dihancurkan
oleh asam kuat atau lisozim. Hal ini merupakan penting dalam potogenitas infeksi : zat ini
menyebabkan monosit membuat interleukin-1 (pirogen endogen) dan antibodi opsonik, dan
zat ini juga menjadi zat kimia penarik (kemotraktan) untuk leukosit polimorfonuklear,
mempunyai aktifitas mirip endotoksin, mengaktifkan komplement.
Patologi prototipe lesi staphylococcus adalah furunkel atau abses setempat
lainnya.Kelompok-kelompok S. aureus yang tinggal dalam folikel rambut menimbulkan
nekrosis jaringan. Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin disekitar lesi dan
didalam saluran getah bening, mengakibatkan pembentukan dinding yang membatasi
proses dan diperkuat oleh penumpukan sel radang dan kemudian jaringan fibrosis. Di
tengah-tengah lesi, terjadi pencairan jaringan nekrotik (dibantu oleh hipersensitivitas tipe
lambat) dan abses mengarah pada daerah yang daya tahannya paling kecil, setelah jaringan
nekrotik mengalir keluar, rongga secara perlahan-lahan diisi dengan jaringan granulasi dan
akhirnya sembuh.

2.1.4 Pathway

3
2.1.5 Gejala Klinis

4
a. Benjolan merah di kulit yang membesar dan menjadi bernanah setelah beberapa hari,
dan akan pecah dengan sendirinya
b. Nyeri, berdenyut-denyut.
c. Demam / Panas
d. Mual, Muntah
e. Gatal-gatal
f. Papul dan Prustul

2.1.6 Klasifikasi

Terdapat beberapa jenis pioderma, yaitu:


1. Impetigo
Impetigo merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh stafilokokus aurea atau
kadang-kadang oleh streptokokus dan hanya terjadi pada lapisan kulit jangat. Biasanya
tak disertai gejala konstitusi (gejala infeksi pada tubuh manusia seperti demam, nyeri,
lesu,dan lainnya). Pada kulit penderita terlihat lepuh dan gelembung yang berisi cairan.
Penyakit ini mudah menular pada anak lain atau dirinya sendiri.
Impetigo ada 2, yaitu :
a. Impetigo krustosa/kontagiosa (istilah awamnya, cacar madu) merupakan kelainan
yang terjadi di sekitar lubang hidung dan mulut. Ciri-cirinya, yaitu kemerahan kulit
dan lepuh yang cepat memecah sehingga meninggalkan keropeng tebal warna kuning
serupa madu. Bila keropeng dilepaskan, terlihat luka lecet di bawahnya.
b. Impetigo bulosa/vesiko bulosa (cacar monyet atau cacar api) yang sering terjadi di
ketiak, dada, dan punggung. Ciri-cirinya yaitu kemerahan di kulit dan gelembung-
gelembung (seperti kulit yang tersundut rokok hingga dikenal dengan cacar api),
berisi nanah yang mudah pecah. Cacar api sangat mudah menular dan berpindah dari
satu bagian kulit ke bagian lain. Jika terjadi pada bayi baru lahir, infeksi dapat
menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Kelainan ini dapat disertai demam
dan menimbulkan infeksi serius.

2. Folikulitis

5
Infeksi ini mengenai folikel rambut. Ciri-cirinya berupa bintil padat atau bintil bernanah
yang kemerahan dengan rambut di tengahnya. Biasanya sering ditemukan pada tungkai
bawah.
3. Furunkel atau Bisul
Adalah radang pada folikel yang meluas ke jaringan di sekitar folikel rambut. Ciri-
cirinya, yaitu di kulit akan terlihat benjolan kemerahan dengan mata di bagian tengah
yang dapat melunak menjadi abses. Kelainan terutama terjadi di daerah yang sering
mengalami gesekan dan banyak berkeringat seperti ketiak, bokong, leher, dada, dan
paha. Biasanya terdapat keluhan rasa nyeri, apalagi bila kelainan terjadi di dasar yang
keras misalnya di hidung atau liang telinga luar.
4. Abses Multipel Kelenjar Keringat
Merupakan infeksi di kelenjar keringat. Faktor predisposisinya yaitu daya tahan tubuh
yang menurun dan banyak berkeringat. Kelainan ditandai benjolan seperti kubah di
daerah yang banyak berkeringat seperti dada, punggung atas, kepala bagian belakang,
bokong, dan lainnya.
5. Erisipelas dan Selulitis.
Erispelas adalah infeksi pada kulit yang umumnya didahului oleh luka atau trauma, baik
nyata maupun mikroskopis. Pada bayi umumnya terjadi di pusar. Ciri-cirinya, yaitu di
kulit terlihat kemerahan berbatas tegas, disertai gejala berupa demam dan kelesuan.
Sementara selulitis merupakan kelanjutan erisipelas. Bedanya, pada selulitis, radang
meluas sampai ke jaringan di bawah kulit.
6. Staphylococcal scalded skin syndrome
Merupakan infeksi kulit oleh staphylococcus aureus galur tertentu dengan ciri yang khas
berupa epidermolisis. Pada umumnya terdapat demam tinggi disertai infeksi di saluran
napas bagian atas. Kelainan kulit awalnya berupa eritema yang timbul mendadak pada
muka, leher, ketiak, telapak tangan dan kaki serta lipat paha, kemudian menyeluruh
dalam waktu 24-48 jam

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang

6
Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus yang kronis
dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya
bukan stafilokokus melainkan kuman negative-Gram.Hasil tes resistensi hanya bersifat
menyokong, invivo tidak selalu sesuai dengan in vitro.

2.1.8 Penatalaksanaan

Pada pengobatan umum kasus pioderma ,factor hygiene perorangan dan lingkungan harus
diperhatikan.
a. Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan pioderma.
1. Penisilin G prokain dan semisintetiknya
a) Penisilin G prokain,
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin
merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota
besar perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak
dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin
sering terjadi syok anafilaktik.
b) Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-
100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c) Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3
dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan.Juga
cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam
plasma lebih tinggi.
d) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin,
flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis
flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagidalam 4
dosis.
2. Linkomisin dan Klindamisin

7
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari.Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu
dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak
yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan klindamisin 8-16
mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4
dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin resisten-
penisilinase.Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis
pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi
dan diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek
sampingnya lebih sedikit, pada pemberian pe oral tidak terlalu dihambat oleh
adanya makanan dalam lambung.
3. Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan
linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering memberi
rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-5mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3-4 dosis.
4. Sefalosporin
Pada pioderma yang berat atau yang tidak memberi respon dengan obat-obatan
tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin.Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk
kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV. Contohya sefadroksil dari
generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg
sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis.

b. Topikal
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan pioderma. Obat
topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak
terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin, neomisin, dan
mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-gram.Neomisin, yang di
negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin
dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah.
Obat-obat tersebut digunakan sebagai salap atau krim. Sebagai obat topical juga

8
kompres terbuka, contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan
yodium povidon 7,5 % yangndilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada
sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai kekurangan
karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pioderma

2.2.1 Pengkajian

Data subyektif :
Pasien mengeluh nyeri, mual muntah, gatal-gatal pada kulit, dan terdapat luka pada kulit.

Data obyektif :
Ekspresi wajah meeringis, menggaruk-garuk di kulit, kulit tampak lecet/luka, serta mual-
muntah.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri yang berhubungan dengan agen injuri fisik (lesi kulit)
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pioderma
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2.2.3 Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1 : Nyeri yang berhubungan dengan agen injuri fisik (lesi kulit)
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ... x 24 jam, diharapkan nyeri pasien dapat
terkontrol dengan kriteria hasil :
1. Pasien tidak tampak meringis
2. Skala nyeri 0 ( tidak nyeri)
3. Pasien tampak lebih rileks
4. Ukuran pioderma mengecil

No Rencana Keperawatan Rasional

9
1 Kaji nyeri, misal lokasi nyeri, frekuensi, durasi, Informasi memberikan data dasar untuk
dan intensitas(skala 1-10), serta tindakan mengevaluasi kebutuhan/ keefektifan intervensi
penghilang nyeri yang digunakan.
2 Dorong penggunaan keterampilan manajemen Memungkinkan klien untuk berpartisipasi
nyeri (missal teknik relaksasi, visualisasi, secara aktif dan meningkatkan rasa control.
bimbingan imajinasi, tertawa, music, dan
sentuhan terapeutik)
3 Tingkatkan kenyamanan dasar (missal teknik Meningkatkan relaksasi dan membantu
relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi)dan memfokuskan kembali perhatian.
aktivitas hiburan(missal : music, televisi)
4 Evaluasi penghilang nyeri/ control Tujuannya adalah control nyeri maksimum
dengan pengaruh minimum pada
aktivitaskegiatan sehari-hari
5 Kembangkan rencana manajemen nyeri Rencana terorganisasi mengembangkan
bersama klien dan tim medis. kesempatan untuk control nyeri . Terutama
dengan nyeri kronis , klien/orang terdekat harus
aktif menjadi partisipan dalam manajemen
nyeri di rumah.
6 Berikan aktivitas terapeutik tepat sesuai dengan Membantu mengurangi konsentrasi nyeri yang
kondisi dan usia pasien dialami dan memfokuskan kembali perhatian
7 Berikan analgesic sesuai indikasi, missal Nyeri adalah kompikasi tersering dari kanker,
morfin, metadon, atau campuran narkotik IV meskipun respon individu berbeda. Saat
khusus. Pastikan hal tersebut hanya untuk perubahan penyakit /pengobatan
memberikan analgesic dalam sehari. Ganti dari terjadi,penilaian dosis dan pemberian akan
analgesic kerja pendek menjadi kerja panjang diperlukan (catatan ; adikasi atau
bila ada indikasi. ketergantungan pada obat ukan masalah)

Diagnosa 2 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pioderma


Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan kerusakan
integritas kulit dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
1. Pasien menyatakan ketidaknyamanannya hilang

10
2. Pasien menunjukkan perilaku/tekhnik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan
penyembuhan sesuai indikasi
3. Pasien dapat mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi

No Rencana Keperawatan Rasional


1 Kaji/catat ukuran atau warna, Memberikan informasi dasar tentang
kedalaman luka dan kondisi sekitar kebutuhan dan petunjuk tentang
luka sirkulasi
2 Anjurkan pasien untuk menjaga Menjaga kebersihan kulit dan
kebersihan kulit dengan cara mandi mencegah komplikasi
sehari 2 kali
3 Lindungi kulit yang sehat terhadap Maserasi pada kulit yang sehat dapat
kemungkinan maserasi menyebabkan pecahnya kulit dan
perluasan kelainan primer
4 Beri nasehat kepada pasien untuk Pioderma memerlukan air agar
menjaga agar kulit tetap lembab dan fleksibelitas kulit tetap terjaga.
fleksibel dengan pengolesan cream Pengolesan cream atau lotion untuk
atau lotion mencegah agar kulit tidak menjadi
kasar, retak dan bersisik
5 Kolaborasi dalam pemberian obat Mencegah atau mengontrol infeksi
topical

Diagnosa 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi
terpenuhi, dengan kriteria hasil :
1. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
2. Berat badan meningkat
3. Tidak terjadi mual-muntah
4. Nafsu makan pasien meningkat
5. Porsi makan pasien habis

No Rencana Keperawatan Rasional

11
1 Kaji status nutrisi secara kontinu
Memberikan pilihan intervensi

2 Timbang berat badan setiap hari dan Memantau kecenderungan dalam


bandingkan dengan berat badan saat penurunan/penambahan berat badan
penerimaan
3
Dokumentasikan pemasukan oral Mengidentifikasi ketidakseimbangan
selama 24 jam antara perkiraan kebutuhan nutrisi
dan masukan actual

4 Rujuk pada ahli gizi


Membantu dalam identifikasi defisit
nutrisi

2.2.4 Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.

2.2.5 Evaluasi

Dx 1 1. Klien tidak tampak meringis


2. Skala nyeri 0 ( tidak nyeri)
3. Klien tampak lebih rileks
4. Ukuran pioderma mengecil
Dx 2 1. Klien menyatakan ketidaknyamanannya hilang
2. Klien menunjukkan perilaku/tekhnik untuk mencegah kerusakan
kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi
3. Klien dapat mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi
terjadi

12
Dx 3 1. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
2. Berat badan meningkat
3. Tidak terjadi mual-muntah
4. Nafsu makan pasien meningkat
5. Porsi makan pasien habis

2.3 Konsep Dasar Penyakit Acne Vulgaris

2.3.1 Definisi

Acne vulgaris ( jerawat ) penyakit kulit akibat perdangan kronik folikel


pilosebasea yang umunya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa
komedo, papula, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya (Arif Mansjoer, dkk.
2000)
Acne vulgaris (jerawat) merupakan kelainan folikel umum yang mengenai
pilosebasea ( polikel rambut ) yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah muka,
leher, serta bagian atas. Akne ditandai dengan komedo tertutup ( white head ), komedo
terbuka ( black head ), papula, pustul, nodus, dan kista ( Brunner & Suddarth, 2001 )

2.3.2 Etiologi

Akne biasanya disebabkan oleh tingginya sekresi sebum.Androgen telah diketahui


sebagai perangsang sekresi sebum, estrogen mengurangi produksi sebum.
Penyebab eksternal acne vulgaris jarang teridentifikasi.

Beberapa kosmetik dan minyak rambut (hair pomades) dapat memperburuk akne. Obat-
obatan pemicu timbulnya akne antara lain: steroid, lithium, beberapa antiepilepsi, dan
iodides.Congenital adrenal hyperplasia, polycystic ovary syndrome, dan kelainan endokrin
lainnya (dengan kadar androgen yang berlebihan) dapat memicu perkembangan acne
vulgaris. Acne vulgaris dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor genetic.

2.3.3 Manifestasi Klinis

13
Gejala lokal termasuk nyeri (pain) atau nyeri jika disentuh (tenderness).Biasanya
tidak ada gejala sistemik pada acne vulgaris.Akne yang berat (severe acne) disertai dengan
tanda dan gejala sistemik disebut sebagai acne fulminans.Acne dapat muncul pada pasien
apapun sebagai dampak psikologis, tanpa melihat tingkat keparahan penyakitnya.
Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustule,nodus atau kusta dapat disertai rasa
gatal. Isi komedo adalah sebum yang kental atau padat. Isi kista biasanya berupa pus dan
darah. Tempat predileksi adalah muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan lengan
bagian atas.

2.3.4 Patofisiologi

Patologi (hormonal,stres,genetik,bakteri) > masa pubertas > Hormon androgen


menstimulasi kelenjar sebasea > kelenjar sebasea membesar dan mensekresikan sebum >
sebum merembas naik hingga puncak folikel rambut > mengalir keluar pada pemukaan
kulit > duktus pilosebaseus tersumbat sebum >lesi obstruktif >di latasi folikel sebasea
dampaknya dibagi 2 yaitu :
1. penipisan dinding folikular
>penipisan dinding folikular > pecah >isi folikular keluar dan mengiritasi dermis >
lesi baru >infeksi berulang>risiko infeksi> mikro komedo dibagi 2 yaitu :
> komedo terbuka, hitam akibat akumulasi lipid, bakteri dan debris epitel
> komedo tertutup >perembasan isi folikel ke dermis > inflamasi lesi akne
2. dampak lesi akne di bagi 3:
>papula eritematosa====> gangguan integritas kuli, gangguan citra tubuh, ansietas
> kista inflamatorik
>pustyla

2.3.5 Pathway

Faktor Penyebab

Pembesaran kelenjar sebasea Pengeluaran sebum ke kulit

14
Peningkatan sebum Asam lemak bebas

Komedogenik bercampur dengan squalon

Obstruksi sal.pilosubasea Komedo

AcneKurang
Vulgarispengetahuan

Kolonisasi bakteri dalam saluran pilosubasea

Gangguan
Peradangan yang membentuk papula, postula, nodulasi, kista
integritas kulit,
citra tubuh dan
ansietas

Acne Vulgaris + peradangan Nyeri

Penyebaran infeksi

2.3.6Pemeriksaan Diagnostik

Karena banyak factor sebagai penyebab acne vulgaris maka penanganan yang menyeluruh
dapat membantu mempercepat penyembuhan dan mencegah kekambuhan.Selain terapi
kulit secara medik diperlukan juga psikoterapi. Penambahan psikoterapi pada pasien acne
vulgaris dapat menurunkan angka kambuh. Dengan relaksasi dapat meningkatkan daya
tahan kulit dan aliran darah kekulit meningkat. Kadang-kadang diperlukan

15
psikofarmakologi untuk menurunkan kecemasan dan depresinya yaitu dengan anti cemas
maupun anti depresi.

2.3.7 Penatalaksanaan
1. Topikal
Bahan-bahan iritasi, misalnya resorsinol 3%, asamsalisilat 3-5%, asam vit. A 0,05%.
2. Anti bakteri, misal :tetrasiklin 1%, eritromisin 1%, peroksidabenzoil 2,5%.
Lain-lain : sulfur 4-20%, kortikosteroid, etillaktat 10% dalamgliserin 5-10%
danetanol 80%.Hormon :
Estrogen, anti androgen, kortikosteroid{ intolesi }. Retinol dan vitamin A. Lain-lain :
anti inflamasi non steroid { ibuprofen }, dapson. Perawatan kebersihan kulit dan diet
bagi yang memerlukan dapat dianjurkan.
3. Sistemik
Anti bakteri :tetrasiklin, minosiklin, kotrimoksasol, lingkomisin, klindamisin.

2.4 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Acne Vulgaris

2.4.1 Pengkajian

2.4.2 Biodata

Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, tanggal
pengkajian, pemberi informasi.

2.4.3 Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama
Gatal pada bagian wajah
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien masuk ke rumah sakit dengan keluhan gatal pada bagian wajah seta mengeluh
karna pada bagian wajahnya terdapat jerawat.
c. Riwayat kesehatan masalalu
Haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan system integument maupun penyakit
sistemik lainnya. Demikian pula riwayat penyakit keluarga, terutama yang mempunyai
penyakit menular, herediter.

16
2.4.4 Fungsi Pola Kesehatan
1. Polapersepsiterhadap kesehatan apabila sakit,klien bisa membeli obat obatan terdekat
atau apabila terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
2. Pola aktifitas latihan. Aktifitas latihan selama sakit: 0 1 2 3 4
Keterangan:
0:Mandiri
1:Dengan menggunakan alat bantu
2:Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3:Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4:Terganggu total,tidak berpartisipasi dalam beraktifitas
Dalam hal :
a. Makan
b. Mandi
c. Berpakaian
d. Eliminasi
3. Mobilisasi di tempattidur
4. Polanutrisimetabolic : tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya
5. Polaeliminasi normal
6. Polakognitif perceptual saat pengkajian klien dalam keadaan sadar, bicara
jelas,pendengaran dan penglihatan normal
7. Polaperanhubungan:systemdukungan orang tua
8. Polakonsepdiri
9. Polaseksualreproduksi normal
10. Polakoping
11. Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa gatal dan nyeri, dan
pasien menjadi malas untuk bekerja. Kehilangan atau perubahan yang terjadi klien
malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

2.4.5 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko terjadi penyebaran infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat

17
2. Nyeri b/d proses peradangan
3. Gangguan perubahan citra tubuh b/d keadaan luka
4. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakitnya
5. Ansientas b/d kecacatan
6. Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit

2.4.6 Intervensi Keperawatan


1. Dx 1 : Resiko terjadi penyebaran infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat
Intervensi:
a. Observasi keadaan luka pasien
b. Gunakan tehnik septic dan aseptic selama perawatan luka
c. Tekankan tehnik cuci tangan yang baik untuk setiap individu yang kontak dengan
pasien
d. Kolaborasi pemberian antibiotic
Rasional:
a. Mengetahui keadaan luka pasien
b. Mencegah terpajan organism infeksius
c. Mencegah kontaminasi silang dan menurunkan resiko penyebaran infeksi
d. Antibiotic dapat membantu mengurangi penyebaran infeksi

2. Dx 2 : Nyeri b/d proses peradangan


Intervensi :
a. Observasi tingkat nyeri pasien(skala 0-10)
b. Ajarkan pasien tehnik distraksi,relaksasi
c. Beri posisi yang nyaman
d. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional :
a. Mengetahui derajat nyeri pasien
b. Distraksi relaksasi dapat membantu meringankan nyeri
c. Memberikan kenyamanan pada pasien sehingga dapat mengurangi nyeri yang
dirasakan

18
d. Pemberian analgetik dapat membantu meringankan derajat nyeri pasien

3. Dx 3 : Gangguan perubahan citra tubuh b/d keadaan luka


Intevensi
a. Observasi makna perubahan yang dialami oleh pasien
b. Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam perawatan
c. Catat perilaku menarik diri : peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak
terlibat pada perawatan
Rasional
a. Mengetahui perasaan pasien tentang keadaannya dan control emosinya
b. Dukung keluarga dan orang terdekat dapat mempercepat proses penyembuhan
c. Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut dan terapi
lebih ketat

4. Dx 4 : Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakitnya


Intervensi :
a. Diskusikan tentang perawatan kulit,contoh :penggunaan pelembab dan pelindung
sinar matahari
b. Berikan HE tentang Higiene,pencegahan dan pengobatan penyakitnya
c. Tekankan pentingnya mengevaluasi perawatan
Rasional :
a. Meningkatkan perawatan diri setelah pulang dan kemandirian
b. Meningkatkan pengetahuan pasien
c. Dukungan jangka panjang continue dan perubahan terapi dibutuhkan untuk
mencapai penyembuhan optimal

5. Dx 5 : Ansientas b/d kecacatan


Intervensi :
a. Observasi derajat ansietas pasien
b. Informasikan pasien bahwa perasaannya normal
c. Berkan kenyaman fisik, lingkungan tenag dan istirahat

19
Rasional:
a. Mengetahui tingkat ansietas pasien sehingga dapat memberikan HE yang tepat
b. Pemahaman bahwa perasaan normal dapat membantu pasien meningkatkan beberapa
perasaan kontrol emosi
c. Rasa nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga membantu menurunkan
ansietas

6. Dx 6 : Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit


Intervensi :
a. Obeservasi atau catat ukuran, warnadan keadaan kulit di ara sekitar luka
b. Ubah posisi dengan sering
c. Beri perawatan kulit sering agar tidak terjadi kering atau lembab
Rasional :
a. Mengetahui perkembangan luka pasien dan kulit di sekitarnya
b. Memperbaiki sirkulasi darah
c. Terjadi kering / lembab dapat merusak kulit dan mempercepat kerusakan

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pioderma adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus atau
streptococcus beta hemoliticus.Infeksi pada kulit ini dapat bersifat superfisial (hanya
sebatas di epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai dermis).

20
Acne vulgaris ( jerawat ) penyakit kulit akibat perdangan kronik folikel
pilosebasea yang umunya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa
komedo, papula, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya (Arif Mansjoer, dkk.
2000)

3.2 Saran
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna dan kurang lengkap, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapakan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Corwin, E. 2000. Handbook of Patophysiology (Buku Terjemahan). Jakarta :EGC
Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,Edisi 9. Jakarta :EGC
Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Definisi dan Klasifikasi 2012 -2014 (terjemahan).Jakarta :
EGC

21
Mansjoer, A. 2001. Kapita Seekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid1. Jakarta : Media Aesculapius
Taylor, M. Cynthia, Sheila Sparks Ralph.2010.Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan
Edisi : 10.Jakarta : EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai