menderita
pioderma
dibandingkan
laki-laki,
namun
hasilnya
tidak
Denpasar periode januari 2006 sampai Desember 2008 didapatkan penderita laki-laki
lebih lebih banyak daripada perempuan dengan perbandingan yang juga tidak
signifikan, yaitu laki-laki 56,6 % dan perempuan 43,4 %. Dapat dilihat bahwa infeksi
pioderma dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan. Di bagian Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, insidennya menduduki
tempat ketiga, dan berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi.
3. Etiologi
Penyebab yang utama ialah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus B
hemolitikus. Penyebab pioderma adalah infeksi bakteri pada folikel (akar) rambut di
kulit, yang disebabkan oleh bakteri misalnya Staphylococcus aureus yang merupakan
sel-sel berbentuk bola atau coccus Gram positif yang berpasangan berempat dan
berkelompok. Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase positif, ini yang
membedakannya dari spesies lain, dan merupakan patogen utama bagi manusia. Pada
Staphylococcus koagulase negatif merupakan flora normal manusia. Staphylococcus
menghasilkan katalase yang membedakannya dengan streptococcus.
4. Faktor Predisposisi
a. Higiene yang Buruk
1 | Pioderma
Seseorang dengan higiene yang buruk. Kulit yang kotor banyak mengandung
bakteri yang didapat di luar, wajah yang jarang dicuci dapat menjadi tempat
kolonisasi bakteri. Bila jumlah koloni bakteri telah mencukupi, bakteri dapat saja
masuk dan menginfeksi kulit itu mengapa kita harus rajin membersihkan wajah.
tentu dengan sabun yang tepat
b. Daya Tahan Tubuh yang Lemah
Seseorang dengan daya tahan tubuh yang lemah. Semua infeksi akan dilawan
dengan sistem imun tubuh, namun bila imun tubuh kita lemah maka infeksi akan
merajalela, itu mengapa pada orang dengan imun yang lemah seperti pada orang
HIV AIDS, malnutrisi, terkena penyakit kronik, kanker, diabetes melitus, akan
lebih mudah terserang infeksi kulit.
c. Penyakit Lain di Kulit
Seseorang dengan penyakit lain di kulit. Penyakit kulit lain dapat mengganggu
fungsi proteksi dari kulit, sehingga seseorang yang sedang memiliki sakit kuliy
rentan untuk terserang penyakit kulit lainnya.
d. Luka pada Kulit
Seseorang dengan luka pada kulit. Sekecil apapun luka dapat menjadi celah jalan
masuk kuman.
5. Klasifikasi
a. Impetigo
Impetigo merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh stafilokokus aurea atau
kadang-kadang oleh streptokokus dan hanya terjadi pada lapisan kulit dermis.
Biasanya tak disertai gejala konstitusi (gejala infeksi pada tubuh manusia seperti
demam, nyeri, lesu,dan lainnya). Pada kulit penderita terlihat lepuh dan gelembung
yang berisi cairan. Penyakit ini mudah menular pada anak lain atau dirinya sendiri.
Impetigo ada 2, yaitu :
1) Impetigo krustosa/kontagiosa (istilah awamnya, cacar madu) merupakan
kelainan yang terjadi di sekitar lubang hidung dan mulut. Ciri-cirinya, yaitu
kemerahan kulit dan lepuh yang cepat memecah sehingga meninggalkan
keropeng tebal warna kuning serupa madu. Bila keropeng dilepaskan, terlihat
luka lecet di bawahnya. Pengobatanna meliputi; obat topikal : salep antibiotik
eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat sistemik : Klosasilin (50
mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.
2) Impetigo bulosa/vesiko bulosa (cacar monyet atau cacar api) yang sering
terjadi di ketiak, dada, dan punggung. Ciri-cirinya yaitu kemerahan di kulit dan
gelembung-gelembung (seperti kulit yang tersundut rokok hingga dikenal
dengan cacar api), berisi nanah yang mudah pecah. Cacar api sangat mudah
2 | Pioderma
menular dan berpindah dari satu bagian kulit ke bagian lain. Jika terjadi pada
bayi baru lahir, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
kelainan ini dapat disertai demam dan menimbulkan infeksi serius.
pengobatannya meliputi; obat topikal : bula diaspirasi, lalu diberi salep
antibiotik eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat sistemik: Klosasilin
(50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan
b. Folikuitis
Folikuitis adalah infeksi yang mengenai satu folikel rambut. Ciri-cirinya berupa
bintil padat atau bintil bernanah yang kemerahan dengan rambut di tengahnya.
Biasanya sering ditemukan pada tungkai bawah. Pengobatannya meliputi: obat
topikal: salep antibiotik eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat
sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg
sebelum makan.
c. Furunkel
Furunkel adalah radang pada folikel yang meluas ke jaringan di sekitar folikel
rambut. Ciri-cirinya, yaitu di kulit akan terlihat benjolan kemerahan dengan mata
di bagian tengah yang dapat melunak menjadi abses. Kelainan terutama terjadi di
daerah yang sering mengalami gesekan dan banyak berkeringat seperti ketiak,
bokong, leher, dada, dan paha. Biasanya terdapat keluhan rasa nyeri, apalagi bila
kelainan terjadi di dasar yang keras misalnya di hidung atau liang telinga luar.
Pengobatan yang diberikan sama dengan pengobatan pada folikuitis.
d. Karbunkel
Karbunkel merupakan kumpulan Furunkel. Ini biasanya disebabkan oleh
Stapyhlococcus aureus, keluhan biasanya nyeri.
e. Erisipelas
Erispelas adalah infeksi pada kulit yang umumnya didahului oleh luka atau trauma,
baik nyata maupun mikroskopis. Pada bayi umumnya terjadi di pusar. Ciri-cirinya,
yaitu di kulit terlihat kemerahan berbatas tegas, disertai gejala berupa demam dan
kelesuan. Pengobatan dapt dilakukan dengan; obat topikal: tungkai di
elevasi, kompres dengan antiseptik topikal, PK dengan konsentrasi 1: 10000
(larutkan dalam air sampai warnanya pink),
Banyak hal yang mempengaruhi seseorang sampai terjadinya pioderma antara lain
faktor host, agent, dan lingkungan seperti yang telah dipaparkan diatas dimana adanya
ketidakseimbangan antara ketiga faktor tersebut. Staphylococcus mengandung
polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang merupakan substansi penting di
dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang
mengandung subunit-subunit yang terangkai, merupakan eksoskeleton kaku pada
dinding sel. Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau lisozim. Hal ini
merupakan penting dalam potogenitas infeksi : zat ini menyebabkan monosit membuat
interleukin-1 (pirogen endogen) dan antibodi opsonik, dan zat ini juga menjadi zat
kimia penarik (kemotraktan) untuk leukosit polimorfonuklear, mempunyai aktifitas
mirip endotoksin, mengaktifkan komplement.
Patologi prototipe lesi staphylococcus adalah furunkel atau abses setempat lainnya.
Kelompok-kelompok S. aureus yang tinggal dalam folikel rambut menimbulkan
nekrosis jaringan. Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin disekitar lesi dan
didalam saluran getah bening, mengakibatkan pembentukan dinding yang membatasi
proses dan diperkuat oleh penumpukan sel radang dan kemudian jaringan fibrosis. Di
tengah-tengah lesi, terjadi pencairan jaringan nekrotik (dibantu oleh hipersensitivitas
tipe lambat) dan abses mengarah pada daerah yang daya tahannya paling kecil, setelah
jaringan nekrotik mengalir keluar, rongga secara perlahan-lahan diisi dengan jaringan
granulasi dan akhirnya sembuh.
Bakteri masuk ke dalam folikel rambut sehingga menimbulkan folikulitis dan
perifolikulitis, tampak sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri. Pada keadaan yang
berat dapat disertai gejala demam, malaise, dll. Setelah 2-4 hari terjadi proses supurasi
dan terbentuk abses ini dapat diketahui dengan adanya fluktuasi. Pada bagian tengah
lesi terdapat bintik kekuningan yang merupakan jaringan nekrotik, dan disebut mata
bisul (core). Bila abses pecah inti jaringan nekrotik tersebut akan keluar. Perawatan
khusus ialah pada furunkel maligna yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga
yang dibatasi oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas
ke dalam intra kranial. Masalah lain yaitu bisa terjadi penyebaran bakteri yang lebih
dalam atau lebih luas sehingga bisa juga terjadi selulitis atau bakterimia. Dan apabila
higinis penderita jelek atau menderita diebetes militus, furunkel menjadi sering
kambuh. Predileksi penyakit ini biasanya pada daerah yang berambut misalnya pada
wajah, punggung, kepala, ketiak, bokong dan ekstrimitas, dan terutama pada daerah
yang banyak bergesekan.
5 | Pioderma
7. Pathways (Terlampir)
8. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada fase ringan/biasa:
a. Ada benjolan merah di kulit, membesar dan menjadi bernanah setelah beberapa
hari dan akan pecah dengan sendirinya.
b. Nyeri yang berdenyut-denyut
Pada keadaan yang berat dapat disertai gejala seperti :
a. Demam
b. Malaise
c. Nyeri
9. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus yang
kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan
penyebabnya bukan stafilokokus melainkan kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi
hanya bersifat menyokong.
10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Pada pengobatan umum kasus pioderma , faktor hygiene perorangan dan
lingkungan harus diperhatikan. untuk pengobatan secara sistemik, ada berbagai
obat yang dapat digunakan, meliputi:
1) Penisilin G prokain dan semisintetiknya
a) Penisilin G prokain,
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin
merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kotakota besar perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini
tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi,
dan semakin sering terjadi syok anafilaktik.
b) Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c) Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah
makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga
konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
d) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
6 | Pioderma
digunakan sebagai salap atau krim. Sebagai obat topical juga kompres terbuka,
contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium
povidon 7,5 % yangndilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya
pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol
mempunyai kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Kompres hangat selama 15 menit satu/dua kali sehari
2) Setelah pecah, jaga bagian tersebut selalu bersih sampai kulit sembuh
3) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk mencegah penularan infeksi
4) Periksa dokter bila gejala tidak berkurang
11. Prognosis
Prognosis penyakit ini biasanya baik, asalkan mendapatkan penanganan yang
adekuat dan faktor penyebab dapat dihilangkan, dan prognosis menjadi kurang baik
bila terjadi komplikasi.
12. Komplikasi
a. Furunkel malignan : yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi
oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam
intra kranial melalui vena facialis dan anguular emissary dan juga pada vena
tersebut tidak mempunyai katup sehingga menyebar ke sinus cavernosus yang
nantinya bisa menjadi meningitis.
b. Selulitis bisa terjadi apabila furunkel menjadi lebih dalam dan meluas.
c. Bakterimia dan hematogen : bakteri berada di dalam darah dapat mengenai katup
jantung, sendi, spine, tulang panjang, organ viseral khususnya ginjal.
d. Furunkel yang berulang, hal ini disebabkan oleh hygiene yang buruk.
8 | Pioderma
9 | Pioderma
berpindah, ambulasi ROM. Dimana disini ada skor untuk tiap aktivitas yang
dilakukan yaitu :
0
: mandiri
1
: alat bantu
2
: dibantu orang lain
3
: dibantu orang lain dan alat
4
: tergantung total.
4) Pola Tidur dan Istirahat
Pengkajian pola tidur dan istirahat harus mencakup waktu mulai tidur dan
bangun, kualitas tidur, riwayat tidur siang, keyakinan budaya, penggunaan alat
mempermudah tidur, jadwal istirahat dan relaksasi, gejala dari perubahan pola
tidur, faktor-faktor yang mempengaruhi, misalnya: nyeri.
5) Pola Eliminasi
Yang dikaji adalah kebiasaan BAK dan BAB (frekuensi, jumlah, warna, bau,
nyeri, kemampuan mengontrol air kecil, adanya perubahan-perubahan lain),
kemampuan perawatan diri, penggunaan bantuan untuk ekskresi.
6) Pola Peran dan Hubungan
Mengkaji hubungan pasien dengan keluarga dan orang sekitar baik-baik saja
atau tidak dan dapat berkomunikasi menggunakan bahasa verbal maupun non
verbal.
7) Mekanisme Koping Stress
Penyebab stress belakangan ini, penetapan tingkat stress, gambaran umum dan
spesifik respon stress, strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan
efektifitasnya, perubahan kehidupan dan kehilangan, strategi koping yang
biasa digunakan, penilaian kemampuan pengendalian akan kejadian-kejadian
yang dialami, pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress,
hubungan antara manajemen stress terhadap dinamika keluarga.
8) Pola Kognitif/Konseptual
Menggambarkan penginderaan khusus (penglihatan, pendengaran, rasa,
sentuh, bau), penggunaan alat bantu (seperti: kacamata, alat bantu dengar),
perubahan dalam penginderaan, persepsi akan kenyamanan, alat bantu untuk
menurunkan rasa tidak nyaman, tingkat pendidikan, kemampuan membuat
keputusan
9) Pola Persepsi Diri (Konsep Diri)
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri,
ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi : (Harga diri, Ideal diri, Identitas diri,
Gambaran diri).
10 | P i o d e r m a
Integumen
Saat dilakukan pengkajian sistem integumen ditemukan lesi/luka,
perubahan pigmentasi, perubahan tekstur, sering memar, perubahan
2)
3)
factor-faktor
hubungan
social,
keputusan
dan
Neurosensori
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.
Tanda : pembengkakan sendi simetri.
6)
Gastrointestinal
Pada pengkajian sistem gastrointestinal pasien mual /muntah, terjadi
perubahan nafsu makan, konstipasi.
7)
Perkemihan
Pada pemeriksaan fisik sistem perkemihan dikaji frekuensi berkemih,
normalnya 3 4x/hari
8)
Muskuluskeletal
Nyeri persendian (lutut kaki), kekakuan, pembengkakan sendi , kram,
kelemahan otot.
9)
Sisten Endokrin
Terjadi pembengkakan kelejar limfe
11 | P i o d e r m a
2. Diagnosa
a. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
c. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan
kulit dan cara menangani kelainan kulit
12 | P i o d e r m a
3. Intervensi
NO
DX
TUJUAN
INTERVENSI
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
1. Pantau
suhu
RASIONAL
pasien
turun, dengan KH :
suhu tubuh px normal
0
II
dalam
pemberian antipiretik
teraba hangat.
37,50C
diatas
menunjukkan
1. Suhu
proses
infeksius.
2. Membantu
mengurangi
demam
3. Membantu
mengurangi
demam
4. Digunakan
untuk
mengurangi
demam
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
pasien
dapat mempertahankan
integritas kulit, dengan
KH : lesi pada kulit
pasien hilang
kondisi
sekitar
dengan
cara
petunjuk
tentang
mandi
sehari 2 kali.
3. Lindungi kulit
terhadap
kemungkinan maserasi.
4. Beri
III
informasi
sirkulasi.
bisul/luka.
2. Menjaga kebersihan kulit
2. Anjurkan pasien untuk
dan mencegah komplikasi.
menjaga kebersihan kulit
sehat
1. Memberikan
nasehat
kepada
fleksibel
dengan
kulit
dan
untuk
mencegah
dalam
pemberian
obat
topical/sistemik.
13 | P i o d e r m a
dilakukan
asuhan
keperawatan
intensitas
IV
2. Dorong
lebih
ukuran
rileks,
dengan KH : pasien
skala nyeri 0-1, pasien
dapt
komplikasi.
ekspresi, 2. Pernyataan memungkinkan
hilang/terkendali,
nyeri
mengindikasikan
3. Ajarkan
teknik
relaksasi.
pioderma
meningkatkan
mekanisme koping.
3. Memfokuskan
kembali
pehatian,
meningkatkan
relaksasi
dan
mengecil.
aktivitas
pemberian
analgesik
yang
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
diharapkan
gangguan
teratasi,
citra
dengan
V
nyeri
sesuai
indikasi.
1. Kaji adanya gangguan
konsentrasi
diri
KH
Px
mampu
mengembangkan
peningkatan kemauan
untuk
14 | P i o d e r m a
menerima
2. Berikan
untuk
kesempatan
pengungkapan,
dan
menghakimi
tidak
untuk
pengungkapan, dengarkan
dengan cara terbuka dan
tidak menghakimi untuk
mengekspresikan
keadaan
diri,
mengikuti
dan
berpartisipasi
tindakan
turut
dalam
perawatan
mandiri,
melaporkan
perasaan
dalam
pengendalian
situasi,
menguatkan
kembali
sendiri,
mengutarakan
perasaan.
3. Bantu
pasien
cemas
perasaan.
yang
dalam
mengembangkan
kemampuan
menilai
untuk
diri
mengenali
diri
yang
lebih
3. Menetralkan
kecemasan
dan
serta
mengatasi masalah.
4. Dorong pasien untuk
bersosialisasi
dengan
mengekspresikan
pasien
kea
rah
4. Membantu
meningkatkan
dalam
sosialisasi
penerimaan diri.
dan
tekhnik
1. Kaji
tingkat 1. Memberikan
pengetahuan pasien.
meningkatkan
penampilan.
2. Jaga
agar
pasien
mendapat
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
informasi
yang
benar,
memperbaiki kesalahan
informasi.
3. Beri nasehat
data
dasar
dan
merasakan
manfaatnya.
diharapkan kebutuhan
pendidikan
dan
dengan
tentang
pasien
penyakitnya
terpenuhi, dengan KH :
pasien
memiliki
pemahaman
terhadap
fleksibel
lotion.
4. Peragakan
terapi
untukmemperoleh
mengikuti
terapi
seperti
diprogramkan
yang
diprogramkan,
obat
kesempatan
topikal.
pasien
menunjukkan
peningkatan
untuk
menunjukkan
cara
tepat
melakukan
untuk
terapi.
perilaku
hygiene,
pasien
mampu menggunakan
obat
topikal
tepat,
dengan
pasien
memahami pentingnya
nutrisi untuk kesehatan
kulit.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat
sebelumnya.
5. Evaluasi
Hari / Tanggal
No. DX
1
Evaluasi
Panas pasien turun, suhu tubuh pasien
(36,50-37,50C),
normal
pasien
tidak
pioderma mengecil
Gangguan citra diri teratasi, pasien mampu
mengembangkan
peningkatan
untuk
keadaan
menerima
kemauan
diri,
pasien
perawatan
mandiri,
pasien
menguatkan
kembali
dukungan
Paraf
yang
positif
dari
diri
sendiri
pasien
dapat
penampilan.
Kebutuhan pendidikan
pasien
tentang
terhadap
mengikuti
diprogramkan,
perawatan
terapi
pasien
seperti
kulit,
yang
menunjukkan
17 | P i o d e r m a
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda A. 2008.Pioderma Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5. Jakarta: FKUI
Doenges, Marilynn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC
Guyton, Arthur C.2002.Fisiologi Manusia dan mekanisme Penyakit Edisi 3.Jakarta:EGC
Price, SA, Wilson,LM.2006. Patofisiologi Edisi 6 Vol. 2. Jakarta. EGC
18 | P i o d e r m a