Anda di halaman 1dari 18

A.

Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Pioderma adalah penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman (bakteri),
terutama Streptococcus, beta hemolyticus atau Staphylococcus aureus. Kadang juga
disebabkan oleh bakteri gram negative seperi pseudomonas namun itu jarang terjadi
dan efeknya biasanya Iebih parah. Pioderma berasal dari kata pio dan derma. Pio
berarti nanah, dan derma berarti kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah.
Pioderma yang merupakan infeksi bakteri pada kulit ini dapat bersifat superficial
(hanya sebatas di epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai dermis). Pioderma
adalah penyakit kulit yang disebabkan infeksi bakteri pada folikel (akar) rambut di
kulit yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus. Jadi pioderma adalah terminologi
umum untuk penyakit-penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman (bakteri),
terutama Streptococcus beta hemolyticus atau Staphylococcus aureus.
2. Epidemiologi
Dari data distribusi menurut jenis kelamin memperlihatkan perempuan lebih
banyak

menderita

pioderma

dibandingkan

laki-laki,

namun

hasilnya

tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan. Perempuan dengan 56,6% sedangkan


lakilaki dengan 43,4%.

Penelitian retrospektif yang dilakukan di RS Sanglah

Denpasar periode januari 2006 sampai Desember 2008 didapatkan penderita laki-laki
lebih lebih banyak daripada perempuan dengan perbandingan yang juga tidak
signifikan, yaitu laki-laki 56,6 % dan perempuan 43,4 %. Dapat dilihat bahwa infeksi
pioderma dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan. Di bagian Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, insidennya menduduki
tempat ketiga, dan berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi.
3. Etiologi
Penyebab yang utama ialah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus B
hemolitikus. Penyebab pioderma adalah infeksi bakteri pada folikel (akar) rambut di
kulit, yang disebabkan oleh bakteri misalnya Staphylococcus aureus yang merupakan
sel-sel berbentuk bola atau coccus Gram positif yang berpasangan berempat dan
berkelompok. Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase positif, ini yang
membedakannya dari spesies lain, dan merupakan patogen utama bagi manusia. Pada
Staphylococcus koagulase negatif merupakan flora normal manusia. Staphylococcus
menghasilkan katalase yang membedakannya dengan streptococcus.
4. Faktor Predisposisi
a. Higiene yang Buruk
1 | Pioderma

Seseorang dengan higiene yang buruk. Kulit yang kotor banyak mengandung
bakteri yang didapat di luar, wajah yang jarang dicuci dapat menjadi tempat
kolonisasi bakteri. Bila jumlah koloni bakteri telah mencukupi, bakteri dapat saja
masuk dan menginfeksi kulit itu mengapa kita harus rajin membersihkan wajah.
tentu dengan sabun yang tepat
b. Daya Tahan Tubuh yang Lemah
Seseorang dengan daya tahan tubuh yang lemah. Semua infeksi akan dilawan
dengan sistem imun tubuh, namun bila imun tubuh kita lemah maka infeksi akan
merajalela, itu mengapa pada orang dengan imun yang lemah seperti pada orang
HIV AIDS, malnutrisi, terkena penyakit kronik, kanker, diabetes melitus, akan
lebih mudah terserang infeksi kulit.
c. Penyakit Lain di Kulit
Seseorang dengan penyakit lain di kulit. Penyakit kulit lain dapat mengganggu
fungsi proteksi dari kulit, sehingga seseorang yang sedang memiliki sakit kuliy
rentan untuk terserang penyakit kulit lainnya.
d. Luka pada Kulit
Seseorang dengan luka pada kulit. Sekecil apapun luka dapat menjadi celah jalan
masuk kuman.
5. Klasifikasi
a. Impetigo
Impetigo merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh stafilokokus aurea atau
kadang-kadang oleh streptokokus dan hanya terjadi pada lapisan kulit dermis.
Biasanya tak disertai gejala konstitusi (gejala infeksi pada tubuh manusia seperti
demam, nyeri, lesu,dan lainnya). Pada kulit penderita terlihat lepuh dan gelembung
yang berisi cairan. Penyakit ini mudah menular pada anak lain atau dirinya sendiri.
Impetigo ada 2, yaitu :
1) Impetigo krustosa/kontagiosa (istilah awamnya, cacar madu) merupakan
kelainan yang terjadi di sekitar lubang hidung dan mulut. Ciri-cirinya, yaitu
kemerahan kulit dan lepuh yang cepat memecah sehingga meninggalkan
keropeng tebal warna kuning serupa madu. Bila keropeng dilepaskan, terlihat
luka lecet di bawahnya. Pengobatanna meliputi; obat topikal : salep antibiotik
eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat sistemik : Klosasilin (50
mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.
2) Impetigo bulosa/vesiko bulosa (cacar monyet atau cacar api) yang sering
terjadi di ketiak, dada, dan punggung. Ciri-cirinya yaitu kemerahan di kulit dan
gelembung-gelembung (seperti kulit yang tersundut rokok hingga dikenal
dengan cacar api), berisi nanah yang mudah pecah. Cacar api sangat mudah
2 | Pioderma

menular dan berpindah dari satu bagian kulit ke bagian lain. Jika terjadi pada
bayi baru lahir, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
kelainan ini dapat disertai demam dan menimbulkan infeksi serius.
pengobatannya meliputi; obat topikal : bula diaspirasi, lalu diberi salep
antibiotik eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat sistemik: Klosasilin
(50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan
b. Folikuitis
Folikuitis adalah infeksi yang mengenai satu folikel rambut. Ciri-cirinya berupa
bintil padat atau bintil bernanah yang kemerahan dengan rambut di tengahnya.
Biasanya sering ditemukan pada tungkai bawah. Pengobatannya meliputi: obat
topikal: salep antibiotik eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat
sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg
sebelum makan.
c. Furunkel
Furunkel adalah radang pada folikel yang meluas ke jaringan di sekitar folikel
rambut. Ciri-cirinya, yaitu di kulit akan terlihat benjolan kemerahan dengan mata
di bagian tengah yang dapat melunak menjadi abses. Kelainan terutama terjadi di
daerah yang sering mengalami gesekan dan banyak berkeringat seperti ketiak,
bokong, leher, dada, dan paha. Biasanya terdapat keluhan rasa nyeri, apalagi bila
kelainan terjadi di dasar yang keras misalnya di hidung atau liang telinga luar.
Pengobatan yang diberikan sama dengan pengobatan pada folikuitis.
d. Karbunkel
Karbunkel merupakan kumpulan Furunkel. Ini biasanya disebabkan oleh
Stapyhlococcus aureus, keluhan biasanya nyeri.
e. Erisipelas
Erispelas adalah infeksi pada kulit yang umumnya didahului oleh luka atau trauma,
baik nyata maupun mikroskopis. Pada bayi umumnya terjadi di pusar. Ciri-cirinya,
yaitu di kulit terlihat kemerahan berbatas tegas, disertai gejala berupa demam dan
kelesuan. Pengobatan dapt dilakukan dengan; obat topikal: tungkai di
elevasi, kompres dengan antiseptik topikal, PK dengan konsentrasi 1: 10000
(larutkan dalam air sampai warnanya pink),

obat sistemik: Klosasilin (50

mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.


f. Selulitis
Selulitis merupakan kelanjutan erisipelas. Bedanya, pada selulitis radang meluas
sampai ke jaringan di bawah kulit. Pengobatan sama dengan obat erisipelas.
g. Flegmon
3 | Pioderma

Flegmon merupakan selulitis yang mengalami supurasi. Terapinya sama dengan


selulitis hanya ditambah insisi.
h. Ektima
Ektima ialah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya disebabkan infeksi oleh
Streptococcus. Ciri-cirinya adalah krusta tebal bewarna kuning, di tungkai bawah.
Pengobatan dapat dilakukan dengan; obat topikal : kompres ulkus dengan kalikus
permanganas (PK) dengan konsentrasi 1:5000 (larutkan dalam air sampai
warnanya ungu), dapat ditambahkan antibiotik topikal eritromisin 1% atau
mupirosin 2% 3x sehari, obat sistemik : Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam
4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.
i. Pionika
Radang disekitar kuku oleh piokokus, disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan
streptococcus B hemolyticus, biasanya didahului dengan trauma atau infeksi.
Pengobatan dapat dilakukan dengan; obat topikal: kompres dengan antiseptik
topikal, PK dnegan konsentrasi 1: 10000 (larutkan dalam air sampai warnanya
pink), obat sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250500 mg sebelum makan, bila terjadi abses subungual kuku.

j. Abses multiple kelenjar keringat


Merupakan infeksi di kelenjar keringat. Faktor predisposisinya yaitu daya tahan
tubuh yang menurun dan banyak berkeringat. Kelainan ditandai benjolan seperti
kubah di daerah yang banyak berkeringat seperti dada, punggung atas, kepala
bagian belakang, bokong, dan lainnya, banyak terjadi pada anak. Pengobatan dapat
diberikan dengan; obat sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4
dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.
k. Staphylococcal scalded skin syndrome
Merupakan infeksi kulit oleh staphylococcus aureus galur tertentu dengan ciri yang
khas berupa epidermolisis. Pada umumnya terdapat demam tinggi disertai infeksi
di saluran napas bagian atas. Kelainan kulit awalnya berupa eritema yang timbul
mendadak pada muka, leher, ketiak, telapak tangan dan kaki serta lipat paha,
kemudian menyeluruh dalam waktu 24-48 jam. Pengobatan dapat dilakukan
dengan obat: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg
sebelum makan
6. Patofisiologi
4 | Pioderma

Banyak hal yang mempengaruhi seseorang sampai terjadinya pioderma antara lain
faktor host, agent, dan lingkungan seperti yang telah dipaparkan diatas dimana adanya
ketidakseimbangan antara ketiga faktor tersebut. Staphylococcus mengandung
polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang merupakan substansi penting di
dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang
mengandung subunit-subunit yang terangkai, merupakan eksoskeleton kaku pada
dinding sel. Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau lisozim. Hal ini
merupakan penting dalam potogenitas infeksi : zat ini menyebabkan monosit membuat
interleukin-1 (pirogen endogen) dan antibodi opsonik, dan zat ini juga menjadi zat
kimia penarik (kemotraktan) untuk leukosit polimorfonuklear, mempunyai aktifitas
mirip endotoksin, mengaktifkan komplement.
Patologi prototipe lesi staphylococcus adalah furunkel atau abses setempat lainnya.
Kelompok-kelompok S. aureus yang tinggal dalam folikel rambut menimbulkan
nekrosis jaringan. Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin disekitar lesi dan
didalam saluran getah bening, mengakibatkan pembentukan dinding yang membatasi
proses dan diperkuat oleh penumpukan sel radang dan kemudian jaringan fibrosis. Di
tengah-tengah lesi, terjadi pencairan jaringan nekrotik (dibantu oleh hipersensitivitas
tipe lambat) dan abses mengarah pada daerah yang daya tahannya paling kecil, setelah
jaringan nekrotik mengalir keluar, rongga secara perlahan-lahan diisi dengan jaringan
granulasi dan akhirnya sembuh.
Bakteri masuk ke dalam folikel rambut sehingga menimbulkan folikulitis dan
perifolikulitis, tampak sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri. Pada keadaan yang
berat dapat disertai gejala demam, malaise, dll. Setelah 2-4 hari terjadi proses supurasi
dan terbentuk abses ini dapat diketahui dengan adanya fluktuasi. Pada bagian tengah
lesi terdapat bintik kekuningan yang merupakan jaringan nekrotik, dan disebut mata
bisul (core). Bila abses pecah inti jaringan nekrotik tersebut akan keluar. Perawatan
khusus ialah pada furunkel maligna yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga
yang dibatasi oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas
ke dalam intra kranial. Masalah lain yaitu bisa terjadi penyebaran bakteri yang lebih
dalam atau lebih luas sehingga bisa juga terjadi selulitis atau bakterimia. Dan apabila
higinis penderita jelek atau menderita diebetes militus, furunkel menjadi sering
kambuh. Predileksi penyakit ini biasanya pada daerah yang berambut misalnya pada
wajah, punggung, kepala, ketiak, bokong dan ekstrimitas, dan terutama pada daerah
yang banyak bergesekan.
5 | Pioderma

7. Pathways (Terlampir)
8. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada fase ringan/biasa:
a. Ada benjolan merah di kulit, membesar dan menjadi bernanah setelah beberapa
hari dan akan pecah dengan sendirinya.
b. Nyeri yang berdenyut-denyut
Pada keadaan yang berat dapat disertai gejala seperti :
a. Demam
b. Malaise
c. Nyeri
9. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus yang
kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan
penyebabnya bukan stafilokokus melainkan kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi
hanya bersifat menyokong.

10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Pada pengobatan umum kasus pioderma , faktor hygiene perorangan dan
lingkungan harus diperhatikan. untuk pengobatan secara sistemik, ada berbagai
obat yang dapat digunakan, meliputi:
1) Penisilin G prokain dan semisintetiknya
a) Penisilin G prokain,
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin
merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kotakota besar perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini
tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi,
dan semakin sering terjadi syok anafilaktik.
b) Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c) Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah
makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga
konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
d) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
6 | Pioderma

Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin,


flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis
flukloksasilin untuk anak anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 4 dosis.
2) Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena
itu dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk
anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan
klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi
berat, dibagi dalam 3-4 dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping
golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Efek samping yang disebut di
kepustakaan berupa colitis pseudomembranosa, belum pernah ditemukan.
Linkomisin gar tidak dipakai lagi dan diganti dengan klindamisin karena
potensi antibakterialnya lebih besar, efek sampingnya lebih sedikit, pada
pemberian pe oral tidak terlalu dihambat oleh adanya makanan dalam
lambung.
3) Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan
dengan linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering
member rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 305mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.
4) Sefalosporin
Pada pioderma yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan
tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat
untuk kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV. Contohya
sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari
atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
5) Selain obat sistemik, obat-obatan topikal (salep) juga sering diberikan.
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan pioderma.
Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar
kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin,
neomisin, dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatifgram.Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering menyebabkan
sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu
efektif, banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat tersebut
7 | Pioderma

digunakan sebagai salap atau krim. Sebagai obat topical juga kompres terbuka,
contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium
povidon 7,5 % yangndilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya
pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol
mempunyai kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Kompres hangat selama 15 menit satu/dua kali sehari
2) Setelah pecah, jaga bagian tersebut selalu bersih sampai kulit sembuh
3) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk mencegah penularan infeksi
4) Periksa dokter bila gejala tidak berkurang
11. Prognosis
Prognosis penyakit ini biasanya baik, asalkan mendapatkan penanganan yang
adekuat dan faktor penyebab dapat dihilangkan, dan prognosis menjadi kurang baik
bila terjadi komplikasi.
12. Komplikasi
a. Furunkel malignan : yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi
oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam
intra kranial melalui vena facialis dan anguular emissary dan juga pada vena
tersebut tidak mempunyai katup sehingga menyebar ke sinus cavernosus yang
nantinya bisa menjadi meningitis.
b. Selulitis bisa terjadi apabila furunkel menjadi lebih dalam dan meluas.
c. Bakterimia dan hematogen : bakteri berada di dalam darah dapat mengenai katup
jantung, sendi, spine, tulang panjang, organ viseral khususnya ginjal.
d. Furunkel yang berulang, hal ini disebabkan oleh hygiene yang buruk.

8 | Pioderma

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji.Pasien
biasanya akanmengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada
kulit, terdapat luka pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan kondisi
sakitnya, dan mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya.
b. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Adanya keluhan sakit dannyeri , pada kulit , serta perasaan tidak nyaman dalam
beberapa periode atau waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya
perubahan pada kulitnya
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Kesehatan masa lalu pasien biasanya pasien mempunyai riwayat penyakit kulit
pada keluarga, penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit
tanpa pengujian,..Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan.
d. Riawat Alergi
Mengkaji apakah pasien mempunyai riwayat alergi obat, makanan, minuman, dll.
e. Riawayat Penyakit Keturunan
Mengkaji apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien, apakah pasien mempunyai penyakit keturunan / hereditas seperti
hipertensi, diabetes melitus, asma, dan lain-lain.
f. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
1)
Pemeliharaan dan Persepsi Kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan
merokok, mengkonsumsi alkohol, dan apakah pasien mempunyai riwayat
alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
2)
Pola Nutrisi dan Metabolik (Makanan dan Cairan)
Yang dikaji dalam nutrisi yaitu bagaimana nutrisi pada saat sebelum masuk
rumah sakit maupun sesudah masuk rumah sakit. Dalam hal ini yang perlu
dikaji adalah kuantitas dan jenis makanan atau formula yang dikinsumsi setiap
hari (gunakan pencatatan makanan per 24 jam), masalah dengan pemberian
makanan, konsumsi suplemen vitamin, perilaku diet termasuk citra tubuh,
jenis diet, frekuensi pertambahan berat badan, atau tindakan muntah yang
disengaja.
3)
Pola Aktivitas dan Latihan
Pengkajian untuk aktivitas disini adalah kemampuan perawatan diri,
makan/minum, mandi, toileting, berpakian, mobilisasi di tempat tidur,

9 | Pioderma

berpindah, ambulasi ROM. Dimana disini ada skor untuk tiap aktivitas yang
dilakukan yaitu :
0
: mandiri
1
: alat bantu
2
: dibantu orang lain
3
: dibantu orang lain dan alat
4
: tergantung total.
4) Pola Tidur dan Istirahat
Pengkajian pola tidur dan istirahat harus mencakup waktu mulai tidur dan
bangun, kualitas tidur, riwayat tidur siang, keyakinan budaya, penggunaan alat
mempermudah tidur, jadwal istirahat dan relaksasi, gejala dari perubahan pola
tidur, faktor-faktor yang mempengaruhi, misalnya: nyeri.
5) Pola Eliminasi
Yang dikaji adalah kebiasaan BAK dan BAB (frekuensi, jumlah, warna, bau,
nyeri, kemampuan mengontrol air kecil, adanya perubahan-perubahan lain),
kemampuan perawatan diri, penggunaan bantuan untuk ekskresi.
6) Pola Peran dan Hubungan
Mengkaji hubungan pasien dengan keluarga dan orang sekitar baik-baik saja
atau tidak dan dapat berkomunikasi menggunakan bahasa verbal maupun non
verbal.
7) Mekanisme Koping Stress
Penyebab stress belakangan ini, penetapan tingkat stress, gambaran umum dan
spesifik respon stress, strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan
efektifitasnya, perubahan kehidupan dan kehilangan, strategi koping yang
biasa digunakan, penilaian kemampuan pengendalian akan kejadian-kejadian
yang dialami, pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress,
hubungan antara manajemen stress terhadap dinamika keluarga.
8) Pola Kognitif/Konseptual
Menggambarkan penginderaan khusus (penglihatan, pendengaran, rasa,
sentuh, bau), penggunaan alat bantu (seperti: kacamata, alat bantu dengar),
perubahan dalam penginderaan, persepsi akan kenyamanan, alat bantu untuk
menurunkan rasa tidak nyaman, tingkat pendidikan, kemampuan membuat
keputusan
9) Pola Persepsi Diri (Konsep Diri)
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri,
ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi : (Harga diri, Ideal diri, Identitas diri,
Gambaran diri).
10 | P i o d e r m a

10) Pola Seksual dan Reproduksi


Masalah atau problem seksual, gambaran perilaku seksual seperti (perilaku
seksual yang aman), pengetahuan tentang seksualitas dan reproduksi, dampak
pada status kesehatan, riwayat menstruasi dan reproduksi.
11) Nilai dan Kepercayaan
Latar belakang budaya atau etnik status ekonomi, perilaku sehat yang
berkaitan dengan kelompok budaya atau etnik, tujuan kehidupan, apa yang
penting bagi klien dan keluarga, pentingnya agama, dampak masalah
kesehatan pada spiritualitas
g. Pemeriksaan Fisik
1)

Integumen
Saat dilakukan pengkajian sistem integumen ditemukan lesi/luka,
perubahan pigmentasi, perubahan tekstur, sering memar, perubahan

2)

rambut, pemajanan lama.


Pernapasan
Pengkajian pada sistem pernapasan ditemukan keluhan sesak napas,

3)

asma/alergi pernapasan, suara napas vesikuler


Kardiovaskuler
Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten,

sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.


4)
Integritas Ego
Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan,

factor-faktor

hubungan

social,

keputusan

dan

ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri


missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota
tubuh.
5)

Neurosensori
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada

jari tangan.
Tanda : pembengkakan sendi simetri.
6)
Gastrointestinal
Pada pengkajian sistem gastrointestinal pasien mual /muntah, terjadi
perubahan nafsu makan, konstipasi.
7)
Perkemihan
Pada pemeriksaan fisik sistem perkemihan dikaji frekuensi berkemih,
normalnya 3 4x/hari
8)
Muskuluskeletal
Nyeri persendian (lutut kaki), kekakuan, pembengkakan sendi , kram,
kelemahan otot.
9)
Sisten Endokrin
Terjadi pembengkakan kelejar limfe
11 | P i o d e r m a

2. Diagnosa
a. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
c. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan
kulit dan cara menangani kelainan kulit

12 | P i o d e r m a

3. Intervensi
NO

DX

TUJUAN

INTERVENSI

Setelah

dilakukan

asuhan

keperawatan

1. Pantau

suhu

RASIONAL
pasien

(derajat dan pola)


2. Berikan kompres hangat

turun, dengan KH :
suhu tubuh px normal
0

(36,5 -37,5 C), pasien


tidak menggigil, akral
2

II

3. Anjurkan pasien untuk


banyak minum
4. Kolaborasi

dalam

pemberian antipiretik

teraba hangat.

37,50C

diatas

menunjukkan

selama ...x 24 jam


diharapkan panas px

1. Suhu

proses

infeksius.
2. Membantu

mengurangi

demam
3. Membantu

mengurangi

demam
4. Digunakan

untuk

mengurangi

demam

dengan aksi sentralnya


pada hipotalamus

Setelah

dilakukan

asuhan

keperawatan

selama ...x 24 jam


diharapkan

pasien

dapat mempertahankan
integritas kulit, dengan
KH : lesi pada kulit
pasien hilang

1. Kaji/catat ukuran atau


warna, kedalaman luka
dan

kondisi

sekitar

dengan

cara

dasar tentang kebutuhan


dan

petunjuk

tentang

mandi

sehari 2 kali.
3. Lindungi kulit

yang 3. Maserasi pada kulit yang

terhadap

kemungkinan maserasi.
4. Beri
III

informasi

sirkulasi.
bisul/luka.
2. Menjaga kebersihan kulit
2. Anjurkan pasien untuk
dan mencegah komplikasi.
menjaga kebersihan kulit

sehat

1. Memberikan

nasehat

kepada

pasien untuk menjaga


agar kulit tetap lembab
dan

fleksibel

dengan

sehat dapat menyebabkan


pecahnya

kulit

dan

perluasan kelainan primer.


4. Pengolesan cream atau
lotion

untuk

mencegah

agar kulit tidak menjadi


kasar, retak dan bersisik.

pengolesan cream atau


lotion.
5. Kolaborasi

dalam

pemberian

obat

topical/sistemik.
13 | P i o d e r m a

5. Mencegah atau mengontrol


infeksi.

1. Kaji nyeri pasien.


Setelah

dilakukan

asuhan

keperawatan

intensitas

IV

2. Dorong

tidak tampak meringis,


tampak

lebih

ukuran

rileks,

pengungkapan emosi dan


apat

dengan KH : pasien
skala nyeri 0-1, pasien

dapt

komplikasi.
ekspresi, 2. Pernyataan memungkinkan

perasaan tentang nyeri.

hilang/terkendali,

nyeri

mengindikasikan

selama ...x 24 jam


diharapkan nyeri px

1. Perubahan karakter, lokasi,

3. Ajarkan

teknik

relaksasi.

pioderma

meningkatkan

mekanisme koping.
3. Memfokuskan
kembali
pehatian,

meningkatkan

relaksasi

dan

meningkatkan rasa control

mengecil.

yang dapat menurunkan


ketergantungan
farmakologis.
4. Membantu
mengurangi
4. Berikan

aktivitas

terapeutik tepat sesuai


dengan kondisi dan usia
pasien.
5. Kolaborasi

pemberian

analgesik

yang

dialami dan memfokuskan


kembali perhatian.
5. Perubahan metode untuk
penghilangan nyeri .

pada citra diri pasien.

1. Gangguan citra diri akan


menyertai setiap penyakit

Setelah

dilakukan

asuhan

keperawatan

nyata bagi pasien. Kesan

selama ...x 24 jam

seseorang terhadap dirinya

diharapkan

gangguan

sendiri akan berpengaruh

teratasi,

pada konsep diri.


2. Berikan kesempatan untuk

citra
dengan
V

nyeri

sesuai

indikasi.
1. Kaji adanya gangguan

konsentrasi

diri
KH

Px

mampu
mengembangkan
peningkatan kemauan
untuk

14 | P i o d e r m a

menerima

atau keadaan yang tampak

2. Berikan
untuk

kesempatan
pengungkapan,

dengarkan dengan cara


terbuka

dan

menghakimi

tidak
untuk

pengungkapan, dengarkan
dengan cara terbuka dan
tidak menghakimi untuk
mengekspresikan

keadaan

diri,

mengikuti

dan

berpartisipasi
tindakan

turut
dalam

perawatan

mandiri,

melaporkan

perasaan

dalam

pengendalian

situasi,

menguatkan

kembali

dukungan positif dari


diri

sendiri,

mengutarakan

perasaan.
3. Bantu
pasien
cemas

perasaan.
yang
dalam

mengembangkan
kemampuan
menilai

untuk
diri

mengenali

diri

yang

lebih

3. Menetralkan

kecemasan

yang tidak perlu terjadi dan


memulihkan realitas situasi
.

dan
serta

mengatasi masalah.
4. Dorong pasien untuk
bersosialisasi

dengan

orang lain dan Bantu

perhatian terhadap diri


sendiri

mengekspresikan

pasien

kea

rah

4. Membantu
meningkatkan

dalam
sosialisasi

dan penerimaan diri.

penerimaan diri.

sehat, nampak tidak


begitu memprihatinkan
kondisi, menggunakan
tekhnik
menyembunyikan
kekurangan
menekankan
untuk

dan
tekhnik

1. Kaji

tingkat 1. Memberikan

pengetahuan pasien.

meningkatkan

penampilan.

2. Jaga

agar

pasien

mendapat
Setelah

dilakukan

asuhan

keperawatan

selama ...x 24 jam

informasi

yang

benar,

memperbaiki kesalahan
informasi.
3. Beri nasehat

data

dasar

untuk mengetahi tingkat


pemahaman pasien.
2. Pasien memiliki perasaan
ada sesuatu yang mereka
perbuat

dan

merasakan

manfaatnya.

kepada 3. Pioderma memerlukan air

diharapkan kebutuhan

pasien untuk menjaga

agar fleksibelitas kulit tetap

pendidikan

agar kulit tetap lembab

terjaga. Pengolesan cream

dan

dengan

atau lotion untuk mencegah

pengolesan cream atau

agar kulit tidak menjadi

tentang

pasien
penyakitnya

terpenuhi, dengan KH :
pasien

memiliki

pemahaman

terhadap

perawatan kulit, pasien


15 | P i o d e r m a

fleksibel

lotion.
4. Peragakan
terapi

kasar, retak dan bersisik.


penerapan 4. Memungkinkan
pasien
yang

untukmemperoleh

mengikuti

terapi

seperti

diprogramkan

yang

diprogramkan,

obat

kesempatan

topikal.

pasien

menunjukkan
peningkatan

untuk

menunjukkan

cara

tepat

melakukan

untuk

terapi.
perilaku

hygiene,

pasien

mampu menggunakan
obat

topikal

tepat,

dengan
pasien

memahami pentingnya
nutrisi untuk kesehatan
kulit.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat
sebelumnya.
5. Evaluasi
Hari / Tanggal

No. DX
1

Evaluasi
Panas pasien turun, suhu tubuh pasien
(36,50-37,50C),

normal

pasien

tidak

menggigil, akral pasien teraba hangat.


Pasien dapat mempertahankan integritas

kulit, lesi, bula pada kulit pasien hilang


Nyeri pasien hilang atau terkendali, pasien
tidak tampak meringis, skala nyeri 0-1,
pasien tampak lebih rileks dan ukuran

pioderma mengecil
Gangguan citra diri teratasi, pasien mampu
mengembangkan

peningkatan

untuk

keadaan

menerima

kemauan

diri,

pasien

mengikuti dan turut berpartisipasi dalam


tindakan

perawatan

mandiri,

pasien

melaporkan perasaan dalam pengendalian


situasi,
16 | P i o d e r m a

menguatkan

kembali

dukungan

Paraf

yang

positif

dari

diri

sendiri

pasien

dapat

mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri


yang lebih sehat, pasien dapat menggunakan
tekhnik menyembunyikan kekurangan dan
menekankan tekhnik untuk meningkatkan
5

penampilan.
Kebutuhan pendidikan

pasien

tentang

penyakitnya terpenuhi, pasien memiliki


pemahaman
pasien

terhadap

mengikuti

diprogramkan,

perawatan

terapi
pasien

seperti

kulit,
yang

menunjukkan

peningkatan perilaku hygiene dan pasien


mampu menggunakan obat topikal dengan
tepat.

17 | P i o d e r m a

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda A. 2008.Pioderma Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5. Jakarta: FKUI
Doenges, Marilynn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC
Guyton, Arthur C.2002.Fisiologi Manusia dan mekanisme Penyakit Edisi 3.Jakarta:EGC
Price, SA, Wilson,LM.2006. Patofisiologi Edisi 6 Vol. 2. Jakarta. EGC

18 | P i o d e r m a

Anda mungkin juga menyukai