PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
berbagai bentuk dan jenisnya, masih kerap dijumpai, terutama pada anak-anak.
ini berhubungan erat dengan keadaan social ekonomi. Tidak ada ras tertentu yang
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Etiologi
Sebenarnya infeksi kulit dapat pula disebabkan oleh kuman negative-Gram, misalnya
C. Epidemiologi
Pioderma merupakan penyakit yang paling sering dijumpai. Penyakit ini berhubungan
erat dengan keadaan social ekonomi. Tidak ada ras tertentu yang cenderung terkena
pioderma. Pioderma dapat menyerang laki-laki maupun perempuan pada semua usia.
D. Faktor Predisposisi
Menurunnya daya tahan tubuh, biasanya karena kelelahan, anemia, atau penyakit-
Telah ada penyakit lain di kulit, hal ini dapat merangsang terjadinya pioderma
2
tersebut, hal itu juga terjadi karena fungsi kulit sebagai pelindung yang terganggu
oleh penyakit. Karena terjadi kerusakan di epidermis, maka fungsi kulit sebagai
E. Klasifikasi
Pioderma Primer
Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu, penyebabnya
Pioderma Sekunder
Pada kulit telah ada penyakit kulit yang lain. Gambaran klinisnya tak khas dan
mengikuti penyakit yang telah ada. Jika penyakit kulit disertai pioderma sekunder
impetigenisata. Tanda impetigenisata ialah jika terdapat pus, kustul, bula purulen,
F. Pengobatan Umum
Sistemik
- Penisilin G prokain, dosisnya 1,2 juta/hari i.m, obat ini sudah tidak dipakai
syok anafilaktik
3
- Golongan obat penisilin resisten-penisillinase, contohnya adalah oksasillin,
karenanya dosisnya lebih kecil yaitu 4×150 mg/hari/os, pada infeksi berat
efek sampingnya lebih sedikit dan tidak terlalu terhambat oleh adanya
c. Eritromisin
d. Sefalosporin
Bila terjadi pioderma berat yang dengat obat diatas tidak menunjukan hasil
kuman gram positif yaitu generasi I juga generasi IV. Contohnya adalah
mg/hari
Topikal
4
kloramfenikol sebenarnya tidak terlalu efektif namun sering dipakai karenanya
Selain itu juga baik agar diberikan kompres terbuka contohnya, larutan
permanganas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1 o/oo dan yodium povidon 7,5 %
G. Pemeriksaan
Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus yang kronis
dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya
bukan stafilokokus melainkan kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi hanya bersifat
menyokong, invivo tidak selalu sesuai dengan in vitro. Terdapat leukositosis pada
pemeriksaan lab. Pada kasus yang sulit sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi.
Ada kemungkinan penyebabnya buka kedua bakteri penyebab pioderma yang sering
terjadi.
H. Bentuk Pioderma
1. IMPETIGO
a. Impetigo krustosa
5
karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut. Kelainan kulit berupa
eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita dating
berobat yang terlihat ialah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika
disebabkan oleh sero tipe tertentu. Penyakit ini harus dibedakan dari
Terapi antibiotik yang disarankan jika lesi banyak dan disertai gejala
b. Impetigo bulosa
Terdapat pada anak dan orang dewasa. Kelainan kulit berupa eritema, bula
6
vesikel/bula, dipecahkan lalu diberi salap antibiotic atau cairan antiseptic.
Kalau banyak diberi pula antibiotic sitemik. Faktor predisposisi dicari, jika
sensitive.
c. Impetigo neonatorum
congenital. Pada penyakit ini bula juga terdapat ditelapak tangan dan kaki,
terdapat pula snuffle nose, saddle nose, dan pseudo paralisis parrot.
salisil 2%.
2. FOLIKULITIS
aureus.
7
Gejala klinis : Tempat predileksi di tungkai bawah. Kelainan berupa paul atau
Terapi antibiotik yang disarankan ialah antibiotic sistemik jika luas : eritromisi 3x250
3. FURUNKEL/KARBUNKEL
Furunkel ialah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih dari sebuah
oleh Staphylococcus aureus. Keluhan yang muncul adalah nyeri, dengan kelainan
melunak menjadi abses berisi pus dan jaringan nekrotik lalu memecah membentuk
fistel. Predileksi adalah tempat yang banyak friksi, misalnya aksila dan bokong.
Pengobatan jika hanya sedikit furunkel, cukup dengan antibiotic topical, jika
banyak perlu gabungan dengan antibiotic sistemik. Jika terjadi furunkulosis atau
8
Terapi antibiotik untuk furunkel yang disarankan adalah antibiotic sistemik :
eritromisin 4 x 250 mg atau penisilin , jika lesi matang, lakukan insisi dan aspirasi dan
selanjutnya dikompres atau diberi salep kloramfenikol 2%. Sedangkan antibiotik yang
600.000 IU selama 5 - 10 hari. Antibiotik yang masih sensitif memberi hasil yang
memuaskan seperti sefalosporin atau golongan kuinolon. Basitrasin topikal juga efektif
4. EKTIMA
krusta tebal berwarna kuning berlokasi di tungkai bawah, yaitu tempat yang
relative banyak trauma. Jika krusta diangkat ternyata lekat dan tampak ulkus yang
krustosa sering terjadi pada anak dan berlokasi di muka dan dasarnya adalah erosi,
ektima terjadi pada anak maupun dewasa tempat predileksi tungkai bawah dan
dasarnya adalah ulkus. Pengobatan yang dipakai adalah krusta diangkat dan
9
5. PIONIKA
didahului trauma, mulai infeksi pada lipatan kuku, terlihat tanda-tanda radang dan
6. ERISIPELAS
B hemolyticus. Gejala klinis, demam, malaise. Lapisan kulit yang diserang ialah
bawah. kelainan yang utama adalah eritema merah cerah, berbatas tegas, dan
pinggirnya meninggi dengan tanda radang akut. Dapat disertai edem, vesikel dan
bula. Terdapat leukosistosis. Jika sering residif ditempat yang sama dapat terjadi
elephantiasis.
subkutan. Pengobatan terutama adalah istirahat, tungkai bawah dan kaki yang
diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptic. Jika terjadi edem diberikan
diuretic. Terapi antibiotik yang diberikan adalah penisilin 0,6 - 1,5 mega unit
baik.3
10
7. SELULITIS
laboratorium, dan terapi sama dengan erysipelas. Kelainan kulit berupa infiltrate
diberikan intra vena, sedangkan flucloxacilin 500 mg qds apabila ingin diberikan
terapi peroral. Terapi ini diberikan selama 5-7 hari. Pada kondisi yang berat dapat
terhadap penicillin atau suspect MRSA dapat diberikan vancomycin intra vena
atau doxycycline 200 mg per oral pada hari pertamaa lalu dilanjutkan dengan 100
mg per oral.
8. FLEGMON
Selulitis yang mengalami supurasi. Terapi sama dengan selulitis hanya saja
9. ULKUS PIOGENIK
diatasnya. Dibedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman gram
11
10. ABSES MULTIPEL KELENJAR KERINGAT
keringat berupa abses multiple tak nyeri berbentuk kubah. Didapati pada anak
dengan faktor predisposisi berupa daya tahan tubuh yang menurun juga banyak
keringat, sehingga sering bersama denga miliaria. Kelainan berupa nodus eritema,
multiple, tidak nyeri, berbentuk kubah dan lama memecah. Lokasinya di tempat
dan bentuknya seperti kerucut, dengan pustule ditengah dan lebih cepat memecah.
Pengobatan yaitu antibiotic topical dan sistemik dengan tidak lupa memperhatikan
faktor predisposisi.
11. HIDRADENITIS
didahului oleh trauma, dengan gejala konstitusi berupa demam, malaise. Ruam
berupa nodus, dengan kelima tanda radang akut (rubor, dolor, kalor, tumor,
fistel yang disebut hidradenitis supuratif. Pada yang menahun dapat terbentuk
abses, fistel, sinus yang multiple. Terbanyak berlokasi di ketiak, juga di perineum.
pada hidradenitis didahului tanda radang akut dan terdapat gejala konstitusi.
Pengobatan yang digunakan adalah antibiotic sistemik, jika telah terbentuk abses,
diinsisi. Jika belum melunak diberi kompres terbuka, pada kasus yang kronik
residif, kelenjar apokrin dieksisi. Antibiotik di pakai untuk mengatasi stage II dari
12
hidradenitis supurativa. Terapi kombinasi yang disarankan adalah klondamycin
S4 pertama kali oleh Ritter von Rittershain, sehingga sering disebut penyakit
Ritter. S.S.S.S ialah infeksi kulit oleh Staphylococcus aureus tipe tertentu dengan
ciri yang khas ialah terdapatnya epidermolisis. Penyakit ini terutama terdapat pada
anak dibawah 5 tahun, pria lebih banyak dari wanita. Etiologinya ialah
Staphylococcus aureus grup II faga 52, 55 dan/atau faga 71. Sumber infeksi
penyakit ini ialah infeksi pada mata, hidung, tenggorok, dan telinga. Eksotoksin
di seluruh tubuh sampai pada epidermis dan menyebabkan kerusakan. Pada kulit
tidak selalu ditemukan kuman penyebab. Fungsi ginjal yang baik diperlukan untuk
Pada umumnya terdapat demam yang tinggi disertai infeksi disaluran nafas
bagian atas. Kelainan kulit yang pertama timbul adalah eritema, yang timbul
mendadak pada muka, leher, ketiak dan lipat paha, kemudian menyeluruh dalam
waktu 24 jam. Dalam waktu 1-2 hari akan muncul bula-bula berdinding kendur,
tanda nikolsky positif. Dalam 2-3 hari terjadi pengeriputan spontan disertai
Penyembuhan penyakit akan terjadi setelah 10-14 hari tanpa disertai sikatriks.
Meskipun dapat sembuh spontan, dapat pula terjadi komplikasi seperti selulitis,
13
pneumonia dan septicemia. Jika terdapat infeksi ditempat lain maka dapat
dilakukan pemeriksaan bakteriologi. Juga dilihat tipe kuman karena tidak semua
Satphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit ini, hanya tipe tertentu. Pada
kulit tidak ditemukan kuman penyebab karena kerusakan kulit akibat toksin.
utuh tanpa disertai nekrosis sel. Penyakit ini mirip N.E.T (Nekrolisis Epidermal
Toksik, bahkan pada awalnya disebut N.E.T sebelum dilaporkan oleh Ritter).
mulainya kelainan kulit didaerah muka, leher, dan lipat paha, mukosa umumnya
tidak diserang dan angka kematian lebih rendah (meskipun begitu penyakit ini
adalah pioderma penyebab kematian paling mungkin). Kedua penyakit ini sulit
frozen section agar hasilnya cepat diketahui, karena prinsip pengobatan keduanya
epidermal. Perbedaan lain pada N.E.T terdapat nekrosis disekitar celah dan
neonatus, dosisnya 3x50 mg/hari/os. Obat lain yang dapat diberikan ialah
14
Kematian dapat terjadi terutama pada bayi berusia kurang dari 1 tahun dengan
Pilihan obat pada penyakit Stafilokokus Scalded Skin Syndrom adalah derivat
Tetapi jika pasien alergi dengan penisilin dapat diberikan golongan makrolid atau
aminoglikosid. Vancomycin juga dapat menjadi salah satu pilihan apabila pasien
15
BAB III
KESIMPULAN
atau oleh kedua-duanya. Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai. Faktor
Predisposisi adalah higiene yang kurang, lingkungan yang kotor, menurunnya daya tahan
Terapi antibiotic yang diberikan harus sesuai dengan jenis pioderma dan
penyebabnya. Impetigo krustosa diberikan antibiotic sistemik, misalnya penisilin, kloksasilin, atau
sefalosporin. Untuk antibiotik topikal dapat menggunakan polimiksin, neomisin, dan basitrasin.
Impetigo bulosa diberi salep antibiotic (kloramfenikol 2% atau eritromisin 3%). Jika ada demam,
sebaiknya diberi antibiotic sistemik, misalnya penisilin 30-50 mg/kgBB atau antibiotic yang sensitive.
Folikuitis dapat diberikan eritromisi 3x250 mg selama 7 – 14 hari ; atau penisilin 600.000 – 1,5 juta
IU intramuscular selama 7 – 14 hari. Antibiotic topical, isalnya kemicetin 2% ; jika eksudasi kompres
PK 1/5.000.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. dkk. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi VI. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
3. R.S. Siregar. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta : EGC
4. Bambang Suhariyanto. 2011. Antibiotik Topikal untuk Penyakit Kulit pada Wisatawan. Surabaya
5. Guideline for the Empirical Treatment of Infections in Adults. 2013. Diunduh dari
http://www.ruh.nhs.uk/about/policies/documents/clinical_policies/blue_clinical/Blue_796.
7. King, R.W. Staphylococca scalded skin syndrome medication. 2014. Diunduh dari
18