Disusun oleh :
Malvin Owen Hardicar / 1315108
Pembimbing :
dr. Dian Puspitasari, Sp. KK
Pada case based discussion (CBD) kali ini akan dibahas tentang perbedaan
dari impetigo krustosa, impetigo bulosa, dan ektima.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Definsi
Impetigo adalah suatu piodera superfisial yang artinya hanya
mengenai epidermis. Ektima adalah suatu ulkus supersialis dengan
krusta diatasnya disebakan oleh infeksi dari Streptococcus sp.
II. Klasifikasi
Impetigo dibagi menjadi impetigo krustosa, impetigo bulosa,
dan impetigo neonatorum, yang akan lebih ditekankan pada
pembahasan pada saat ini adalah impetigo krustosan dan impetigo
bulosa.
III. Epidemiologi
Penyakit piderma seperti impetigo dan ektima paling sering
terjadi pada penduduk dengan sosioekonomi yang rendah, cakupan
pelayan kesehatan yang kurang memadai, pada daerah yang higienenya
kurang serta pada penduduk yang tidak mendapatkan edukasi yang
memadai tentang kesehatan.
IV. Etiologi
Penyebab dari penyakit piderma paling sering oleh
Streptococcus sp dan Staphylococcus sp. Pada impetigo krustosa dan
ektima penyebabnya adalah Streptococcus B hemolyticus, pada
impetigo bulosa penyebabnya adalah Staphylococcus aureus. Faktor
predisposisi juga berperan penting seperti higiene yang kurang, faktor
proteksi dari kulit yang menurun, daya tahan tubuh yang kurang baik,
gizi buruk, dan akibat adanya penyakit kulit lain yang dapat
mengakibatkan infeksi sekunder.
V. Gejala Klinik dan diagnosis banding
VI. Penatalaksanaan
Pengobatan untuk impetigo krustosa dimulai dari pembersihan
krusta pada daerah muka, kemudian diberika salep antibiotik,
ditambahkan juga antibiotik sistemik. Pengobatan untuk impetigo
bulosa adalah pemecahan vesikel atau bula (bila jumlahnya hanya
sedikit) kemudian diberikan salep antibiotik atau cairan antiseptik, bila
banyak diberikan antibiotik sistemik. Pengobatan untuk ektima
pertama krusta diangkat bila jumlahnya sedikit, kemudiandiolesi
dengan salep antibiotik, kalau jumlahnya banyak diberikan antibiotik
sistemik. Pemilihan antibiotik topikal pada penyakit pioderma antara
lain: mupirocin 2% dalam sediaan cream, ointment, dan salep dipakai
3 kali per hari, asam fusidat 2% dalam sediaan cream dan salep dipakai
3 kali sehari, dan gentamycin 0,1% dalam sediaan cream atau salep
dipakai 3 kali sehari. Untuk pemberian obat antibiotik sistemik
dianjurkan menggunakan cefadroxil sediaan tablet 500 mg, syrup 125
mg/5ml dalam botol 60 ml atau forte 250 mg/5ml. Dosis dewasa 500
mg 2 kali sehari, untuk dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dua
dosis. Antibiotik lain seperti amoksisilin dan clindamycin dapat
diberikan bila pengobatan dengan cefadroxil tidak memberikan hasil.
Penambahan anti histamin untuk mencegah gatal dapat diberikan, tidak
dianjurkan untuk anak dibawah 1 tahun. Pemberian anti histamin bisa
dengan CTM dosis dewasa 4 mg sehari tiga kali, loratadine dosis
dewasa 10 mg sehari satu kali, dan cetirizine dengan dosis dewasa 10
mg satu kali sehari, untuk anak dapat diberikan dosis 1-6 tahun ¼
dosisi dewasa, 6-12 tahun diberikan ½ dosis dewasa
VII. Prognosis
Prognosis untuk ketiga penyakit ini biasanya baik bila
penanganan penyakit dilakukan dengan benar, higiene tubuh
diperbaiki, agar tidak terjadi infeksi ulang, dan perbaikan status gizi
agar imunitas tubuh meingkat sehingga tidak terjadi rekurensi.
BAB III
KESIMPULAN