Anda di halaman 1dari 9

CASE BASED DISCUSSION (CBD)

Perbedaan antara Impetigo Krustosa,


Impetigo Bulosa, dan Ektima

Disusun oleh :
Malvin Owen Hardicar / 1315108

Pembimbing :
dr. Dian Puspitasari, Sp. KK

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Immanuel
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
Bandung
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Impetigo merupakan salah satu golongan dari penyakit pioderma,


masuk dalam pioderma superfisialis. Pioderma sendiri adalah penyakit yang
sangat sering terjadi di dalam masyarakat akibat dari pengaruh sosial, budaya, dan
faktor ekonomi dari pasien tersebut. Penyakit golongan pioderma seperti golongan
impetigo disebabkan oleh bakteri Streptococcus sp dan bakteri Staphylococcus sp.
Faktor-faktor ynag dapat menyebabkan seseorang untuk terkena penyakit
golongan pioderma ini adalah faktor: higiene yang kurang, menurunnya daya
tahan gizi, anemia, penyakit kronik, neoplasma ganas, diabetes melitus, terjadinya
gangguan dari fungsi proteksi kulit sehingga akan mempermudah terjadinya
infeksi.

Pengobatan umum untuk penyakit golongan piderma menyangkut


pengobatan sistemik dan pengobatan secara topikal. Pengobatan secara sitemik
dapat diberikan seperti contoh golongan penisislin dan semi sintetiknya seperti:
penisilin G prokain, ampisilinn, amoksisilin, dan kloksasilin yang termsuk
golongan penisislin resisten-penisilinase. Golongan lain seperti linkomisin dan
clindamycin sedikit lebih baik dai golongan penisilin. Obat-obat lain seperti
eritromycin, sefalosporin dapat menjadi pilihan, dapat pula diberikan obat topikal
tetapi harus dilakukan pengawasan dan edukasi yang baik pada pasien agar
tidakterjadi resistensi, dapat pula dengan pengompresan terbuka dengan larutan
permanganas kalikulus dan lainnya.

Pada case based discussion (CBD) kali ini akan dibahas tentang perbedaan
dari impetigo krustosa, impetigo bulosa, dan ektima.
BAB II
PEMBAHASAN

I. Definsi
Impetigo adalah suatu piodera superfisial yang artinya hanya
mengenai epidermis. Ektima adalah suatu ulkus supersialis dengan
krusta diatasnya disebakan oleh infeksi dari Streptococcus sp.

II. Klasifikasi
Impetigo dibagi menjadi impetigo krustosa, impetigo bulosa,
dan impetigo neonatorum, yang akan lebih ditekankan pada
pembahasan pada saat ini adalah impetigo krustosan dan impetigo
bulosa.

III. Epidemiologi
Penyakit piderma seperti impetigo dan ektima paling sering
terjadi pada penduduk dengan sosioekonomi yang rendah, cakupan
pelayan kesehatan yang kurang memadai, pada daerah yang higienenya
kurang serta pada penduduk yang tidak mendapatkan edukasi yang
memadai tentang kesehatan.

IV. Etiologi
Penyebab dari penyakit piderma paling sering oleh
Streptococcus sp dan Staphylococcus sp. Pada impetigo krustosa dan
ektima penyebabnya adalah Streptococcus B hemolyticus, pada
impetigo bulosa penyebabnya adalah Staphylococcus aureus. Faktor
predisposisi juga berperan penting seperti higiene yang kurang, faktor
proteksi dari kulit yang menurun, daya tahan tubuh yang kurang baik,
gizi buruk, dan akibat adanya penyakit kulit lain yang dapat
mengakibatkan infeksi sekunder.
V. Gejala Klinik dan diagnosis banding

1. Impetigo Krustosa (Impetigo kontagiosa, impetigo vulgaris,


impetigo tillburry fox)

Jarang ditemukan gejala umum, yang khas hanya terjadi pada


anak-anak. Tempat predileksi di wajah yakni di sekitar lubang
hidung dan mulut karena sumber infeksi dari daerah tersebut.
Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah
sehingga jika penderita datang berobat yang terlihat adalag krusta
tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tampak erosi
perifer dan sembuh di bagian tengah. Komplikasi yang dapat
terjadi tapi jarang adalah glomerulonefritis yang disebabkan oleh
serotipe tertentu. Diagnosis banding untuk kasus ini adalah ektima.

Gambar 2.1 Impetigo Krustosa


2. Impetigo Bulosa (Impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet)

Keadaan umum penderita tidak dipengaruhi, tepat predileksi


adalah aksila, dada, punggung. Sering bersama-sama milaria. Terdapat
pada anak dan orang dewasa. Kelainan kulit berupa eritema, bula, dan
bula hipoprion. Kadang-kadang waktu penderita datang berobat
vesikel atau bula telah pecah sehingga hanya koleret dan dasarnya
masih eritematosa. Diagnosisbanding untuk kasus ini adalah
dermatofitosis.

Gambar 2.2 Impetigo bulosa


3. Ektima

Ektima muncul sebagai krusta tebal berwarna kuning,


biasanya berlokasi di tungkai bawah, yaitu tempat yang relatif
banyak mendapatkan trauma. Jika krusta diangkat ternyata lengket
dan terdapat ulkus yang dangkal. Diagnosis bandingnya adalah
impetigo krustosa.

Gambar 2.3 Ektima

VI. Penatalaksanaan
Pengobatan untuk impetigo krustosa dimulai dari pembersihan
krusta pada daerah muka, kemudian diberika salep antibiotik,
ditambahkan juga antibiotik sistemik. Pengobatan untuk impetigo
bulosa adalah pemecahan vesikel atau bula (bila jumlahnya hanya
sedikit) kemudian diberikan salep antibiotik atau cairan antiseptik, bila
banyak diberikan antibiotik sistemik. Pengobatan untuk ektima
pertama krusta diangkat bila jumlahnya sedikit, kemudiandiolesi
dengan salep antibiotik, kalau jumlahnya banyak diberikan antibiotik
sistemik. Pemilihan antibiotik topikal pada penyakit pioderma antara
lain: mupirocin 2% dalam sediaan cream, ointment, dan salep dipakai
3 kali per hari, asam fusidat 2% dalam sediaan cream dan salep dipakai
3 kali sehari, dan gentamycin 0,1% dalam sediaan cream atau salep
dipakai 3 kali sehari. Untuk pemberian obat antibiotik sistemik
dianjurkan menggunakan cefadroxil sediaan tablet 500 mg, syrup 125
mg/5ml dalam botol 60 ml atau forte 250 mg/5ml. Dosis dewasa 500
mg 2 kali sehari, untuk dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dua
dosis. Antibiotik lain seperti amoksisilin dan clindamycin dapat
diberikan bila pengobatan dengan cefadroxil tidak memberikan hasil.
Penambahan anti histamin untuk mencegah gatal dapat diberikan, tidak
dianjurkan untuk anak dibawah 1 tahun. Pemberian anti histamin bisa
dengan CTM dosis dewasa 4 mg sehari tiga kali, loratadine dosis
dewasa 10 mg sehari satu kali, dan cetirizine dengan dosis dewasa 10
mg satu kali sehari, untuk anak dapat diberikan dosis 1-6 tahun ¼
dosisi dewasa, 6-12 tahun diberikan ½ dosis dewasa

VII. Prognosis
Prognosis untuk ketiga penyakit ini biasanya baik bila
penanganan penyakit dilakukan dengan benar, higiene tubuh
diperbaiki, agar tidak terjadi infeksi ulang, dan perbaikan status gizi
agar imunitas tubuh meingkat sehingga tidak terjadi rekurensi.
BAB III
KESIMPULAN

Impetigo dan Ektima termasuk dalam penyakit pioderma yang


mengenai kulit akibat faktor proteksi kulit yang berkurang, status gizi pasien yang
kurang baik berakibat pada sistem imun yang menurun, higiene yang buruk yang
mengakibatkan meningkatnya infeksi kuman. Penyakit piderma baik impetigo dan
ektima banyak mengenai masyarakat dengan sosiso-ekonomi yang rendah.
Pioderma disebabkan oleh bakteri, bakteri yang sering menyebabkan penyakit
pioderma adalah Streptococcus sp dan Staphylococcus sp. Pengobatan untuk
penyakit golongan pioderma seperti impetigo dan ektima terdapat kombinasi antar
kompres, pembersihan krusta dan skuama serta permberian antibiotik topikal, oral
ataupun keduanya. Impetigo Krustosa khas mengenai anak-anak di daerah sekitar
mulut dengan krusta tebal kekuningan seperti madu bila diangkat terdapat erosi
yang disebabkan oleh Streptococcus B hemolyticus. Impetigo bulosa biasanya
datang berobat dengan keadaan vesikel atau bula sudah pecah, sehingga
meninggalkan bekas dan berwarna merah yang disebabkan oleh Staphylococcus
aureus. Pada ektima biasadapat mengenai orang tua dan anak-anak, lokasi
biasanya pada tungkai bawah dengan gejala krusta tebal yang bila diangkat
terlihat ulkus dangkal yang disebabkan oleh Streptococcus B hemolyticus. Prinsip
pengobatan pada ketiga penyakit diatas sama yaitu pengangkatan krusta
pemberian antibiotik topikal dapat bersamaan atau terpisah dengan antibiotik oral.
DAFTAR PUSTAKA

1. Boediardja SA, Handoko RP.Skabies. In: Menaldi SLSW, Bramono K,


....................dan Indiatmi W, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th
.....................ed. Indonesia: Fakultas Kedokteran Universitas
...........Indonesia; 2015.p. 137-140.
2. Goldsmith, L. A., Katz, S. I., Gilchrest, B. A., Paller, A. A., Wolff, K., &
....................Leffell, D. J. (2008). Fitzpatrick's: Dermatology in General
...................Medicine. USA: The McGraw Hill Companies

Anda mungkin juga menyukai