IMPETIGO
OLEH :
PEMBIMBING :
Stambuk : K1B122144
Telah menyelsaikan tugas Referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan
Mengetahui
Pembimbing
A. PENDAHULUAN
menular pada daerah superfisial yaitu hanya pada bagian epidermis kulit, yang
tersundut rokok/api. Di bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, penyakit ini
merupakan salah satu contoh pioderma yang sering dijumpai. Terdapat dua jenis
impetigo yaitu impetigo bulosa atau impetigo vesikobulosa yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus dan nonbulosa atau impetigo krustosa yang disebabkan oleh
Penyakit ini dapat berasal dari proses primer karena memang terjadi kerusakan
pada kulit yang intak (utuh) atau terjadi karena proses infeksi sekunder yang
dengan sisanya dari S. pyogenes atau kombinasi dari kedua organisme ini.9
B. DEFINISI
Impetigo termasuk salah satu pioderma superfisial, yang terdiri dari 2 tipe,
merupakan infeksi bakteri lokal di lapisan epidermis kulit dengan manifestasi utama
berupa bula. Impetigo nonbulosa atau impetigo kontagiosa atau impetigo krustosa
merupakan infeksi bakteri lokal di lapisan epidermis kulit dengan gambaran klinis
vesikel atau pustula yang cepat pecah menjadi krusta berwarna kuning seperti madu
C. EPIDEMIOLOGI
Impetigo lebih sering terjadi pada bayi baru lahir dan bayi kurang dari 1 tahun,
tetapi juga dapat mengenai anak-anak. Impetigo bulosa terutama terjadi pada bayi
baru lahir, walaupun dapat juga terjadi pada semua umur. Impetigo bulosa tipe
neonatus merupakan tipe yang sangat mudah menular, dengan area tersering di wajah
dan tangan. Kejadian impetigo nonbulosa sebesar 70% dari kasus pioderma, dapat
terjadi pada anak maupun dewasa, dengan area tersering di wajah, leher, dan
ekstremitas. 2
S. Aureus adalah penyebab terbesar pada infeksi primer pyoderma dan SSTIs,
begitu pula menjadi infeksi sekunder dari berbagai penyakit kulit lainnya.10
D. ETIOLOGI
Impetigo nonbulosa paling sering disebabkan oleh S. aureus, namun bisa juga
E. FAKTOR PREDISPOSISI
diabetes
melitus.
F. PATOGENESIS
homeostasis yang tidak seimbang antara mikroba kulit dengan pejamu berhubungan
studi mengenai impetigo bulosa, pada 51% pasien didapatkan kultur positif
Staphylococcus aureus pada hidung dan tenggorok, dan 79% kultur disebabkan oleh
G. MANIFESTAS KLINIS
Gejala dari impetigo krustosa adalah awalnya berupa warna kemerahan pada
kulit (makula) atau papul yaitu penonjolan padat dengan diameter < 0,5 cm berukuran
2-1 mm. Lesi papul segera menjadi vesikel atau pustul yaitu papula yang berwarna
keruh atau mengandung nanah yang mudah pecah dan menjadi papul dengan
keropeng atau koreng berwarna kulit madu dan lengket. Kira-kira berukuran < 2 cm
dengan
aksila, dada, punggung. Sering bersama-sama miliaria. Terdapat pada anak dan orang
dewasa. Kelainan kulit berupa eritema, bula, dan bula hipopion. Kadang- kadang
waktu penderita datang berobat, vesikel/ bula telah memecah sehingga yang tampak
H. DIAGNOSIS
nares dan mulut. Lesi awal berupa makula atau papul eritematosa yang secara cepat
berkembang menjadi vesikel atau pustul yang kemudian pecah membentuk krusta
kuning madu (honey colour) dikeliling eritema. Lesi dapat melebar sampai 1-2 cm,
disertai lesi satelit di sekitarnya, rasa gatal dan tidak nyaman dapat terjadi. Gejala
Pada pasien impetigo bulosa dapat ditemukan lesi pada daerah intertriginosa
(aksila, inguinal, gluteal), dada dan punggung. Lesi berupa Vesikel-bula kendur,dapat
timbul bula hipopion, tanda Nikolsky negatif. Bula pecah meninggalkan skuama
I. DIAGNOSA BANDING
1. Ektima
dapat juga kombinasi dari keduanya yang mengenai lapisan epidermis dan
2. Dermatofitosis
tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang
imun pejamu.4
J. TATALAKSANA
antibiotik secara topical. Antibiotic sistemik juga dapat diberikan jika lesi lebih luas
Antibiotik topikal
Sediaan topikal yang dapat digunakan pada kasus impetigo adalah mupirosin dan
asam fusidat topikal. Berikut ini adalah beberapa antibiotic topikal yang dapat
digunakan :
- Asam fusidat 2% topikal dapat dioleskan tipis- tipis pada lesi sebanyak 3 kali
- Mupirosin 2% topikal dapat doleskan tipis- tipis pada lesi sebanyak 3 kali sehari
selama 7- 10 hari. Jika tidak ada respon klinis, dilakukan evaluasi ulang dalam 3-
5 hari.
- Retapamulin 1 % topikal dapat dioleskan tipis- tipis pada lesi sebanyak 2 kali
Antibiotik sistemik
Antibiotik sistemik merupakan pilihan yang dapat digunakan pada impetigo yang
lesinya lebih luas atau tidak berespon dengan tata laksana dengan lini pertama, berikut
oxycillin dan clavulanic acid untuk dewasa dengan dosis 3 x 250–500 mg/hari,
dosis.
K. KOMPLIKASI
serius dan lebih sering timbul pada infeksi yang disebabkan oleh
L. PROGNOSIS
Impetigo bulosa dan nonbulosa dapat sembuh tanpa pengobatan dalam 2–3
minggu tanpa sekuele. Walaupun demikian, pemberian terapi pada kasus impetigo
infeksi.2
M. PENCEGAHAN
faktor predisposisi dan memperbaiki faktor komorbiditas yang ada. Mencuci tangan
dengan air hangat dan sabun antibakteri, serta mandi teratur akan menurunkan risiko
infeksi. Pasien dengan impetigo harus membersihkan handuk dan peralatan pribadi
dengan rutin. Pada anak-anak, peralatan pribadi termasuk mainan anak-anak juga
DAFTAR PUSTAKA
1. Yuningsih. 2022. Bahan Mata Ajar KMB II. Bandung : Widina Bhakti
3. Harlim, Ago. 2019. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Jakarta : FK UKI
207-211.
5. Amalia, Isnaini Rosydatul. 2016. Perbedaan Antara Pemberian Ekstrak Rimpang Jahe
UWKS
6. Harlim, ago. 2017. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Dasar Diagnosis
7. Widaty, Sandra dkk,. 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit Dan
8. Wiratama, I., Ismail, S., & Sabir, M. (2020). Ektima Pada Perempuan Usia 73
9. James, D William. 2020. Andrews Disease Of The Skin Clinical Dermatology. China
: Elsevier
10. Kang, Sewon et all,.2019. Fitzpatrick Dermatology 9Th Edition. New York : Mc