PENDAHULUAN
1
Diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan
jumlah penyandang diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, International Diabetes
Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes
melitus dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun
terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan
jumlah penyandang diabetes melitus sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030.2
III. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya.3
Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit multisistem dengan ciri hiperglikemia
akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Kelainan pada sekresi
atau kerja insulin tersebut menyebabkan abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan
jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah.3
Diabetes Melitus merupakan kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak
faktor, dengan gejala berupa hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari defisiensi sekresi hormon insulin,
defisiensi transport glukosa, atau keduanya.4
2
Tipe Lain Defek genetik fungsi sel beta
Defek genetik kerja insulin
Penyakit eksokrin pankreas
Endokrinopati
Karena obat atau zat kimia
Infeksi
Sebab imunologi yang jarang
Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes melitus
Diabetes Gestasional Diabetes yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Di Indonesia insiden diabetes melitus gestasional sekitar 1,9-3,6%. Dan sekitar
40-60% wanita yang pernah mengalami diabetes melitus gestasional pada pengamatan
lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes melitus atau gangguan toleransi
glukosa.
Prevalensi diabetes melitus gestasional sangat bervariasi dari 1-14 % tergantung
dari subyek yang diteliti dan dari kriteria diagnosis yang digunakan. Dengan
menggunakan kriteria diagnosis American Diabetes Association, prevalensi berkisar
antara 2-3 %.
4
Gambar 1. Skema mekanisme pada diabetes gestasional
5
Gambar 2. Mekanisme poliuria dan polidipsia.
6
V. Diagnosis Diabetes Melitus Gestasional
Fourth International Workshop-Conference on Gestasional Diabetes Melitus,
merekomendasikan skrining untuk mendeteksi diabetes melitus gestasional dengan
faktor resiko sebagai berikut6 :
Risiko Rendah :
Tes glukosa darah tidak dibutuhkan apabila :
o Angka kejadian diabetes gestasional pada daerah tersebut rendah
o Tidak didapatkan riwayat diabetes pada kerabat dekat
o Usia < 25 tahun
o Berat badan normal sebelum hamil
o Tidak memiliki riwayat metabolisme glukosa terganggu
o Tidak ada riwayat obstetrik terganggu sebelumnya
Risiko Sedang :
o Wanita dengan ras Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur, dan Asia Selatan
perlu dilakukan tes gula darah pada kehamilan 24 – 28
Risiko Tinggi :
o Wanita dengan obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes, mengalami
glukosuria (air seni mengandung glukosa) perlu dilakukan tes gula darah
secepatnya.
Bila diabetes melitus gestasional tidak terdiagnosis, maka pemeriksaan gula darah
diulang pada minggu 24 – 28 kehamilan atau kapanpun ketika pasien mendapat gejala
yang menandakan keadaan hiperglikemia (kadar gula di dalam darah berlebihan).
7
menggunakan beban glukosa 100 gram, sedangkan yang 2 jam hanya
menggunakan 75gram glukosa.
Penilaian hasil tes toleransi glukosa oral 3 jam maupun yang 2 jam sama,
yaitu dengan ditemukannya dua atau lebih angka yang abnormal.
Penilaian Hasil Tes Toleransi Glukosa Oral 3 jam dengan Beban Glukosa 100 gr, dan
2 jam dengan Beban Glukosa 75gr
3 jam – 100 gr Glukosa (mg/dl) 2 jam – 75 gr Glukosa (mg/dl)
Puasa 95 Puasa 95
1- Jam 180 1 – Jam 180
2- Jam 155 2 - Jam 155
3 - Jam 140
World Health Organization (WHO) merekomendasikan kriteria diagnostik
menggunakan tes beban glukosa oral 75 gr. Diabetes melitus gestasional didiagnosis
bila:
Nilai Glukosa Plasma Puasa dan Tes Toleransi Glukosa Oral dengan Beban Glukosa 75 gr
Glukosa plasma puasa
Normal < 110 mg/dl
Glukosa Puasa Terganggu ≥ 110 mg/dl - < 126mg/dl
Diabetes Melitus ≥ 126 mg/dl
Glukosa plasma 2 jam setelah pemberian 75gr glukosa oral
Normal < 140mg/dl
Toleransi Glukosa Terganggu ≥ 140mg/dl - < 200mg/dl
Sedang puasa < 126 mg/dl
Diabetes Melitus ≥ 200mg/dl
8
terkontrol dapat menyebabkan masalah kesehatan pada sang ibu dan bayi,
termasuk kemungkinan untuk melahirkan dengan cara operasi caesar. Berikut
adalah beberapa resiko yang dapat terjadi akibat diabetes gestasional9 :
9
b. Olahraga
Berjalan, berenang, senam yoga, dan olah raga tubuh bagian atas
direkomendasikan pada wanita dengan diabetes gestasional. Para wanita dianjurkan
meraba sendiri rahimnya ketika berolahraga, apabila terjadi kontraksi maka olahraga
segera dihentikan. Olahraga berguna untuk memperbaiki kadar glukosa darah.
c. Pengobatan insulin
Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan insulin dengan
dosis yang sama seperti sebelum kehamilan, sampai didapatkan tanda-tanda perlu
ditambah atau dikurangi. Menurut The American Diabetes Association (1999), terapi
insulin direkomendasikan ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar gula
darah.
10
Gambar 6. Contoh Pen untuk Menyuntikkan Insulin
Terapi obat oral pada diabetes gestasional tidak direkomendasikan oleh ADA
karena obat-obat tersebut dapat melalui plasenta, merangsang pankreas janin, dan
menyebabkan hiperinsulinemia pada janin.
d. Terapi Obstetrik
Pada penderita diabetes gestasional yang ringan, gula darah dapat dikendalikan
melalui diet, dan tidak memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia, maka ibu dapat
melahirkan secara normal dalam usia kehamilan 37 – 40 minggu selama tidak ada
komplikasi lain. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan dengan
insulin, maka sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini pada kehamilan 36 – 38 minggu
terutama bila kehamilannya diikuti oleh komplikasi lain seperti makrosomia,
preeklampsia, atau kematian janin. Pengakhiran kehamilan lebih baik lagi dengan
induksi (perangsangan) atau operasi Caesar.
Wanita dengan diabetes gestasional memiliki risiko meningkat untuk mengalami
diabetes tipe 2 setelah melahirkan. Kadar glukosa darah ibu harus diperiksa 6 minggu
setelah melahirkan dan setiap 3 tahun ke depan.
11
gaya hidup juga perlu ditekankan pada ras Asia, mengingat ras Asia memiliki risiko
kejadian diabetes melitus gestasional lebih tinggi dibandingkan ras Kaukasia.13
Mestman et al (1972) meneliti kekerapan kejadian gangguan toleransi glukosa
pasca persalinan sampai dengan lima tahun kemudian pada 360 wanita hamil. Pada
masa kehamilan, sebanyak 51 subyek (14,2%) memiliki peningkatan glukosa darah
puasa, 181 subyek (50,3%) memiliki hasil pemeriksaan TTGO abnormal, 90 subyek
(25%) memiliki hasil positif pada Prednisolone Glucose Tolerance Test (PGTT) dan
38 subyek (10,5%) sisanya normal. Pada kelompok dengan GDP meningkat, hanya
2% yang menunjukkan pemeriksaan GDP, TTGO, dan PGTT normal selama
pemantauan post partum hingga 5 tahun kemudian. Sedangkan pada kelompok TTGO
abnormal, PGTT positif dan normal, pada periode pemantauan, sebanyak 22,6%,
47,7%, dan 89% tetap menunjukkan hasil normal. Ini menunjukkan tingginya
kekerapan gangguan toleransi glukosa pasca melahirkan pada kelompok wanita hamil
dengan gangguan toleransi glukosa selama kehamilan.1
Studi di Ujung Pandang dengan lama pemantauan selama 6 tahun pada $^
wanita pasca diabetes melitus gestational, melaporkan angka kejadian diabetes
melitus tipe 2 dan toleransi glukosa terganggu sebesar 56,6 %.1
BAB III
KESIMPULAN
Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang dapat menimbulkan berbagai
komplikasi yang sangat memepengaruhi kualitas hidup penyandangnya sehingga perlu
mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Sampai saat ini memang belum ditemukan
cara atau pengobatan yang dapat menyembuhkan diabetes secara menyeluruh. Namun harus
diingat bahwa diabetes dapat dikembalikan, dengan cara diet, olahraga, dan dengan
12
menggunakan obat anti diabetik. Pada setiap penanganan penyandang diabetes melitus, harus
selalu ditetapkan target yang akan dicapai sebelum memulai pengobatan. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui keberhasilan program pengobatan dan penyesuaian regimen terapi sesuai
kebutuhan. Pengobatan diabetes ini sangat spesifik dan individual untuk masing-masing
pasien. Modifikasi gaya hidup sangat penting untuk dilakukan, tidak hanya untuk mengontrol
kadar glukosa darah namun bila diterapkan secara umum diharapkan dapat menurunkan
prevalensi diabetes melitus baik di Indonesia maupun di dunia di masa yang akan datang.
Diabetes yang terjadi dan baru diketahui saat hamil, dinamakan dengan diabetes
melitus gestasional. Sedangkan bila diabetes telah diketahui sebelum hamil, maka dinamakan
diabetes melitus pregestasi. Diabetes melitus yang terjadi pada ibu hamil dan diketahui saat
hamil kemudian akan pulih kembali 6 minggu pasca persalinan, maka ini dinamakan diabetes
melitus gestasional, namun apabila setelah 6 minggu persalinan diabetes belum juga sembuh,
maka ini bukannya diabetes Gestasional, tetapi diabetes melitus. Diabetes melitus gestasional
perlu penanganan yang serius, karena dapat mempengaruhi perkembangan janin, dan dapat
mengancam kehidupan janin kedepannya. sehingga perlu diberikan asuhan keperawatan
secara professional terhadap ibu hamil dengan diabetes melitus, agar tidak lagi terjadi
berbagai komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam, John M.F., Purnamasari, Dyah. Diabetes Melitus Gestational. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid III edisi V. Interna Publishing Universitas Diponegoro.2009
2. Soewondo, Pradana,dkk. 2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes
Melitus tipe 2, 2011. Indonesia : PB.PERKENI
3. http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/definisi-klasifikasi-etiologi-
dan-epidemiologi-diabetes-melitus/
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_mellitus
5. American Diabetic Association (ADA). Guidelines 2011. Gestational Diabetes
Mellitus.
6. Metzger BE, Coustan DR (Eds.): Proceedings of the Fourth International Workshop-
Conference on Gestational Diabetes Mellitus. Diabetes Care 21 (Suppl. 2):B1– B167,
1998
13
7. Gibbs, Ronald S. Karlan, Beth Y. Haney, Arthur F. Nygaard, Ingrid E. Danforth's
Obstetrics and Gynecology, 10th Edition. Copyright Ac 2008 Lippincott Williams &
Wilkins.
8. Soegondo, Sidartawan. Soewondo, Pradana. Subekti, Imam. 1995. Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu. Cetakan kelima, 2005. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
9. http://ainicahayamata.wordpress.com/2011/03/30/diabetes-mellitus-gestasional-dmg/
10. R. Moore, Thomas. Diabetes Mellitus and Pregnancy. Diakses tanggal 27 November
2011, online : http://emedicine.medscape.com/article/127547-overview
11. Asdie AH. Patogenesis dan Terapi Diabetes Melitus. Medika FK UGM, Yogyakarta.
2000.
12. Tjokroprawiro A. Diabetes Melitus: Klasifikasi, Diagnosis, dan Terapi. Edisi ke-3 PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2001
13. Djokomoeljanto R. Obesitas pada diabetes mellitus. Dalam: Soedjono A, Husein A,
Paulus W, eds. Yogyakarta diabetes update 2001 New Look on Old Disease. Edisi
pertama. Yogyakarta: Medika FK UGM. 2001: 9 -19.
14