Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

SINDROM STEVEN JOHNSON

A. PENGERTIAN
Sindrom Steven Johnson (SSJ) adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput
lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dan ringan sampai
berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel atau bula dapat disertai purpura
(Djuanda, 2007).
Sindrom Steven Johnson adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir
diorifisium, dan mata dengan keadaaan umum bervariasi dengan ringan sampai yanng
berat. Kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura.
(Muttaqin arif, 2012)
Stevens-Johnson Syndrome adalah sebuah kondisi mengancam jiwa yang
mempengaruhi kulit di mana kematian sel menyebabkan epidermis terpisah dari
dermis. Sindrom ini di perkirakan oleh karena reaksi hipersensitivitas yang
mempengaruhi kulit dan membrane mukosa. (NANDA, NIC-NOC)

B. ETIOLOGI
Penyebab Steven Johnson ini paling banyak dipicu oleh penggunaan obat-
obatan atau dengan kata lain, penyebab Steven Johnson ini adalah karena alergi obat-
obat tertentu, biasanya adalah penggunaan obat antibiotik. Selain alergi obat
penyebab lainnya adalah karena adanya infeksi virus, bakteri, atau jamur tertentu,
karena makanan seperti coklat, ketidak cocokan lingkungan misal udara dingin, panas
matahari dan bahkan bisa juga dipicu oleh penyakit keganasan lainnya misal kanker.
Sebenarnya, penyebab pasti dari Steven Johnson ini idiopatik atau tidak selalu
diketahui secara pasti, tapi yang paling banyak terjadi adalah karena reaksi berlebihan
dari tubuh untuk menolak obat-obatan yang masuk ke dalam
tubuh.
Alergi obat tersering adalah golongan obat analgetik (pereda nyeri), antipiretik
(penurun demam) sekitar 45%, golongan karbamazepin sekitar 20% dan sisanya
adalah jenis jamu-jamuan.
Beberapa faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab adalah:
a) Alergi obat secara sistemik (misalnya penisilin, analgetik, arti piuretik)
 Penisilline dan semisentetiknya
 Sthreptomicine
 Sulfonamida
 Tetrasiklin
 Anti piretik atau analgesik (derifat, salisil/pirazolon, metamizol, metampiron dan
paracetamol)
 Kloepromazin
 Karbamazepin
 Kirin Antipirin
 Tegretol
b) Infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, jamur dan parasit)
c) Neoplasma dan faktor endokrin
d) Faktor fisik (udara dingin, sinar matahari, radiasi, sinar-X)
e) Makanan
C. MANIFESTASI KLINIS
Keadaan umumnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat
kesadarannya menurun, penderita dapat soporous sampai koma. Mulainya penyakit
akut dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala,
batuk, pilek dan nyeri tenggorokan.
Trias Steven Johnson (Hudak & Gallo, 2010. Hlm: 601) adalah :
1) Kelainan kulit
Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikel dan bula. Vesikel dan bula
kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu dapat juga terjadi
purpura. Pada bentuk yang berat kelainannya generalisata.
2) Kelainan selaput lendir di orifisium
Kelainan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut (100%)
kemudian disusul oleh kelainan dilubang alat genetal (50%) sedangkan dilubang
hidung dan anus jarang (masing-masing 8% dan 4%).
Kelainan berupa vesikel dan bula yang cepat memecah sehingga menjadi erosi dan
ekskoriasi dan krusta kehitaman. Juga dalam terbentuk pseudomembran. Dibibir
kelainan yang sering tampak ialah krusta berwarna hitam yang tebal.
Kelainan dimukosa dapat juga terdapat difaring, traktus respiratorius bagian
atas dan esopfagus. Stomatitis ini dapat menyebabkan penderita sukar tidak dapat
menelan. Adanya pseudomembran di faring dapat menyebabkan keluhan sukar
bernafas.
3) Kelainan mata
Kelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus yang tersering ialah
konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat berupa kongjungtifitis purulen,
perdarahan, ulkus korena, iritis dan iridosiklitis.
Disamping trias kelainan tersebut dapat pula terdapat kelainan lain, misalnya:
nefritis dan onikolisis.
D. PATOFISIOLOGI
Patogenesisnya belum jelas, diperkirakan karena alergi tipe II dan IV. Reaksi tipe III
terjadi akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang membentuk
mikropresitipasi sehingga terjadi aktivitas sistem komplemen. Akibatnya terjadi
akumulasi neutrofil yang kemudian melepepaskan lisozim dan menyebabkan
kerusakan pada jaringan pada organ sasaran. Reaksi tipe IV terjadi akibat limposit T
yang tersensitisasi berkontak kembali dengan antigen yang sama, kemudian limfokin
dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang.
E. PATHWAYS
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium : Biasanya dijumpai leukositosis atau eosinofilia. Bila disangka
penyebabnya infeksi dapat dilakukan kultur darah.
2. Histopatologi : Kelainan berupa infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi
sel darah merah, degenerasi lapisan basalis. Nekrosis sel epidermal dan spongiosis
dan edema intrasel di epidermis.
3. Imunologi : Dijumpai deposit IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial
serta terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA.
G. KOMPLIKASI
1. Bronkopneumonia (16%)
2. Sepsis
3. kehilangan cairan/darah
4. gangguan keseimbangan elektrolit
5. syok
6. kebutaan gangguan lakrimasi
H. PENATALAKSANAAN
1. Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan
prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk dan lesi
menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid merupakan tindakan
file-saving dan digunakan deksametason intravena dengan dosis permulaan 4-6 x 5
mg sehari. Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-Johnson
berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 6×5 mg intravena. Setelah
masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama
mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg.
Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason intravena diganti dengan tablet
kortikosteroid, misalnya prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20
mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut
dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari. Seminggu setelah pemberian
kortikosteroid dilakukan pemeriksaan elektrolit (K, Na dan Cl). Bila ada gangguan
harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan
diet rendah garam bila terjadi hipermatremia. Untuk mengatasi efek katabolik dari
kortikosteroid diberikan diet tinggi protein/anabolik seperti nandrolok dekanoat dan
nanadrolon. Fenilpropionat dosis 25-50 mg untuk dewasa (dosis untuk anak
tergantung berat badan).
2. Antibiotik
Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang dapat
menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang menyebabkan alergi,
berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya gentamisin dengan dosis 2 x 80
mg.
3. Infus dan tranfusi darah
Pengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena pasien
sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan serta kesadaran
dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan infus misalnya glukosa 5 % dan larutan
Darrow. Bila terapi tidak memberi perbaikan dalam 2-3 hari, maka dapat diberikan
transfusi darah sebanyak 300 cc selama 2 hari berturut-turut, terutama pada kasus
yang disertai purpura yang luas. Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula
ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan hemostatik.
4. Topikal
Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in orabase. Untuk lesi
di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim sulfadiazine perak.
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Identitas Klien (Nama, Alamat, Jenis Kelamin, dll)
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan
Steven Johnson biasanya mengeluhkan dema, malaise, kulit merah dan
gatal, nyeri kepala, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan dahulu,
riwayat penyakit yang sebelumnya dialami klien.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang
sama.
e. Riwayat Psikososial
Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi sosial.

B. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Pemeriksaan fisik head to toe.
2. Pemeriksaan keadaanumum dan kesadaran
3. Eliminasi
4. Kaji haluaran urin, diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan
6. Penambahan BB yang signifikan, pembengkakan ekstrimitas oedema pada
bagian tubuh.
7. Nyeri/kenyamanan
8. Nyeri pada satu sisi, ekspresi meringis.
9. Neurosensori
10. Kelemahan : perubahan kesadaran.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakaan permukaan kulit
karena destruksi lapisan kulit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kesulitan menelan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier atau perlindungan kulit
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN/ INTERVENSI RASIONAL
KEPRAWATAN KRITERIA HASIL
1 Nyeri akut Setelah dilakukan  Kaji tipe dan  Untuk
berhubungan tindakan keperwatan sumber nyeri menentukan
dengan kerusakan selama 1x 24 jam intervensi
jaringan kulit diharapkan nyeri  Berikan  Untuk
dapat berkurang, analgetik mengurangi
dengan Kriteria Hasil nyeri
:  Ajarkan  Untuk
 Mampu teknik mengalihkan
mengontrol nyeri relaksasi perhatian pasien
( tahu penyebab distraksi dari nyeri
nyeri, mampu  Untuk
menggunakan  Kolaborasi menentukan
tehnik dengan dokter dosis yang
nonfsrmskologi dalam sesuai dengan
untuk mengurangi pemberian kondisi pasien
nyeri, mencari terapi
bantuan) analgetik
 Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
2 Gangguan Setelah dilakukan  Monitor kulit  Untuk
integritas kulit tindakan keperwatan adanya mengetahui
berhubungan selama 1x 24 jam kemerahan adanya luka
dengan kerusakaan diharapkan gangguan pada bagian
permukaan kulit integritas kulit dapat  Bersihkan lain
karena destruksi teratasi, dengan area sekitar  Untuk
lapisan kulit Kriteria Hasil : luka memberikan
 Integritas kulit resiko infeksi
yang baik bisa  Ganti balutan  Untuk
dipertahankan pada interval memberikan
 Perfusi jaringan waktu yang rasa nyaman
baik sesuai atau
 Mampu biarkan luka
melindungi kuit tetap terbuka
dan (tidak dibalu)
mempertahankan sesuai
kelembaban kulit program.
dan perawatan
alami  Kolaborasi  Untuk
dengan dokter menentukan
dalam terapi pada
pemberian pasien
terapi
farmakologi
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan  Kaji adanya  Untuk
nutrisi kurang dari tindakan keperwatan alergi menghindari
kebutuhan tubuh selama 1x 24 jam makanan penyebaran
berhubungan diharapkan luka semakin
dengan kesulitan perubahan nutrisi dari banyak
menelan kebutuhan tubuh  Berikan  Untuk
dapat teratasi, dengan substansi gula mengganti
Kriteria Hasil : energi yang
 Adanya hilang
peningkatan berat  Berikan  Agar pasien
badan sesuai makanan yang mendapat
dengan tujuan terpilih (sudah makanan yang
 Berat badan ideal dikonsulkan sesuai dengan
sesuai dengan dengan ahli kebutuhan
tinggi badan gizi) pasien
 Tidak ada tanda  Anjurkan  Untuk
tanda malnutrisi pasien untuk menyeimbangk
meningkatkan an cairan dalam
protein dan tubuh
vitamin c
 Kolaborasi  Untuk
dengan ahli menentukan
gizi untuk makanan yang
menentukan sesui dengan
jumlah kalori kebutuhan
yang pasien
dibutuhkan
pasien
4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan  Monitor TTV  Untuk
berhubungan tindakan keperwatan memantau dan
dengan kelemahan selama 1x 24 jam mengetahui
fisik diharapkan
keadaan umum
Intoleransi aktivitas
dapat teratasi, dengan pasien
Kriteria Hasil :  Dorong pasien  Untuk
 Berpartisipasi untuk mengetahui
dalam aktivitas mengungkapk keadaan
fisik tanpa disertai an perasaan psikologi
peningkatan terhadap pasien
tekanan darah, keterbatasan
nadi dan RR  Bantu pasien
 Mampu untuk  Agar pasien
melakukan mengidentifik tidak kelelahan
aktivitas sehari asi aktivitas
hari (ADLs) yang mampu
secara mandiri dilakukan
 Bantu untuk  Untuk
mendapatkan
memudahkan
alat bantuan
aktivitas pasien
aktivitas
seperti kursi
roda, krek
 Agar pasien dan
 Ajarkan
pasien dan keluarga dapat
keluarga menggunakan
dalam alat bantu
mengoperasik aktivitas pasien
an alat bantu secara mandiri
aktivitas
pasien
 Kolaborasi
dengan tenaga  Untuk
rehabilitasi memberikan
medik dalam terapi yang
merencanakan sesuai dengan
program terapi kondisi pasien
yang tepat.
5 Resiko infeksi Setelah dilakukan  Monitor tanda  Untuk
berhubungan tindakan keperwatan dan gejala mengetahui
dengan hilangnya selama 1x 24 jam infeksi adanya infeksi
barier atau diharapkan Resiko  Berikan
perlindungan kulit infeksi dapat teratasi,  Untuk menjaga
perawatan
dengan Kriteria Hasil kulit pada area kebersihan luka
: apidema
 Klien bebas dari  Berikan terapi  Untuk proteksi
tanda dan gejala antibiotika terhadap infeksi
infeksi  Ajarkan cara  Untuk
 Menunjukan menghindari mencegah
kemampuan untuk infeksi
mencegah resiko infeksi
timbulnya infeksi  Kolaborasi  Untuk
dengan menentukan
dokter dalam dosis yang
pemberian sesuai dengan
antibiotik kondisi pasien
DAFTAR PUSTAKA

Adhi, Djuanda. 2007. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Fakultas kedokteran universitas
Indonesia. Jakarta.
Muttaqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta. Salemba
Medika.
Aplikasi Asuhan Keperwatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. 2015.
Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional.
Siregar, R.S. 2004. Sindrom Stevens Johnson. In : Saripati Penyakit Kulit. 2nd edition.
Jakarta: EGC
Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi 2. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai