dari
Pediculosis,
Skabies,
Infeksi
jamur,
(Tanpa
Gelembung
dan
pada Insect
Contagiosa
Cairan,
Dengan
Krusta/Keropeng/Koreng)
Impetigo krustosa hanya terdapat pada anak-anak, paling sering muncul di
muka, yaitu di sekitar hidung dan mulut.Kelainan kulit berupa eritema dan
vesikel yang cepat memecah sehingga penderita datang berobat yang terlihat
adalah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tampak erosi
dibawahnya .Jenis ini biasanya berawal dari luka warna merah pada wajah anak,
dan paling sering di sekitar hidung dan mulut.Luka ini cepat pecah, berair dan
bernanah, yang akhirnya membentuk kulit kering berwarna kecoklatan.Bekas
impetigo ini bisa hilang dan tak menyebabkan kulit seperti parut.Luka ini bisa
saja terasa gatal tapi tak terasa sakit.Impetigo jenis ini juga jarang menimbulkan
demam pada anak, tapi ada kemungkinan menyebabkan pembengkakan kelenjar
getah bening pada area yang terinfeksi.Dan karena impetigo sangat mudah
menular, makanya jangan menyentuh atau menggaruk luka karena dapat
menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.
dapat
menyebabkan
penyakit
berkat
kemampuannya
Rasa gatal dengan lesi awal berupa makula eritematosa berukuran 1-2 mm,
kemudian berubah menjadi bula atau vesikel.Pada Impetigo contagiosa Awalnya
berupa warna kemerahan pada kulit (makula) atau papul (penonjolan padat
dengan diameter <0,5cm) yang berukuran 2-5 mm.
Lesi papul segera menjadi vesikel atau pustul (papula yang berwarna
keruh/mengandung nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi papul dengan
keropeng/koreng berwarna kunig madu dan lengket yang berukuran <2cm
dengan kemerahan minimal atau tidak ada kemerahan disekelilingnya, sekret
seropurulen kuning kecoklatan yang kemudian mengering membentuk krusta
yang berlapis-lapis.
Krusta mudah dilepaskan, di bawah krusta terdapat daerah erosif yang
mengeluarkan sekret, sehingga krusta akan kembali menebal. Sering krusta
menyebar ke perifer dan menyembuh di bagian tengah. Kemudian pada Bullous
impetigo bula yang timbul secara tiba tiba pada kulit yang sehat dari plak
(penonjolan datar di atas permukaan kulit) merah, berdiameter 1-5cm, pada
daerah dalam dari alat gerak (daerah ekstensor), bervariasi dari miliar sampai
lentikular dengan dinding yang tebal, dapat bertahan selama 2 sampai 3 hari.
Bila pecah, dapat menimbulkan krusta yang berwarna coklat, datar dan tipis.
5. Faktor Predisposisi
a.
b.
impetigo
c.
d.
e.
Impetigo Krustosa
pada sepertiga terdapat urine seperti warna teh. Keadaan ini umumnya sembuh
secara spontan walaupun gejala-gejala tadi muncul.
Komplikasi lainnya yang jarang terjadi adalah infeksi tulang (osteomielitis),
radang paru-paru (pneumonia), selulitis (merupakan infeksi serius yang
menyerang jaringan di bawah kulit dan dapat menyebar ke kelenjar getah bening
serta memasuki aliran darah, Jika tak ditangani, cellulitis dapat mengancam
jiwa), psoriasis, Staphylococcal scalded skin syndrome, radang pembuluh limfe
atau kelenjar getah bening serta Infeksi methicillin-resistant Staphylococcus
aureus (MRSA), kulit parut berubah warna terang atau gelap.
Identitas penderita dan identitas orang tua (mencakup: nama, jenis kelamin,
c.
yang lalu pasien mengeluhkan gatal pada regio lumbal posterior dekstra, tanpa
adanya keluhan gatal di daerah lain. Awalnya muncul vesikel, karena gatal, lalu
digaruk oleh pasien kemudian vesikel pecah dan menimbulkan kerak.vesikelvesikel semakin lama semakin bertambah banyak dan menyebar.pasien sudah
dibawa berobat ke dokter, diberi salep dan tablet namun keluhan tidak
berkurang.akhirnya pasien berobat ke rsud.
d.
Riwayat penyakit keluarga. Ada atau tidak yang menderita penyakit yang
Riwayat alergi. Kaji apakah ada riwayat alergi makanan atau obat atau jenis
alergi lainnya.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Kesadaran: Komposmentis
Keadaan Umum: baik
Kepala/Leher: Dalam batas normal
Thorak
Cor : S1S2 tunggal, lain-lain dalam batas normal
Pulmo: Vesikuler, Rh-/-, Wh -/-, lain-lain dalam batas normal
Abdomen: Soepel, bising usus (+), lain-lain dalam batas normal
sekunder
d.
Intervensi
Anjurkan
Rasional
pasienmenggunakan
Baju
yang
longgar
akan
Kuku
yang
tangan klien.
pendek
menghindari
akan
keparahan
terjadinya lesi
Jaga kebersihan kulit agar tetap
Monitor
kulit
akan
adanya
kemerahan.
mengetahui
perkembangan
penyakit
dan
Mandikan
pasien
dengan
air
ruam
Sabun
dan
membunuh
anti
mengurangi
bakteri.
septic
atau
dapat
membunuh
untuk
pemberian
atau
menghambat
pertumbuhan
bakteri
dari
stap
dan
b. Dx.2
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama . X24jam
diharapkan tidak terjadi infeksi pada klien.
2) Kriteria Hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Klien menunjukkan perilaku hidup sehat
Klien dapat mendeskripsikan proses penularan penyakit dan faktor yang
mempengaruhi penularan.
3) Rencana Tindakan
Intervensi
Monitor tanda dan gejala infeksi
Rasional
Untuk mengetahui ada atau tid
infeksi.
Agar
klien
dapat
mengetahui
mempengaruhi penularan.
c.
Dx. 3
Rasional
Agar klien/kelarga dapat memaham
proses
penyakit
dan
mengangg
Dorong
individu
untuk
perasaan
mengekspresikan
khususnya
Rasional
Untuk mengetahui tingkat kecemasa
klien.
Gunakan
pendekatan
yang
menyenangkan.
Hal-hal
yang
menyenangkan
Dorong
keluarga
untuk
memberikan
dukungan.
Referensi :
Djuanda, A. 2002. Pyoderma dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 4.
Penerbit FKUI : Jakarta
Beheshti. 2007. Impetigo, a brief review, Fasa-Iran: Fasa Medical School
Beheshti, 2007, Impetigo, a brief review, Fasa-Iran: Fasa Medical School
Djuanda. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Penerbit FKUI : Jakarta
dap
BAB
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tujuan
Adapun
1.
Untuk
tujuan
dari
memenuhi
Penulisan
penulisan
tugas
makalah
mahasiswa
dalam
ini
proses
adalah
pembelajaran.
Ruang
Lingkup
Konsep
Dasar
Konsep
Medis
Dasar
Keperawatan
3. Laporan Kasus
BAB
II
TINJAUAN TEORITIS
A.Tinjauan
Medis
1.
Pengertian
Klasifikasi
Terbagi
atas
Klinik
3,
yaitu
.
:
a.
Impetigo
Krustosa
b.
Impetigo
Bullosa
c.
Impetigon
Neonatorum
3.
Etiologi
1.
Impetigo
Krustosa
Manifestasi
Klinik
Tidak disertai gejala umum hanya terdapat pada anak. Tempat predilaksi dimuka
yakni di sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi dari
daerah
tersebut.
Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat parah sehingga jika
penderita datang berobat yang terlihat hanyalah krusta tebal berwarna kuning
seperti madu, jika dilepaskan tampak erosi dibawahnya sering krusta menyebar
ke
perifer
dan
sembuh
Komplikasi
Diagnosa
di
bagian
Banding
tengah.
Glomerulonefritis
Eritema
dan
Pengobatan
varisella
:
Jika Krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salep antibiotik, kalau banyak diberi
pula
antibiotik
sistemik.
2.
Imeptigo
Bullosa
Sinonim
Etiologi
Impetigo
Vesiko
biasanya
Gejala
Bullosa,
cacar
Staphylococcus
Klinik
monyet
Aureus
:
Diagnosa
Herpex
Banding
Simplex
Hoster
Impetigo
Krustosa
Dermatofitosis
Pengobatan
Jika terdapat hanya beberapa vesikel /bula, dipecahkan lalu diberi salep
antibiotik atau cairan anti septic kalau banyak diberi antibiotik sistemik, mencari
dan menghilangkan faktor predisposisi misalnya : memperbaiki hygiene.
3.
impetigo
Neonatorum
Penyakit ini merupakan Varian bullosa yang terdapat pada neonatus. Kelainan
kulit serupa impetigo Bullosa, hanya lokasinya menyeluruh, dapat disertai
demam.
Diagnosa Banding : Sifilis Kongenital
Pengobatan
Antibiotik dapat diberikan secara sistemik. Topikal dapat diberikan bedak salisil
2 %.
Patofisiologi impetigo yang berhubungan dengan KDM
Infeksi Streptococcus
Invasi kulit
Makula Eritematosa
Berkembang manjadi vesikel
Gangguan Integritas kulit Vesikel pecah dan menjadi krusta
Reaksi tubuh
Free Nervus Ending
Masuk RS Gatal Gangguan rasa nyaman gatal
Kecemasan
anak
dan
Orang
Reaksi
gatal
terjadi
tua
Timbul
bekas
garukan
Tinjauan
Keperawatan
Dalam pembahasan ini, kami lebih membahas pada impetigo neonatorum yang
terjadi pada anak.
B.1.
Pengkajian
pada
Riwayat
klien
difokuskan
pengkajian,
pada
meliputi
Hygiene
Suhu
Pernah
di
keluarga
lingkungannya
kontak
yang
dengan
panas
penderita
impetigo
Pengelompokan
Data
DS
:
Pasien
mengeluh
gatal
pada
Pasien
Pasien
Pasien
merasa
malu
permukaan
kulit
merasa
nyeri
sulit
tidur
dengan
keadaannya
Pasien
merasa
demam
Selera
makan
kurang
Ibu
klien
sering
Ibu
klien
mengatakan
DO
bertanya
tentang
anaknya
rewel
penyakit
dan
anaknya
menangis
:
Suhu
Tekanan
darah
Denyut
nadi
Nampak
38,5
Klien
tanda-tanda
nampak
sering
x/menit
x/menit
pada
eritema
dan
infeksi/
peradangan
daerah
wajah
vesikel
pada
yang
kulit
terinferksi
Analisa
Terbagi
o
80
kulit
menggaruk
B.3.
mm/hg
20
lesi
Nampak
110/80
;
adanya
Adanya
Respirasi
atas
Data
actual,
terdiri
Data
data
dari
PES
(Problem,
Yaitu
Etiologi,
Symptom)
Diagnosa
Keperawatan
Gangguan
Gangguan
4).
pola
integritas
Kecemasan
tidur
kulit
b/d
b/d
b/d
gatal
adanya
eritema
efek
hospitalisasi
Tujuan
Rasa
nyaman
terpenuhi
Gangguan
(gatal
integritas
Pola
berkurang/hilang)
kulit
teratasi
tidur
terpenuhi
Kecemasan
tertatasi
Intervensi
1).
Mengatasi
Kaji
Kaji
rasa
tingkat
faktor-faktor
dan
nyaman
rasa
yang
Implementasi
:
gatal
nyaman,
gatal
menimbulkan
gatal
Alihkan
perhatian
berikan
HE
anak/klien
pada
keluarga
Pelaklsanaan
2).
Mengatasi
Kaji
lanjutan
pola
tidur/
istrahat
kebiasaan
anak
tidur
anak
Jadwalkan
3).
Mengatasi
Kaji
gangguan
tanda-tanda
Jaga
keutuhan
Jaga
besuk
integritas
adanya
kulit
HE
agar
pada
4).
Kaji
Ciptakan
Sediakan
artikel/
agar
orang
tua
kecemasan
orang
barang
tua
yang
Mencuci
tangan
Bersihkan
alat
Jaga
HE
dapat
sebelum
menarik
perawatan
setiap
anak
keluarga
penularan
sesudah
melakukan
tindakan
selesai
melakukan
tindakan
kebersihan
pada
anaknya
perhatian
resiko
dan
anak
menemani
pada
Mengatasi
anak
kecemasan
HE
5).
kering
salep/krim
tingkat
lingkungan
digaruk)
tetap
Mengatasi
kulit
jangan
Pengolesan
kulit
infeksi
(kulit
kulit
jam
lingkungan
anak
tua
anak
orang
B.7.
Evaluasi
Tidak merasa nyeri, postur tubuh rileks,tidak mengeluh nyeri serta gatal
Klien
Klien
tidak
nampak
mengeluh
bersih
susah
tidur
III
Pengkajian
A.
Biodata
1.
Identitas
Nama
Umur
Jenis
Klien
An.
kelamin
tahun
Agama
perempuan
Alamat
2.
Nama
Islam
Wua-wua
Identitas
penanggung
Umur
Tn.
30
Agama
tahun
Islam
Pekerjaan
wiraswasta
Pendapatan/bulan ; 200.000,B.
Riwayat
1.
kesehatan
Riwayat
kesehatan
sekarang
Keluhann utama : rasa nyeri dan panas serta gatal pada kulit sejak dua minggu
yang lalu. Klien belum pernah dibawa ke puskesmas atau rumah sakit, dengan
sifat keluahan terus-menerus terutama pada sore dan malam hari dengan keluhan
lain,
demam,
2.
anak
kurang
Riwayat
tidur,
serta
kurang
kehamilan
nafsu
dan
makan.
persalinan
a.
Pre-natal
Ibu
rutin
3.
4.
memeriksakan
Lamanya
Selama
hamil,
ibu
diri
yaitu
kali
hamil
selalu
mendapat
b.
selama
kehamilan
9
tablet
tambah
bulan
darah
(SF).
Natal
Tempat persalinan di RS Santa Anna, lahir spontan, bayi sehat dan tidak ada
trauma
c.
lahir.
Post
Natal
Keadaan ibu post-natal, baik bayi sehat dengan mendapatkan penanganan yang
baik.
3.
Riwayat
pertumbuhan
dan
perkembangan
Berat badan lahir 3,2 kg dengan PB 48 cm. Mulai tumbuh gigi pada umur 7
bulan,
gigi
tumbuh
bagus
4.
dengan
jumlahnya
sekarang
16
Pemeriksaan
1.
fisik
KU
2.
Tanda-tanda
vital
Suhu
buah.
baik
Nadi
100
x/menit
37,5
Rsp = 24 x/menit
3.
Kepala
Rambut
Kepela
dan
nampak
tidak
terdapat
kusut
benjolan,
leher
dan
kulit
kepala
kering
kurang
bersih
Mata : Tidak ada peradangan/ edema, penutupan kelopak mata baik, pada
sclera
dan
Telinga
tidak
konjungtiva
ada
serumen
atau
cairan,
baik.
pendengaran
baik.
Hidung : tidak ada cairan , ada eritem dan vesikel pada lubang hidung.
Mulut ; bibir kering, gigi tidak ada carries, gigi belum ada yang Tanggal,
terdapat
eritema
Leher
dan
4.
tidak
vesikel
ada
pada
pembesarah
Dada
sudut
mulut.
kelenjar
tiroid,
dan
pungggung
Inspeksi : Bentuk dada simetris kirir dan kanan, pernapasan dengan irama dan
bunyi
reguler.
Palpasi
Auskultasi
tidak
ada
bunyi
massa/
nyeri
nafas
tekan
vesikuler
5. Perut : tidak ada pembesaran pada perut dan peristaltic usus normal
6.
7.
Genetalia
dan
Muskuloskeletal
anus
;
tidak
pergerakan
ada
otot
kelaianan
baik
8. Kulit ; warna kulit pada daerah lubang hidung dan sudut mulut serta dada
nampak
merah
karena
adanay
kelianan
kulit.
5.
Pola
kegiatan
1.
sehari-hari
Nutrisi
Setelah sakit ; frekuensi makan 2 kali sehari dan porsi makan tidak dihabiskan.
2.
Pola
tidur
Subjektif
Data
Ibu
klien
mengatakan
Klien
Klien
Ibu
Klien
Ibu
klien
malu
sering
mengeluh
mengeluh
parih
dan
anaknya
Nampak
gatal
sering
Nampak
penyakit
pada
anaknya.
daerah
terbangun/
eritem
adanya
adanya
keadaannya
infeksi
kurang
Objektif
ada
Nampak
demam
tentang
Data
tidur
dengan
bertanya
rasa
2.
nyeri
merasa
merasa
klien
menangis
sulit
Klien
dan
/merasa
Klien
rewel
mengeluh
anaknya
lesi
tanda-tanda
:
dan
kulit
infeksi/
tidur.
vesikel
pada
peradangan
wajah
pada
kulit
Klien nampak sering menggaruk pada daerah permuakaan kulit yang gatal.
Tekanan
darah
Suhu
Respirasi
110/80
;
mm/hg
38,5oC
20
x/menit
Nadi ; 80 x/menit
ANALISA DATA
Symptom
Etiologi
Problem
Ds
:
Klien
mengeluh
gatal
pada
permukaan
kulit
Klien
merasa
demam
DO
Muncul
kemerahan
pada
daerah
adanya
lesi
kulit
Nampak
yang
terinfeksi
pada
wajah
Klien
Ibu
mengeluh
klien
mengatakan
gatal
anaknya
rewel
dan
dan
sering
perih
menangis
DO
:
Nampak
adanya
Nampak
Klien
sering
lesi
adanya
menggaruk
kulit
pada
eritema
pada
daerah
wajah
dan
kulit
yang
vesikel
terinfeksi
Suhu 38,5oC
Ds
:
Klien
mengeluh
gatal
dan
perih
DO
Klien
Nampak
adanya
nampak
tanda-tanda
selalu
infeksi/peradangan
menggaruk
di
kulit
integrita
kulit
Gangguan
rasa
nyaman : Gatal
Gangguan pola tidur
Gangguan integritas kulit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman gatal b/d adanya rangsangan free nervusending yang
ditandai
DS
dengan
;
:
Klien
mengeluh
Klien
mengeluh
gatal
nyeri/
pada
perih
Klien
permukaan
pada
permukaan
merasa
Nampak
Klien
adanya
nampak
sering
2.
lesi
kulit
menggaruk
pada
pada
daerah
yang
Muncul
Perubahan
pola
tidur
b/d
rasa
gatal,
ditandai
Klien
mengeluh
gatal
Klien
Ibu
klien
pada
dengan
mengeluh
mengatakan
anaknya
rewel
permukaan
kulit
sulit
tidur
dan
sering
Do
terinfeksi
wajah
kemerahan
DS
kulit
demam
Do
kulit
menangis
:
Nampak
Klien
adanya
nampak
sering
lesi
kulit
menggaruk
pada
Suhu
Nampak
pada
daerah
yang
:38,5
eritema
wajah
terinfeksi
0C
dan
vesikel
:
Klien
mengeluh
gatal
pada
permukaan
kulit
;
Nampak
Klien
adanya
nampak
sering
lesi
kulit
menggaruk
pada
pada
daerah
wajah
infeksi
Muncul kemerahan
INTERVENSI / IMPLEMETASI / RASIONALISASI
1.
Diagnosa
pertama
Gangguan rasa nyaman gatal b/d adanya rangsangan free nervus ennding
Kaji
tingkat
rasa
nyaman
gatal
Observasi
kulit
dan
TTV
Anjurkan klien untuk melakukan personal hygiene khususnya pada kulit wajah
Beri
HE
pada
klien
dan
keluarga
tentang
pentingnya
personal
Hygiene
Kolaborasi dengan tim medis pemberian antibiotik topical, penisilin oral
indikas jika ada lesi yang besar.
Rasional
kulit
Dengan
bau,
pemberian
antibiotik
infeksi
dapat
mengurangi
rasa
gatal
Diagnosa
Perubahan
pola
Kaji
ke
tidur
dua
b/d
rasa
kebiasaan
gatal
tidur
anak
Observasi
TTV
Beri posisi yang nyaman pada klien dengan kepala klien rendah kaku
Anjurkan klien atau keluarga untuk mengompres pada daerah yang gatal
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotikbetadine
Rasional
Dengan mengobservasi TTV dapat diketahui pembuluh yang terjadi pada pola
tidur
Dengan posisi yang nyaman pada klien dengan kepala lebih rendah dari kaki
dapat
melancarkan
aliran
darah
ke
otak
Dengan
rasa
pemberian
antibiotik
dapat
gatal
mengurangi
rasa
gatal
3.
Diagnosa
Gangguan
integritas
ke
kulit
tiga
b/d
terbentuknya
krusta
Observasi
kulit
Observasi
TTV
Anjurkan
klien
untuk
tidak
menggaruk
tidak
Jaga
menggaruk
serta
kulit
agar
pemberian
obat
salep.
tetap
kering
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian salep yang dioleskan 3 x sehari
dan
antiseptik
betadine.
Rasional
Dengan mengobservasi kulit dapat diketahui perubahan yang terjadi pada kulit
Dengan mengobservasi kulit dam TTv dapat diketahui perubahan suhu kulit
Dengan manganjurkan untuk tidak menggaruk dapat mencegah iritasi kulit
Dengan
pemberian
antiseptik
dapat
mengurangi
iritasi
kulit
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
makalah
ini
maka
kami
dapat
simpulkan
bahwa
Impetigo
bullosa
yang
disebabkan
oleh
staphilococcu
aureus
Gangguan
Gangguan
rasa
nyaman
pola
gatal
tidur
B.
Saran
Makalah ini kami buat dengan harapan untuk dibaca dan dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca, untuk itu demi kesempurnaan makalah ini
segala kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan.
DEFINISI
Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan epidermis
kulit (Djuanda, 56:2005). Impetigo biasanya juga mengikuti trauma superficial
dengan robekan kulit dan paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary
infection)
dari
Pediculosis,
Skabies,
Infeksi
jamur,
dan
pada insect
bites(Beheshti, 2:2007).
II. SINONIM
Impetigo krustosa juga dikenal sebagai impetigo kontangiosa, impetigo vulgaris,
atau impetigo Tillbury Fox. Impetigo bulosa juga dikenal sebagai impetigo
vesikulo-bulosa atau cacar monyet (Djuanda, 56-57:2005).
III. ETIOLOGI
Impetigo
disebabkan
oleh Staphylococcus
HemolitikStreptococcus (Streptococcus
aureus atau
Group
Beta
tunggal,
berpasangan,
tetrad,
dan berbentuk
rantai
juga
bisa
FAKTOR PREDISPOSISI
impetigo
o
Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah, diare.
Jarang sekali disetai dengan radang paru, infeksi sendi atau tulang. (Yayasan
Orang Tua Peduli, 1:2008).
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila diperlukan dapat memeriksa isi vesikel dengan pengecatan gram untuk
menyingkirkan diagnosis banding dengan gangguan infeksi gram negative. Bisa
dilanjutkan
dengan
tes
katalase
dan
koagulase
untuk
membedakan
VII.
1.
DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis atopi: keluhan gatal yang berulang atau berlangsung lama
(kronik) dan kulit kering; penebalan pada lipatan kulit terutama pada dewasa
(likenifikasi); pada anak seringkali melibatkan daerah wajah atau tangan bagian
dalam.
2.
Dermatitis kontak: gatal pada daerah sensitive yang kontak dengan zat-zat
yang mengiritasi.
4.
Ektima: lesi berkrusta yang menutupi daerah ulkus (luka dengan dasar dan
dinding) dapat menetap selama beberapa minggu dan sembuh dengan jaringan
parut bila infeksi sampai jaringan kulit dalam (dermis).
6.
pecah menjadi lecet tertutupi oleh krusta, biasanya pada bibir dan kulit.
7.
8.
Skabies: Papula yang kecil dan menyebar, terdapat terowongan pada sela-
9.
tangan, kaki, dan wajah; vesikel pecah dan membentuk krusta; lesi terdapat pada
beberapa tahap (vesikel, krusta) pada saat yang sama (Cole, 3:2007).
IX. KOMPLIKASI
Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam 2 minggu walaupun tidak
diobati. Komplikasi berupa radang ginjal pasca infeksi Streptococcus terjadi
pada 1-5% pasien terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh
pengobatan antibiotic. Gejala berupa bengkak dan kenaikan tekanan darah, pada
sepertiga terdapat urine seperti warna the. Keadaan ini umumnya sembuh secara
spontan walaupun gejala-gejala tadi muncul (Yayasan Orang Tua Peduli,
4:2008).
Komplikasi lainnya yang jarang terjadi adalah infeksi tulang (osteomielitis),
radang paru-paru (pneumonia), selulitis, psoriasis, Staphylococcal scalded skin
syndrome, radang pembuluh limfe atau kelenjar getah bening (Yayasan Orang
Tua Peduli, 4:2008).
X.PENATALAKSANAAN
1.Terapi non medikamentosa
Menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30 menit,
disertai mengelupaskan krusta dengan handuk basah
Mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet. Dapat dengan menutup
daerah yang lecet dengan perban tahan air dan memotong kuku anak
Lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh
Lakukan drainase pada bula dan pustule secara aseptic dengan jarum suntik
untuk mencegah penyebaran local
Dapat dilakukan kompres dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% pada
impetigo krustosa.
Lakukan pencegahan seperti yang disebutkan pada point XI di bawah
2.Terapi medikamentosa
a. Terapi topikal
Fusidic Acid
Tahun 2002 telah dilakukan penelitian terhadap fusidic acid yang dibandingkan
dengan plasebo pada praktek dokter umum yang diberikan pada pasien impetigo
dan didapatkan hasil sebagai berikut:
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan plasebo jauh lebih baik
dibandingkan dengan menggunakan fassidic acid.
Ratapamulin
Pada tanggal 17 April 2007 ratapamulin telah disetujui oleh Food and Drug
Administration (FDA) untuk digunakan sebagai pengobatan impetigo. Namun
bukan untuk yang disebabkan oleh metisilin resisten ataupun vankomisin
resisten. Ratapamulin berikatan dengan subunit 50S ribosom pada protein L3
dekat dengan peptidil transferase yang pada akhirnya akan menghambat protein
sintesis dari bakteri (Buck, 1:2007).
Pada salah satu penelitian yang telah dilakukan pada 210 pasien impetigo yang
berusia diantara 9 sampai 73 tahun dengan luas lesi tidak lebih dari 100 cm2
atau >2% luas dari total luas badan. Kultur yang telah dilakukan pada pasien
tersebut didapatkan 82% dengan infeksi Staphylococcus aureus. Pada pasienpasien tersebut diberi ratapamulin sebanyak 2 kali sehari selama 5 hari terapi.
Evaluasi dilakukan mulai hari ke dua setelah hari terakhir terapi, dan didapatkan
luas lesi berkurang, lesi telah mengering, dan lesi benar-benar telah membaik
tanpa penggunaan terapi tambahan. Pada 85,6% pasien dengan menggunakan
ratapamulin didapatkan perbaikan klinis dan hanya hanya 52,1% pasien
mengalami perbaikan klinis yang menggunakan plasebo (Buck, 1:2007).
Dicloxacillin
Penggunaan dicloxacillin merupaka First line untuk pengobatan impetigo,
namun akhir-akhir ini penggunaan dicloxacillin mulai tergeser oleh penggunaan
ratapamulin topikal karena diketahui ratapamulin memiliki lebih sedikit efek
samping bila dibandingkan dengan dicloxacillin. Penggunaan dicloxacillin
sebagai terapi topical pada impetigo sebagai berikut:
(Sumber: Primary Clinical Care Manual 2007)
b.Terapi sistemik
Cuci tangan segera dengan menggunakan air mengalir bila habis kontak
3.
Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan,
namun dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif)
5.
Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap
7.
Cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari
yang lainnya. Cuci dengan air panas dan keringkan di bawah sinar matahari atau
pengering yang panas. Mainan yang dipakai dapat dicuci dengan disinfektan.
8.
XII.PROGNOSIS
Pada umumnya baik.
LAPORAN KASUS
SMF PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
I.IDENTITAS PENDERITA
Nama
:-
Jenis Kelamin
:-
Umur
:-
Suku
:-
Agama
:-
Pekerjaan
:-
Alamat
:-
II.Keluhan Utama
Luka garukan di regio lumbal posterior dekstra
1.
1.
1.
1.
Riwayat Pengobatan
Pernah berobat ke dokter umum, lalu diberi salep dan tablet, namun keluhan
tidak berkurang.
1.
Riwayat Alergi
Pasien tidak punya riwayat alergi obat maupun makanan, dan pasien tidak
pernah melakukan pemeriksaan alergi sebelumnya.
III.PEMERIKSAAN FISIK
1.
Status Generalis
Kesadaran: komposmentis
Keadaan Umum: baik
Kepala/Leher: dalam batas normal
Thorak
Cor: S1S2 tunggal, lain-lain dalam batas normal
Pulmo: Vesikuler, Rh-/-, Wh -/-, lain-lain dalam batas normal
Abdomen: Soepel, bising usus (+), lain-lain dalam batas normal
Ekstremitas: dalam batas normal
Genitalia: dalam batas normal
1.
Status Lokalis
Lokasi : regio lumbal dekstra bagian posterior
Efloresensi : Pada pemeriksaan didapatkan lesi kulit berupa papula berisi cairan
keruh, tidak dikelilingi daerah eritematus, selain itu juga ditemukan bekas bula
yang pecah berupa kulit yang eritematus dengan krusta tipis kecoklatan pada
bagian tepi.
IV.RESUME
Seorang anak laki-laki 16 bulan, dating dengan keluhan utama adanya luka
garukan di regio lumbal dekstra bagian posterior.
Awalnya muncul vesikel, karena gatal, lalu digaruk oleh pasien kemudian
vesikel pecah dan menimbulkan kerak. Vesikel-vesikel semakin lama semakin
bertambah banyak dan menyebar. Pasien sudah dibawa berobat ke dokter, diberi
salep dan tablet namun keluhan tidak berkurang. Akhirnya pasien berobat ke
RSUD dr. SOEBANDI Jember.
Pada pemeriksaan fisik status lokalis di region lumbal dekstra bagian posterior,
didapatkan lesi kulit berupa papula berisi cairan keruh, tidak dikelilingi daerah
eritematus, selain itu juga ditemukan bekas bula yang pecah berupa kulit yang
eritematus dengan krusta tipis kecoklatan pada bagian tepi.
IMPETIGO
2.1. Defenisi
Impetigo adalah infeksi kulit yang sering disebabkan oleh stafilokokus
aurea
atau
kadang-kadang oleh
streptococcus,
dan
mudah
menular.
(Nursalam,2005)
Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan
epidermis kulit. (Djuanda, 56:2005).
Impetigo biasanya juga mengikuti trauma superficial dengan robekan kulit
dan paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary infection) dari
Pediculosis, Skabies, Infeksi jamur, dan pada insect bites (Beheshti, 2:2007).
2.2. Anatomi Fisiologi
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5
1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu .
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan
lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.
Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada
telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan
kulit.
Terjadi
regenerasi
setiap
4-6
minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam) :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan
granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel
Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,
dianggap
filamen-filamen
tersebut
memegang
peranan
penting
untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada
tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum
dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut
sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat
dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan.
Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini
tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung
melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen
(sel Langerhans).
Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
True Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
mempunyai
banyak
keriput.
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara
longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda
menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang
suplai
darah
ke
dermis
untuk
regenerasi.
dapat
menghasilkan
katalase,
koagulase,
hyaluronidase,
streptodornase,
hyaluronidase,
eksotoksin
pirogenik,
disphosphopyridine
kurang dari 1 cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau
kemerahan. Pada awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi
berwarna keruh. Atap dari bulla pecah dan meninggalkan gambaran collarette
pada pinggirnya. Krusta varnishlike terbentuk pada bagian tengah yang jika
disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan basah. Bulla yang utuh jarang
ditemukan karena sangat rapuh (Yayasan Orang Tua Peduli, 1:2008).
Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya maka, kelainan itu dapat
menyertai dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain. Lesi dapat
lokal atau tersebar, seringkali di wajah atau tempat lain, seperti tempat yang
lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher. Tidak ada pembengkakan kelenjar
getah bening di dekat lesi. (Yayasan Orang Tua Peduli, 1:2008).
Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah,
diare. Jarang sekali disetai dengan radang paru, infeksi sendi atau tulang.
(Yayasan Orang Tua Peduli, 1:2008).
2.5. WOC/Patofisiologi
(Terlampir)
2.6. Komplikasi
Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam 2 minggu walaupun
tidak diobati. Komplikasi berupa radang ginjal pasca infeksi Streptococcus terjadi
pada 1-5% pasien terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh
pengobatan antibiotic. Gejala berupa bengkak dan kenaikan tekanan darah, pada
sepertiga terdapat urine seperti warna the. Keadaan ini umumnya sembuh secara
spontan walaupun gejala-gejala tadi muncul (Yayasan Orang Tua Peduli, 4:2008).
Komplikasi
lainnya
yang
jarang
terjadi
adalah
infeksi
tulang
Salep, antibiotika dari dokter biasa digunakan agar cepat sembuh meskipun anda
harus menggunakan obat tersebut sampai infeksi benar-benar sembuh. Jika
antibiotika tidak juga dapat menyembuhkan, dokter anda mungkin akan
mengkultur luka dan memberikan penicilin selama lebih dari 10 hari jika
infeksinya di sebabkan oleh kuman streptococcus, atau antibiotika lainnya untuk
infeksi stafilococcus.
b. Keperawatan
Sterilisasi handuk dan sering mencuci tangan merupakan tindakan mencegah
kebagian tubuh lain dan penularan ke anggota keluarga lain.