Anda di halaman 1dari 6

TUGAS ESSAY POLA PELAYANAN KESEHATAN JEMAAH HAJI DI

INDONESIA

Nama : Baiq Fahira Mentari


NIM : 019.06.0015
Blok : Elektif Kesehatan Haji
Dosen : dr. H. Mamang Bagiansah,
Sp.PD

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL – AZHAR MATARAM

2023

1
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan ibadah Haji
dan Umroh, mengamanatkan bahwa Penyelenggaraan Ibadah Haji bertujuan untuk
memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya melalui
sistem dan manajemen penyelenggaraan yang baik, agar pelaksanaan ibadah haji dapat
berjalan dengan aman, tertib, lancar dan nyaman. Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan mengatakan bahwa upaya kesehatan diselenggarakan dalam
bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Tingginya aktivitas
fisik ibadah haji, kondisi lingkungan di Arab Saudi dan kepadatan populasi jemaah haji
dapat berdampak terhadap status kesehatan jemaah haji Indonesia. Hal ini menjadi salah
satu faktor risiko tingginya angka kesakitan dan kematian jemaah haji Indonesia
(Kemenkes, 2020).
Mengutip Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2016 tentang
Istithaah Kesehatan Jemaah Haji, terdapat tiga tahapan yang harus dilalui setiap jemaah.
Pemeriksaan tahap pertama dilakukan sebelum calon jemaah mendapatkan nomor porsi.
Pelaksananya adalah tim penyelenggara kesehatan haji kabupaten/kota. Pada tahap
pertama ini, semua hasil diagnosis akan dibagi ke dalam dua kategori. Calon jemaah
dengan risiko kesehatan tinggi (risti) dan calon jemaah tidak dengan risiko kesehatan
tinggi (nonristi). Selanjutnya calon jemaah akan diberikan program pembinaan
kesehatan selama masa tunggu. Pembinaan kesehatan bertujuan agar calon jemaah haji
dapat meningkatkan ataupun menjaga kesehatannya jelang pemeriksaan tahap dua yang
akan menentukan kelaikan atau istithaah (Permenkes No.15, 2016).
Pemeriksaan tahap kedua merupakan pemeriksaan yang dilakukan paling
lambat tiga bulan sebelum keberangkatan, pada tahap ini terdapat penetapan istithaah
kesehatan. Wewenang pelaksanaanya masih pada penyelenggara kesehatan haji
kabupaten/kota. Hasil pemeriksaan ini akan membagi status calon jemaah menjadi
empat kategori: 1) Memenuhi syarat istithaah kesehatan jemaah haji, 2) Memenuhi
syarat istithaah kesehatan jemaah haji dengan pendampingan, 3) Tidak memenuhi syarat
istithaah kesehatan jemaah haji sementara, dan 4) Tidak memenuhi syarat istithaah

2
kesehatan jemaah haji. Hanya calon jemaah kategori 1, 2, dan 3 yang akan diberikan
kesempatan melakukan pelunasan, surat panggilan masuk asrama (SPMA), dan vaksin
meningitis. Artinya jemaah kategori 4 tidak istithaah dan tidak diberangkatkan ke Arab
Saudi. Pemeriksaan tahap ketiga merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
menetapkan status kesehatan calon jemaah haji laik atau tidak laik terbang merujuk
kepada standar keselamatan penerbangan internasional dan/atau peraturan kesehatan
internasional (Agama et al., 2021).
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada jemaah haji Indonesia di Daerah
Kerja (Daker) Makkah merupakan salah satu upaya menurunkan angka kesakitan dan
kematian jemaah haji. Pelayanan kesehatan yang diberikan tetap mencakup kegiatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang sebaik-baiknya kepada jemaah haji
(Singka, 2020). Adapun lingkup pelayanan kesehatan di Daker Makkah adalah sebagai
berikut:
a) Kloter
Pelayanan kesehatan jemaah haji di kloter merupakan pelayanan yang dilakukan
secara bergerak, yaitu tenaga kesehatan menyertai perjalanan jemaah haji. Jumlah
jemaah tiap kloter berkisar antara 390 - 455 orang, dan berada di Makkah Al
Mukarramah selama 31 - 33 hari. Tenaga kesehatan di kloter terdiri dari 1 orang
dokter umum dan 2 orang perawat. PPIH Bidang Kesehatan Daerah Kerja Makkah
memberikan dukungan pelayanan kesehatan kepada PPIH Kloter (Tenaga
Kesehatan Haji Kloter) selama berada di Makkah (Kemenkes, 2020).
b) Sektor
Pelayanan kesehatan di Sektor dilaksanakan oleh TGC berupa pelayanan
kegawatdaruratan, evakuasi dan rujukan. TGC akan dibekali dengan obat dan
perbekkes untuk penanganan kegawatdaruratan. Terdapat 11 Sektor di Makkah
yang masing-masing sektor terdiri dari 5 orang tenaga kesehatan, yaitu 2 dokter, 2
perawat dan 1 tenaga perbekalan kesehatan. Selain ke-11 sektor tersebut, terdapat
juga Sektor Khusus di sekitar Masjidil Haram, serta pelayanan kesehatan bergerak
di Daerah Terminal Syib Amir, Bab Ali dan Ajyad/Rea Bakhas (Kemenkes, 2020).

3
c) Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah
Pelayanan kesehatan di KKHI Makkah diberikan pada jemaah haji sakit yang
memerlukan pelayanan atau perawatan spesialistik serta jemaah haji memerlukan
tindakan tidak tersedia di kloter maupun sektor. Adapun jumlah bed yang ada di
KKHI berjumlah 262 unit. Tugas KKHI Makkah adalah melaksanakan pelayanan
kesehatan dan fasilitasi pengobatan bagi jemaah haji Indonesia yang sakit selama
berada di Makkah. Selain itu juga tetap melakukan kegiatan promotif dan preventif
berupa bimbingan dan penyuluhan kesehatan serta konsultasi kesehatan. Kegiatan
lainnya adalah konsultasi spesialis yang dilaksanakan oleh Tim Dokter Spesialis
KKHI Makkah yang akan dibagi berdasarkan Sektor untuk memberikan pelayanan
konsultasi selama 24 jam. Jemaah haji yang dirawat di RSAS Makkah akan
dikunjungan atau dimonitoring perkembangan kondisi kesehatannya oleh tim
visitasi KKHI Makkah. Tim tersebut terdiri atas dokter spesialis, dokter umum dan
perawat serta tenaga pendukung kesehatan. Selain dilakukan pendataan dan
pemantauan kondisi jemaah haji sakit yang sedang dirawat di RSAS, juga dilakukan
pemberian nutrisi sesuai indikasi (Idris, 2022).
d) Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) Makkah
Pelayanan kesehatan di RSAS Makkah merupakan pelayanan rujukan jemaah haji
sakit yang berasal dari kloter, sektor maupun KKHI. Jemaah sakit dari kloter dapat
langsung dirujuk ke KKHI atau RSAS. Demikian juga dengan jemaah sakit dari
sektor dapat langsung dirujuk ke RSAS, tanpa harus melalui rujukan ke KKHI.
Jemaah haji sakit yang dirujuk ke RSAS adalah mereka dengan kategori triase
Merah atau kondisi penyakit yang gawat darurat dan dapat mengancam nyawa
(Kemenkes, 2020).
Pada saat Armuzna, selain pelayanan kesehatan yang terpusat di KKHI
Makkah, pelayanan kesehatan juga diberikan dalam bentuk Safari Wukuf, pelayanan
kesehatan di Muzdalifah dan dukungan bawah kendali operasi (BKO) KKHI Arafah.
Selain itu, bagi jamaah yang sakit uuga ada yang disebut dengan tanazul. Ttanazul dari
aspek kesehatan adalah pemulangan jemaah haji Indonesia melalui kloter yang berbeda

4
dengan kloter awal karena alasan sakit namun masih memenuhi criteria laik terbang.
Satu hari pasca Armuzna (14 Dzulhijjah), dilakukan persiapan pemulangan jemaah haji
sakit yang sudah dinyatakan laik terbang oleh dokter penanggung jawab (Kemenkes,
2020).

Kesimpulan
Kesimpulannya, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun
2016 tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji, terdapat tiga tahapan yang harus dilalui
setiap jemaah. Pada tahap pertama ini, semua hasil diagnosis akan dibagi ke dalam dua
kategori. Calon jemaah dengan risiko kesehatan tinggi (risti) dan calon jemaah tidak
dengan risiko kesehatan tinggi (nonristi). Pemeriksaan tahap kedua merupakan
pemeriksaan yang dilakukan paling lambat tiga bulan sebelum keberangkatan, pada
tahap ini terdapat penetapan istithaah kesehatan. Pemeriksaan tahap ketiga merupakan
pemeriksaan yang dilakukan untuk menetapkan status kesehatan calon jemaah haji laik
atau tidak laik terbang. Adapun lingkup pelayanan kesehatan di Daker Makkah meliputi
kloter, sektor, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Rumah Sakit Arab
Saudi (RSAS) Makkah, Safari Wukuf, pelayanan kesehatan di Muzdalifah dan
dukungan bawah kendali operasi (BKO) KKHI Arafah.

5
DAFTAR PUSTAKA

Agama, K., Kota, K., & Barat, J. (2021). Jurnal Persada Husada Indonesia
Pemeriksaan Kesehatan dan Pembinaan Jemaah Haji Kota Bandung Abstrak
Pendahuluan. 8(28), 18–28.

Idris. (2022). Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Mortalitas Jemaah
Haji Provinsi Jawa Barat Tahun 2019. Journals of Ners Community, 13(2), 139–
153.

Kemenkes, R. (2020). Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Klinik Kesehatan Haji


Indonesia (KKHI) Madinah Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia Tahun 2020. 1–33.
https://puskeshaji.kemkes.go.id/upload/pedoman/files/JUKNIS_KKHI_MADINA
H.pdf

Permenkes No.15. (2016). Juknis_Permenkes_15_tahun_2016.pdf.

Singka, E. J. (2020). Buku Petunjuk Teknis Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI)
Dalam Operasional Kesehatan Haji. World, April, 0–14.
https://puskeshaji.kemkes.go.id/upload/pedoman/files/JUKNIS_TKHI_2020.pdf

Anda mungkin juga menyukai