1.5 Pathway
(Terlampir)
1.6 Klasifikasi
a. Ikterus fisiologik
1) Dijumpai pada bayi dengan BBLR.
2) Timbul pada hari kedua lalu menghilang pada hari kesepuluh
atau akhir minggu ke dua.
b. Ikterus patologik
1) Ikterus timbul segera dalam 24 jam dan menetap pada
minggu pertama.
2) Bilirubin serum meningkat lebih dari 5 mg % perhari,
kadarnya diatas 10 mg % pada bayi matur dan 15 mg %
pada bayi premature.
3) Berhubungan dengan penyakit hemolitik, infeksi dan sepsis.
4) Memerlukan penanganan dan perawatan khusus.
c. Kern ikterus
1) Kern Ikterus adalah ikterus berat dengan disertai gumpalan
bilirubin pada ganglia basalis
2) Kadar bilirubin lebih dari 20 mg % pada bayi cukup bulan.
3) Kadar bilirubin lebih dari 18 mg % pada bayi premature.
4) Hiperbilirubinemia dapat menimbulkan ensefalopati.
5) Pada bayi dengan hipoksia, asidosis dan hipoglikemia kern
ikterus dapat timbul walaupun kadar bilirubin dibawah 16
mg %.
6) Pengobatannya dengan tranfusi darah.
Gambaran Klinik :
d. Ikterus hemolitik
1) Disebabkan inkompatibilitas rhesus, golongan darah abo,
golongan darah lain kelainan eritrosit congenital.
2) Defisiensi enzim g-6-pd.
e. Ikterus obstruktif
1) Dikarenakan sumbatan penyaluran empedu baik dalam hati
maupun diluiar hati. Akibatnya kadar bilirubin direk atau
indirek meningkat.
2) Kadar bilirubin direk diatas 1 mg % harus curiga adanya
obstruksi penyaluran empedu.
3) Penanganannya adalah tindakan operatif.
1.7 Gejala Klinis
Menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia
dikelompokkan menjadi :
1.9 Prognosis
Hiperbilirubinemia baru akan berpengaruh buruk apabila
bilirubin indirek telah melalui sawar darah otak. Pada keadaan ini
penderita mungkin menderita kernikterus atau ensefalopati biliaris.
Gejala ensefalopati biliaris ini dapat segera terlihat pada masa
neonatus atau baru tampak setelah beberapa lama kemudian. Pada
masa neonatus gejala mungkin sangat ringan dan hanya
memperlihatkan gangguan minum, latergi dan hipotonia.
Selanjutnya bayi mungkin kejang, spastik dan ditemukan
epistotonus. Pada stadium lanjut mungkin didapatkan adanya
atetosis disertai gangguan pendengaran dan retardasi mental di hari
kemudian. Dengan memperhatikan hal di atas, maka sebaiknya pada
semua penderita hiperbilirubinemia dilakukan pemeriksaan berkala,
baik dalam hal pertumbuhan fisis dan motorik, ataupun
perkembangan mental serta ketajaman pendengarannya.