Anda di halaman 1dari 22

GANGGUAN

DEPRESI
Gangguan Depresi
Epidemiologi
WHO
Depresi terdapat pada 20%-30% pasien di layanan
primer, baik sebagai diagnosis sendiri maupun
komorbid dengan disgnosis fisiknya.

Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2004


Terdapat hubungan yang bermakna antara depresi
dengan penyakit kronis (penyakit jantung, asma,
artritis) di masyarakat, dan penyakit jantung memiliki
hubungan yang terkuat (Idaiani S, Bisara D, 2009)

Dampak Depresi

Mortalitas Morbiditas Biaya Sosial

Faktor utama kematian Percobaan bunuh diri Keluarga


akibat bunuh diri Kecelakaan disfungsional
Kecelakaan fatal akibat Menyebabkan Mangkir
konsentrasi dan penyakit/somatisasi Produktivitas
perhatian terganggu Kehilangan pekerjaan berkurang
Kematian akibat Gagal di sekolah/karir Cedera terkait
penyakit yang terkait Penyalahgunaan pekerjaan
atau yang diakibatkan alkohol/zat Kualitas pekerjaan
(mis. penyalahgunaan buruk
alkohol)
Hubungan Antara Depresi & Penyakit Fisik

Depresi berhubungan dengan faktor-faktor risiko


penyakit kronis dan gaya hidup (merokok, pola
makan) yang memperburukkesehatan fisik
Depresi memeiliki beberapa efek biologis yang
secara langsung mempengaruhi fisik
Depresi yang komorbid dengan penyakit fisik -->
memengaruhi kepatuhan terapi dan perubahan
perilaku yang direkomendasikan dokter dan
memperlambat pencarian pertolongan medis

Prevalensi Akibat Penyakit Fisik

Artritis : 25.3%
Kanker : 30.3%
Diabetes : 22.7% DEPRESI
Penyakit Jantung : 34.6% &
Hipertensi : 22.4% KORMOBIDITAS
Penyakit Paru Kronik : 30.9%
Penyakit Saraf : 37.5%
Komorbiditas Anxietas-Depresi

Gangguan Komorbiditas
Mayoritas GA mendapat Depresi Mayor
Anxietas
GD selama hidupnya; Prevalensi seumur
Prevalensi seumur
>50% GD mendapat GA hidup 17%
hidup 25% selama hidupnya
Faktor Risiko

Faktor Biologik Faktor Psikologik

Genetik Tipe kepribadian


(dependen, perfeksionis,
Perubahan neurotransmiter/ introvert)
neuroendokrin
Relasi internasional
Perubahan struktural otak (disharmoni keluarga)
Vascular risk factors

Penyakit/kelemahan fisik
(Kondisi Medik Kronik &
Kondisi Terminal)

Faktor Pencetus Faktor Pelindung


Peristiwa Kehidupan Dukungan Sosial
Berduka, perpisahan, kehilangan Kekerabatan
orang dicintai Kehidupan religius
Kesulitan ekonomi
Perubahan situasi --> pindah rumah Mekanisme Koping yang Sehat
Mudah beradaptasi dengan
Stres Kronis lingkungan
Disfungsi kehidupan berkeluarga Kepribadian yang matur

Penggunaan kehidupan Berkeluarga Pola Hidup Sehat


Antihipertensi, Pemblok H2, Gizi seimbang
Kontrasepsi Oral Olahraga, hidup teratur
Kortikosteroid, AntiReumatik
Depresi yang ditemui di praktek umum sering
bersamaan dengan gangguan fisik, atau
mungkin datang dengan keluhan fisik dan
bukan keluhan psikologik
Mitchel PB, 1998

Keluhan Pasien
Pasien medik yang juga menderita gangguan mental lazimnya
datang dengan keluhan:
Kelelahan
Insomia
Nyeri
Gejala gastrointestinal atau gejala somatik lain

Bukan mengatakan:
“Saya depresi” atau
“Ada yang tidak beres dengan mental saya”
Gejala Depresi

Sedih/murung Tidak bertenaga,


Kehilangan minat
setiap waktu mudah lelah

Rasa tidak berguna/ Konsentrasi/perhatian


rasa bersalah berkurang
Depresi
Pandangan masa depan
Gangguan pola makan
yang suram dan pesimis

Harga diri dan Gagasan/perbuatan


kepercayaan diri membahayakan diri/ Gangguan Tidur
berkurang bunuh diri

Kriteria Diagnosis Depresi

Minimal 2 gejala utama


Minimal 2 Gejala tambahan
Berlangsung selama 2 minggu atau lebih
Ada hendaya funsgi
Tujuan Pengelolaan Depresi

Mengurangi/ Mengurangi risiko


Hilangkan gejala Disabilitas/
mortalitas

Terapi
Mengembalikan Mengurangi risiko
Peran dan Fungsi kekambuhan

Kualitas Hidup
yang Baik

Faktor-Faktor yang Berpengaruh


terhadap Pemulihan
Predisposisi genetik
Kepribadian pramorbid
Dukungan psikososial dari lingkungan
Keberadaan stressor psikososial
Komorbiditas dengan penyakit lain
Jenis dan beratnya Depresi
Manajemen pengobatan
Antidepresan dan/atau
Manajemen Terapi psikoterapi
Intervensi Psikososial

Intervensi Psikososial

Psikoedukasi
Identifikasi stresor psikososial terkini
Reaktivasijejaringsosial
Program aktivitasfisik
Pemantauan reguler secara berkala

Tujuan utama psikoedukasi untuk menginformasikan dan


memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang
gejala depresi

Apa yang akan disampaikan?

Depresi merupakan masalah umum yang dapat terjadi pada


semua orang
Depresi bukanlah kelamahan atau kemalasan. Penderita
sebenarnya berusaha untuk mengatasinya
Jika ada gangguan fisik, diskusikan tentang hubungan
antara gangguan fisik dan mood
Orang yang mengalami depresi cenderung memiliki pikiran
negatif yang tidak realistik tentang diri, tentang hidup, dan
tentang masa depan
Tatalaksana efektif adalah mungkin
Tatalaksana memerlukan waktu beberapa minggu untuk
menurunkan gejala depresi
Ketaatan pada pengibatan adalah hal penting
Hal-hal yang perlu ditekankan
Pentingnya melanjutkan aktivitas sederhana yang biasanya
menarik atau yang dapat menciptakan rasa nyaman dan
membangun rasa percaya diri, meskipun saat ini mungkin
terasa tidak menarik.
Manfaat aktivitas fisik dan sosial
Pentingnya mencoba untuk mempertahankan siklus tidur
yang teratur (pergi tidur di jam yang sama, jumlah jam tidur
sama, hindari tidur terlalu banyak)

Dorong penderita untuk melawan rasa pesimis dan pikiran


mengkritik diri sendiri
Mengenali pikiran untuk melukai diri atau bunuh diri – segera
mencari pertolongan ke fasyankes
Pada usia lanjut, penting untuk melanjutkan terapi terhadap
masalah fisik yang selama ini dialami

Identifikasi Stresor Psikososial

Beri kesempatan untuk bicara, Kontak sumber daya legal dan


sebisa mungkin di tempat yang komunitas, bila sesuai
terjaga privasinya. Tanyakan Identifikasi anggota keluarga
pemahaman pribadi tentang yang mendukung dan
sebab gejala yang dialami libatkan mereka sebanyak
Tanyakan tentang stresor mungkin bila sesuai.
psikososial saat ini atau bila Konsentrasi pada langkah
mungkin tanyakan juga soal isu kecil yang spesifik yang
sosial dan cara penyelesaian dapat diambil oleh penderita
masalah dari stresor psikosoal untuk mengurangi atau
atau kesulitan membina relasi, mengatasi masalah tersebut
bantuan layanan komunitas Hindari pengambilan
yang tersedia keputusan atau perubahan
Nilai dan tatalaksana situasi apa hidup yang besar
pun terkait perlakuan salah,
perilaku kekerasan (KDRT), dan
penelantaran (anak atau usia
lanjut).
Pada Anak dan Remaja

Lakukan juga pemeriksaan status mental pada orang tua.


Ada tidaknya kemungkinan perlakuan salah atau
kekerasan pada anak di rumah maupun sekolah
Jika ada masalah performa sekolah, diskusikan dengan
guru tentang bagaimana mendukung para murid
Sediakan pelatihan keterampilan pola asuh yang sesuai
budaya

Reaktivasi Jejaring Sosial


Identifikasi aktivitas sosial sebelumnya (pertemuan keluarga,
jalan‐jalan bersama teman, mengunjungi tetangga, aktivitas
sosial di tempat kerja, aktivitas di komunitas)
Bangun kekuatan dan kemampuan orang tersebut dan
berdayakan secara aktif untuk kembali ke aktivitas sosial
sebelumnya sedapat mungkin

Membentuk Program Aktivitas Fisik


Pembentukan aktivitas fisik dengan durasi sedang (45 menit)
3 kali per minggu
Gali dengan orang tersebut aktivitas fisik apa yang
diinginkan dan dukung untuk secara bertahap memulainya,
contoh mulai dari 5menit aktivitas fisik

Kontrol/Pemantauan Berkala
Kontrol secara berkala (misalnya di klinik, per telepon, atau
melalui kunjungan rumah)
Nilai perkembangan (sebagai contoh setiap 4 minggu)
Psikofarmaka Lini
Pertama

SSRI SNRI & NaSSA TCA

Fluoxetine Venlafaxine Amitriptilin

Sertraline Duloxetine Clomipramin

Citalopram Mirtazapine Imipramine

Fluvoxamine
Informasi yang perlu diberikan
tentang antidepresan

Antidepresan harus diminum setiap hari. Lanjutkan


minum obat sekalipun pasien merasa lebih baik.
Antidepresan baru memiliki efek untuk depresi 2‐4
minggu sejak dimulainya terapi, dan dapat memanjang
pada usia lanjut. Efek lain seperti sedasi (pada TCA)
dan peningkatan energi dapat terjadi lebih cepat

Potensi efek samping (indvidual, biasanya pada 7-10 hari


pertama):

SSRI: tremor, mual, sakit kepala


TCA: mulut kering, konstipasi, kesulitan berkemih,
pusing, dan pandangan kabur, hipotensi ortostatik,
gangguan konduksi jantung
Efek samping serius:
beralih ke MANIA: peningkatan mood, belanja
berlebih, melanggar norma sosial, penurunan
kebutuhan tidur, pikiran berlari
Hati‐hati pada pasien dengan ide bunuh diri

Informasi tentang penghentian


obat

Sebaiknya diminum sekitar 6 bulan – 1 tahun terutama


pada pasien episode pertama
Gejala putus zat biasanya ringan dan akan sembuh
dengan sendirinya, namun dapat terasa lebih berat
terutama bila distop secara langsung
Antidepresan tidak menimbulkan ketergantungan
Pilih antidepresan dari formularium
nasional yang berlaku
Pertimbangkan pola gejala,
efektivitas, efek samping, dan riwayat
pengobatan sebelumnya
Bagaimana Untuk kondisi komorbiditas:
pertimbangkan potensi penyakit
Memilih akibat obat atau interaksi obat
Antidepresan Mengkombinasikan antidepresan
dengan medikasi psikotropik lain
memerlukan pengawasan dari
spesialis

Perhatian: Orang dengan ide, rencana, atau


percobaan perlukaan diri atau bunuh diri
Pilihan pertama: SSRI
Pantau secara berkala (misalnya 1 kali seminggu)
Menghindari overdosis – pastikan untuk tidak memberikan obat
berlebihan (misalnya hanya untuk 1 minggu)

Perhatian: usia lanjut


SSRI pilihan pertama. Hindari TCA, bila memungkinkan.
Pantau efek samping secara hati‐hati, terutama TCA
Pertimbangkan peningkatan risiko interaksi obat
Berikan waktu lebih banyak untuk respons

Perhatian: Penyakit Kardiovaskular


SSRI pilihan pertama
JANGAN resepkan TCA pada orang dengan risiko aritmia jantung
serius atau mengalami infark miokard baru
Pada semua kasus kardivaskular – ukur tekanan darang sebelum
peresepan dan observasi timbulnya hipotensi orthostatik ketika
terapi dimulai
Hal yang Harus
Dipantau

• Gejala mania -> SEGERA STOP pemberian antidepresan dan nilai


serta tatalaksana gejala mania (gangguan bipolar)
• Akatisia (rasa tidak bisa diam, tidak bisa duduk tenang) -> berikan
diazepam 5 – 10 mg untuk 1 minggu atau ubah ke TCA
• Ketaatan pengobatan -> jika ada ketidaktaatan pengobatan,
tanyakan penyebabnya, berikan edukasi kembali, dan mencari
kemungkinan solusi

• Respons yang inadekuat (gejala tidak ada perubahan atau memburuk


dalam 4 minggu pengobatan), evaluasi: 1. Diagnosis (termasuk
komorbiditas);
2. Apakah obat diminum secara teratur;
3. Apakah dosis kurang memadai sehingga perlu ditingkatkan dalam
4‐6 minggu;
4. Tidak ada respons -> pertimbangkan intervensi psikososial lain atau
antidepresan jenis lain.
Menghentikan
Informasi Terapi
tentang penghentian
obat
Tidak ada respons
Kondisi pasien sudah tidak memerlukan terapi lagi
Hal‐hal yang perlu dilakukan:
1. Diskusikan dengan pasien
2. Ingatkan tentang potensi putus obat
3. Ingatkan tentang gejala awal dan kapan sebaiknya
datang untuk meminta pertolongan
4. Ulang psikoedukasi selama relevan
5. Untuk TCA dan SSRI – turunkan dosis secara perlahan
sedikitnya 4 minggu

Jika Terjadi Kekambuhan

Resepkan kembali obat yang pernah dirasakan manfaat dan


efektivitasnya – lanjutkan terapi hingga 12 bulan ke depan
Fluoksetin

Mulai tatalaksana dengan 20 mg perhari (dapat pula dimulai


dengan 10 mg untuk mengurangi risiko efek samping,
diminum 1 kali seharidan ditingkatkan menjadi 20 mg)
Jika tidak ada respons dalam 4 ‐6 minggu – naikan dosis
(maksimal 60 mg)
Pertimbangkan tingkat toleransi dan respons gejala

Efek samping serius (jarang terjadi) :

Ketidakmampuan untuk diam


Perdarahan abnormal – terutama bila berinteraksi dengan
aspirin atau anti inflamasi non steroid lainnya (NSAID)
Efek samping umum (hilang dalam beberapa hari):
Tidak bisa diam, kecemasan, insomnia, masalah
gastrointestinal, sakit kepala, dan disfungsi seksual

Usia Lanjut atau Penyakit Medik:


Mulai medikasi dengan 10 mg per hari (dan naikan bila
dapat ditoleransi) atau 20 mg selama 1‐2 minggu
Jika tidak ada respons setelah 6 – 12 minggu, tingkatkan
dosis secara bertahap hingga 60 mg (maksimum)

Jika lebih muda dari 12 tahun:


JANGAN memberikan resep obat antidepresan.
Tawarkan tidak lanjut rutin.
Fluoksetin

Jika 12 tahun atau lebih tua:


JANGAN pertimbangkan penggunaan antidepresan sebagai
pengobatan tahap pertama.
Edukasi mengenai kesehatan jiwa.
Tangani penyebab stresor psikososial.
Jika ada, pertimbangkan psikoterapi interpersonal (IPT –
Interpersonal Therapy) atau terapi
perilaku kognitif (CBT‐ Cognitive Behavioral Therapy),
aktivasi perilaku.
Jika ada, pertimbangkan tatalaksana tambahan: program
aktivitas fisik yang terstruktur,training relaksasi atau
tatalaksana pemecahan masalah.
Saat intervensi psikososial terbukti tidak efektif,
pertimbangkan fluoxetin (tapi bukan SSRI atau TCA lain).
Tawarkan tindak lanjut rutin.

Pada Remaja (>13 tahun)

Mulai terapi dengan 10 mg, satu kali sehari dan tingkatkan


hingga 20 mg setelah 1‐2 minggu. Jangan memberikan lebih
dari 20 mg
Jika tidak ada respons setelah 6 – 12 minggu, rujuk ke
psikiater
Catatan: JANGAN resepkan untuk anak‐anak di bawah 13
tahun
Antidepresan Trisiklik – TCA
(Amitriptilin)
Efek samping serius (jarang): aritmia jantung

Efek samping umum (akan menghilang dalam beberapa hari):


a. Mulut kering
b. Konstipasi dan kesulitan berkemih
c. Pusing dan pandangan kabur

TCA (Amitriptilin)
Pada dewasa muda yang sehat: Memberikan dosis amitriptilin
Mulai pengobatan dengan kepada orang berusia lanjut
memberikan 25 mg pada jam atau sakit secara medis ‐‐
tidur. (sebaiknya SSRI)
Naikkan sebanyak 25 mg Mulai dengan 12,5 mg pada
setiap 1 – 2 minggu, dengan waktu tidur.
tujuan mencapai 75 ‐ 100 mg Naikkan sebanyak12,5 ‐ 25
dalam 4 – 6 minggu, mg per minggu, bertujuan
tergantung respon dan untuk mencapai target dosis
tingkat toleransi. 50 – 75 mg dalam waktu 4 –
Jika tidak ada respon dalam 6 minggu.
4 – 6 minggu atau hanya Jika tidak ada respon dalam
respon parsial dalam 6 6 – 12 minggu atau hanya
minggu, naikkan dosis secara respon parsial dalam 12
bertahap (dosis maksimal minggu, naikkan dosis secara
adalah 200 mg) dalam dosis bertahap (dosis maksimal
yang terpisah (atau dosis 100 mg) dalam dosis yang
tunggal sendiri pada malam terpisah.
hari). Pantau hipotensi ortostatik
Depresi Pasca Persalinan
Penggunaan antidepresan selama kehamilan dan
menyusui sebaiknya dihindari.

Jika memang dengan intervensi psikososial dirasakan


tidak cukup efektif, dapat diberikan antidepresan dosis
kecil, ¼ hingga ½ dosis pada trimester ke 2 dan ke 3.

Hindari penggunaan antidepresan yang bekerja panjang


(seperti golongan SSRI). Rujuk ke spesialis bila upaya
maksimal yang dilakukan dirasakan kurang membantu.

Beberapa Dosis Antidepresan

Nama Dosis

Amitriptilin, imipramin 75 – 150 mg/hr

Maprotilin 75 – 150 mg/hr

Moclobemid 150 – 300 mg/hr

Sertraline 50 – 200 mg/hr

Fluvoxamin 50 – 200 mg/hr

Fluoxetin 20 – 60 mg/hr

Citalopram 20 – 60 mg/hr

Tianeptine 37,5 mg/hr

Venlavaxin 75 ‐375 mg/hr

Mirtazapin 15 – 45 mg/hr
Penanganan Ketidakpatuhan

Tingkat ketidakpatuhan terhadap antidepresan pada depresi


dapat mencapai 50% dalam 3 bulan
Jika keadaan nonresponsif, dokter perlu
mempertimbangkan apakah ketidakpatuhan sebagai
penyebabnya

Kesalahan yang Lazim

Mengunakan benzodiazepin atau anxiolitik sebagai obat


tunggal
Tidak memonitor pengobatan, efek samping dan
ketaatberobatan
Dosis tidak cukup
Terlalu cepat menghentikan
Polifarmasi
Tidak mengedukasi pasien dan keluarga
Kapan Merujuk

Jika pasien menunjukkan gejala‐gejala psikosis atau pikiran


bunuh diri
Jika tidak berespons terhadap satu atau dua pengobatan
yang adekuat; atau gejala memburuk
Konsultasi diagnosis
Komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lain,
penyalahgunaan zat
Jika perlu tindakan spesialistik: psikoterapi, ECT, rawat inap

Surat Rujukan

Diagnosis atau perkiraan diagnosis


Alasan rujukan
Derajat kedaruratan
Obat‐obatan(dosis dan lama penggunaan) dan pengobatan lain
yang telah diberikan

Anda mungkin juga menyukai