Anda di halaman 1dari 31

PEMBERIAN DUKUNGAN

MASA DUKA CITA

Tim paliatif RSCM


Dr. Siti Annisa Nuhonni, SpKFR(K)
dr. Edward Faisal SpPD

Pelatihan Paliatif Kanker bagi Tenaga Kesehatan Kemenkes, Angkatan I-V


Jakarta, Januari – Maret 2023
PERAWATAN PALIATIF
“Palliative Care”
Sistem perawatan terpadu yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup, dengan cara
meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan
dukungan spiritual dan psikososial mulai saat
diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan
dukungan terhadap keluarga yang
kehilangan/berduka

(WHO, 2005)
 Bereavement :
 Keadaan seseorang yang kehilangan orang yang dekat
karena wafat
 Grief :
 Reaksi psikologis dan emosi pada seseorang dalam kondisi
bereavement
 Mourning :
 Tampilan yang muncul sebagai ekspresi grief
 Attachment :
 Kecenderungan yang kuat untuk tetap dekat dari waktu ke waktu
terhadap seseorang

 Anticipatory Grief :
 Reaksi psikologis dan emosional untuk mengantisipasi kondisi
bereavement

 Grief adalah suatu reaksi normal pada kondisi bereavement.


 Manifestasinya bervariasi, tidak sama pada setiap individu
 Reaksi tersebut dapat termasuk elemen :
 Fisik
 Kognitif
 Perilaku
 Emosi
MANIFESTASI GRIEF NORMAL
MANIFESTASI GRIEF NORMAL
Manifestasi Fisik :
 Rasa perut kosong, pedih.
 Rasa berat / tercekik di dada dan atau
tenggorokan
 Hipersensitif terhadap kebisingan
 Bernafas pendek
 Kelemahan otot
 Rasa tak ada energi
 Mulut kering

Manifestasi Grief Normal terkadang mirip dengan penyakit yang serius.


Karenanya harus cermat dalam menentukan asesmen dan diagnosis tepat
MANIFESTASI NORMAL GRIEF
Manifestasi Emosional :

 Respons awal : shock dan seperti mati rasa.


 Rasa marah dan rasa salah.
 Gelisah, seolah tak ada yang bisa menolong dan tak
bisa berpikir.
 Kesedihan yang sangat dalam, sampai berbulan-bulan
pasca ditinggal orang yang disayangi.
MANIFESTASI NORMAL GRIEF
Manifestasi Kognitif :
 Rasa tak percaya dan seolah tidak nyata.
 Merasa melihat, mendengar suara orang yang
sudah meninggal.
 Kehilangan kemampuan memori dekat dan
konsentrasi.
MANIFESTASI NORMAL GRIEF
Manifestasi Perilaku :
 Gangguan napsu makan dan gangguan tidur.
 Gangguan terkait dengan orang yang sudah meninggal.
 Menolak bersosialisasi.
 Tidak mau mengingat yang sudah meninggal, berperilaku seolah-olah
melupakannya.
 Tidak tenang.
 Menngujungi atau mengenang kembali hal-hal terkait dengan yang meninggal.
 Secara cepat dan radikal mengubah perilaku menjadi tidak normal.
Model Pendekatan Psikologi

 Analisa tentang Grief dan Berevement sudah dilakukan


bertahun tahun.
 Belum ada satupun teori yang dinyatakan benar yang
bisa menerangkan pengalaman emosi dan aspek
budaya praktis yang karakteristik untuk grief dan
mourning.
Teori Grief
Model Psikologi

 Berevement adalah suatu proses.


 Seseorang membutuhkan tahapan sampai dia
menerima keadaan yang sebenarnya.
 Setiap orang mempunyai kemampuan mengontrol
perasaan dan fikirannya.
 Proses ini di dapat disalurkan melalui saling berbicara.
Model Psikologi lanjutan…

 Grief adalah suatu proses yang memerlukan waktu untuk


bereaksi sampai mencapai penyesuaian yang lengkap.
1) Menerima realitas bahwa ia kehilangan seseorang.
2) Mengalami pengalaman menyakitkan saat grief.
3) Menyesuaikan dengan kondisi lingkungan bahwa orang yang
disayangi sudah tidak ada.
4) Menempatkan pemikiran tentang orang yang sudah tidak ada
ditempat yang khusus dihatinya sambil terus menjalani hidup
normal.
Mengatasi Stres dan Coping
 Stressor pada jumlah tertentu akan memicu stres fisik
maupun psikologis.
 Setiap orang punya kemampuan beradaptasi.
 Namun tantangan dalam proses adaptasi sering
menimbulkan stres.
 Kognitif diperlukan untuk memobilisasi sumber
kemampuan coping.
Model Sosial dan Hubungan antar
personal

 Setiap orang ingin memelihara kelangsungan


hubungan sosial dengan seseorang, sekalipun
secara fisik orang tersebut sudah wafat.
 Hubungan ini dapat ditransformasikan melalui
memori.
 Kelanjutan hubungan ditekankan pada pentingnya
seseorang mengintegrasikan memori orang yang
sudah meninggal dalam kehidupannya.
Dukungan Duka
Sebuah tim multidisiplin (MDT), termasuk pekerja sosial, perawat,
pendeta, konselor, dan dokter, biasanya terlibat

3 komponen dukungan:

1
Semua orang yang berduka harus
diberikan informasi layanan grief
dan cara mengakses layanan
tersebut.

2 1/3 mungkin memerlukan dukungan tambahan

3 Sebagian kecil (7-10%) memerlukan intervensi


spesialis yang melibatkan rujukan ke berbagai
layanan (kesehatan mental, dukungan psikologis,
konseling spesialis, dll)
Kesedihan yang kompleks
Complicated Grief
Kesedihan yang kompleks
 Respon abnormal grief ditentukan oleh:
 Intensitas reaksi,
 Adanya berbagai perilaku kesedihan, dan
 Waktu.
Kesedihan yang kompleks

• Adanya gejala terkait kedukaan pada waktu yang


seharusnya sudah adaptif.
• Gejala yang berlangsung selama 6 bulan memiliki
risiko tinggi gangguan sosial, psikologis dan medis.

Prigerson,et al;1995
Kesedihan yang kompleks

• ... Lebih terkait dengan intensitas reaksi


atau durasi reaksi dibanding ada atau
tidaknya perilaku tertentu.

Worden,1982
Faktor risiko terjadinya
kesedihan yang kompleks

 Pribadi
 Kemarahan, adanya perasaan yang bertentangan atau
ketergantungan dengan almarhum
 Riwayat beberapa kali kehilangan atau kehilangan yang
bersamaan.
 Masalah kesehatan mental.
 Kurangnya dukungan social.
Faktor risiko untuk kesedihan
yang kompleks
 Kematian tiba-tiba, kematian tak terduga,
terutama karena kejahatan, mutilasi atau acak
 Kematian dari penyakit yang berlangsung lama
seperti demensia
 Kehilangan anak
 Persepsi kematian yang dapat dicegah
Faktor risiko untuk kesedihan yang
kompleks
 Historis
 Pengalaman sebelumnya dengan kesedihan yang kompleks
 Rasa tidak aman di masa kanak-kanak
 Kepribadian
 Ketidakmampuan untuk mentolerir tekanan emosional
ekstrim
 Ketidakmampuan untuk mentolerir perasaan ketergantungan
 Konsep diri, peran dan nilai 'yang kuat'
Faktor risiko untuk kesedihan yang
kompleks
 Sosial
 Kehilangan sosial yang tak dapat diungkapkan (mis. Bunuh
diri)
 Kehilangan yang merugikan secara sosial (misalnya
Kehilangan pasangan)
 Tidak adanya dukungan sosial
 Tidak adanya jenazah yang dimakamkan (misalnya hilang di
laut)
Clinical Presentations of
Complicated Grief
Category Features
Inhibited or delayed grief Avoidance postpones expression
Chronic grief Perpetuations of mourning long term
Traumatic grief Unexpected and shocking form of death
Depressive disorders Both and major and minor depressions
Anxiety disorders Insecurity and relational problems
Alcohol and substance Excessive use of substances impairs
Abuse/dependence Adaptive coping
Post traumatic stress disorder Persistent, intrusive images with cues
Psychotic disorders Manic, severe depressive state, and
schizophrenia

Doyle D.H, et al. (eds).(2004) Oxford Textbook of Palliative Medicine (3 rd edn),p.1140. Oxford : Oxford University
Press
Kondisi yang Berisiko Menimbulkan
Masa Duka yang Kompleks

 Gangguan fungsional jangka panjang


 Reaksi kesedihan yang berlebihan, berkepanjangan dan intens
 Mengabaikan perawatan diri
 Penggunaan dan penyalahgunaan obat
 Tema kehilangan yang sering dalam percakapan, aktivitas,
perilaku
 Idealisasi almarhum
 Pengambilan keputusan impulsif
 Gangguan mental setelah kehilangan
 Gejala PTSD
Hasil dari gangguan kesedihan
kompleks
 Peningkatan risiko pikiran dan perilaku bunuh diri
 Peningkatan risiko penyakit depresi
 Peningkatan risiko gangguan kecemasan (gangguan kecemasan umum, pasca
traumatic stress disorder, dan gangguan panik)
 Peningkatan kejadian penyakit jantung
 Peningkatan kejadian tekanan darah tinggi
 Perubahan yang signifikan dalam konsumsi makanan, alkohol, dan tembakau
 Peningkatan risiko penurunan fungsi sosial dan pekerjaan
 Kualitas Gangguan hidup

Ann M. Berger, et al. (2013) Principles and practice of Palliative Care and Supportive Oncology (3 rd ed), p. 721
Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer Business
Faktor risiko untuk gangguan
kesedihan yang kompleks
 Hubungan ketergantungan kepada almarhum
 Hubungan kekerabatan - orang tua dan pasangan
seringkali terkena dampak
 Rasa bersalah terhadap almarhum
 Riwayat kecemasan akibat kehilangan seseorang pada
masa muda
 Cenderung berkehidupan teratur dan nyaman – sulit
beradaptasi terhadap perubahan
 Kurangnya persiapan untuk kematian
Ann M. Berger, et al. (2013) Principles and practice of Palliative Care and Supportive Oncology (3 rd ed), p. 723
Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer Business
Cara Membantu Orang yang
ditinggalkan
 Kami ada untuk mereka
 Mendengarkan tidak menghakimi
 Mendorong mereka untuk berbicara tentang
almarhum
 Memberi kesempatan untuk mengekspresikan
perasaan
 Masa duka adalah proses yang normal.
 Mendampingi mereka untuk beradaptasi
mengatasi kehidupan yang baru.
Peran perawat dalam perawatan masa duka

 Dukungan terhadap keluarga sebelum masa duka


 Penilaian risiko kematian
 Dukungan untuk keluarga pada saat kematian
 Perawatan masa duka di rumah keluarga
Peran relawan dalam perawatan
masa duka
1.Harus dapat menilai risiko kehilangan dan kebutuhan untuk konseling
2.Harus bisa mengenali, menjelaskan, dan meyakinkan keluarga tentang proses
masa duka yang normal.
3.Harus mampu memberikan dukungan emosional dan memfasilitasi ekspresi
kesedihan.
4.Harus mampu mengenali keterbatasan kemampuan relawan, bila perlu dirujuk
ke psikolog/psikiater/dokter.
5.Membantu mengenali asumsi keluarga/anggota keluarga tentang diri mereka
sendiri dan dunia mereka dengan harapan bahwa mereka akan menemukan
makna baru, peran, dan arah dalam hidup.
6.Mampu mengenali kondisi dan kebutuhan relawan sendiri untuk melakukan
perawatan masa duka.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai