Anda di halaman 1dari 20

POST TRAUMATIC

STRESS DISORDER
(PTSD)
Rustafariningsih
Topik Bahasan :

 Latar Belakang
 Kajian Pustaka
• Definisi PTSD
• Etiologi
• Kriteria Diagnosis berdasarkan DSM-5, PPDGJ III dan DSM IV
• Prognosis dan tatalaksana

 Asuhan Keperawatan
Latar belakang
■ Setelah mengalami traumatis, normal
untuk merasa takut, sedih dan cemas.
■ Apabila keadaan tersebut tidak hilang dan
individu tersebut merasa terjebak
dengan perasaan yang menetap terhadap
bahaya dan kenangan yang menyakitkan,
maka bisa muncul gangguan stress pasca
trauma (PTSD).
■ Apabila gejala yang muncul bertahan
dalam kurun waktu 3 hari sampai dengan
1 bulan maka disebut acute stress
disorder
■ Bila gejala tersebut bertahan hingga lebih
dari 4 minggu,  didiagnosis PTSD.

(Chris dkk, 2014).


Definisi PTSD
■ Gangguan stress pascatrauma
(post-traumatic stress disorder– 
PTSD)
suatu sindrom yang timbul setelah
seseorang melihat, terlibat didalam, atau
mendengar stresor traumatik yang ekstrim
dan bereaksi terhadap pengalaman
tersebut dengan rasa takut dan tidak
berdaya, sehingga mereka secara
menetap menghidupkan kembali peristiwa
tersebut, dan mencoba menghindari
mengingat
(Yehuda, hal itu
2014)

 PTSD (post-traumatic stress disorder) adalah gangguan


kecemasan yang dapat terbentuk dari sebuah peristiwa
atau pengalaman yang menakutkan, sulit dan tidak
menyenangkan dimana terdapat perasaan terancam
(American Psychological Association, 2004)
Epidemiologi PTSD
■ Prevalensi PTSD 8% populasi umum
■ Prevalensi seumur hidup perempuan 10-12% dan
5- 6% pada laki-laki.
■ Pada kelompok resiko tinggi yang
mengalami peristiwa traumatis angka
prevalensi seumur hidupnya 5-75%.
■ PTSD dapat terjadi pada usia berapapun dengan
prevalensi tersering dewasa muda akibat
pajanan situasi penginduksi.
■ Trauma pada laki-laki biasanya berupa
pengalaman berperang sedangkan pada
perempuan kekerasan dan perkosaan.
■ Cenderung terjadi pada orang yang lajang,
bercerai, janda, menarik diri secara sosial, atau (Robert dkk, 2009; Saigh dkk,
tingkat sosioekonomi rendah 2013)
Faktor Predisposisi
a) Adanya gangguan psikiatrik sebelum trauma baik pada individu
yang bersangkutan maupun keluarganya;
b) Adanya trauma masa kanak, seperti kekerasan fisik maupun
seksual;
c) Kecenderungan untuk mudah menjadi khawatir;
d) Ciri kepribadian ambang, paranoid, dependen, atau antisosial;
e) Mempunyai karakter yang bersifat introvert atau isolasi sosial; adanya
problem menyesuaikan diri;
f) Adanya kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi secara bermakna;
g) Terpapar oleh kejadian–kejadian dalam kehidupan yang luar biasa
sebelumnya baik tunggal maupun ganda dan dirasakan secara subjektif oleh
individu yang bersangkutan sebagai suatu kondisi atau peristiwa yang
menimbulkan penderitaan bagi dirinya.

(James dkk, 2014):


Fase-Fase PTSD

Fase Kritis Fase Setelah


Gg stress akut Kritis Fase Stresor
Terjadi kurang dari 1 Terjadi penerimaan Terjadi perubahan
bln pasca bencana kepribadian yang
dan penstabilan jiwa
Gejala yang muncul Berlangsung selama berkepanjangan
depresi (keinginan Dapat berlangsung
1 bln-tahunan
bunuh diri, sedih seumur hidup
mendalam, susah Ada trauma bencana
tidur) akan terulang
Gejala PTSD

• Bertindak Impulsif
• Selalu berpikiran negative
• Putus asa
Dampak PTSD
Gangguan Fisik Gangguan Emosi
Pusing Gangguan Kognitif
Marah, malu, merasa bersalah
Gg pencernakan Disorientasi, linglung, lupa
Cemas, takut
Sesak Nafas Tdk focus, tdk konsentrasi
Sedih yg berlarut-larut
Tidak bisa tidur Tdk mempu menganalisa
Mimpi buruk
Kehilangan selera makan Tdk mampu membuat keputusan
Impotensi

Gangguan Sosial
Memisahkan diri dari lingkungan
Gangguan Perilaku Agresif
Menurunnya aktifitas fisik Menyendiri
Perilaku repetitive (berulang-ulang) Merasa ditolak atau sebaliknya dominan
Konflik dengan lingkungan
Prognosis dan Tatalaksana PTSD
■ Gejala PTSD muncul setelah kejadian traumatis, bisa tertunda mulai dari 1
minggu atau hingga 30 tahun, dengan fluktuasi dari waktu ke waktu dan
menjadi paling intens pada periode stress.
■ Jika tidak diobati, sekitar 30% pasien akan menjadi pulih kembali, 40%
berlanjut memiliki gejala ringan, 20% berlanjut dengan gejala sedang, dan
10% tidak akan mengalami perubahan gejala atau bahkan bertambah buruk.
■ Setelah 1 tahun, sekitar 50% dari pasien akan menjadi pulih.
■ Prognosis yang baik dapat terlihat pada onset gejala yang cepat, kurang dari
6 bulan, fungsi premorbid yang baik, dukungan sosial yang kuat, dan tidak
adanya gangguan psikiatri, medis, atau gangguan terkait zat lain atau faktor
resiko lainnya.
■ Orang yang sangat muda dan sangat tua biasanya lebih mengalami
kesulitan ketika menghadapi trauma daripada orang dengan umur
pertengahan
Tatalaksan
a Lini pertama golongan SSRIs, seperti Sertraline (Zoloft) dan Paroxetine

(Paxil), karena keberhasilan, tingkat tolerir, dan juga tingkat keamanan obat
itu.
■ SSRI mengurangi semua gejala PTSD dan sangat efektif dalam memperbaiki
gejala khas PTSD, tidak hanya gejala yang mirip depresi atau gangguan
ansietas lainnya. Dosis SSRI yang sering digunakan seperti Fluoxetin 10-60
mg/hr, Sertaline 50-200 mg/hr atau Fluvoxamine 50-300 mg/hr.
■ Buspirone (BuSpar) adalah obat serotonergik yang juga bisa dipakai.
(Hackmann dkk, 2010; Nenad & Lars,
2010).
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Ada 4 aspek akibat pengalaman traumatis
Pengkajian Perilaku (Behavioral Assesment)
1. Dalam keadaan yang bagaimana pasien Pengkajian Afektif (Affective
berperilaku agresif Assesment)
2. Dalam keadaan seperti apa pasien 1. Sehari berapa kali pasien mengalami
mengalami kembali trauma ketegangan atau timbul perasaan
3. Bgm cara pasien menghindari situasi ingin cepat marah
tersebut (aktivitas apa yang akan 2. Apakah pasien pernah mengalami
dilakukan) perasaan panik
4. Seberapa sering pasien terlibat dalam 3. Aktivitas apa yang disukai pasien
aktivitas sosial 4. Bagaimana hubungan emosional
5. Apakah pasien mengalami kesulitan pasien dengan orang lain
dalam bekerja setelah kejadian
traumatis
Pengkajian
Pengkajian Intelektual (Intellectual
Pengkajian Sosio Kultural (Sociocultural
Assesment)
Assesment)
1. Apakah ada kesulitan berkonsentrasi
1. Bagaimana cara keluarga atau orang
2. Apakah ada kesulitan mengingat
terdekat dalam menyampaiakan
3. Berapa kali dalam sehari muncul pikiran
perubahan perilaku pasien
yang berulang terkait dengan trauma
2. Bagaimana pola komunikasipasien
4. Seberapa sering pasien terlibat dalam
dengan keluarga dan orang terdekat
aktivitas sosialApakah pasien bisa
3. Apa yang dilakukan pasien saat
mengontrol pikiran yang berulang
kehilangan kontrol emosi
tersebut
4. Bagaimana cara pasien mengontrol
5. Apakah pasien mengalami mimpi buruk
emosi
6. Apa yang disukai dan tidak disukai
pasien tentang dirinya
Diagnosa Keperawatan

1. Anseitas b/d krisis situasional


2. Koping defensive b/d kurangnya sistim dukungan
3. Duka cita b/d kematian orang terdekat
4. Risiko sindroma paska trauma b/d bencana
Intervensi Keperawatan : Anseitas
NOC : Anxiety Self-Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam ansetas berkurang dengan indicator
• Monitor intensitas dari anseitas
• Menggunakan strategi koping efektif
• Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan anseitas

NIC : Anxiety Reduction


1. Gunakan pendekatan yang menyenangkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi ketakutan
5. Identifikasi tingkat kecemasan pasien
6. Dengarkan pasien dengan penuh perhatian
7. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan dan persepsi
8. Ajarkan pasien teknik relaksasi
9. Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien
10. Kolabuarsi pemberian obat anti anseitas
Intervensi Keperawatan : Koping Defensif
NOC :
• Mengungkapkan kemampuan untuk mengulangi dan meminta bantuan
jika perlu
• Menunjukkan kemampuan untuk memecahkan masalah
• Mempertahankan perilaku konstruktif baik pada diri sendiri, orang lain
dan lingkungan
• Mengkomunikasikan kebutuhan dan berunding dengan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan
Intervensi Keperawatan : Koping Defensif
NIC :
 Amati penyebab tidak efektifnya penaggulangan seperti konsep diri yang buruk,
kesedihan, kurangnya ketrampilan dalam memecahkan masalah, kurangnya dukungan,
atau perubahan yang ada dalam hidup.
 Amati kekuatan seperti kemampuan untuk menceritakan kenyataan dan mengenali sumber
tekanan
 Monitor risiko membahayakan diri atau orang lain dan tangani secara tepat
 Bantu pasien menentukan tujuan yang realistis dan mengenali ketrampilan dan
pengetahuan pribadi
 Gunakan komunikasi empatik, dan dorong pasien/keluarga untuk mengungkapkan
ketakutan, mengekspresikan emosi, dan menetapkan tujuan
Intervensi Keperawatan : Koping Defensif
NIC
 Anjurkan pasien untuk membuat pilihan dan ikut serta dalam perencanaan perawatan dan
aktivitas yang terjadwal
 Berikan aktivitas fisik dan mental yang tidak melebihi kemampuan pasien (misal bacaan,
televisi, radio, ukiran, tamasya, bioskop, makan keluar, perkumpulan sosial, latihan,
olahraga, permainan)
 Gunakan sentuhan dengan izin. Berikan pasien pijatan punggung berupa usapan perlahan
dan berirama dengan tangan. Gunakan 60 kali usapan dalam semenit selama 3 menit pada
luasan 2 inchi pada kedua sisi mulai dari daerah atas ke bawah
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai