Keperawatan
Pada Klien
Korban
Pemerkosaan
Dosen: Ns. Tisna Yanti, S.Kep, M.Kes
Kelompok 4
S1 Keperawatan Tingkat 3 / Semester 5
Faktor ekonomi
Tanda
Dan
Gejala
• Terdapat stressor yang berat dan jelas (kekerasan, perkosaan), yang akan
menimbulkan gejala penderitaan yang berarti bagi hampir setiap orang
• Penghayatan yang berulang-ulang dari trauma itu yang dibuktikan oleh
terdapatnya paling sedikit satu dari hal berikut:
✓ ingatan berulang dan menonjol tentang peristiwa itu
✓ mimpi-mimpi berulang dari peristiwa itu
✓ timbulnya secara tiba-tiba perilaku / perasaan seolah-olah peristiwa
traumatik itu sedang timbul kembali, karena berkaitan dengan suatu
gagasan atau stimulus / rangsangan lingkungan
• Berkurangnya hubungan dengan dunia luar yang dimulai pada beberapa
waktu setelah trauma, dan dinyatakan paling sedikit satu dari hal berikut:
✓ berkurangnya secara jelas minat terhadap satu atau lebih aktivitas yang
cukup berarti
✓ perasaan terlepas atau terasing dari orang lain
✓ murung, sedih, dan putus asa
• Paling sedikit ada dua dari gejala-gejala berikut ini yang tidak ada
sebelum trauma terjadi, yaitu:
✓ kewaspadaan atau reaksi terkejut yang berlebihan
✓ gangguan tidur (disertai mimpi-mimpi yang menggelisahkan)
✓ perasaan bersalah karena lolos dari bahaya maut, sedangkan orang lain
tidak, atau merasa bersalah tentang perbuatan yang dilakukannya
✓ daya ingat atau kesukaran konsentrasi
✓ penghindaran diri dari aktivitas yang membangkitkan ingatan tentang
peristiwa traumatik itu
✓ peningkatan gejala-gejala apabila dihadapkan pada peristiwa yang
menyimbolkan / menyerupai peristiwa traumatik itu
Pathway sexual abusse
Individu dengan peristiwa traumatis Kognisi : Ketakutan, Menyalahkan diri sendiri,
(Kekerasan Seksual) Sulit konsentrasi
Adanya pikiran negatif Body : Pengabaian terhadap diri sendiri, Jarang masuk
(Menganggap dirinya tidak berdaya) sekolah dengan intensitas sering karena sakit
Dukungan
Pengulangan pikiran negatif Individu belum mampu meminimalisir Sosial
tekanan (Social Support)
Individu
Negative belief mampu
Action : beradaptasi
Manipulasi kognisi : Mengalihkan dengan
Terkekang dalam perasaan pada hal yang sifatnya hiburan, lingkungan
simpatik Acceptance. sosial
yang mendalam Mampu
Strategi mengatasi masalah : beraktifitas
Perubahan mental, Menumbuhkan seperti hari-hari
pikiran positif. biasanya
Permasalahan-Permasalahan Yang Berkaitan Dengan Korban
Pemerkosaan
Farmakoterapi
Mulai terapi obat hanya dalam hal
kelanjutan pengobatan pasien yang
sudah dikenal. Terapi dengan anti
depresiva pada gangguan stress
traumatik ini masih kontroversial. Obat
yang bisa digunakan adalah
benzodiazepin, litium, camcolit dan zat
pemblok beta seperti propranolol,
klonidin, dan karbamazepin.
Lanjutan...
Pengobatan
Psikoterapi
1. Anxiety Management 8. Exposure Therapy
5. Assertiveness Training
12. Terapi Bicara
n
7. Cognitive Therapy
Peran Perawat
Peran Perawat
1. Pentingnya mengkomunikasikan empat ucapan berikut ini pada korban
perkosaan : saya prihatin hal ini terjadi padamu, anda aman disini, saya senang
anda hidup, anda tidak bersalah.
3. Pastikan bahwa pasien memiliki privasi yang adekuat untuk semua intervensi-
intervensi segera pasca krisis
6. Discharge planning
Diagnosa, Tujuan dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa :
Sindrom trauma perkosaan berhubungan dengan menjadi korban perkosaan
1 seksual yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan dan berlawanan dengan
keinginan dan persetujuan pribadi seseorang.
Tujuan :
a. Tujuan jangka pendek: Luka fisik anak akan sembuh tanpa komplikasi
2 b. Tujuan jangka panjang anak akan mengalami resolusi berduka yang sehat,
memulai proses penyembuhan psikologis.
Intervensi :
Mengkomunikasikan empat ucapan berikut ini pada korban perkosaan saya
3 prihatin hal ini terjadi padamu, anda aman disini, saya senang anda hidup, anda
tidak bersalah. Menjelaskan setiap prosedur pengkajian yang akan dilakukan dan
mengapa dilakukan. Memastikan bahwa pengumpulan data dilakukan dalam
perawatan, cara tidak menghakimi.
Diagnosa, Tujuan dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa :
1 Ketidakberdayaan berhubungan dengan harga diri rendah.
Tujuan :
Mengenali dan menyatakan secara verbal pilihan-pilihan yang tersedia dengan
2 demikian merasakan beberapa kontrol terhadap situasi kehidupan (dimensi
waktu ditentukan secara individu).
Intervensi :
3 Dalam berkolaburasi dengan tim medis, pastikan bahwa semua cedera fisik,
fraktur, luka bakar mendapatkan perhatian segera. Dorong untuk mendiskusikan
peristiwa pemerkosaan yang telah dilakukan. Memastikan bahwa usaha-usaha
menyelamatkan tidak diusahakan oleh perawat tetapi ingat bahwa keputusan
akhir harus dibuat oleh klien.
Diagnosa, Tujuan dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa :
Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik
1 atau umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna
diri.
Tujuan :
Mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa
2 menjadi defensif, perilaku merasionalisasi
Intervensi :
3 Kenali dan dukung kekuatan-kekuatan ego dasar, beri semangat untuk
mengrtahui dan mengungkapkan bagaimana perasaan ini menimbulkan perilaku
defensif, seperti menyalahkan oprang lain karena prilakunya sendiri.
Implementasi
Evaluasi adalah ke g i a t a n
dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah
ditentukan, untuk
mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasil
dari proses keperawatan
KESIMPULAN
Ketika seseorang mengalami kekerasan atau pelecehan secara seksual baik itu secara fisik maupun
psikologis, maka kejadian tersebut dapat menimbulkan suatu trauma yang sangat mendalam
dalam diri seseorang tersebut terutama pada anak-anak dan remaja. Dan kejadian traumatis
tersebut dapat mengakibatkan gangguan secara mental, yaitu Post Traumatic Stress Disorder
(PTSD). Tingkatan gangguan stress pasca trauma berbeda-beda bergantung pada seberapa parah
kejadian tersebut mempengaruhi kondisi psikologis dari korban. Untuk menyembuhkan gangguan
stress pasca trauma pada korban kekerasan atau pelecehan seksual diperlukan bantuan baik secara
medis maupun psikologis, agar korban tidak merasa tertekan lagi dan bisa hidup secara normal
kembali seperti sebelum kejadian trauma. Dan pendampingan itu sendiri juga harus dengan
metode-metode yang benar sehingga dalam menjalani penyembuhan atau terapi korban tidak
mengalami tekanan-tekanan baru yang diakibatkan dari proses pendampingan itu sendiri.