KEKERASAN SEKSUAL
(SEXUAL ABUSE ): KORBAN PERKOSAAN
Kelompok 5 (A 2020 2)
NAMA-NAMA ANGGOTA KELOMPOK
• Ekspresi diri : ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas, seperti dalam sebuah konser,
penonton sepak bola, geng sekolah, dan perkelahian massal.
• Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
• Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga, tidak membiasakan dialog untuk
memecahkan masalah, dan cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
• Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai seorang
yang dewasa.
• Adanya riwayat perilaku anti sosial, meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme, sertatidak mampu
mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
Manifestasi Klinis
Menurut Yosep (2011) mengemukakan bahwa manifestasi klinis perilaku
kekerasan, sebagai berikut:
1. Fisik gejalanya, terdiri dari: Muka merah dan tegang, Mata melotot/pandangan tajam, Tangan
mengepal, Rahang mengatup, Postur tubuh kaku, Jalan mondar-mandir.
2. Verbal gejalanya, terdiri dari: Bicara kasar, Suara tinggi, membentak atau berteriak,
Mengancam secara verbal atau fisik, Mengumpat dengan kata-kata kotor, Suara keras, Ketus.
3. Perilaku gejalanya, terdiri dari: Melempar atau memukul benda/orang lain, Menyerang orang
lain, Melukai diri sendiri/orang lain, Merusak lingkungan, Amuk/agresif,
4. Emosi gejalanya, terdiri dari: Tidak adekuat, Tidak aman dan nyaman, Rasa terganggu, dendam,
dan jengkel, Tidak berdaya, Bermusuhan, Mengamuk dan ingin berkelahi, Menyalahkan dan
menuntut
5. Intelektual gejalanya, terdiri dari: Mendominasi, Cerewet, Kasar, Berdebat, Meremehkan,
Sarkasme.
6. Spiritual gejalanya, terdiri dari: Merasa diri berkuasa, Merasa diri benar, Mengkritik pendapat
orang lain, Menyinggung perasaan orang lain, Tidak peduli, Kasar.
7. Sosial gejalanya, terdiri dari: Menarik diri, Pengasingan, Penolakan, Kekerasan, Ejekan, Sindiran.
8. Perhatian gejalanya, terdiri dari: Bolos, Mencuri, Melarikan diri, Penyimpangan seksual.
PATOFISIOLOGI
○ Tahap awal
Pelaku membuat korban merasa nyaman dengan menyakinkan bahwa, yang
dilakukannya tidak salah secara moral. Pelaku mencoba menyentuh sisi kebutuhan anak
akan kasih sayang dan perhatian, penerimaan dari orang lain, serta mencoba
menyamakannya dengan permainan dan menjanjikan imbalan material yang
menyenangkan. Pelaku dapat mengintimidasi secara halus ataupun bersikap memaksa
secara kasar.
○ Tahap kedua
Perilaku yang terjadi bisa saja hanya berupa mengintip sampai perilaku yang intensitasnya
berat, yaitu memakasa anak untuk melakukan hubungan seksual. Setelah kejadian tersebut,
pelaku mengancam korban agar merahasiakan apa yang terjadi kepada orang lain.
○ Tahap ketiga
Tahapan korban mau menceritakan pengalamannya kepada orang lain. Kemungkinan
korban merahasiakan pengalamannya sampai berusia dewasa, atau menceritakannya
kepada orang yang mempunyai kedekatan emosional dengannya, sehingga ia merasa aman.
PATHWAY
Klasifikasi Kekerasan Seksual
2. Kekerasan yang
1. Kekerasan yang
dilakukan oleh orang
dilakukan oleh
lain di luar anggota
anggota keluarga
keluarga
Batasan Karakteristik Kekerasan
Seksual (Sexual Abuse): Perkosaan
1. Fase akut, sebagai berikut:
a) Respons somatik, terdiri dari:
- Peka rangsang gastrointestinal, seperti mual, muntah, dan anoreksia.
- Ketidaknyamanan genitourinarius, seperti nyeri dan pruritus.
- Ketegangan otot-otot rangka, seperti spasme dan nyeri.
• Bunuh diri: Kondisi stress pasca trauma membuat korban pemerkosaan lebih berisiko untuk memutuskan
bunuh diri, yang dipicu oleh rasa malu dan merasa tidak berharga.
• Kriminalisasi: Pada budaya dan kelompok masyarakat tertentu, korban pemerkosaan dapat menjadi
korban untuk kedua kalinya karena dianggap telah berdosa dan tidak layak hidup. Mereka diasingkan
dari masyarakat, tidak diperbolehkan menikah, atau diceraikan jika telah menikah. Dalam kelompok
masyarakat lain, kriminalisasi pun dapat terjadi ketika korban disalahkan, karena dianggap perilaku atau
cara berpakaiannya yang menjadi penyebab diperkosa.
Beban Psikologis dan Kesehatan Fisik
Kekerasan Seksual (Sexual Abuse): Korban
Perkosaan
Beban Fisik
• Penyakit menular seksual (PMS): Penetrasi vagina yang dipaksakan membuat terjadinya luka yang
membuat virus dapat masuk melalui mukosa vagina. Kondisi ini lebih rawan terjadi pada anak atau
remaja yang lapisan mukosa vaginanya belum terbentuk dengan kuat.
• Peradangan pada vagina (vaginitis)
• Infeksi atau pendarahan pada vagina atau anus
• Gangguan hasrat seksual hipoaktif (hypoactive sexual desire disorder/HSDD): Keengganan esktrem
untuk berhubungan seksual atau justru menghindari semua atau hampir semua kontak seksual.
• Nyeri saat berhubungan seksual (dyspareunia)
• Vaginismus
• Infeksi kantong kemih
• Nyeri panggul kronis
• Kehamilan yang tidak diinginkan
Penatalaksanaan Kekerasan Seksual
(Sexual Abuse ): Korban Perkosaan
2. Psikoterapi
Menurut Suda (2006), beberapa model program
1. Farmakoterapi konseling yang dapat diberikan kepada korban
Terapi obat dengan anti depresan pada gangguan yang mengalami sexual abuse sebagai berikut:
stress pasca traumatik. Obat yang biasa - The dynamics of sexual abuse: difokuskan pada
digunakan adalah benzodiazepin, litium, pengambangan konsepsi, dengan kasus tersebut
camcolit, dan zat pemblok beta, seperti kesalahan dan tanggung jawab berada pada
propranolol, klonidin, dan karbamazepin. Obat pelaku bukan pada korban dan korban dijamin
tersebut biasanya diresepkan sebagai obat yang tidak disalahkan meskipun telah terjadi kontak
sudah diberikan sejak lama yang dilanjutkan seksual.
sesuai programnya, dengan pengecualian, yaitu - Protective behaviors counseling: dilatih
benzodiazepine: estazolam 0,5-1 mg/os, menguasai keterampilan mengurangi kerentannya
oksanazepam 10-30 mg/os, diazepam (valium) 5- sesuai dengan usia.
10 mg/os, klonazepam 0,25-0,5 mg/os, dan - Survivor or self-esteem counseling: menyadarkan
lorazepam 1- 2 mg/os (Kaplan et al, 1997). korban bahwa sebenarnya bukanlah korban,
melainkan orang yang mampu bertahan (survivor)
dalam menghadapi masalah sexual abuse.
Asuhan Keperawatan
Kasus Kekerasan Seksual
(Sexual Abuse): Korban
Perkosaan
Pengkajian
• Aktivitas atau istirahat, terdiri dari:
• Identitas klien, terdiri dari nama, alamat, umur, pekerjaan, a. Tidak dapat tidur.
status perkawinan, agama, tanggal masuk, diagnosa, dan b. Tidur berlebihan.
tanggal didata. c. Mimpi buruk.
d. Berjalan saat tidur.
• Riwayat kesehatan, terdiri dari riwayat kesehatan sekarang, e. Tidur di tempat yang asing.
riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat kesehatan dahulu. f. Keletihan.
• Ketidakberdayaan b.d harga diri rendah. • Koping defensif b.d harga diri rendah, kurang umpan
balik, dan umpan balik negatif berulang yang
• Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d mengakibatkan penurunan makna diri
pengasuhan yang tidak adekuat dan penderitaan
oleh pengasuh dari nyeri fisik atau cedera dengan • Koping keluarga tidak efektif b.d perasaan bersalah
tujuan untuk menyebabkan bahaya, biasanya terjadi yang berlebihan, marah, serta saling menyalahkan
dalam waktu lama. diantara anggota keluarga mengenai perilaku anak
dan kepenatan orang tua karena menghadapi anak
• Ansietas sedang sampai berat b.d ancaman konsep dengan gangguan dalam jangka waktu lama.
diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi sistem
keluarga, serta hubungan antara orang tua dan anak • Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis,
yang tidak memuaskan. perawatan diri, dan kebutuhan terapi b.d kurang
sumber informasi dan interpretasi yang salah tentang
informasi.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Kep Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Sindrom trauma perkosaan Setelah dilakukan tindakan 1. Menghubungkan 1. Pasien yang telah
b.d menjadi korban keperawatan selama…..x24 pentingnya diperkosa secara
perkosaan seksual yang jam diharapkan sindrom mengkomunikasikan seksual takut
dilakukan dengan trauma pasien teratasi. empat ucapan berikut ini terhadap
menggunakan kekuatan dan Dengan kriteria hasil: pada pasien: kehidupannya dan
berlawanan dengan Tujuan jangka pendek: luka • Saya prihatin hal ini terjadi harus diyakinkan
keinginan dan persetujuan fisik korban akan sembuh padamu, anda aman disini, kembali
pribadi seseorang. tanpa komplikasi. saya senang anda hidup, keamanannya.
Tujuan jangka panjang: dan anda tidak bersalah. 2. Pasien juga sangat
pasien akan mengalami • Anda adalah korban. ragu-ragu dengan
resolusi berduka yang sehat, • Ini bukan kesalahan anda. dirinya, menyalahkan
memulai proses • Apapun keputusan yang diri sendiri,
penyembuhan psikologis. Anda buat pada saat pernyataan-
pengorbanan adalah hak pernyataan ini
seseorang karena anda membangkitkan rasa
hidup. percaya secara
Jelaskan setiap prosedur bertahap, dan
pengkajian yang akan memvalidasi harga
dilakukan dan alasan untuk diri pasien tersebut.
dilakukan. Pastikan bahwa Untuk menurunkan
pengumpulan data dilakukan ansietas dan
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Kep Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Koping individu tidak efektif Setelah dilakukan…..x24jam 1. Pastikan bahwa 1. Rencana untuk
b.d kelainan fungsi dari sistem diharapkan koping individu sasarannya adalah aktivitas-aktivitas
keluarga dan perkembangan tidak efektif pasien teratasi. realistis. untuk sukses adalah
ego yang terlambat, serta Dengan kriteria hasil: 2. Sampaikan perhatian pasti yang dapat
penganiayaan dan 1. Pasien mengembangkan tanpa syarat pada pasien. meningkatkan harga
pengabaian anak. dan menggunakan 3. Sediakan waktu bersama diri.
keterampilan koping yang pasien, keduanya pada 2. Komunikasi
sesuai dengan umur dan satu ke satu baris dan penerimaan perawat
dapat diterima sosial. pada aktivitas-aktivitas terhadapnya sebagai
2. Pasien mampu kelompok. makhluk hidup yang
menundakan pemuasan 4. Menemani pasien dalam berguna dapat
terhadap keinginannya, mengidentifikasi aspek- meningkatkan harga
tanpa terpaksa untuk aspek positif dalam diri.
menipulasi orang lain. mengembangkan 3. Untuk menyampaikan
3. Pasien mampu rencana-rencana untuk pada pasien bahwa dia
mengekspresikan merubah karakteristik berharga.
kemarahan dengan cara yang dilihatnya sebagai 4. Identifikasi aspek-
yang dapat diterima secara negatif. aspek positif pasien,
sosial. sehingga mempunyai
Pasien mampu koping individu yang
mengungkapkan kemampuan- efektif.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Kep Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional