Anda di halaman 1dari 8

PSIKOLOGI ABNORMAL

BINTI KHOIRUN NIKMAH


12308183103
OCD (Obsessive-Compulsive Disorder)
A. Pengertian

Obsesive-Compulsive Disorder adalah gangguan mental yang menyebabkan penderitanya merasa harus melakukan suatu

tindakan secara berulang-ulang. Bila tidak dilakukan, penderita OCD akan diliputi kecemasan atau ketakutan.
B. Gejala
• Gejala yang timbul merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktifitas penderita.
• Harus disadari sebagian atau impuls diri sendiri
• Setidaknya ada 1 pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan
• Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan
lega dari anxietas)
• Gagasan atau impuls tersebut merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan
• Ada kaitan antara gejala obsessive-kompulsive dengan depresi. Penderita OCD sering kali juga menunjukkan gejala depresif
begitupun sebaliknya.
• Gejalanya tidak dipengaruhi oleh fisiologis suatu zat (obat-obat an)
• Ke-khawatiran yang berlebihan
• Pola perilaku yang berulang
PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)
A. Pengertian

PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) atau gangguan stress pascatrauma adalah gangguan mental yang muncul setelah
seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang tidak menyenangkan.

PTSD ini merupakan gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis. Peristiwa
traumatis yang dapat memicu PTSD antara lain seperti perang, kecelakaan, bencana alam, dan pelecehan seksual.

B. Gejala
• Ingatan pada peristiwa traumatis. Penderita PTSD sering kali teringat pada peristiwa yang membuatnya trauma. Ingatan
terhadap peristiwa traumatis tersebut juga sering kali hadir dalam mimpi buruk, sehingga penderita tertekan secara emosional.
• Kecenderungan untuk mengelak. Penderita PTSD enggan memikirkan atau membicarakan peristiwa yang membuatnya trauma.
• Pemikiran dan perasaan negative. Penderita PTSD cenderung menyalahkan dirinya atau orang lain, penderita juga lebih sering
menyendiri dan sulit menjalin hubungan dengan orang lain.
• Perubahan perilaku dan emosi. Penderita PTSD sering kali mudah takut atau marah meski tidak dipicu oleh ingatan pada
peristiwa traumatis, penderita juga sulit tidur dan berkonsentrasi.
Faktor-Faktor Pendukung Anxiety

1. Pengalaman-pengalaman negative pada masa


lalu
2. Pikiran yang tidak rasional
3. Faktor Keturunan
Tingkat Kecemasan (Anxiety)

1. Ansietas Ringan

Ansietas ini dapat memotivasi pelajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

2. Ansietas Sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal penting dan mengesampingkan yang lain.

3. Ansietas Berat

Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

4. Tingkat Panik

Invidu yang mengalami panic tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan.
Upaya Untuk Mengurangi Kecemasan (Anxiety)
1. Pembelaan
Usaha yang dilakukan untuk mencari alasan yang masuk akal bagi tindakan yang sesungguhnya tidak masuk akal.
Pembelaan ini tidak dimaksudkan untuk membujuk atau menipu orang lain, akan tetapi membujuk dirinya sendiri, supaya
tindakan yang tidak bisa diterima itu masih tetap dalam batas yang diingini oleh dirinya.
2. Proyeksi
Proyeksi adalah menimpakan sesuatu yang terasa dalam dirinya kepada orang lain, terutama tindakan, fikiran atau
dorongan-dorongan yang tidak masuk akal sehingga dapat diterima dan kelihatannya masuk akal.
3. Identifikasi
Identifikasi adalah kebalikan dari proyeksi, dimana orang turut merasakan sebagian dari tindakan atau sukses yang
dicapai oleh orang lain. Apabila ia melihat orang berhasil dalam usahanya ia gembira seolah-olah ia yang sukses dan apabila ia
melihat orang kecewa ia juga ikut merasa sedih.
4. Hilang Hubungan (Disasosiasi)
Apabila orang merasa bahwa ada seseorang yang dengan sengaja menyinggung perasaannya, maka ia akan marah dan
menghadapinya dengan balasan yang sama.
5. Represi
Represi adalah tekanan untuk melupakan hal-hal, dan keinginan-keinginan yang tidak disetujui oleh hati nuraninya.
Proses itu terjadi secara tidak disadari.
6. Subsitusi
Dalam subsitusi orang melakukan sesuatu, karena tujuan-tujuan yang baik, yang berbeda sama sekali dari tujuan asli
yang mudah dapat diterima, dan berusaha mencapai sukses dalam hal itu.
SUMBER REFERENSI

1. Annisa, D,F & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia).
Konselor.05 (02).
2. Muslim,R. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ-III Dan DSM-5.
Jakarta : PT Nuh Jaya.
3. Saleh, Umniyah. Anxiety Disorder. Universitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai