Anda di halaman 1dari 17

“TUGAS KEPERAWATAN JIWA

TENTANG KEHILANGAN DAN


BERDUKA”
DIBUAT OLEH :
NAMA : ARNOLIS J.N HETHARIA
MAYANG SARI ELY
YUNITA MAHMUD FOKAYAA
LAPORAN PENDAHULUAN
KEHILANGAN DAN BERDUKA
• Definisi
• Kehilangan
• Kehilangan (loss) adalah suatu situasi actual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi
perasaan kehilangan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang
kehidupannya. Sejak lahir, individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun
dalam bentuk yang berbeda. Setiap individu akan berekasi terhadap kehilangan. Respons terakhir terhadap kehilangan
sangat dipengaruhi oleh respons individu terhadap kehilangan sebelumnya (Hidayat, 2009 : 243).
• Berduka
• Berduka (grieving) merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. Hal ini diwujudkan dalam berbagai cara yang unik
pada masing – masing orang dan didasarkan pada pengalaman pribadi, ekspektasi budaya, dan keyakinan spiritual yang
dianutnya (Hidayat, 2009 : 244).
• Penyebab
• Faktor predisposisi
• Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah :
• Faktor genetik
• Individu yang dilahirkan dan dibesarkan didalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan
sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan (Hidayat, 2009 :
246 ).
• Kesehatan jasmani
• Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang
lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik (Prabowo, 2014 : 116).
• Kesehatan mental
• Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat
depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu
dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam
menghadapi situasi kehilangan (Hidayat, 2009 : 246).
• Pengalaman kehilangan dimasa lalu
• Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kanak –
kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi perasaan kehilangan
pada masa dewasa (Hidayat, 2009 : 246).
• Struktur kepribadian
• Individu dengan konsep yang negative, perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap
stress yang dihadapi (Prabowo, 2014 : 116).
• Faktor presipitasi
• Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan.
Kehilangan kasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti:
kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi :
• Kehilangan kesehatan
• Kehilangan fungsi seksualitas
• Kehilangan peran dalam keluarga
• Kehilangan posisi dimasyarakat
• Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
• Kehilangan kewarganegaraan (Prabowo, 2014 : 117).
• Tanda dan gejala
• Kehilangan Menurut Prabowo (2014 : 117) tanda dan gejala kehilangan diantaranya:
• Perasaan sedih, menangis
• Perasaan putus asa, kesepian
• Mengingkari kehilangan
• Kesulitan mengekspresikan perasaan
• Konsentrasi menurun
• Kemarahan yang berlebihan
• Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
• Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
• Reaksi emosional yang lambat
• Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas (Eko prabowo, 2014 : 117).
• Berduka
• Menurut Dalami (2009) tanda dan gejala berduka diantaranya :
• Efek fisik
• Kelelahan, kehilangan selera, masalah tidur, lemah,berat badan menurun,
sakit kepala, berat badan menurun, sakit kepala, pandangan kabur, susah
bernapas, palpitasi dan kenaikan berat , susah bernapas.

Efek emosi
• Mengingkari, bersalah , marah, kebencian, depresi,kesedihan, perasaan
gagal, perasaan gagal, sulit untuk berkonsentrasi, gagal dalam menerima
kenyataan, iritabilita, perhatian terhadap orang yang meninggal.
• Efek social.
• Menarik diri dari lingkungan.
• Isolasi (emosi dan fisik) dari istri, keluarga dan teman.
• Akibat
• Inti dari kemampuan seseorang agar dapat bertahan terhadap kehilangan
• adalah pemberian makna (personal meaning) yang baik terhadap kehilangan (Husnudzon) dan
kompensasi yang positif (konstruktur). Apa bila kondisi tersebut tidak tercapai, maka akan berdampak
pada terjadinya depresi. Pada saat individu depresi sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang
sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga,
ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur,
letih, dorongan libido manurun( Prabowo, 2014 : 117).
• Mekanisme koping
• Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain : Denial, Represi,
Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas
stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi
yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan
tidak tepat (Prabowo, 2014 : 117 – 118).
• Denail
• Dalam psikologi, terma “denail” artinya penyangkalan dikenakan pada seseorang yang dengan kuat
menyangkal dan menolak serta tak mau melihat fakta-fakta yang menyakitkan atau tak sejalan dengan
keyakinan, pengharapan, dan pandangan-pandangannya. Denialisme membuat seorang hidup dalam
dunia ilusifnya sendiri, terpangkas dari kehidupan dan nyaris tidak mampu keluar dari cengkeramannya.
Ketika seseorang hidup dalam denial “backfire effect” atau “efek bumerang” sangat mungkin terjadi
pada dirinya. Orang yang hidup dalam denial tentu saja sangat ridak berbahagia. Dirinya sendiri tidak
berbahagia, dan juga membuat banyak orang lain tidak berbahagia (Prabowo, 2014 : 118).

Represi
• Represi merupakan bentuk paling dasar diantara mekanisme lainnya. Suatu cara pertahanan untuk
menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang mengancam. Represi adalah mekanisme yang
dipakai untuk menyembuhkan hal-hal yang kurang baik pada diri kita kea lam bawah sadar kita. Dengan
mekanisme ini kita akan terhindar dari situasi tanpa kehilangan wibawa kita (Prabowo, 2014 : 118).
• Intelektualisasi
• Intelektualisasi adalah pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari
pengalaman yang menganggu perasaannya. Dengan intelektualisasi, manusia dapat
mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan, dan memberikan
kesempatan untuk meninjau permasalahan secara objektif (Prabowo, 2014 : 118).
• Regresi
• Yaitu menghadapi stress dengan perilaku, perasaan dan cara berfikir mundur kembali ke
ciri tahap perkembangan sebelumnya (Prabowo, 2014 : 118).
• Disosiasi
• Beban emosi dalam suatu keadaan yang menyakitkan diputus atau diubah. Mekanisme
dimana suatu kumpulan proses-proses mental dipisahkan atau diasingkan dari kesadaran
dengan bekerja secara merdeka atau otomatis, afek dan emosi terpisah, dan terlepas dari
ide, situasi, objek, misalnya pada selektif amnesia (Prabowo, 2014 : 118).
• Supresi
• Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebenarnya
merupakan analog dari represi yang disadari. Perbedaan supresi dengan represi yaitu
pada supresi seseorang secara sadar menolak pikirannya keluar alam sadarnya dan
memikirkan yang lain. Dengan demikian supresi tidak begitu berbahaya terhadap
kesehatan jiwa, Karena terjadinya dengan sengaja, sehingga ia mengetahui apa yang
dibuatnya (Prabowo, 2014 : 118).
• Proyeksi
• Proyeksi merupakan usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai kegagalannya,
kesulitannya atau keinginan yang tidak baik. Dolah dan Holladay (1967) berpendapat
bahwa proyeksi adalah contoh dari cara untuk memungkiri tanggung jawab kita terhadap
impuls-impuls dan pikiran-pikiran
PATHWAY
• Pengkajian
• Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan,
dan diperhatikan melalui perilaku.
• Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang mereka pikir dan rasakan adalah :
• Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
• Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
• Perilaku koping yang adekuat selama proses
• Faktor Predisposisi
• Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah :
• Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan
sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan
kehilangan.
• Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung mempunyai
kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik
• Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang
ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat
peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
• Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kana-kanak
akan mempengaruhi individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991)
• Struktur Kepribadian : Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya
diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.

Faktor Presipitasi
• Ada beberapa stressor yang dapatmenimbulkan perasaan kehilangan. Kehilangan kasih sayang secara nyata ataupun
imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi :
• Kehilangan kesehatan
• Kehilangan fungsi seksualitas
• Kehilangan peran dalam keluarga
• Kehilangan posisi di masyarakat
• Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
• Kehilangan kewarganegaraan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N DENGAN KASUS KEHILANGAN DAN
BERDUKA
• PENGKAJIAN
Di sebuah desa dikota A ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan
menikah, sang suami bernama Arza dan sang istri bernama Ningrum.
Mereka satu sama lain sangat mencintai. Apabila Arza sakit sang istri pun
ikut merasakan sakit, begitu pula sebaliknya. Ketika itu Ningrum baru saja
di ketahui positif hamil. Arza dan Ningrum pun sangat senang dan
berusaha semaksimal mungkin melindungi dan menjaga calon anak
mereka itu. Pada suatu hari arza mengalami kecelakaan yang
mengakibatkan arza meninggal. Ibu ningrum mengatakan, hal ini
membuat ningrum merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau
makan dan keluar kamar dia mengurung diri dan memandang foto arza
dia menjadi jarang berbicara dan terkadang sering teriak memanggil nama
arza. Dia sering berkata bahwa tidak percaya arza telah pergi selain itu dia
sering terbangun dan menangis keras memanggil arza. Saat pengkajian
ningrum tampak lemas, wajah tampak kusut. Klien tampak putus asa dan
sedih, klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.tampak kantung
mata tanda-tanda vital N : 75x/mnt , S : 370C , TD : 120/80 mmHg RR :
24x/mnt
DATA FOKUS

Data subyektif Data obyektif

- Ibu klien mengatakan klien merasa sangat terpukul - Klien tampak lemas
dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar - wajah tampak kusut
kamar - Klien tampak putus asa dan sedih
- Ibu klien mengatakan klien sering mengurung diri - Klien susah berkosentrasi ketika perawat
dan memandang foto arza bertanya.
- Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang - Tampak kantung mata
berbicara dan terkadang sering teriak memanggil Tanda-Tanda Vital N:
-
nama arza. 75x/mnt
- Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza S: 370C
telah pergi.
Klien mengatakan sering terbangun dan TD: 120/80 mmHg RR:
-
24x/mnt
menangis keras memanggil arza
Data Fokus Masalah keperawatan
Data subyektif Duka cita terganggu

- Ibu klien mengatakan klien merasa sangat terpukul


dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar
kamar
- Ibu klien mengatakan klien sering mengurung diri dan
memandang foto arza.
- Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang berbicara
dan terkadang sering teriak memanggil nama arza.
- Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza telah
pergi.
- Klien mengatakan sering terbangun dan menangis
keras memanggil arza
 
Data obyektif
- Wajah tampak kusut
- Klien tampak putus asa dan sedih

- Klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya


- Tanda-Tanda Vital N:
75x/mnt
S: 370C

TD: 120/80 mmHg RR:


24x/mnt
Data Fokus Masalah keperawatan
Data Subyektif Isolasi sosial

- Ibu klien mengatakan klien merasa


sangat terpukul dia terus menangis,
tidak mau makan dan keluar kamar
- Ibu klien mengatakan klien sering
 
 
Data Obyektif
- Wajah tampak kusut
- Klien tampak putus asa dan sedih,

- Klien susah berkosentrasi ketika


perawat bertanya.
- Tanda-tanda
vital N:
75x/mnt
S: 370C

TD: 120/80 mmHg


RR: 24x/mnt
• INTERVENSI 
• Tujuan umum :
• Pasien berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas.
• Tujuan khusus:
• Mampu mengungkapkan perasaan berduka
• Menjelaskan makna kehilangan
• Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal
• Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif
• Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya
• Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
• Klien dapat mengurangi rasa bersalah nya
• Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri
• Klien dapat menerima kehilangan
• Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain
• IMPLEMENTASI
• Mengingkari
• Jelaskan proses berduka
• Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya
• Mendengarkan dengan penuh perhatian
• Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang
dilakukan
• Jangan bantah pengingkaran pasien, tetapi sampaikan fakta
• Teknik komunikasi diam dan sentuhan
• Perhatikan kebutuhan dasar pasien
• Marah
• Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan
kemarahan secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan.
• Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah
respon yang normal karena merasakan kehilangan dan
ketidakberdayaan.
• Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga.
• Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan
marah pada perawat.
• Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahannya.
• Tawar-menawar
• Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya
• Dengarkan dengan penuh perhatian
• Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak
rasional
• Berikan dukungan spiritual 
• Depresi
• Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah
• Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya
• Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan
memegang tangan pasien
• Hargai perasaan pasien
• Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul
• Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki  
• Penerimaan
• Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur
• Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada
ditahap yang sama pada saat yang bersamaan.
• Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan dilakukan
setelah masa berkabung telah dilalui.
• Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat
dilakukan adalah ziarah (menerima kenyataan),melihat foto-foto
proses pemakaman
• EVALUASI

• S = - Pasien mengatakan sudah bisa menerima keadaan yang


sebenarnya
• O = - Pasien bersedia mendengarkan penjelasan dari petugas
• Sudah bisa meredam marah
• Mau berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain
• Pasien tampak tenang
• A = Masalah teratasi
• P = Pertahankan intervensi
SEKIAN DAN TERIMAH
KASIH!!
YANG BERAT ITU BUKAN RINDU
TAPI MENCINTAIMU
TANPA PERNAH KAMU TAU.....

Anda mungkin juga menyukai