TRIGGER 3
PSIKIATRI
JENIS GANGGUAN NEUROSIS
1. Neurosis Cemas
Gejala:
Timbulnya PTSD diduga dapat dipicu oleh salah satu atau beberapa faktor di bawah ini,
di antaranya :
1. Pernah mengalami peristiwa trauma lain, misalnya penyiksaan saat masa kecil.
2. Mengidap gangguan mental lain.
3. Mengalami trauma jangka panjang.
4. Memiliki anggota keluarga yang mengidap PTSD atau gangguan mental lain.
5. Memiliki profesi yang berpotensi menyebabkan seseorang untuk mengalami kejadian
traumatis, misalnya tentara.
6. Kurang dukungan dari keluarga dan teman.
Hingga saat ini, penyebab pasti PTSD belum diketahui secara pasti. Namun, terdapat dugaan
tentang beberapa kondisi yang dapat menyebabkan gangguan stres pascatrauma ini, yaitu:
Gejala PTSD cenderung mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama dalam hubungan dengan ora
ng lain serta lingkungan kerja. Gejala yang muncul pada tiap pengidap bisa berbeda-beda. Ada ya
ng mengalaminya segera setelah kejadian dan ada juga yang muncul setelah beberapa bulan atau
bahkan bertahun-tahun kemudian.
1. Gangguan kepribadian skizotipal. Selain tingkah laku yang aneh dan cara bica
ra mereka yang tidak wajar, penderita gangguan kepribadian jenis ini kerap terlihat ce
mas atau tidak nyaman dalam situasi sosial. Penderita juga kerap berkhayal, misalny
a percaya bahwa dirinya memiliki kekuatan telepati yang mampu memengaruhi emosi
dan tingkah laku orang lain atau percaya bahwa suatu tulisan di koran adalah sebuah
pesan tersembunyi bagi mereka.
1.Gangguan kepribadian ambang (borderline). Orang yang menderita kondisi ini biasanya m
emiliki emosi yang tidak stabil dan memiliki dorongan untuk menyakiti diri sendiri, misalnya denga
n meminum banyak alkohol atau melakukan seks bebas. Penderita gangguan ini juga merasa kes
ulitan untuk berinteraksi dengan orang lain. Mereka merasa tidak dianggap baik dalam lingkungan
keluarga maupun di masyarakat.
2.Gangguan kepribadian antisosial. Orang yang menderita kondisi ini kerap mengabaikan nor
ma sosial yang berlaku dan tidak memiliki rasa simpati terhadap orang lain. Penderita cenderung
menyalahkan orang lain atas masalah yang terjadi dalam hidup mereka. Mereka gemar mengintim
idasi orang lain dan tidak menyesali perbuatan mereka. Mereka juga tidak mampu mengendalikan
amarah dan mempertahankan hubungan.
3.Gangguan kepribadian narsistik. Orang yang menderita kondisi ini merasa yakin bahwa diri
nya lebih istimewa dibandingkan orang lain. Mereka cenderung arogan dan terus-menerus mengh
arapkan pujian dari orang lain. Mereka akan membanggakan dan melebih-lebihkan prestasi yang
dicapai. Ketika merasa ada orang lain yang lebih unggul daripada mereka, penderita gangguan ke
pribadian narsistik akan merasa sangat iri.
4.Gangguan kepribadian histrionik. Orang yang menderita kondisi ini biasanya terlalu mence
maskan penampilan, cenderung dramatis dalam berbicara, dan selalu mencari perhatian. Apabila
menjalin hubungan pertemanan, penderita gangguan ini akan menganggap hubungan pertemanan
tersebut sangat erat, meskipun orang lain menganggapnya tidak.
Gangguan kepribadian kelompok C terdiri dari:
1.Gangguan kepribadian dependen. Penderita kondisi ini akan merasa sangat tergantung pad
a orang lain dalam hal apa pun. Mereka tidak bisa hidup mandiri dan selalu diliputi rasa takut akan
ditinggalkan orang lain. Saat mereka sedang sendiri, mereka akan merasa tidak nyaman dan tidak
berdaya. Akibat ketergantungan yang berlebihan ini, penderita gangguan kepribadian dependen ti
dak akan bisa membuat keputusan dan mengemban tanggung jawab sendiri tanpa petunjuk dan b
antuan orang lain.
2. Gangguan kepribadian menghindar. Penderita kondisi ini sering menghindari kontak sosial,
terutama dalam kegiatan baru yang melibatkan orang asing. Tidak sama seperti gangguan kepriba
dian skizoid, penghindaran ini dilakukan penderita karena mereka malu dan tidak percaya diri. Seb
enarnya mereka ingin sekali menjalin hubungan dekat, namun mereka merasa tidak pantas berba
ur dan khawatir mengalami penolakan.
3.Gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Orang yang mengalami kondisi ini bisa dikataka
n “gila kendali”. Mereka sulit untuk bisa bekerja sama dengan orang lain dan lebih memilih untuk
mengatur atau menyelesaikan tugasnya sendiri. Karena kepribadian mereka yang perfeksionis, se
ring kali mereka stres apabila hasil pekerjaan tidak sesuai dengan standar mereka yang tinggi.