Anda di halaman 1dari 13

pengertian Neurosis

Neurosis berasal dari bahasa Yunani yaitu neuron artinya saraf dan osis artinya
penyakit atau gangguan. Istilah neurosis pertama kali dipopulerkan oleh William Cullen pada
1769. Cullen mengartikan neurosis sebagai gangguan perasaan dan gerakan yang disebabkan
oleh kelainan saraf. Saat ini, neurosis didefinisikan sebagai gangguan mental yang mengenai
sebagian kecil aspek kepribadian, dan orang yang mengalaminya masih dapat melakukan
pekerjaan sehari-hari dan tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Konsep neurosis berhubungan dengan bidang psikoanalisis, suatu aliran pemikiran


dalam psikologi atau psikiatri. Psychoneuroses merupakan kekacauan kepribadian yang
relatif lebih ringan namun meresahkan dan tidak menyenangkan pasien tetapi tidak sampai
merusak penyesuaiannya dengan kehidupan sosialnya atau mengganggu aktivitas sehari-
harinya sehigga tidak membutuhkan pengawasan atau diharuskan masuk ke rumah sakit jiwa.

Pengertian Neurosis menurut para ahli :

Singgih Dirgagunarsa (1978 : 143), neurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada
sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakukan
pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa belajar, dan jarang memerlukan
perawatan khusus di rumah sakit.

Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental,
hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali
ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik,
hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik, dst.

Nurosis, menurut W.F. Maramis (1980 : 97), adalah suatu kesalahan penyesuaian diri
secara emosional karena tidak diselesaikan suatu konflik tidak sadar.

Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari para ahli tersebut dapat diidentifikasi
pokok-pokok pengertian mengenai neurosis sebagai berikut:
a. Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan.
b. Neurosis terjadi pada sebagian kecil aspek kepribadian.
c. Neurosis dapat dikenali berdasarkan gejala yang paling menonjol yaitu kecemasan.
d. Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan mampu melakukan aktivitas
sehari-hari
e. Penderita neurosis tidak memerlukan perawatan khusus di rumah sakit jiwa.

Penyeban Neurosis :
Ada beragam penyebab neurosis, dari psikis sampai fisik. Penyebab tersebut antara lain
adalah :
1. Stres mental dan jasmani yang berlebihan
2. Pengalaman emosional yang sangat menyakitkan atau mendalam
3. Ada masalah yang tidak bisa dipecahkan
4. Jadwal kerja yang sangat padat sehingga tidak ada waktu untuk istirahat atau bersantai;
Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan

jenis-jenis neurosis sebagai berikut (W.F. Maramis, 1980 : 257-258).

1. Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)

a. Gejala-gejala neurosis cemas


Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi bersifat
mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut. Bila kecamasan
yang dialami sangat hebat maka terjadi kepanikan.
1) Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti
mengambang, lekas lelah, keringat dingan, dst.
2) Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak
mampu, dst.

b. Faktor penyeban neurosis cemas


Menurut Maramis (1998 : 261), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara
psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan
yang dipendam.

c. Terapi untuk penderita neurosis cemas


Terapi untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber
ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap
permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh
kepribadian penderita. Ada beberapa jenis terapi yang dapat dipilih untuk
menyembuhkan neurosis cemas, yaitu : 1) psikoterapi individual, 2) psikoterapi
kelompok, 3) psikoterapi analitik, 4) sosioterapi, 5) terapi seni kreatif, 6) terapi kerja,
7) terapi perilaku, dan 8) farmakoterapi.

2. Histeria

a. Gejala-gejala histeria
Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi emosional yang tidak
terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap
rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah
dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala-gejala sering timbul dan hilang
secara tiba-tiba, teruma bila penderita menghadapi situasi yang menimbulkan reaksi
emosional yang hebat.

b. Jenis-jenis histeria
Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau histeria minor dan reaksi
disosiasi atau histeria mayor.
1) Histeria minor atau reaksi konversi
Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan (sehingga disebut reaksi
konversi) menjadi gangguan fungsional susunan saraf somatomotorik atau
somatosensorik, dengan gejala : lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta, tuli, dst.

2) Histeria mayor atau reaksi disosiasi


Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang yang alami penderita demikian
hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi kepribadian satu dengan lainnya
sehingga bagian yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom, sehingga timbul
gejala-gejala : amnesia, somnabulisme, fugue, dan kepribadian ganda.

c. Faktor penyebab histeria


Menurut Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman traumatis (pengalaman
menyakitkan) yang kemudian direpresi atau ditekan ke dalam alam tidak sadar.
Maksudnya adalah untuk melupakan atau menghilangkan pengalaman tersebut.
Namun pengalaman traumatis tersebut tidak dapat dihilangkan begitu saja, melainkan
ada dalam alam tidak sadar (uncociousness) dan suatu saat muncul kedalam sadar
tetapi dalam bentuk gannguan jiwa.

d. Terapi terhadap penderita histeria


Ada beberapa teknik terapi yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan hysteria yaitu :
1) Teknik hipnosis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph Breuer);
2) Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund Freud);
3) Psikoterapi suportif.
4) Farmakoterapi.

3. Neurosis fobik

a. Gejala-gejala neurosis fobik


Neurosis fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala utamanya fobia, yaitu rasa
takut yang hebat yang bersifat irasional, terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia
dapat menyebabkan timbulnya perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panik,
berkeringat, dst.
Ada bermacam-macam fobia yang nama atau sebutannya menurut faktor yang
menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :
1) Hematophobia: takut melihat darah
2) Hydrophobia: takut pada air
3) Pyrophibia: takut pada api
4) Acrophobia: takut berada di tempat yang tinggi

b. Faktor penyebab neurosis fobik


Neurosis fobik terjadi karena penderita pernah mengalami ketakutan dan shock hebat
berkenaan dengan situasi atau benda tertentu, yang disertai perasaan malu dan
bersalah. Pengalaman traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke dalam ketidak
sadarannya). Namun pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan akan muncul bila ada
rangsangan serupa.

c. Terapi untuk penderita neurosis fobik


Menurut Maramis, neurosa fobik sulit untuk dihilangkan sama sekali bila gangguan
tersebut telah lama diderita atau berdasarkan fobi pada masa kanak-kanak. Namun bila
gangguan tersebut relatif baru dialami proses penyembuhannya lebih mudah. Teknik
terapi yang dapat dilakukan untuk penderita neurosis fobik adalah :
1) Psikoterapi suportif, upaya untuk mengajar penderita memahami apa yang
sebenarnya dia alami beserta psikodinamikanya.
2) Terapi perilaku dengan deconditioning, yaitu setiap kali penderita merasa takut dia
diberi rangsang yang tidak menyenagkan.
3) Terapi kelompok.
4) Manipulasi lingkungan.

4. Neurosis obsesif-kompulsif

a. Gejala-gejala neurosis obsesif-kompulsif


Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran atau menguasai
kesadaran dan istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat
ditahan untuk tidak dilakukan, meskipun sebenarnya perbuatan tersebut tidak perlu
dilakukan.
Contoh obsesif-kompulsif antara lain ;
1) Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri meskipun dia tidak membutuhkan
barang yang ia curi.
2) Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk membakar sesuatu.
3) Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk bepergian.
4) Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan secara terus menerus.

b.Faktor penyebab neurosis obsesif-kompulsif


Neurosis jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut (Yulia D., 2000 :
116-117).
1) Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan atau dialihkan.
2) Trauma mental emosional, yaitu represi pengalaman masa lalu (masa kecil).
c. Terapi untuk penderita neurosis obsesif-kompulsif
1) psikoterapi suportif;
2) penjelasan dan pendidikan;
3) terapi perilaku.

5. Neurosis depresif

a. Gejala-gejala neurosis depresif


Neurosis depresif merupakan neurosis dengan gangguang utama pada perasaan dengan
ciri-ciri : kurang atau tidak bersemangat, rasa harga diri rendah, dan cenderung
menyalahkan diri sendiri. Gejala-gejala utama gangguan jiwa ini adalah :
1) gejala jasmaniah : senantiasa lelah.
2) gejala psikologis : sedih, putus asa, cepat lupa, insomnia, anoreksia, ingin
mengakhiri hidupnya, dst.
c. Faktor penyebab neurosis depresif
Menurut hasil riset mutakhir sebagaimana dilakukan oleh David D. Burns (1988 : 6),
bahwa depresi tidak didasarkan pada persepsi akurat tentang kenyataan, tetapi
merupakan produk keterpelesetan mental, bahwa depresi bukanlah suatu gangguan
emosional sama sekali, melainkan akibat dari adanya distorsi kognitif atau pemikiran
yang negatif, yang kemudian menciptakan suasana jiwa, terutama perasaan yang
negatif pula.
Burns berpendapat bahwa persepsi individu terhadap realitas tidak selalu bersifat
objektif. Individu memahami realitas bukan bagaimana sebenarnya realitas
tersebut, melainkan bagaimana realitas tersebut ditafsirkan. Dan penafsiran ini bisa
keliru bahkan bertentangan dengan realitas sebenarnya.

d. Terapi untuk penderita neurosis depresif


Untukmenyembukan depresi, Burns (1988 : 5) telah mengembang-kan teknik terapi
dengan prinsip yang disebut terapi kognitif, yang dilakukan dengan prinsip sebagai
berikut.
1) Bahwa semua rasa murung disebabkan oleh kesadaran atau pemikiran ang
bersangkutan.
2) Jika depresi sedang terjadi maka berarti pemikiran telah dikuasai oleh kekeliruan
yang mendalam.
3) Bahwa pemikiran negative menyebabkan kekacauan emosional.
Terapi kognitif dilakukan dengan cara membetulkan pikiran yang salah, yang telah
menyebabkan terjadinya kekacauan emosional. Selain terapi kognitif, bisa pula
pendrita depresi mendapatkan farmakoterapi.

6. Neurasthenia

a. Gejala-gejala neurasthenia
Neurasthenia disebutjuga penyakit payah. Gejala utama gangguan ini adalah tidak
bersemangat, cepat lelah meskipun hanya mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi
labil, dan kemampuan berpikir menurun.
Di samping gejala-gejala utama tersebut juga terdapat gejala-gejala tambahan, yaitu
insomnia, kepala pusing, sering merasa dihinggapi bermacam-macam penyakit, dst.

b. Faktor penyebab neurasthenia


Neurasthenia dapat terjadi karena beberapa faktor (Zakiah Daradjat, 1983 : 34), yaitu
sebagai berikut.
1) Terlalu lama menekan perasaan, pertentangan batin, kecemasan.
2) Terhalanginya keinginan-keinginan.
3) Sering gagal dalam menghadapi persaingan-persaingan

c. Terapi untuk penderita neurasthenia


Upaya membantu penyembuahn penderita neurasthenia dapat dilakukan dengan teknik
terapi sebagai berikut.
1) Psikoterapi supportif;
2) Terapi olah raga;
3) Farmakoterapi.

Pengertian Psikosis

Menurut Singgih D. Gunarsa (1998), pengertian psikosis ialah gangguan jiwa yang
meliputi keseluruhan kepribadian, sehingga penderita tidak bisa menyesuaikan diri dalam
norma-norma hidup yang wajar dan berlaku umum. W.F. Maramis (2005), menyatakan
bahwa psikosis adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of
reality). Kelainan seperti ini dapat diketahui berdasarkan gangguan-gangguan pada perasaan,
pikiran, kemauan, motorik, dst. sedemikian berat sehingga perilaku penderita tidak sesuai lagi
dengan kenyataan. Perilaku penderita psikosis tidak dapat dimengerti oleh orang normal,
sehingga orang awam menyebut penderita sebagai orang gila.

Berbicara mengenai psikosis, Zakiah Daradjat (1993), menyatakan Seorang yang


diserang penyakit jiwa (psychosis), kepribadiannya terganggu, dan selanjutnya menyebabkan
kurang mampu menyesuaikan diri dengan wajar, dan tidak sanggup memahami problemnya.
Seringkali orang sakit jiwa tidak merasa bahwa dirinya sakit, sebaliknya ia menganggap
dirinya normal saja, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari orang lain.

Definisi berikutnya tentang psikosis (Medline Plus, 200) rumusannya Psychosis is a


loss of contact with reality, usual ly including false ideas about what is taking place or who one
is (delusions) and seeing or hearing things that aren't there (hallucinations). Psikosis,
menurut Medline Plus adalah kelainan jiwa yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan
realitas, biasanya mencakup ide-ide yang salah tentang apa yang sebenarnya terjadi, delusi,
atau melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada (halusinasi).

Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat diperoleh gambaran tentang psikosis yang
intinya sebagai berikut:

1. Psikosis merupakan gangguan jiwa yang berat, atau tepatnya penyakit jiwa, yang
terjadi pada semua aspek kepribadian.
2. Bahwa penderita psikosis tidak dapat lagi berhubungan dengan realitas, penderita
hidup dalam dunianya sendiri.
3. Psikosis tidak dirasakan keberadaannya oleh penderita. Penderita tidak menyadari
bahwa dirinya sakit.
4. Usaha menyembuhkan psikosis tak bias dilakukan sendiri oleh penderita tetapi hanya
bisa dilakukan oleh pihak lain.
5. Dalam bahasa sehari-hari, psikosis disebut dengan istilah gila.

Perbedaan Neurosis dengan Psikosis

Menurut Zakiah Daradjat, keabnormalan dapat dibagi atas dua golongan yaitu: gangguan jiwa
(neurose) dan sakit jiwa (psychose). Namun ada perbedaan antara neurose dan psychose.
Orang yang terkena neurose, masih bisa mengetahui dan merasakan kesukaran, sebaliknya
yang kena psychose tidak.

Perbedaan Psikosis dengan Sizofrenia

Menurut DSM-IV, skizofrenia adalah suatu gangguan yang ditandai oleh gangguan proses
berpikir, respon emosional yang kurang, gangguan persepsi, dan berbicara ngawur. Diagnosa
skizofrenia ditegakkan bila seseorang mengalami beberap hal di bawah ini, yaitu:

Tanda telah berlangsung selama setidaknya 6 bulan berturut-turut dan gejala telah
berlangsung selam setidaknya 1 bulan

Mengalami gangguan interaksi sosial dan pekerjaan secara signifikan

Mengalami 2 atau lebih gejala seperti halusinasi, berbicara ngawur, delusi, respon
emosional yang kurang, gangguan berbicara, dan kurangnya ketertarikan terhadap berbagai
aktivitas selama sebulan, hampir setiap hari

Psikosis merupakan istilah umum dari adanya berbagai gejala seperti halusinasi dan delusi.
Untuk menentukan diagnosa psikosis, dokter perlu melakukan berbagai pemeriksaan seperti
pemeriksaan fisik, pemeriksaan kejiwaan, ada tidaknya efek samping obat, riwayat
penggunaan obat-obatan, pemeriksaan klinis, pemeriksaan darah, dan pemeriksaan radiologi.
Secara umum, psikosis merupakan suatu gangguan dalam memahami realitas (gangguan
persepsi realitas).

Perbedaan Penyebab

Penyebab pasti dari skizofrenia tidak diketahui, akan tetapi para ahli menduga bahwa faktor
lingkungan dan faktor genetika turut berperan dalam terjadinya gangguan ini. Sebuah teori
lainnya mengatakan bahwa penurunan kadar dopamin akibat pengecilan bagian otak tertentu
menyebabkan terjadinya skizofrenia.
Psikosis disebabkan oleh berbagai hal seperti penggunaan alkohol, ganja, amfetamin, tumor
atau kista otak, stroke, epilepsi, infeksi HIV yang mengenai otak, penyakit Parkinson,
penyakit Alzheimer, dan skizofrenia.

Perbedaan Gejala

Beberapa gejala skizofrenia yang dapat ditemukan adalah:

Halusinasi

Delusi

Gangguan proses berpikir dan berbicara

Anhedonia (tidak dapat merasa bahagia saat melakukan apapun, termasuk saat
melakukan berbagai hal yang dulu disenangi)

Kurangnya respon emosional terhadap orang lain maupun situasi

Menarik diri dari lingkungan

Tidak memperhatikan penampilannya atau kebersihan dirinya

Berkurangnya kemampuan untuk menilai sesuatu hal

Kurangnya motivasi

Psikosis merupakan bagian dari skizofrenia, akan tetapi skizofrenia bukanlah bagian dari
psikosis. Halusinasi dan delusi merupakan gejala utama psikosis dan skizofrenia hanya
merupakan salah satu penyebab terjadinya psikosis.

Pengobatan

Baik skizofrenia maupun psikosis diatasi dengan menggunakan obat anti psikotik seperti
risperidone atau clozapine. Selain obat-obatan, diperlukan juga terapi intervensi sosial seperti
terapi keluarga, terapi perilaku kognitif, dan terapi kelompok untuk mengatasi kecenderungan
penderita untuk menarik diri dari lingkungan dan gangguan fungsi penderita skizofrenia.

Bila psikosis disebabkan oleh penyakit atau penyalahgunaan zat, maka menghentikan
konsumsi zat dan mengobati penyakit penyebab dapat membantu mengatasi gejala.
DAFTAR PUSTAKA

Dokter sehat. Psikologis kesehatan mental gangguan neurosis. Diperoleh 15 september 2017,
dari http://doktersehat.com/psikologis-kesehatan-mental-gangguan-neurosis/

Kerjanya. Neurosis. Diperoleh 15 september 2017, dari http://www.kerjanya.net/faq/5917-


neurosis.html

wordpress. Neurosis. (12 Mei 2009). Diperoleh 15 september 2017, dari


https://ebekunt.wordpress.com/2009/05/12/neurosis/

alodokter . psikosis. Diperoleh 15 september 2017, dari http://www.alodokter.com/psikosis

tribun news. Dipukuli hingga berlumur darah korban bully smp busan ini mengaku tak akan
maafkan pelaku. (08 September 2017). Diperoleh 17 September 2017, dari
http://www.tribunnewes.com/2017/09/08/ Dipukuli-hingga-berlumur-darah-korban-bully-
smp-busan-ini-mengaku-tak-akan-maafkan-pelaku/
Kasus Kesehatan Mental

Korban kita sebut saja dengan A disiksa oleh 4 tersangka yang seumuran dengannya yaitu
14-13 tahun. Akibat kasus ini A mengalami luka yang sangat serius hingga dirawat dirumah
sakit Busan dan harus berada disana selama 1 bulan kedepan untuk menerima perawatan.

Berikut kronologi dari kasus ini,

1. Sekitar 2 bulan lalu A menerima telpon dari kekasih dari salah satu tersangka, hal
tersebut membuat tersangka 1 merasa cemburu dan meminta bantuan teman-temannya
untuk melakukan bullying kepada A
2. Beberapa hari kemudian 4 orang tersangka ini memutuskan untuk memanggil A
kesebuah karaoke dan melakukan bully berupa siksaan fisik disana.
3. Melihat A yang pulang dalam keadaan luka, sang ibu memutuskan untuk memposting
hal ini ke Facebook dan melaporkannya ke Polisi
4. Polisi menindak kasus ini namun 4 tersangka bebas begitu saja karena kurang adanya
bukti.
5. Merasa geram kemudian 4 tersangka menyusun rencana untuk membalaskan dendam
karena telah dilaporkan ke polisi oleh A dengan menyiksa dan mengancam ingin
membunuhnya jika A tidak datang
6. Sekitar jam 9 malam A datang menemui mereka, A langsung mendapat siksaan fisik
berupa tendangan, pukulan, kemudian salah satu tersangka menggunakan kursi besi
dan pecahan kaca hingga badan A berlumuran dengan darah selama kurang lebih 2
jam.
7. Setelah puas menyiksa A hingga berlumur darah, tersangka mengambil foto dan
menyebarkannya kepada salah satu temannya. Kemudian 4 tersangka tersebut
meninggalkan A yang tidak berdaya dijalanan.

Penuturan A (korban),

29 Juni, para pelaku menyeretnya ke tempat karaoke dan memukulnya hingga terluka yang
membutuhkan 2 minggu untuk sembuh. Sebelum akhirnya kembali menyeret A ke tempat
sepi lain dan memukulinya hingga satu jam.

Mereka menyentuh tubuhku dan menampar wajahku, mereka menyuruhku berlutut dan
memegang atas perutku (dada), tutur A melansir Koreaboo. Ia juga mendapat pelecehan
seksual oleh pelaku yang juga menyiksanya pada awal pekan ini.
Ia (pelaku) mengatakan memanggil seorang laki-laki dan menyuruhku untuk berhubungan
seks di depan semua orang. Baru mereka akan melepaskanku, lanjut A. Mereka sudah
melecehkanku secara seksual. Dan jika aku memaafkan mereka, aku pikir mereka akan
melakukannya lagi jadi aku tidak mau (memaafkannya),
Menurut pendapat saya:

Dalam hal ini si A memungkinkan terjadinya Neurosis karena si A menjadi takut untuk
bertemu sesorang ini dibuktikan ketika si A dimintai keterangan untuk laporan kepolisian si A
membutuhkan waktu lebih dari 1 jam untuk bisa menjelaskan apa yang terjadi padanya.

Meskipin kondisi si A mulai membaik namun untuk kembali seperti semula membutuhkan
waktu. Akibat terjadinya pembullyan memungkinkan si A takut untuk kesekolah.

Si A diharapkan diberikan terapi individua, terapi kelompok dan Diharapkan orangtua si A


memberikan dukuangan lebih / keyakinan tentang rasa aman dan kasih sayang untuk bisa
kembali sekolah dan memberikan kepastian agar kejadian yang dilalui si A tidak terulang
kembali.
PENGERTIAN NEUROSIS, PSIKOSIS, DAN KASUS KESEHATAN MENTAL

DOSEN PENGAMPU:

Aliffia Ananta, S.Psi.,M.Psi.,Psi

OLEH:

Nama : Haning Wahyunita

Nbi : 1511600015

KELAS : A

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI KLINIS

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

SURABAYA

2017

Anda mungkin juga menyukai