Neurosis berasal dari bahasa Yunani yaitu neuron artinya saraf dan osis artinya
penyakit atau gangguan. Istilah neurosis pertama kali dipopulerkan oleh William Cullen pada
1769. Cullen mengartikan neurosis sebagai gangguan perasaan dan gerakan yang disebabkan
oleh kelainan saraf. Saat ini, neurosis didefinisikan sebagai gangguan mental yang mengenai
sebagian kecil aspek kepribadian, dan orang yang mengalaminya masih dapat melakukan
pekerjaan sehari-hari dan tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Singgih Dirgagunarsa (1978 : 143), neurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada
sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakukan
pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa belajar, dan jarang memerlukan
perawatan khusus di rumah sakit.
Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental,
hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali
ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik,
hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik, dst.
Nurosis, menurut W.F. Maramis (1980 : 97), adalah suatu kesalahan penyesuaian diri
secara emosional karena tidak diselesaikan suatu konflik tidak sadar.
Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari para ahli tersebut dapat diidentifikasi
pokok-pokok pengertian mengenai neurosis sebagai berikut:
a. Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan.
b. Neurosis terjadi pada sebagian kecil aspek kepribadian.
c. Neurosis dapat dikenali berdasarkan gejala yang paling menonjol yaitu kecemasan.
d. Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan mampu melakukan aktivitas
sehari-hari
e. Penderita neurosis tidak memerlukan perawatan khusus di rumah sakit jiwa.
Penyeban Neurosis :
Ada beragam penyebab neurosis, dari psikis sampai fisik. Penyebab tersebut antara lain
adalah :
1. Stres mental dan jasmani yang berlebihan
2. Pengalaman emosional yang sangat menyakitkan atau mendalam
3. Ada masalah yang tidak bisa dipecahkan
4. Jadwal kerja yang sangat padat sehingga tidak ada waktu untuk istirahat atau bersantai;
Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan
2. Histeria
a. Gejala-gejala histeria
Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi emosional yang tidak
terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap
rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah
dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala-gejala sering timbul dan hilang
secara tiba-tiba, teruma bila penderita menghadapi situasi yang menimbulkan reaksi
emosional yang hebat.
b. Jenis-jenis histeria
Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau histeria minor dan reaksi
disosiasi atau histeria mayor.
1) Histeria minor atau reaksi konversi
Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan (sehingga disebut reaksi
konversi) menjadi gangguan fungsional susunan saraf somatomotorik atau
somatosensorik, dengan gejala : lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta, tuli, dst.
3. Neurosis fobik
4. Neurosis obsesif-kompulsif
5. Neurosis depresif
6. Neurasthenia
a. Gejala-gejala neurasthenia
Neurasthenia disebutjuga penyakit payah. Gejala utama gangguan ini adalah tidak
bersemangat, cepat lelah meskipun hanya mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi
labil, dan kemampuan berpikir menurun.
Di samping gejala-gejala utama tersebut juga terdapat gejala-gejala tambahan, yaitu
insomnia, kepala pusing, sering merasa dihinggapi bermacam-macam penyakit, dst.
Pengertian Psikosis
Menurut Singgih D. Gunarsa (1998), pengertian psikosis ialah gangguan jiwa yang
meliputi keseluruhan kepribadian, sehingga penderita tidak bisa menyesuaikan diri dalam
norma-norma hidup yang wajar dan berlaku umum. W.F. Maramis (2005), menyatakan
bahwa psikosis adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of
reality). Kelainan seperti ini dapat diketahui berdasarkan gangguan-gangguan pada perasaan,
pikiran, kemauan, motorik, dst. sedemikian berat sehingga perilaku penderita tidak sesuai lagi
dengan kenyataan. Perilaku penderita psikosis tidak dapat dimengerti oleh orang normal,
sehingga orang awam menyebut penderita sebagai orang gila.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat diperoleh gambaran tentang psikosis yang
intinya sebagai berikut:
1. Psikosis merupakan gangguan jiwa yang berat, atau tepatnya penyakit jiwa, yang
terjadi pada semua aspek kepribadian.
2. Bahwa penderita psikosis tidak dapat lagi berhubungan dengan realitas, penderita
hidup dalam dunianya sendiri.
3. Psikosis tidak dirasakan keberadaannya oleh penderita. Penderita tidak menyadari
bahwa dirinya sakit.
4. Usaha menyembuhkan psikosis tak bias dilakukan sendiri oleh penderita tetapi hanya
bisa dilakukan oleh pihak lain.
5. Dalam bahasa sehari-hari, psikosis disebut dengan istilah gila.
Menurut Zakiah Daradjat, keabnormalan dapat dibagi atas dua golongan yaitu: gangguan jiwa
(neurose) dan sakit jiwa (psychose). Namun ada perbedaan antara neurose dan psychose.
Orang yang terkena neurose, masih bisa mengetahui dan merasakan kesukaran, sebaliknya
yang kena psychose tidak.
Menurut DSM-IV, skizofrenia adalah suatu gangguan yang ditandai oleh gangguan proses
berpikir, respon emosional yang kurang, gangguan persepsi, dan berbicara ngawur. Diagnosa
skizofrenia ditegakkan bila seseorang mengalami beberap hal di bawah ini, yaitu:
Tanda telah berlangsung selama setidaknya 6 bulan berturut-turut dan gejala telah
berlangsung selam setidaknya 1 bulan
Mengalami 2 atau lebih gejala seperti halusinasi, berbicara ngawur, delusi, respon
emosional yang kurang, gangguan berbicara, dan kurangnya ketertarikan terhadap berbagai
aktivitas selama sebulan, hampir setiap hari
Psikosis merupakan istilah umum dari adanya berbagai gejala seperti halusinasi dan delusi.
Untuk menentukan diagnosa psikosis, dokter perlu melakukan berbagai pemeriksaan seperti
pemeriksaan fisik, pemeriksaan kejiwaan, ada tidaknya efek samping obat, riwayat
penggunaan obat-obatan, pemeriksaan klinis, pemeriksaan darah, dan pemeriksaan radiologi.
Secara umum, psikosis merupakan suatu gangguan dalam memahami realitas (gangguan
persepsi realitas).
Perbedaan Penyebab
Penyebab pasti dari skizofrenia tidak diketahui, akan tetapi para ahli menduga bahwa faktor
lingkungan dan faktor genetika turut berperan dalam terjadinya gangguan ini. Sebuah teori
lainnya mengatakan bahwa penurunan kadar dopamin akibat pengecilan bagian otak tertentu
menyebabkan terjadinya skizofrenia.
Psikosis disebabkan oleh berbagai hal seperti penggunaan alkohol, ganja, amfetamin, tumor
atau kista otak, stroke, epilepsi, infeksi HIV yang mengenai otak, penyakit Parkinson,
penyakit Alzheimer, dan skizofrenia.
Perbedaan Gejala
Halusinasi
Delusi
Anhedonia (tidak dapat merasa bahagia saat melakukan apapun, termasuk saat
melakukan berbagai hal yang dulu disenangi)
Kurangnya motivasi
Psikosis merupakan bagian dari skizofrenia, akan tetapi skizofrenia bukanlah bagian dari
psikosis. Halusinasi dan delusi merupakan gejala utama psikosis dan skizofrenia hanya
merupakan salah satu penyebab terjadinya psikosis.
Pengobatan
Baik skizofrenia maupun psikosis diatasi dengan menggunakan obat anti psikotik seperti
risperidone atau clozapine. Selain obat-obatan, diperlukan juga terapi intervensi sosial seperti
terapi keluarga, terapi perilaku kognitif, dan terapi kelompok untuk mengatasi kecenderungan
penderita untuk menarik diri dari lingkungan dan gangguan fungsi penderita skizofrenia.
Bila psikosis disebabkan oleh penyakit atau penyalahgunaan zat, maka menghentikan
konsumsi zat dan mengobati penyakit penyebab dapat membantu mengatasi gejala.
DAFTAR PUSTAKA
Dokter sehat. Psikologis kesehatan mental gangguan neurosis. Diperoleh 15 september 2017,
dari http://doktersehat.com/psikologis-kesehatan-mental-gangguan-neurosis/
tribun news. Dipukuli hingga berlumur darah korban bully smp busan ini mengaku tak akan
maafkan pelaku. (08 September 2017). Diperoleh 17 September 2017, dari
http://www.tribunnewes.com/2017/09/08/ Dipukuli-hingga-berlumur-darah-korban-bully-
smp-busan-ini-mengaku-tak-akan-maafkan-pelaku/
Kasus Kesehatan Mental
Korban kita sebut saja dengan A disiksa oleh 4 tersangka yang seumuran dengannya yaitu
14-13 tahun. Akibat kasus ini A mengalami luka yang sangat serius hingga dirawat dirumah
sakit Busan dan harus berada disana selama 1 bulan kedepan untuk menerima perawatan.
1. Sekitar 2 bulan lalu A menerima telpon dari kekasih dari salah satu tersangka, hal
tersebut membuat tersangka 1 merasa cemburu dan meminta bantuan teman-temannya
untuk melakukan bullying kepada A
2. Beberapa hari kemudian 4 orang tersangka ini memutuskan untuk memanggil A
kesebuah karaoke dan melakukan bully berupa siksaan fisik disana.
3. Melihat A yang pulang dalam keadaan luka, sang ibu memutuskan untuk memposting
hal ini ke Facebook dan melaporkannya ke Polisi
4. Polisi menindak kasus ini namun 4 tersangka bebas begitu saja karena kurang adanya
bukti.
5. Merasa geram kemudian 4 tersangka menyusun rencana untuk membalaskan dendam
karena telah dilaporkan ke polisi oleh A dengan menyiksa dan mengancam ingin
membunuhnya jika A tidak datang
6. Sekitar jam 9 malam A datang menemui mereka, A langsung mendapat siksaan fisik
berupa tendangan, pukulan, kemudian salah satu tersangka menggunakan kursi besi
dan pecahan kaca hingga badan A berlumuran dengan darah selama kurang lebih 2
jam.
7. Setelah puas menyiksa A hingga berlumur darah, tersangka mengambil foto dan
menyebarkannya kepada salah satu temannya. Kemudian 4 tersangka tersebut
meninggalkan A yang tidak berdaya dijalanan.
Penuturan A (korban),
29 Juni, para pelaku menyeretnya ke tempat karaoke dan memukulnya hingga terluka yang
membutuhkan 2 minggu untuk sembuh. Sebelum akhirnya kembali menyeret A ke tempat
sepi lain dan memukulinya hingga satu jam.
Mereka menyentuh tubuhku dan menampar wajahku, mereka menyuruhku berlutut dan
memegang atas perutku (dada), tutur A melansir Koreaboo. Ia juga mendapat pelecehan
seksual oleh pelaku yang juga menyiksanya pada awal pekan ini.
Ia (pelaku) mengatakan memanggil seorang laki-laki dan menyuruhku untuk berhubungan
seks di depan semua orang. Baru mereka akan melepaskanku, lanjut A. Mereka sudah
melecehkanku secara seksual. Dan jika aku memaafkan mereka, aku pikir mereka akan
melakukannya lagi jadi aku tidak mau (memaafkannya),
Menurut pendapat saya:
Dalam hal ini si A memungkinkan terjadinya Neurosis karena si A menjadi takut untuk
bertemu sesorang ini dibuktikan ketika si A dimintai keterangan untuk laporan kepolisian si A
membutuhkan waktu lebih dari 1 jam untuk bisa menjelaskan apa yang terjadi padanya.
Meskipin kondisi si A mulai membaik namun untuk kembali seperti semula membutuhkan
waktu. Akibat terjadinya pembullyan memungkinkan si A takut untuk kesekolah.
DOSEN PENGAMPU:
OLEH:
Nbi : 1511600015
KELAS : A
FAKULTAS PSIKOLOGI
SURABAYA
2017