Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN

KEPERAWATAN ANAK
DENGAN AUTISME
Pengertian
Autisme diambil dari kata Yunani
“Autos” yg berarti diri sendiri, dan
”Isme” yg berarti suatu aliran.
Berarti suatu faham yg tertarik
hanya pada dunianya sendiri.

Sidroma autisme juga disebut


kelainan tumbuh kembang yg
pertama kali dideskripsikan oleh
Leo Kanner, psikiater dari
Universitas John Hopkins, AS.
Penyakit ini adalah gangguan perilaku
pada anak dimana anak asyik tenggelam
dalam dunianya sendiri.

Gejala umumnya tampak sebelum usia


3 tahun
DEFINISI

Autisme adalah gangguan perkemb yg


kompleks yg disebabkan adanya kerusakan
pada otak, shg mengakibatkan gangguan
pada perkemb komunikasi, perilaku,
kemampuan sosialisasi, sensoris, serta
belajar.
Macam-macam gangguan perkembangan
pada anak autis
Gangguan Komunikasi
1) terlambat berbicara / sama sekali belum dapat
berbicara,
2) sangat sulit utk memulai atau mempertahankan
percakapan dgn orang lain,
3) komunikasi dgn gerakan/bahasa tubuh,
4) mengulang – ulang kata,
5) meracau dgn bahasanya sendiri,
6) tidak memahami pembicaraan orang lain.
Gangguan interaksi
1) Kurang responsif thd isyarat sosial,
2) Tidak mau menatap mata,
3) Apabila dipanggil tidak menengok,
4) Tdk mau bermain dgn teman sebaya,
senang menyendiri,
5) Tdk mampu m’ekspresikan rasa
senang/keinginannya secara spontan,
6) Tidak ada empati.
Gangguan perilaku
1) cuek thd lingkungan,
2) asyik dgn dunianya sendiri,
3) semaunya sendiri, tidak mau diatur,
4) perilaku tdk terarah (mondar-mandir, lari-lari,
manjat-manjat, berputar-putar, lompat-lompat,
teriak-teriak),
5) agresif atau menyakiti dirinya sendiri,
6) tantrum (mengamuk) oleh sebab yg tak jelas,
7) melamun/bengong, terpakau pada benda berputar
atau benda yg bergerak,
8) kelekatan thd benda tertentu,
9) perilaku yg ritualistik.
Gangguan emosi
1) tertawa, menangis, marah-marah tanpa
sebab,
2) emosi tidak terkendali,
3) rasa takut yg tidak wajar.
Gangguan persepsi sensoris
1) menjilat-jilat benda,
2) mencium-cium benda,
3) menutup telinga bila mendengar suara
keras dgn nada tertentu,
4) tak suka memakai baju dgn bahan kasar,
5) sangat tahan thd sakit.
Penyebab Autisme
Penyebab utama belum diketh dgn pasti.
Autisme diduga disebabkan oleh gangguan
neurologi pada SSP;
1) Faktor genetik,
2) Gg pertumb sel otak pada janin,
3) Gg pencernaan,
4) Keracunan logam berat,
5) Gg auto-imun.
Faktor Presdisposisi

1. Teori Psikodinamika, Mahler


2. Teori Biologik: adanya gangguan pada otak
3. Teori Dinamika Keluarga
Teori Psikodinamika, Mahler
 Anak yg autistik terfiksasi pada fase
perkembangan simbiotik, anak tidak
mencapai hub simbiotik dgn ibu
ataupun tidak membedakan diri dgn
ibu, perkemb ego mengalami
penundaan, anak tidak berkomunikasi
atau membentuk hub.
Teori Biologik: adanya
gangguan pada otak
 Karena otak pada bayi masih elastis
maka hampir dapat dipastikan bhw
kerusakan sentral atau bilateral yg
dapat mengakibatkan terjadinya
autisme,
Teori Dinamika Keluarga
 Pola interaksi dini dapat mempengaruhi
timbulnya autisme pada bayi seperti
misalnya seorang ibu yg kabur & jauh
shg sedikit kasih sayang dan emosional
pada bayi.
Faktor Presipitasi
Or tu dgn anak autistik biasanya memp
intelegensi yg cukup tinggi,
>kepribadiannya bercorak obsesif,
>tidak memiliki kehangatan,
>interaksi orang tua dgn anak yg
menyimpang serta
>adanya stres yg berat pada awal
kehidupannya, shg anak kurang mendapat
stimulasi dalam proses tumbuh kembang.
Perilaku
>Anak dgn autisme biasanya kurang
responsif thd orang lain, cenderung
menarik diri dari kontak sosial juga disertai
dgn gg komunikasi verbal dan non verbal
yg berat (echolalia).
>Respon bizar thd lingk spt: stereotipik,
bergoyang2, berputar2, mutilasi diri a.l:
menggigit2 jari, memukul2 badannya,
mebentur2kan kepala, tdk disertai
halusinasi, waham serta inkoherensi.
Pada bayi austistik tdk berespon
pada penglihatan & suara orang
lain, tdk ada senyum sosial, tdk
ada perasaan senang bila berada
di dekat ibunya, tidak mau
berusaha m’gapai seseorang scr
fisik,
serta tak ada reaksi thd or la.
Perilaku ini sering disalah
artikan “bayi yg penurut” tak
ada keg berimajinasi, vol &
nada suara abnormal, isi
pembicaraan srg terbalik,
terjadi echolalia serta
m’gunakan bahasa sendiri.
Mekanisme Koping;

(1) Menarik diri: terjadi dmn seseorang


menemukan kesulitan dalam membina hub
secara terbuka dgn orang lain,
(2) Regresi: suatu mekanisme pertahanan ego
yg paling mendasar yg digunakan oleh
seseorang yg psikosis. Perilaku seperti
anak-anak dan tehnik –tehnik yg dirasa
aman untuk digunakan.
Simtomatologi
(Data Subyektif dan Obyektif)
1.Kegagalan utk membentuk hub antar pribadi,
dicirikan oleh sifat tidak responsif pada orang.
2.Kelainan pada komunikasi (verbal & non
verbal), dicirikan o/ tdk adanya bhs atau jika
dikembangkan srg adanya struktur gramatik
yg tidak matang, p’gunaan kata2 yg tak
benar, echolalia / ketidakmamp m’gunakan
batasan abstrak ekspresi non verbal yg
menyertai bisa menjadi tdk sesuai atau tak
ada
3) Respon kacau thd lingk, dicirikan oleh
perlawanan atau reaksi2 perilaku ekstrim thd
peristiwa2 kecil,

4) Rasa tertarik yg ekstrim thd benda - benda


yg bergerak (misal:kipas angin, kereta api),
minat khusus thd musik, bermain dgn air,
kancing atau bag2 dari tubuh
5) Tuntutan yg tdk beralasan thd keharusan utk
mengikuti kebiasaan sehari-hari dgn rincian yg tepat
(misal: menuntut keharusan utk mengikuti rute yg
sama apabila pergi belanja).

6) Kesedihan yg terlihat thd perub2 pd aspek yg


sepele dari lingk (misal: bila vas bunga dipindahkan
dari tempat biasanya),

7) Gerakan-gerakan tubuh stereotipik (misal:


menjentikkan tangan atau memilin-milin tangan,
berputar-putar, gerakan tubuh yg kompleks).
Kriteria diagnosis  PPDGJ III
AUTISME MASA KANAK
• Ditandai  kelainan kualitatif dalam :

1) Interaksi sosial yg timbal balik


2) Pola komunikasi
3) Minat dan aktivitas yg terbatas,
stereotipik, berulang
A. Minimal satu dari area dibawah ini 
terganggunya/ abnormalitas perkemb:
1. Kemampuan dalam bahasa reseptif dan
ekspresif dalam komunikasi sosial
2. Perkemb kelekatan sosial yg selektif atau
interaksi sosial timbal balik
3. Kemamp m’gunakan mainan s.d fungsinya
atau bermain pura-pura
B. Min ada 6 gejala total dari 1, 2 dan 3 dgn
sedikitnya 2 gejala dari 1 dan satu gejala
dari masing-masing 2 dan 3
1. Hendaya kualitatif dlm interaksi sosial yg timbal
balik
Hendaya nyata dalam perilaku nonverbal
seperti kontak mata, ekspresi wajah, postur
tubuh, & bhs isyarat utk m’adakan interaksi
sosial
Gagal membangun relasi dgn sebaya s.d taraf
perkemb. Contoh : tak tertarik utk bergabung
atau bermain dgn anak lain, cenderung asik
untuk bermain sendiri & tak mempedulikan
anak lain
Tak ada keinginan utk berbagi kesenangan
dgn anak lain. Contoh : bila memp mainan
baru anak tidak memperlihatkannya pada
orang lain
Tak ingin m’adakan hub sosial dan emosional
timbal balik. Contoh : tidak memberikan
respon emosi ketika diajak bercanda, main
ciluba.
2. Hendaya dalam berkomunikasi :
Keterlambatan dlm perkemb berbicara (tapi tdk
disertai dgn usaha utk m’kompensasi lewat bhs
isyarat/ mimik)
Hendaya utk memulai atau mempertahankan
percakapan dgn orang lain
P’gunaan bhs yg stereotipik dan adanya pengulangan
atau bahasa yg aneh. Contoh: mengulang kata-kata
orang lain (echolali), mengulang kata-kata iklan tanpa
tujuan, mengulang kata-kata tanpa makna, contoh :
pecep-pecep-pecep, peteka-peteka-peteke, klek-klek-
klek dsb.
Kurangnya variasi & spontanitas dalam bermain pura-
pura atau permainan imitasi sosial yg sesuai taraf
perkembnya. Contoh : berpura-pura memasak,
menjadi ayah-ibu dsb.
3. Pola perilaku, minat dan aktivitas yg terbatas,
repetitif dan stereotipi :
 Preokupasi dgn satu atau lebih pola perilaku/minat
yg stereotipik. Contoh berjalan mondar-mandir,
menyenangi satu benda tertentu dan selalu dibawa-
bawa kemanapun.
 Keterikatan yg kaku thd rutinitas dan ritual khusus yg
tidak bermanfaat. Contoh : harus melewati rute jalan
yg sama, harus menjalani jadwal keg yg teratur
sesuai urutan dan waktu yg sama.
 Manerisme motorik yg stereotipik dan repetitif.
Contoh : mengepakkan tangan, memainkan jari
tangan, atau menggerak-gerakkan tubuh tanpa
tujuan.
Diagnosa dan Intervensi Kepercayaan Umum
1. Resiko tinggi terhadap mutilasi diri
Tujuan :
Intervensi dgn rasional tertentu:
(1) Tindakan untuk melindungi anak apbila perilaku-
perilaku mutilatif diri seperti memukul-
nukul/.membentur-benturkan kepala atau perilaku-
perilaku histeris lainnya menjadi nyata,
(2) Helm dapat digunakan untuk melindungi terhadap
tindakan – tindakan memukul kepala, sarung
tangan untuk mencegah menarik-narik rambut dan
pemberian bantalan yang sesuai untuk melindungi
ekstrimitas terluka selama terjadinya gerakan-
gerakan histeris,
(3) Coba utk menentukan jika perilaku mutilatif
diri terjadi sbg respon thd meningkatnya
ansietas.
Rasional : Perilaku-perilaku mutilatif dapat
dicegah jika penyebabnya dapat
ditentukan,
(4) Bekerja pada dasar satu perawat untuk
satu anak,
Rasional : Utk m’bentuk kepercayaan,
(5) Tawarkan diri pada anak selama
meningkatnya ansietas,
Rasional : Dlm upaya menurunkan kebuth
pd perilaku mutilasi diri & memberikan
rasa aman.
Hasil yang diharapkan :

1) Rasa gelisah dipertahankan pada tk


pasien merasa tdk memerlukan perilaku
mutilasi diri,
2) pasien memulai interaksi antara diri dan
perawat bila merasa cemas.
Kerusakan interaksi sosial
Intervensi dgn rasional tertentu :
1) Berhub satu – persatu dgn anak.
Rasional : Interaksi dgn pasien yg konsisten
meningkatkan pembentukan kepercayaan,
2) Berikan anak benda-benda yg dikenal (misal: mainan
kesukaan, selimut),
Rasional : Benda-benda ini m’berikan rasa aman bila
anak merasa distress,
3) Sampaikan sikap yg hangat, dukungan & kebersediaan
ketika pasien berusaha utk memenuhi kebutuhan
dasarnya,
Rasional : Karakteristik ini meningkatkan pembentukan
dan mempertahankan hub saling percaya,
4) Lakukan dgn perlahn jgn memaksa
melakukan interaksi, mulai dgn
penguatan yg positif pada kontak mata,
perkenalkan secara bperlahan-lahan
dgn sentuhan, senyuman, pelukan,
Rasional : Pasien austistik dapat
merasa terancam oleh suatu rangs yg
gencar,
5) Beri dukungan pada pasien yg
berusaha keras utk m’bentuk hub dgn
orang lain di lingk nya,
Rasional : Kehadiran seseorang yg
telah terbentuk hub saling percaya,
memberikan rasa percaya.
Hasil yang diharapkan :

(1) Pasien mulai berinteraksi dgn diri dan


or la,
(2) Pasien menggunakan kontak mata,
sifat responsif pada wajah dan perilaku
non verbal lainnya dalam berinteraksi
dgn orang lain,
(3) Pasien tidak menarik diri dari kontak
fisik.
Kerusakan komunikasi verbal
Intervensi dgn rasional tertentu :
1)Pertahankan konsistensi tugas staf,
Rasional : Hal ini memudahkan kepercayaan dan
kemampuan untuk memahami tindakan dan
komunikasi pasien,
2) Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai
komunikasi terbentuk,
Rasional: mempererat komunikasi yg sudah
terbentuk
3) Gunakan teknik validasi konsensual dan
mencari klarifikasi utk menguraikan kode pola –
pola komunikasi (contoh : “saya rasa yg anda
maksudkan ..” atau “ apakah anda bermaksud
utk mengatakan bahwa...”),
Rasional : Teknik ini digunakan utk memastikan
akurasi dari pesan yg diterima, menjelaskan
pengertian yg tersembunyi di dalam pesan.
4) Gunakan pendekatan “muka” (berhadapan,
bertatapan) utk menyampaikan ekspresi non
verbal, yg benar dgn menggunakan contoh,
Rasional : Kontak mata m’ekspresikan minat yg
murni terhadap, & hormat pada seseorang.
Hasil yang diharapkan
(1) Pasien mampu berkomunikasi dgn cara yg
dimengerti oleh orang lain,
(2) Pesan – pesan non verbal pasien s.d
pengungkapan verbal,
(3) Pasien memulai interaksi verbal dan non
verbal dgn orang lain
Gangguan identitas pribadi
Intervensi dgn rasional tertentu :
1) Hub satu – satu dgn anak,
Rasional: konsistensi dari interaksi pasien staf
meningkatkan pembentukan data kepercayaan,
2) Membantu anak mengetahui hal – hal yg terpisah
selama kegiatan perawatan diri seperti berpakaian dan
makan,
Rasional : Kegiatan ini dpt meningkatkan kewaspadaan
anak thd diri sbg sesuatu yg terpisah dari orang lain,
3) Tingkatkan kontak fisik scr bertahap menggunakan
sentuhan utk menjelaskan perbedaan pasien dgn
perawat,
Rasional : gerak isyarat ini dpt diinterprestasikan sbg
suatu ancaman oleh pasien,
4) Tingkatkan upaya anak utk mempelajari bag–bag tubuh
m’gunakan cermin, lukisan, gambar dari anak.
Hasil yg diharapkan
(1) Pasien mampu untuk membedakan bag –
bag tubuhnya dgn bag – bag tubuh dari
orang lain,
(2) Pasien menceritakan kemampuan untuk
memisahkan diri dari lingknya dgn
menghentikan ekolalia (mengulangi kata –
kata yg didengar) dan ekopraksia
( meniru gerakan – gerakan yg dilihat).
Penatalaksanaan Autisme
Penatalaksanaan autisme bukan untuk
menyembuhkan atau gangguan tidak
dapat disembuhkan (not curable),
namun bisa diterapi (treatable).
Maksudnya kelainan yg ada di otak
diperbaiki, namun gejala yg ada pada
penderita autisme tak dapat dikurangi.
1. Terapi Perilaku
Dgn memodifikasi PL yg spesifik diharapkan
dpt membuang perilaku yg bermasalah.
Dalam st penelt dikatakan dgn terapi yg
intensif selama 1 – 2 th, anak yg masih muda
ini dpt m’hasilkan peningkatan IQ dan fungsi
adaptasinya lebih tinggi dibanding kelp anak
yg tdk m’peroleh terapi yg intensif.
Agresivitas yg cukup banyak didptkan pada
anak autisme memerlukan penanganan yg
spesifik
2. Psikoterapi.
• Psikodinamika psikoterapi yg dilakukan
pada anak yg lebih kecil, termasuk terapi
bermain yg tdk terstruktur sdh tdk sesuai
lagi.
• Psikoterapi individual, baik dgn atau tanpa
obat mungkin lebih sesuai pada mereka
yg telah memp fungsi lebih baik.
• Saat usia mereka meningkat, mungkin
timbul perasaan cemas/depresi krn
mereka menyadari kelainan & kesukaran
dalam membina hub dgn orang.
3. Terapi Obat
Pada sekelompok anak autisme dgn
gejala spt temperantrum, agresivitas dan
stereotip, pemberian obat – obat yg sesuai
dapat merup salah satu bagian dari
program terapi komprehensif.
4. Terapi Wicara
>Semua penyandang autisme akan
mengalami gg bicara dan berbahasa.
>O/ki terapi wicara adalah sebuah
keharusan bagi mereka yg perlu
diperhatikan dari terapis yg menangani
terapi wicara.
>T/u orang tuanya harus bisa
membedakan bhw penderita autisme
sangat berbeda dgn penderita gg
bicara saja.
5. Terapi Okupasi
Terapi ini diberikan pada anak – anak yg
mengalami gangguan perkemb motorik
halus seperti jari – jari untuk melatih
menulis.
6. Terapi Khusus
• Pendidikan khusus adalah pendidikan yg
berstruktur bagi para penyandang
autisme.
• Sistem satu guru adalah sangat penting
o/k sulit memusatkan perhatian dalam
kelas yg besar.
• Dgn adanya perbaikan, maka secara
bertahap dimasukkan ke dalam
kelompok kecil sebelum masuk sekolah
yg normal.
8. Diet atau Gizi pada Anak
Makanan yg perlu dihindari oleh anak autisme adalah :

(1) Bahan makanan yg mengandung gluten, biasanya


terdapat pada gandum, dan terigu, oat, dll. Produk
olahan yg mengandung gluten adalah kecap, roti/kue
yg terbuat dari terigu, mie, spageti, snack jajanan
( chiki, taro),
(2) Bahan makanan yg mengandung kasien, biasanya
terdapat pada susu sapi/kambing,
(3) Makanan yg mengandung penyedap rasa/MSG, biasanya
ditulis dgn seasoning bumbu lain,
(4) Bahan pemanis dan pewarna buatan
seperti permen, saos tomat, serta
bbrp makanan kemasan,
(5) Makanan yg diawetkan spt makanan
kalengan, sosis, makanan olahan,
makanan jadi yg dijual di supermarket
spt bakso dan pangsit,
(6) Fast food, Soft drink
(7) Buah – buahan t3: pisang, apel,
anggur, jeruk, tomat (bersifat
individual shg perlu tes terlebih dulu),
(8) semua makanan laut.
Makanan yg dapat dikonsumsi oleh anak
autisme antara lain:
(1) Jenis KH, a.l: kentang, ketela, ubi, beras putih,
beras merah, tepung (sagu, kentang, tapioka, beras
ketan),
(2) Jenis sayuran, a.l: brokoli, kembang kol, segala
macam slada, bayam, kangkung, kol putih, daun
katuk, asparagus, daun pengunggang, gambas,
segala macam labu, lobak, terong, wortel
(3) Jenis kacang – kacangan dan biji – bijian (protein
nabati), a.l: kac panjang, kac kapri, kac polong, kac
tanah (tak boleh digoreng), kac mete, almond,
kenari, lentil, kac hijau, kac kedelai (tempe - tahu),
kac tolo, kac hitam, jali, biji wijen, biji teratai.
(1) Protein hewani, a.l: daging sapi, daging
ayam kampung, telur bebek, hati ayam,
ampela,
(2) Buah – buahan, a.l: kiwi, alpukat,
semangka, nanas, jambu, pepaya,
belimbing, kendodong, jeruk (bagi yg tak
alergi), ketimun, bengkoang, jambu biji,
sirsak, sawo,
(3) Lain-lain: minyak kedelai (bagi yg tak
alergi), kelapa sawit, biji matahari, bunga
lily: gula: stevia (bagi yg berpantangan
gula); macam – macam jenis jamur; agar
– agar tanpa pewarna.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai