Anda di halaman 1dari 9

Anxiety Disorder

A.

Pengertian Anxiety

Anxiety atau kecemasan adalah keadaan suasana perasaan yang ditandai


oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekawatiran
tantang masa depan (American Psychiatric Association, 1994; Barlow,
2002).
Anxiety juga dapat diartikan sebagai suatu perasaan yang tidak tenang,
cemas, takut, dan dapat bersifat ringan sampai parah. Kondisi ini dapat
muncul tanpa sebab yang jelas. Ia merupakan tingkatan emosional dengan
karakteristik adanya perubahan pada tubuh, pikiran, dan tingkah laku
seseorang.
Adapun pengertian anxiety menurut ahli diantaranya yaitu:
1.

Freud

Kecemasan atau anxiety adalah keadaan tegang yang memotifasi individu


untuk berbuat sesuatu. Fungsinya adalah untuk memperingatkan adanya
ancaman bahaya. Apabila tidak bisa mengendalikan kecemasan melalui
cara-cara yang rasional dan langsung, maka ego mengendalikan cara-cara
yang tidak realistis yakni tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan
ego.
2.

Davison

Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan yang


disertai dengan meningkatnya ketegangan fisiologis. Dalam teori
pembelajaran dianggap sebagai suatu dorongan yang menjadi perantara
antara situasi yang mengancam dan prilaku menghindar.
Konsep bahwa kecemasan adalah suatu proses menjelma sebagai teori yang
mengatakan kecemasan adalah suatu jenjang peristiwa yang teratur dan
sifatnya temporer. Ancaman menandai penilaian subyektif seseorang bahwa
suatu situasi mengandung bahaya atau ancaman. Akan tetapi, jika orang
yang menafsirkan suatu situasi sebagai bahaya atau ancaman itu tidak
mampu mengatasi penyebab stress, maka ia akan terjebak dalam
pertahanan psikologis untuk menghilangkan keadaan cemas itu, atau untuk
mengurangi intensitasnya.

B.

Faktor Penyebab Anxiety

Beberapa penyebab dari gangguan kecemasan adalah:


1.

Traumatis

2.

Depresi

3.

Konflik-konflik

4.

Ketidak seimbangan kimia dalam tubuh

5.

Perubahan struktur otak

Dari Pandangan Biologis


Meski penyebab anxiety belum diketahui sepenuhnya, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak tidak dapat menimbulkan
anxiety dalam diri seseorang. Faktor genetic juga dapat menimbulkan
gangguan ini. Pasien yang mengalami cemas yang luar biasa akibat
ancaman yang dating dari dalam diri sendiri yang merupakan bahaya yang
tidak nyata yang disertai reaksi fisik dan prilaku.
Dari pandangan psikologis
Ahli psikoanalisa beranggapan bahwa penyebab kecemasan neurotic
dengan memasukkan persepsi diri sendiri, dimana individu beranggapan
bahwa dirinya dalam ketidakberdayaan, tidak mampu mengatasi masalah,
rasa takut akan perpisahan, terabaikan dan sebagai bentuk penolakan dari
orang yang dicintainya. Perasaan tersebut terletak dalam pikiran bawah
sadar yang tidak disadari oleh individu.
Dari pandangan Psikososial
Saat melakukan hal ini, ego juga harus menghadapi tuntutan yang
bertentangan dari id dan superego, id berusaha untuk memenuhi semua
keinginan, kebutuhan dan dorongan, sementara super ego berusaha
mendapatkan ego untuk bertindak dalam cara yang idealis dan moral.
Dari pandangan Sosiokultural
Tampak bahwa kondisi sosioekonomik tertentu cendrung berkaitan
dengan gejala gangguan tertentu. Akan tetapi, bagaimana sesungguhnya
dinamika pengaruhnya belum cukup jelas.

C.

Tanda-Tanda Anxiety

a. Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was dan keresahan bersifat tak


menentu.
b. Mudah tersinggung, sering merasa tidak mampu, minder, depresi.
c. Sulit berkomunikasi dan mengambil keputusan serba takut salah.
d. Bersifat tegang-lamban, bereaksi terhadap rangsangan yang secara tibatiba.
e. Sering mengeluh bahwa ototnya tegang, mengalami diare ringan, sering
buang air kecil, insomnia, dan mimpi buruk.
f. Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangan sering basah.
g. Sering berdebar-debar.
h. Sering mengalami anxiety attocus/ tiba-tiba cemas tanpa ada sebab
pemicu yang jelas.
Gejalanya dapat berupa berdebar-debar, sulit bernafas, berkeringat, pingsan.
Emosinya tidak stabil, ia sangat irritable, cepat tersinggung, sering dalam
keadaan excited/gempar/gelisah. Namun juga cepat menjadi depresi disertai
bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi dan rasa dikejar-kejar oleh sesuatu
yang tidak jelas. Selalu diliputi ketegangan emosional dan diganggu
bayangan-bayangan. Sering merasa mual dan muntah, badan selalu lelah,
menderita sesak nafas, banyak berkeringat, bergemetaran.

D.

Jenis-Jenis Anxiety

Beberapa jenis anxiety disorders yang bisa kita jumpai adalah:


Panic disorders. Orang-orang dengan gangguan kepanikan ini biasanya
sering merasa diteror secara tiba-tiba dan terjadi berulang kali. Mereka
sering kali mudah berkeringat, merasakan sakit di dada, palpitasi (detak
jantung tidak teratur), dan perasaan tersedak, yang dapat membuat
seseorang merasa seperti sedang mengalami serangan jantung.
Obsessive-Compulsive Disorders (OCD). Orang-orang yang mengalami OCD
ini biasanya memiliki gangguan pikiran yang konstan dan ketakutanketakutan tertentu akan sesuatu secara berlebihan sehingga mendorongnya

untuk melakukan ritual atau rutinitas tertentu. Misalnya, orang yang takut
pada kuman secara berlebihan sering kali berpikiran bahwa ada banyak
kuman di sekelilingnya, sehingga setiap kali ia menyentuh sesuatu, ia harus
segera mencuci tangan atau menggunakan pembersih tangan.
Post-traumatic stress disorder (PTSD). Orang dengan gangguan PTSD ini
biasanya pernah mengalami trauma atau peristiwa yang sangat mengerikan
seperti pelecehan seksual atau fisik, kematian tak terduga orang yang
dicintai, atau bencana alam. Orang dengan PTSD sering memiliki pikiran dan
kenangan yang abadi dan cenderung menakutkan terhadap kejadian
tersebut. Biasanya, mereka cenderung mati rasa secara emosional.
Social anxiety disorders. Sering disebut juga sebagai fobia sosial, yakni
kecemasan berlebihan seseorang terhadap lingkungan sosialnya. Orangorang dengan gangguan ini biasanya takut dengan penilaian orang lain,
takut diejek, takut tidak diterima oleh teman-temannya, dsb.
Spesific phobias. Biasanya, orang-orang dengan gangguan ini memiliki
ketakutan-ketakutan terhadap hal-hal tertentu. Seperti takut ketinggian,
takut darah, takut ular, takut terbang, dsb.
Generalized anxiety disorder. Gangguan ini melibatkan rasa khawatir yang
berlebihan, sering kali tidak realistis, meski tidak ada hal-hal yang
memprovokasi ketakutan tersebut. Orang-orang demikian sering kali
mengalami halusinasi.

E.

Cara Pencegahan

1.

Terapi Anxiety

Secara umum terapi kelainan anxiety dibagi menjadi dua macam, dengan
obat-obatan dan dengan psikoterapi atau biasa dikenal dengan nama terapi
bicara.
Walaupun tiap anxiety disorder memiliki karakteristik tersendiri, umumnya
mereka memberikan respon yang baik terhadap dua jenis terapi ini. Dua
terapi ini dapat diberikan sendiri-sendiri atau dikombinasikan (Dickey, 2002;
American Psychiatric Association, 2005).
Kedua bentuk terapi tersebut dapat dilakukan pada kebanyakan jenis anxiety
disorder. Pemilihan terapi, baik salah satu ataupun kombinasi keduanya
adalah berdasarkan pilihan dari dokter dan pasien ataupun berdasarkan jenis

anxiety yang dialami. Sebagai contoh, hanya psikoterapi yang efektif untuk
mengatasi phobia (Dickey, 2002).
Tahap awal yang tepat dalam melakukan perawatan terhadap kelainan
ansietas adalah dengan mengunjungi dokter keluarga. Pertama kali, dokter
akan melakukan evaluasi diantaranya apakah gejala yang sedang dialami
berasal dari anxiety disorder, jenis anxiety disorder apa yang sedang
dialami, dan kondisi-kondisi apa saja yang ikut menyertai.
Sangatlah penting untuk menentukan masalah yang spesifik yang menjadi
penyebab sebelum memulai suatu rangkaian perawatan. Pasien perlu
memberi tahu dokter perawatan apa saja yang pernah dicoba apabila
sebelumnya telah mendapatkan perawatan anxiety disorder.
Biasanya dari dokter keluarga, pasien akan dirujuk ke ahli kesehatan mental.
Mereka diantaranya adalah psikiater, psikolog, pekerja sosial, dan konselor.
(Dickey, 2002).
1.

Obat-obatan Anxiety

Obat-obatan tidak akan menyembuhkan anxiety disorder, melainkan hanya


mengendalikan gejala yang timbul sehingga pasien dapat menjalani
hidupnya dengan lebih normal (Dickey, 2002).
a.

Antidepresan

Antidepresan dapat digunakan sampai beberapa minggu sampai gejala mulai


menghilang. Obat antidepresan yang digunakan untuk terapi anxiety
diantaranya (Dickey, 2002):

SSRIs

Selective serotonin reuptake inhibitors atau SSRIs bekerja di otak pada


serotonin dan memiliki efek samping lebih kecil dari antidepresan
sebelumnya. Pada awal pemakaian pasien mungkin dapat mengalami rasa
mual ataupun gugup, namun kondisi ini akan menghilang.
Beberapa pasien terkadang mengalami gangguan seksual setelah
mengkonsumsi obat ini. Hal ini dapat diatasi dengan mengatur dosis obat
ataupun menggantinya dengan SSRIs lain (Dickey, 2002).
Fluoxetine, sertraline, fluvoxamine, paroxetine, dan citalopram merupakan
SSRIs yang umum diberikan untuk kondisi panic disorder, OCD, PTSD, dan
social phobia ataupun depresi. Venlafaxine merupakan obat yang masih

berhubungan dengan obat-obatan SSRIs dan sangat efektif untuk merawat


GAD (Dickey, 2002).

Tricyclics

Sebelum SSRIs ada juga obat lain untuk merawat anxiety disorder yaitu
tricyclics. Obat ini seefektif SSRIs dalam mengatasi anxiety disorder, namun
banyak dokter dan pasien lebih memilih memakai obat terbaru, yaitu SSRIs,
karena tricyclic terkadang menyebabakan pusing, mengantuk, mulut kering,
dan kenaikan berat badan.
Apabila efek samping ini muncul, dosis obat perlu diubah ataupun dilakukan
penggantian obat (Dickey, 2002).
Tricyclics sangat berguna untuk merawat orang dengan kekambuhan anxiety
disorder dan depresi. Golongan obat ini diantaranya Clomipramine, satusatunya antidepresan di golongan ini yang diresepkan untuk OCD, serta
imipramine yang diresepkan untuk panic disorder dan GAD (Dickey, 2002).

MAOIs

Monoamine oxidase inhibitors, atau MAOIs merupakan golongan paling tua


dari obat-obatan anti depresi. MAOI yang paling umum diresepkan adalah
phenelzine, yang efektif untuk orang-orang dengan kelainan panik dan social
phobia. Tranylcyprominedan isoprocarboxazid juga dapat digunakan untuk
mengatasi anxiety disorder.
Namun, penggunaan MAOI perlu diperhatikan dengan baik karena obat ini
dapat berinteraksi dengan berbagai macam substansi seperti makanan (keju
dan anggur merah) serta obat-obatan SSRI. Interaksi ini dapat berupa
meningkatnya tekanan darah dan bahaya-bahaya lain yang dapat
mengancam jiwa (Dickey, 2002).
b. Antianxiety.

Benzodiazepines.

Benzodiazepines dapat mengurangi gejala dengan cepat dan memiliki sedikit


efek samping, walaupun terkadang dapat menimbulkan rasa kantuk. Obat ini
hanya diresepkan untuk jangka pendek, karena obat ini dapat menimbulkan
toleransi bagi pemakainya.
Pengecualian bagi kelainan panik, yang biasanya pengobatan dapat
dilakukan 6 bulan sampai 1 tahun. Orang pengguna alkohol atau obat-obatan

terlarang tidak dianjurkan memakai obat ini karena akan menyebabkan


ketergantungan (Dickey, 2002).
Beberapa orang dapat mengalami rasa kecanduan setelah mereka
menghentikan obat ini. Hal ini dapat diatasi dengan mengurangi dosis obat
secara bertahap. Pada beberapa kasus, penghentian penggunaan obat ini
dapat mengakibatkan kembalinya gejala anxiety.
Masalah-masalah potensial dari obat ini mengakibatkan dokter jarang
menggunakan obat ini, walaupun obat ini dapat memberikan keuntungankeuntungan bagi pasiennya (Dickey, 2002).
Beberapa obat benzodiazepines diantaranya clonazepam yang biasanya
digunakan untuk social phobia dan GAD, alprazolam untuk panic disorder
dan GAD, dan lorazepam untuk panic disorder (Dickey, 2002).

Buspirone.

Obat antianxiety terbaru, buspirone, dapat digunakan untuk merawat GAD.


Efek samping yang dapat ditimbulkan diantaranya pusing, sakit kepala, dan
mual. Obat ini harus digunakan secara teratur selama 2 minggu untuk
mencapai efek antianxiety (Dickey, 2002).

Beta-blocker.

Beta-blocker, misalnya propanolol, dapat pula membantu mengatasi kelainan


ansietas tertentu khususnya social phobia dengan gejala diantaranya
jantung berdebar, tangan gemetar, dan gejala fisik lainnya (Dickey, 2002).
Terapi menggunakan obat-obatan dapat pula dikombinasikan dengan
psikoterapi, dan bagi beberapa orang kombinasi ini merupakan pendekatan
yang paling baik dalam perawatan (Dickey, 2002).

2.

Psikoterapi.

Psikoterapi merupakan terapi yang dilakukan dengan cara melakukan


pembicaraan dengan ahli kesehatan mental profesional, seperti psikiater,
psikologi, pekerja sosial, ataupun konselor untuk belajar mengatasi masalah
yang berhubungan dengan anxiety disorder (Dickey, 2002).
1.

Terapi tingkah laku-kognitif dan tingkah laku

Penelitian menunjukkan bahwa terapi tingkah laku-kognitif merupakan


bentuk psikoterapi yang efektif untuk beberapa anxiety disorder, khususnya
panic disorder dan social phobia.
Selain itu, beberapa bukti menunjukkan bahwa terapi tingkah laku-kognitif
bertahan lebih lama daripada terapi menggunakan obat-obatan untuk orangorang dengan kelainan panic disorder, OCD, PTSD, dan social phobia (Dickey,
2002).
Terapi ini mempunyai dua komponen yaitu komponen kognitif dan tingkah
laku. Komponen kognitif yang membuat orang mengubah pola pikir untuk
mencegah datangnya rasa takut mereka.
Misalnya orang dengan panic disorder dapat dibantu dengan membuat agar
mereka berpikir bahwa serangan panik yang mereka hadapi bukanlah
serangan jantung seperti yang sebelumnya mereka pikirkan (Dickey, 2002).
Komponen tingkah laku mencoba mengubah reaksi orang terhadap situasi
yang memicu anxiety. Caranya dengan memberikan orang apa yang mereka
takutkan dan melatihnya untuk jangka waktu tertentu sampai mereka
terbiasa dengan hal yang mereka takutkan itu.
Teknik tingkah laku lain adalah dengan mengajarkan orang mengambil nafas
dalam-dalam untuk membantu relaksasi dan menangani rasa anxiety
mereka. Terapi tingkah laku sendiri telah lama digunakan dan efektif untuk
menangani phobia spesifik (Dickey, 2002).
Tujuan utama dari terapi tingkah laku-kognitif dan terapi tingkah laku adalah
mengurangi tingkat anxiety dengan menghilangkan pikiran-pikiran ataupun
reaksi terhadap hal tertentu yang menimbulkan reaksi anxiety. Biasanya
terapi ini dilakukan selama 12 minggu (Dickey, 2002).
Terapi tingkah laku kognitif dan terapi tingkah laku dapat pula dilakukan
dalam satu kelompok. Metode ini sangat cocok untuk social phobia (Dickey,
2002).
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan perawatan adalah
pasien merasa nyaman dengan terapi yang dilakukan. Apabila hal ini tidak
dapat dicapai, dianjurkan pasien mencari bantuan yang lain (Dickey, 2002).
Beberapa hal yang dapat menambah efektifitas perawatan anxiety
diantaranya adalah berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain,

dukungan dari keluarga, teknik manajemen stress seperti meditasi (Dickey,


2002).
F.

Kasus Anxiety

Seorang Ibu yang merupakan mantan aktivis banyak organisasi (mulai dari
PKK, Dharma Wanita, dll) di Jakarta, terpaksa harus mengikuti suaminya yang
pindah ke daerah pelosok di Provinsi D.I. Yogyakarta karena sudah pensiun.
Awalnya hal ini dapat diadaptasikan oleh sang Ibu, namun lama kelamaan
kevakuman sang Ibu tersebut dalam hal aktivitas sosial membuat timbul
perasaan merasa salah terus, minder, kurang dihargai, dan lain-lain. Yang
RASA semacam ini sudah pernah menghinggapi Pikiran Bawah Sadar Beliau
ketika terjadi peristiwa Prahara di rumahtangganya ketika suaminya masih
aktif bekerja. Ditambah lagi adanya pola terulang di kehidupan rumah
tangga anak-anaknya yang juga mengalami kawin-cerai.
Segala hal tersebut diatas semakin membuat Beliau mengulang kembali
pola perilaku dalam bereaksi (Coping Behaviour) ketika menghadapi segala
hal yang mengecewakan Beliau, sehingga secara Bawah Sadar menumpuk
dan muncul sebagai Anxiety Syndrome (Gejala Kecemasan
Sumber:
Baihaqi, dkk. 2005. Psikiatri (Konsep Dasar GangguanGangguan. Bandung:Refika Aditama.
Davison, dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta:Rajawali Press.
Durand, Mark, dkk. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
Sumadinata, N. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosda karya.
Soemantri, Sutjihati. 2007. Psikologi ALB. Bandung:Refita Aditama

Anda mungkin juga menyukai