A.
Pengertian Anxiety
Freud
Davison
B.
Traumatis
2.
Depresi
3.
Konflik-konflik
4.
5.
C.
Tanda-Tanda Anxiety
D.
Jenis-Jenis Anxiety
untuk melakukan ritual atau rutinitas tertentu. Misalnya, orang yang takut
pada kuman secara berlebihan sering kali berpikiran bahwa ada banyak
kuman di sekelilingnya, sehingga setiap kali ia menyentuh sesuatu, ia harus
segera mencuci tangan atau menggunakan pembersih tangan.
Post-traumatic stress disorder (PTSD). Orang dengan gangguan PTSD ini
biasanya pernah mengalami trauma atau peristiwa yang sangat mengerikan
seperti pelecehan seksual atau fisik, kematian tak terduga orang yang
dicintai, atau bencana alam. Orang dengan PTSD sering memiliki pikiran dan
kenangan yang abadi dan cenderung menakutkan terhadap kejadian
tersebut. Biasanya, mereka cenderung mati rasa secara emosional.
Social anxiety disorders. Sering disebut juga sebagai fobia sosial, yakni
kecemasan berlebihan seseorang terhadap lingkungan sosialnya. Orangorang dengan gangguan ini biasanya takut dengan penilaian orang lain,
takut diejek, takut tidak diterima oleh teman-temannya, dsb.
Spesific phobias. Biasanya, orang-orang dengan gangguan ini memiliki
ketakutan-ketakutan terhadap hal-hal tertentu. Seperti takut ketinggian,
takut darah, takut ular, takut terbang, dsb.
Generalized anxiety disorder. Gangguan ini melibatkan rasa khawatir yang
berlebihan, sering kali tidak realistis, meski tidak ada hal-hal yang
memprovokasi ketakutan tersebut. Orang-orang demikian sering kali
mengalami halusinasi.
E.
Cara Pencegahan
1.
Terapi Anxiety
Secara umum terapi kelainan anxiety dibagi menjadi dua macam, dengan
obat-obatan dan dengan psikoterapi atau biasa dikenal dengan nama terapi
bicara.
Walaupun tiap anxiety disorder memiliki karakteristik tersendiri, umumnya
mereka memberikan respon yang baik terhadap dua jenis terapi ini. Dua
terapi ini dapat diberikan sendiri-sendiri atau dikombinasikan (Dickey, 2002;
American Psychiatric Association, 2005).
Kedua bentuk terapi tersebut dapat dilakukan pada kebanyakan jenis anxiety
disorder. Pemilihan terapi, baik salah satu ataupun kombinasi keduanya
adalah berdasarkan pilihan dari dokter dan pasien ataupun berdasarkan jenis
anxiety yang dialami. Sebagai contoh, hanya psikoterapi yang efektif untuk
mengatasi phobia (Dickey, 2002).
Tahap awal yang tepat dalam melakukan perawatan terhadap kelainan
ansietas adalah dengan mengunjungi dokter keluarga. Pertama kali, dokter
akan melakukan evaluasi diantaranya apakah gejala yang sedang dialami
berasal dari anxiety disorder, jenis anxiety disorder apa yang sedang
dialami, dan kondisi-kondisi apa saja yang ikut menyertai.
Sangatlah penting untuk menentukan masalah yang spesifik yang menjadi
penyebab sebelum memulai suatu rangkaian perawatan. Pasien perlu
memberi tahu dokter perawatan apa saja yang pernah dicoba apabila
sebelumnya telah mendapatkan perawatan anxiety disorder.
Biasanya dari dokter keluarga, pasien akan dirujuk ke ahli kesehatan mental.
Mereka diantaranya adalah psikiater, psikolog, pekerja sosial, dan konselor.
(Dickey, 2002).
1.
Obat-obatan Anxiety
Antidepresan
SSRIs
Tricyclics
Sebelum SSRIs ada juga obat lain untuk merawat anxiety disorder yaitu
tricyclics. Obat ini seefektif SSRIs dalam mengatasi anxiety disorder, namun
banyak dokter dan pasien lebih memilih memakai obat terbaru, yaitu SSRIs,
karena tricyclic terkadang menyebabakan pusing, mengantuk, mulut kering,
dan kenaikan berat badan.
Apabila efek samping ini muncul, dosis obat perlu diubah ataupun dilakukan
penggantian obat (Dickey, 2002).
Tricyclics sangat berguna untuk merawat orang dengan kekambuhan anxiety
disorder dan depresi. Golongan obat ini diantaranya Clomipramine, satusatunya antidepresan di golongan ini yang diresepkan untuk OCD, serta
imipramine yang diresepkan untuk panic disorder dan GAD (Dickey, 2002).
MAOIs
Benzodiazepines.
Buspirone.
Beta-blocker.
2.
Psikoterapi.
Kasus Anxiety
Seorang Ibu yang merupakan mantan aktivis banyak organisasi (mulai dari
PKK, Dharma Wanita, dll) di Jakarta, terpaksa harus mengikuti suaminya yang
pindah ke daerah pelosok di Provinsi D.I. Yogyakarta karena sudah pensiun.
Awalnya hal ini dapat diadaptasikan oleh sang Ibu, namun lama kelamaan
kevakuman sang Ibu tersebut dalam hal aktivitas sosial membuat timbul
perasaan merasa salah terus, minder, kurang dihargai, dan lain-lain. Yang
RASA semacam ini sudah pernah menghinggapi Pikiran Bawah Sadar Beliau
ketika terjadi peristiwa Prahara di rumahtangganya ketika suaminya masih
aktif bekerja. Ditambah lagi adanya pola terulang di kehidupan rumah
tangga anak-anaknya yang juga mengalami kawin-cerai.
Segala hal tersebut diatas semakin membuat Beliau mengulang kembali
pola perilaku dalam bereaksi (Coping Behaviour) ketika menghadapi segala
hal yang mengecewakan Beliau, sehingga secara Bawah Sadar menumpuk
dan muncul sebagai Anxiety Syndrome (Gejala Kecemasan
Sumber:
Baihaqi, dkk. 2005. Psikiatri (Konsep Dasar GangguanGangguan. Bandung:Refika Aditama.
Davison, dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta:Rajawali Press.
Durand, Mark, dkk. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
Sumadinata, N. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosda karya.
Soemantri, Sutjihati. 2007. Psikologi ALB. Bandung:Refita Aditama