Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

Halusinogen (psychedelics) adalah zat psikoaktif yang kuat mengubah


persepsi, suasana hati, dan sejumlah proses kognitif. Mereka dianggap fisiologis
aman dan tidak menghasilkan ketergantungan atau kecanduan. Asal mereka
mendahului sejarah ditulis, dan mereka dipekerjakan oleh budaya awal dalam
berbagai konteks sosial budaya dan ritual. Pada tahun 1950, setelah penemuan
hampir sejaman dari kedua serotonin (5-HT) dan diethylamide asam lysergic
(LSD-25), penelitian otak awal difokuskan intens pada kemungkinan bahwa LSD
atau halusinogen memiliki dasar serotonergik aksi dan diperkuat ide bahwa 5-HT
merupakan neurotransmitter penting di otak. Ide-ide ini akhirnya terbukti, dan hari
ini diyakini bahwa halusinogen merangsang reseptor 5-HT2A, terutama yang
diekspresikan pada sel piramidal neokorteks. Aktivasi reseptor 5-HT2A juga
menyebabkan peningkatan kadar glutamat kortikal mungkin dengan siaran yang
dimediasi reseptor presinaptik dari aferen thalamic. Temuan ini telah
menyebabkan perbandingan efek halusinogen klasik dengan aspek-aspek tertentu
dari psikosis akut dan untuk fokus pada interaksi talamokortikal sebagai kunci
untuk memahami baik tindakan zat ini dan situs neuroanatomical terlibat dalam
keadaan kesadaran yang berubah (ASC). Dalam pencitraan otak vivo pada
manusia menggunakan [18F] fluorodeoxyglucose telah menunjukkan bahwa
halusinogen meningkatkan metabolisme kortikal prefrontal, dan korelasi telah
dikembangkan antara aktivitas di daerah otak tertentu dan unsur psikologis dari
ASC diproduksi oleh halusinogen. Reseptor 5-HT2A jelas memainkan peran
penting dalam pengolahan kognitif, termasuk memori bekerja, dan ligan untuk
reseptor ini dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk masa depan penelitian
neuroscience kognitif. Selain itu, tampaknya mungkin bahwa utilitas masih
mungkin muncul untuk penggunaan halusinogen untuk mengobati kecanduan
alkohol, penyalahgunaan zat, dan gangguan kejiwaan tertentu.
TINJAUAN PUSTAKA

A. HALUSINOGEN

Halusinogenik adalah sekumpulan zat yang bila digunakan dapat


menyebabkan halusinasi yaitu rangsangan pada panca indera yang
sebenarnya tidak ada. Mendengar seseuatu yang tidak ada, melihat sesuatu
yang tidak ada atau bahkan merasakan sesuatu seperti jalannya semut di
tangan tetapi sebenarnya tidak ada dan sebagainya.
Pertama kali dibuat secara sintetis pada 1940-an untuk
menghilangkan hambatan yang merintangi pada kasus kejiwaan.
Halusinogen yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, seperti kaktus peyote,
telah dipakai golongan pribumi Meksiko selama beberapa ratus tahun untuk
kegiatan keagamaan dan hiburan.
Halusinogen juga di kenal sebagai psikedelik, bertindak pada
susunan saraf pusat untuk membuat perubahan yang bermakna dan sering
radikal pada keadaan kesadaran pengguna; juga dapat mengacaukan
perasaan kenyataan, waktu dan emosi para pengguna.

A. TANDA PENGGUNA ZAT HALUSINOGEN

a. Fisik
Berat badan turun drastis, mata terlihat cekung dan merah, muka
pucat, dan bibir kehitam-hitaman, tangan penuh dengan bintik-bintik
merah seperti bekas gigitan nyamuk dan ada tanda bekas luka sayatan.
Goresan dan perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan buang
air besar dan kecil kurang lancer sembelit atau sakit perut tanpa alasan
yang jelas.
b. Emosi
Sangat sensitif dan cepat bosan
bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap
membangkang
emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau
berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang di sekitarnya
nafsu makan tidak menentu.
c. Perilaku
Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya
menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga
sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa
pamit dan pulang lewat tengah malam
suka mencuri uang di rumah, sekolah ataupun tempat pekerjaan dan
menggadaikan barang-barang berharga di rumah. Begitupun dengan
barang-barang berharga miliknya banyak yang hilang selalu kehabisan
uang waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur, kloset,
gudang, ruang yang gelap, kamar mandi, atau tempat-tempat sepi
lainnya
takut akan air. Jika terkena akan terasa sakit, karena itu mereka jadi
malas mandi
sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada
saat gejala "putus zat"
sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila
ada maunya, seperti saat membutuhkan uang untuk beli obat
sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam malasan
mengalami jantung berdebar-debar
sering menguap
mengeluarkan air mata berlebihan
mengeluarkan keringat berlebihan
sering mengalami mimpi buruk
mengalami nyeri kepala dan mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi

Halusinogen bersifat merubah sensasi pendengaran dan penglihatan.


Selain itu, kedua sensasi tersebut bisa saling bersilangan; misalnya
mendengarkan musik bisa menyebabkan munculnya warna-warna, yang
akan bergerak seiring dengan irama musik. Bahaya terbesar dari pemakaian
obat ini adalah efek psikis dan gangguan penilaian, yang bisa menyebabkan
kecelakaan atau pengambilan keputusan yang salah. Sebagai contoh,
seorang pemakai halusinogen bisa berfikir bahwa ia dapat terbang, bahkan
sampai melompat dari jendela untuk membuktikannya, sehingga terjadilah
cedera berat atau kematian.
Halusinogen merangsang otak. Efeknya bisa tergantung kepada
suasana hati dan tempat pemakai mengkonsumsi halusinogen. Contohnya,
pemakai yang sebelum menelan obat telah mengalami depresi, cenderung
untuk merasa lebih sedih setelah menelan halusinogen. Dengan berlanjutnya
halusinasi, pemakai halusinogen mulai kehilangan kendali dan untuk
sementara waktu dapat menderita psikosa. Kadang 'perjalanan halusinasi'
yang buruk dapat menjadi begitu berat atau dapat memicu kerentanan
bawaan untuk menderita psikosa, sehingga pemakai tetap menderita psikosa
selama beberapa hari atau lebih, setelah efek obat hilang. Psikosa yang
menetap lebih sering terjadi pada pemakai halusinogen yang sebelumnya
sudah memiliki kelainan psikologis, yang akan semakin nyata atau semakin
memburuk karena efek halusinogen

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebagian besar pemeriksaan laboratorium tergantung dari
kemungkinan target organ yang terkena efek dari zat/obat yang dipakai
(contoh: gangguan fungsi liver, kelainan hematologi). Pemeriksaan rambut,
saliva, urin , dan darah dapat dilakukan untuk mengetahui apakah remaja
tersebut menggunakan obat/zat tersebut tetapi pemeriksaan urin untuk
penyalahgunaan zat lebih dapat membatu karena lebih cepat hasilnya
walaupun false positif atau negatif kadang terjadi.

C. DIAGNOSIS
a. Substance abuse / penyalahgunaan zat: suatu pola maladaptasi dari
penggunaan zat yang membawa kearah gangguan klinis yang bermakna
sebagai akibat dari satu atau lebih dari hal dibawah ini yang timbul
dalam periode 12 bulan, yaitu:
1. Penggunaan obat secara berkala yang menyebabkan orang tersebut
gagal melaksanaan tugas di lingkungan pekerjaan, sekolah atau di
rumah.
2. Pada situasi dimana hal tersebut dapat membahayakan fisiknya
3. Terus menerus dan orang tersebut mempunyai masalah
interpersonal dan social sementara atau menetap, yang dicetuskan
kembali efek zat tersebut
b. Substance dependent/ketergantungan zat: suatu pola maladaptasi dari
penyalahgunaan zat yang membawa kepada gangguan klinis yang
bermakna , sebagai akibat dari tiga atau lebih hal dibawah ini yang
terjadi kapan saja dalam periode 12 bulan yang sama, yaitu:
a) Toleransi , didefinisikan sebagai berikut:
Peningkatan kebutuhan yang bermakna untuk mencapai
intoksikasi atau efek yang diinginkan
Tidak adanya reaksi yang bermakna dengan penggunaan
berkelanjutan dalam jumlah yang sama.
b) Withdrawal, didefinisikan sebagai berikut:
Adanya karakteristik sindroma ketergantungan
Zat yang sama digunakan untuk menghilangkan atau
mencegah gejala yang timbul.
Zat yang sering digunakan dalam jumlah lebih besar atau over
dosis dalam jangka waktu yang lebih singkat.
Terdapat keinginan untuk memutus atau mengontrol substance
abuse tetapi usaha itu gagal
Jangka waktu yang lama dibutuhkan dalam usaha untuk
sembuh dari efek substance abuse
Aktivitas social, pekerjaan atau rekreasi menjadi terhenti atau
berkurang karena pemakaian zat itu.
Pemakaian zat tersebut tetap dilanjutkan walaupun terdapat
masalah fisik sementara atau menetap, atau masalah psikologis
yang disebabkan zat tersebut.

D. TATA LAKSANA
Sebagian besar pemakai halusinogen tidak pernah mencari
pengobatan. Pemakai halusinogen yang mengalami 'perjalanan' buruk,
biasanya akan merasa aman bila berada dalam ruangan yang tenang dan
gelap. Pemakai halusinogen yang mengalami psikosa yang menetap
mungkin memerlukan pengobatan jiwa
Terapi dan rehabilitasi, dengan tujuan:
1. Abstinensia
Yaitu menghentikan sama sekali penggunaan obat. Tujuan ini tergolong
sangat ideal, namun banyak orang tidak mampu atau mempunyai
motivasi untuk mencapai tujuan ini. Rehabilitasi ini diberikan terutama
kalau ia baru menggunakan obat pada fase-fase awal.
2. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps
Sasaran utamanya adalah pencegahan relaps. Bila pasien pernah
menggunakan satu kali saja setelah clean maka ia disebut slip. Bila
ia menyadari kekeliruannya, dan ia memang telah dibekali ketrampilan
untuk mencegah pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap
mencoba bertahan untuk selalu abstinensia. Pelatihan relapse
prevention programe, Program terapi kognitif, Opiate antagonist
maintenance therapy dengan naltreson merupakan beberapa alternatif
untuk mencegah relaps.
3. Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial.
Dalam kelompok ini,abstinensia bukan merupakan sasaran utama.
Terapi rumatan (maintence) merupakan pilihan untuk mencapai sasaran
terapi golongan ini.
4. Sedangkan tahap penanganan secara umum adalah:
Penanganan kegawatan : tatalaksana ABC (airway, brathing,
circulation)
Pemberian antidotum
Detoksifikasi:
Detoksifikasi dengan pemutusan segera (abrupt withdrawal)
Detoksifikasi simptomatik
Detoksifikasi substitusi
Terapi rumatan penyalahgunaan
Psikoterapi individu
Psikoterapi kelompok
Rehabilitasi
Rehabilitasi di rumah / keluarga
Rehabilitasi di institusi/lembaga

E. PROGNOSIS
Keberhasilan dari penatalaksanaan penyalahgunaan obat/zat
memerlukan proses yang sangat panjang. Resiko tinggi untuk relaps selama
terapi hampir selalu ada.

F. PENCEGAHAN
Tidak ada metode pencegahan yang sempurna, yang dapat
diterapkan untuk seluruh populasi. Populasi yang berbeda memerlukan
tindakan pencegahan yang berbeda pula. Pembagian metode pencegahan
adalah sebagai berikut:
1. Pencegahan universal, ditujukan untuk populasi umum baik untuk
keluarga maupun anak.
2. Pencegahan selektif, ditujukan bagi keluarga dan anak dengan
risiko tinggi. Risiko tersebut dapat berupa risiko demografis,
lingkungan psiko-sosial dan biologis.
3. Pencegahan terindikasi, ditujukan terhadap kasus yang mengalami
berbagai faktor risiko dalam suatu keluarga yang disfungsional.
Semua upaya pencegahan pada umumnya ditujukan untuk
memperbaiki/mengurangi faktor risiko dan memperkuat faktor protektif
dari individu, keluarga dan lingkungannya. Faktor risiko mempermudah
seseorang untuk menjadi pengguna sedangkan faktor protektif membuat
seseorang cenderung tidak menggunakan obat

G. PENGGOLONGAN ZAT HALUSINOGEN


1. LSD (Lysergic Acid Diethylamide)
LSD merupakan suatu alkaloid ergot semi sintetik dengan asam
lisergat sebagai initi molekul, sama dengan ergotamine. LSD bekerja
sebagai antiserotonin dan anti kolinerterase. Daya kerja halusinogennya
terhadap otak mungkin sebagian berdasarkan sifat ini, yakni timbulnya
persepsi lingkungan yang berubah secara dramatis dan perasaan luar
biasa yang menggairahkan. Kadang kala timbul efek-efek yang tidak
diinginkan seperti perasaan ketakutan dan panic (bad trip). Tnya
kurang lebih 3 jam dan daya kerja 1 dosis kurang lebih 8 jam.
Ketergantungan psikis dapat terjadi, tetapi tidak timbuk
ketergantungan fisik. Daya kerjanya diperkuat oleh amfetamin. Efek
samping yang serius adalah antara lain reaksi psikotis (kadang-kadang
terlambat timbulnya) dengan kecenderungan bunuh diri. Mungkin
bersifat teratogen dan mutagen.
Dosis oral : oral kurang lebih 30 mg sudah efektif untuk
menimbulkan halusinasi.
(Tjay dan Raharja, 2007)
2. Ecstasy
Kelompok golongan ini terdiri atas : XTC, MDMA (3,4
metilendioksimetilamfetamin).
Derivate-fenilisopropilamin semisintetik ini pada tahun 1914
dipasarkan sebgai obat penekan nafsu makan. Pada tahun 1970an , obat
ini di AS digunakan sebgai obat tambahan dalam psikoterapi dan
kemudian dilarang pada tahun 1985. Saat ini ecstasy dengan nama jalan
MDMA banyak digunakan oleh pecandu dibanyak Negara, juga di
Indonesia untuk sifat stimulasi dan halusinogennya akibat pembebasan
5-HT. penggunaan lama dari zat ini akan merusak saraf terminal 5-HT
dan meningkatkan resiko untuk gangguan kejiwaan. Sering kali drug ini
dalam berbagai bentuk tablet diselundupkan dari Eropa, terutama
Belanda, ke wilayah Indonesia yang kemudian melalui saluran-saluran
tertentu diperdagangkan di tempat-tempat disko dan klub-klub malam.
Akhir 2005 secara illegal diproduksi dalam jumlah besar di Indonesia,
sampai kegiatan ini dihentikan oleh aparat Negara.
Zat ini juga disebut sebagai party drug atau dance drug karena
memungkinkan si pengguna berjoget sepanjang malam tanpa merasakan
dirinya letih. Efek permulaannya berupa simpatomimetis dan dapat
terjadi tachyaritmia serta peningkatan suhu tubuh (hiperpireksia),
gerakan klonis dan konvulsi. Daya kerjanya agak singkat (4-6 jam).
Mekanisme kerjanya berdasarkan gangguan re-uptake dari serotonin di
otak, yang sebagai neurotransmitter berperan penting pada suasana jiwa
(mood), proses berpikir, makan dan tidur. Tidak menimbulkan
ketergantungan fisik dan ketagihan.
Ecstacy menimbulkan suatu keadaan ekstase pada mana
pengguna mengalami seolah-olah kenikmatan yang sangat intens dan
merasa dirinya terlepas dari segala permasalahan di dunia.
Efek buruk yang terpenting adalah gagal hati dan gagal ginjal
akut, serta kerusakan irreversible pada saraf-saraf yang melepaskan
serotonin (neurotoksis) akibat pembentukan radikal bebas yang
meruasak membrane sel. Adakalanya tablet-tablet XTC dicampur
dengan obat lain dengan tujuan memperkuat efeknya, misalnya atropine.
Hal ini sangat berbahaya karena toksisitasnya juga meningkat.
Pengobatan intoksikasi berupa cuci lambung , pemberian klorpromazin
dan atau blocker secara intravena.
(Tjay dan Raharja, 2007)

3. Kanabis ( ganja dan marijuana)


Kanabis adalah pucuk-pucuk berbunga dari tumbuhan hennep
cannabis sativa ( Asia Tenggara) dan mengandung kurang lebih 420 zat
yang termasuk dalam 18 kelompok. Daya kerjanya berupa menekan
kegiatan otak dengan menimbulkan situasi seperti bermimpi, meredakan
dan memberikan perasaan nyaman. Disamping itu kanabis berdaya
sebagai analgetik berdasarkan mekanisme yang menyerupai kerja
antinyeri morfin di otak, tetapi tanpa kaitan dengan reseptor opiate.
Daya komunikatif dan mobilitas menurun, sehingga mengoperasikan
peralatan berat maupun mengendarai kendaraan bermotor sangat
berbahaya.
Sifat psikotropnya. Efek pertamanya adalah euphoria yang
kemudian disusul dengan rasa kantuk (drowsiness) dan tidur, mulut
menjadi kering, konjungtiva menjadi merah dan pupil membesar. Efek
ini terutama disebabkan oleh THC (tetrahidrokanabinol). Tetapi sifat
halusinogennya lebih lemah dibaningkan LSD. Efek psikis tergantung
pada dosis, cara penggunaannya, pengalaman dari pemakai dan
kepekaan individual. Secara terapeutis kadang kala digunakan sebagai
analgetik pada terapi sitotastika guna menghindarkan nausea dan
muntah bila antiemetika lain kurang efektif. Efek sampingnya dapat
berupa efek sentral (rasa, high, pusing, melantur dan rasa kantuk ) yang
lewat setelah 1-3 hari. Bila tidak hilang sebaiknya zat ini jangan
diminum sebelum makan, melainkan sebelum tidur. Dosis untuk
stimulasi nafsu makan 2 dd 2,5-5 mg sebelum makan pagi dan makan
siang, antinausea 3-4 dd 5 mg
(Tjay dan Raharja, 2007)

4. Fenisiklidin
Merupakan salah satu zat halusinegik, yang dalam bentuk murni
berbetuk Kristal putih yang mudah larut dalam air. Drug ini sekelompok
dengan petidin dan memiliki khasiat analgetik yang baik. Efek
psikotropiknya kuat, dosis yang sangat rendah sudah mencetuskan suatu
keadaan high yang menyerupai psikosis dan berlangsung 4-6 jam.
Pada dosis tinggi, fensiklin menyebabkan konvulsi, sedangkan dosis
yang lebih rendah bersifat meredakan. Tanda dan gejala penggunaa zat
ini adalah gerakan bola mata yang cepat, bicara cadel, bicara terhambat
dan kehilangan koordinasi gerak
(Tjay dan Raharja, 2007)

5. Peyote
Peyote adalah sejenis kaktus (peyote) yang pucuk-pucuk
keringnya digunakan sebagai obat suci pada upacara di Meksiko. Peyote
mengandung alkaloida meskalin dengan daya halusinogen lebih lemah
dari LSD dan dapat dimakan atau diminum seperti the. Zat ini
menghasilkan efek visual hebat yang bersifat baik atau buruk,
tergantung pada suasana jiwa dan lingkungan. Dosis halusinasinya : 400
mg 700 mg
(Tjay dan Raharja, 2007)

6. Miristicin
Zat lemak ini terdapat sampai 25 % dalam Oleum myristicae
yang diekstrak dari biji pala. Zat ini juga terdapat dalam kadar rendah
pada daun peterseli. Zat ini dapat menimbulkan halusinasi, suasana
ketakutan dan ketegangan. Dimana lama kerja zat ini antara 48-60 jam.
Dosis halusinasinya 14 gram serbuk (yang dapat menyebabkan dahaga
yang sangat kuat)
(Tjay dan Raharja, 2007)

DAFTAR PUSTAKA

1. Tjay, T. H., dan Rahardja, K. 2007. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan


dan Efek-efek Sampingnya. Edisi ke VI. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo; Hal. 193.

Anda mungkin juga menyukai