Pendahuluan
BAB II
Pembahasan
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Pada umumnya setiap orang pasti dapat mengekspresikan perasaan senang, takut,
sedih, marah dan sebagainya. Ekspresi yang dapat diperlihatkan antara lain dengan emosi
atau marah atau menangis dan tertawa atau bergembira. Perbedaan emosi dengan perasaan
merupakan suatu hal yang bersifat kualitatif yang tidak ada batasnya tergantung dari warna
afektifnya masing-masing.
Dengan perbedaan emosi antara anak-anak sampai dewasa, kita bisa melihat
bagaimana seseorang memperlihatkan emosinya maupun yang hanya diam ataupun yang
berlebihan sekalipun emosi tersebut merupakan kemarahan atau kegembiraan. Apabila masih
anak-anak emosi yang diperlihatkan cenderung lebih sering terjadi dan berlangsung singkat
atau cepat reda, karena biasanya anak kecil lebih gampang terhibur dan melupakan
kemarahan atau rasa emosi yang mereka alami. Berbeda dengan remaja atau orang dewasa
yang terkadang suka membendung emosinya sampai waktu yang lama dan sulit untuk
diluapkan.dan pandai menyembunyikannya, yang terkadang dapat membuat mereka stres
atau sakit.
Emosi itu sendiri sebenarnya melibatkan dua hal yang penting yaitu psikologis dan
fisik. Hal ini dapat dilihat dari reaksi fisik seseorang yang disertai dengan penyesuaian dari
dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik serta tingkah laku yang tampak.
Orang yang mampu menghadapi frustasinya, mampu memotivasi diri dan mampu
mengendalikan diri adalah orang yang mempunyai kecerdasan emosional. Dia mampu juga
merasakan empati dan bersikap senada pula bagi orang yang sedang mengalami emosi dan
berusaha mengendalikan emosi orang lain tersebut. Sifat ini baik untuk dimiliki seseorang
agar tidak mudah menghadapi stres atau kesulitan dan frustasi di dalam hidup.
3.2 Saran
Emosi adalah warna afektif dari perasaan seseorang untuk menunjukkan reaksinya.
Reaksi itu bermacam-macam, ada yang senang, gembira, suka, semangat, cinta, takut, marah,
cemas ataupun gelisah dan sebagainya. Terlebih bagi anak usia dini, emosi yang ditunjukkan
sangat bervariasi yang dimulai dari infant (bayi) yang ia tampakkan dari tangisan atau
raungan. Biasanya bayi menangis karena ia merasa lapar atau kegerahan, dan kita sebagai
pendidik dan orang tua harus mengerti dan paham arti dari emosi yang ia tampakkan dari
reaksi fisik seperti itu.
Bagi anak usia dini yang sudah berusia dua sampai lima tahun, emosi mereka mulai
tidak terkontrol dan bersifat memaksa, untuk itu bagi kita para pendidik dan orang tua harus
pintar dalam menghadapi emosi (mungkin sampai temper tantrum) si anak dengan cara
memberikan perhatian fokus kepada anak dengan lemah lembut tetapi tidak memanjakannya.
Apabila hal tersebut masih membuat si anak tidak bisa mengkontrol emosinya, sebaiknya kita
abaikan saja dan dengan tegas kita mengatakan bahwa kita sebagai orang tua tidak menyukai
tingkah laku anak yang seperti itu, maka anak akan mengerti dan merasa lelah sendiri atas
apa yang ia lakukannya itu.
Semakin lama anak akan beranjak dewasa dan semakin mengerti bagaimana ia harus
memposisikan emosinya. Sebaiknya kita harus mengajarkan kepada anak kita sedari dini
untuk bisa menjaga emosinya dan tidak meraung-raung atau malah melakukan aktivitas fisik
seperti membenturkan kepala ke dinding atau malah memaki-maki. Karena hal tersebut
merupakan hal yang buruk dan hanya memalukan diri sendiri apabila dilakukan di keramaian
umum. Berilah pelajaran-pelajaran kecerdasan emosi kepada anak sedari dini agar ketika ia
sudah dewasa nanti, ia bisa mengendalikan dirinya dari emosi dan dapat bersikap empati
terhadap orang lain.
Daftar Pustaka
http://www.suite101.com/content/theories-of-emotions-a304249#ixzz17EQykFM9
http://id.wikipedia.org/wiki/Emosi