Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

Identitias Pasien
Nama

: Tn. DJ

Umur

: 14-12-1958 / 55 Tahun, 5 Bulan, 21 Hari

No. Rekam Medik

: 00-66-65-21

Alamat

: BTN PEPABRI Blok C 11 No. 24-25 Makassar

Tanggal

: 04 Juni 2014

Anamnesis
Keluhan Utama

: Closed Fracture Right Tibia Fibula, Nyeri betis kanan

Anamnesis Terpimpin

Dialami sejak kurang lebih kurang 30 menit sebelum masuk Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo akibat KLL. Pasien sedang menyeberang jalan, tiba-tiba
ditabrak motor dari arah kanan.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Riwayat pingsan

(-)

Riwayat mual

(-)

Riwayat mual

(-)

Status Generalisata
Sakit sedang / Obesitas / Composmentis
Primary Survey
A

: Bebas

: RR 18 x / menit, Dada simetris kiri = kanan


BP Vesiculer, Ronchi -/-, Wheezing -/-

: Tekanan darah 130/90 mmHg

: GCS 15 (E4M6V5)

: Suhu axilla 36,20 C

Status Lokalis
Regio Tibia Fibula Kanan

Inspeksi

: Swelling (+), Hematom (+), Bone exposed deformitas (+)

Palpasi

: Nyeri tekan

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (04-06-2014)
Darah Rutin

RBC

4.15 106/mm3

HGB

12.6 g/dL

HCT

37.01 %

WBC

17.4 H 103/mm3

NEU

84.0 %

PLT

222 103/mm3

Hemostatis

Waktu perdarahan

2 menit

Waktu pembekuan

6 menit

Imunooserologi :
SGPT

52 U/L

HBsAg

Nonreakti

Foto Cruris AP/Lateral (04 Juni 2014)

Gambar 1. Foto X-Ray Fraktur

Tampak fraktur kominutif pada 1/3 tengah os tibia dextra, belum terbentuk

kalus
Tampak fraktur kominutif pada 1/3 tengah os fibula dextra, belum terbentuk

kalus
- Mineralisasi tulang baik
- Celah sendi yang tervisualisasi baik
- Jaringan lunak di sekitarnya kesan swelling
Kesan : Fraktur kominutif 1/3 tengah os tibia et fibula dextra
Klinis : Suspek Fraktur Cruris
RESUME
Seorang bapak, usia 55 tahun masuk IRD bedah ortopedi RS Wahidin
Sudirohusodo dengan keluhan utama luka robek pada tungkai kanan, dialami
sejak 30 menit yang lalu sebelum masuk rumah sakit akibat kecelakaan lalu lintas.
Pasien mengeluh nyeri. Riwayat pingsan (-), riwayat mual (-), riwayat muntah (-).
Dari pemeriksaan fisis didapatkan:
-

Pasien datang dengan sakit sedang, gizi lebih, composmentis


Nadi normal, suhu normal, dan tanda hipertensi
Pada foto cruris ditemukan fraktur kominutif 1/3 tengah tibia et fibula dextra

DIAGNOSIS
Fraktur kominutif 1/3 tengah os tibia et fibula dextra

I.

PENDAHULUAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa yang bisa
menjadi komplit atau inkomplit. Umumnya apabila rudapaksa yang mengenai
tulang, tulang bisa bertahan karena adanya sifat elastisitas dan kembali ke normal
apabila rudapaksa dialihkan. Tetapi apabila intensitas rudapaksa semakin kuat,
elastisitas tulang tidak bisa menanggulangi rudapaksa tersebut, maka tulang
3

berubah bentuknya. Jika intensitas rudapaksa tinggi, fraktur komplit bisa saja
terjadi dan bisa cenderung ke arah fraktur murni. Rudapaksa yang sering berulang
akan mengakibatkan fraktur stress.1
Fraktur atau patah tulang kebanyakan terjadi akibat trauma, beberapa fraktur
terjadi secara sekunder akibat proses penyakit osteoporosis yang menyebabkan
fraktur-fraktur yang patologis.2
Penyebab fraktur adalah trauma, yang di bagi atas trauma langsung, trauma
tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma langsung yaitu benturan pada tulang,
biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor
langsung terbentur dengan keras. Trauma tidak langsung yaitu titik tumpuan
benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi. Trauma
ringan yaitu keadaan yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah
rapuh atau underlying disease atau fraktur patologis.2
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Depkes RI tahun 2007 di Indonesia terjadi kasus
fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu
lintas dan trauma benda tajam/tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang
mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan
lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari 14.127
trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%).3

II.

DISKUSI

2.1. ANATOMI SISTEM RANGKA


Tulang adalah jaringan ikat yang bersifat kaku dan membentuk bagian
terbesar kerangka, tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan
kerangka tubuh. Ruang di tengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan
hematopoietik, yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan
tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat.4

Komponen-komponen non seluler utama dari jaringan tulang adalah


mineral-mineral dan matriks organik (kolagen dan proteoglikan). Matriks organik
tulang disebut juga sebagai suatu osteoid. Sekitar 70% dari osteoid adalah kolagen
tipe I yang kaku dan memberikan daya rentang tinggi pada tulang. Materi organik
lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan seperti asam hialuronat.4
Terdapat bagian-bagian khas dari sebuah tulang panjang. Diafisis atau
batang adalah bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun
dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar. Metafisis adalah bagian
tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama disusun
oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang yang mengandung sel-sel
hematopoietik.4

Gambar 2. Bagian-bagian khas dari sebuah tulang panjang.

Gambar 3. Tampakan klinis dan radiologi tulang panjang

Tulang merupakan suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel:
osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan

membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan
osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi.4
Tubuh manusia terdiri dari tulang-tulang yang membentuk sistem rangka.
Rangka manusia terdiri dari 206 tulang. Tulang-tulang ini difiksasi satu sama lain
membentuk kerangka dan memberi perlindungan pada visera. Kerangka manusia
terdiri atas dua bagian, yaitu kerangka aksial yang terdiri dari tulang kepala
(cranium), tulang leher (os hyoideum dan vertebrae cervicales) dan tulang batang
tubuh (costa, sternum, vertebra, dan sacrum), dan kerangka apendikular yang
terdiri dari tulang ekstremitas (lengan dan tungkai), termasuk tulang yang
membentuk gelang bahu (pektoral) dan gelang panggul.4

Gambar 4. Anatomi Rangka Manusia

Tulang berfungsi untuk melindungi struktur vital, menopang tubuh,


mendasari gerak secara mekanis, membentuk sel darah (sumsum tulang merah

adalah tempat dibentuknya sel darah merah, beberapa limfosit, sel darah putih
granulosit, dan trombosit), menyimpan berbagai mineral (kalsium, fosfor, dan
magnesium).4,5
Dapat dibedakan dua jenis tulang, yaitu substantia spongiosa dan substantia
compacta. Perbedaan antara kedua jenis tulang tadi ditentukan oleh banyaknya
bahan padat dan jumlah serta ukuran ruangan yang ada di dalamnya. Semua
tulang memiliki kulit luar dan lapisan substantia compacta yang meliputi
substantia spongiosa di bagian dalam, kecuali bila massa substantia spongiosa
diubah menjadi cavitas medullaris (rongga sumsum).4,5
2.2. PENGGOLONGAN TULANG
Tulang digolongkan menurut bentuknya:5
a. Tulang panjang adalah tubular (misalnya humerus)
b. Tulang pendek adalah kuboidal, dan hanya terdapat di pergelangan kaki
(tarsus) dan di pergelangan tangan (carpus)
c. Tulang pipih, umumnya berguna sebagai pelindung (misalnya tulang pipih
cranium melindungi otak)
d. Tulang tak beraturan dengan bentuk aneka ragam (misalnya tulang wajah)
e. Tulang sesamoid (ossa sessamoidea), terbentuk dalam tendo tertentu
(misanya patella) dan terdapat di tempat persilangan tendo dengan ujung
tulang panjang ekstremitas.
Tulang ekstremitas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan pada batang
tubuh dengan perantara gelang panggul terdiri dari 31 pasang tulang, antara lain:
a. Os Coxae (Pelvicum)
Os coxae menghubungkan os sacrum dengan femur dan merupakan
penghubung tulang antara batang tubuh dan ekstremitas inferior. Masing-masing
os coxae terdiri dari tiga buah tulang, yaitu os ilium, os ischium, dan os pubis.
Tulang-tulang ini mulai bersatu pada usia 15-17 tahun, dan sedikit atau tidak ada
bekas garis persatuan tampak pada orang dewasa.4,5
b. Os Femur
Os femur merupakan tulang yang paling panjang dan paling berat dalam
tubuh manusia. Pada posisi berdiri, femur meneruskan gaya berat badan dari
pelvis menuju ke os tibia.4,5
c. Os Patella

Os patella adalah sebuah os sessamoidea, ukuran kira-kira 5 cm, berbentuk


segitiga, berada di dalam tendo (bertumbuh di dalam tendo) musculus quadriceps
femoris.4,5
d. Os Tibia
Os tibia adalah sebuah os longum, mempunyai corpus, ujung proximal dan
ujung distal, berada di sisi medial dan anterior dari crus. Pada posisi berdiri, tibia
meneruskan gaya berat badan menuju ke pedis.
Ujung proksimal lebar, membentuk condylus medialis dan condylus lateralis
tibiae. Condylus lateralis lebih menonjol daripada condylus medialis. Di sebelah
inferior dari condylus tibiae terdapat tonjolan ke arah anterior, disebut tuberositas
tibiae. Ujung distal tibia membentuk malleolus medialis. Pada permukaan lateral
terdapat incisura fibularis yang membentuk persendian dengan ujung distal
fibula.4,5
e. Os Fibula
Os fibula terletak di bagian lateral crus, sejajar dengan tibia, hampir
sepanjang dengan tibia. Di bagian proksimal membentuk persendian dengan tibia
dan di bagian distal dengan os talus. Fibula terdiri dari corpus, ujung proksimalis,
dan ujung distal.4,5
Ujung proksimalis disebut capitulum fibulae. Capitulum fibulae terletak
setinggi dengan tuberositas tibiae.5
Margo posterior meluas mulai dari apex capitis fibulae menuju ke caudomedial mencapai permukaan posterior malleolus lateralis.5

Gambar 5. Os Tibia dan Fibula

f. Ossa Tarsi (Tarsalia)


Ossa tarsi terdiri dari tujuh buah tulang, yakni talus, calcaneus, os
naviculare, os cuneiforme mediale, os cuneiforme intermedium, os cuneiforme
lateralis, dan os cuboideum.4,5
g. Ossa Metatarsi (Metatarsalia)
Ada lima buah ossa metatarsi, masing-masing mempunyai caput
metatarsale, corpus metatarsale, dan basis metatarsalis.4,5
h. Ossa Digitorum (Phalanges)
Setiap os phalanx mempunyai basis phalangis, corpus phalangis, dan caput
phalangis. Jari pertama hanya mempunyai dua ruas ossa phalanges, sedangkan
jari-jari lainnya mempunyai tiga ruas ossa phalanges. Os phalanx jari I lebih besar
dari semua ossa phalanges yang ada. Basis ossis phalanges mengadakan
persendian dengan caput ossis metatarsalis.4,5
2.3. TUNGKAI BAWAH

Nervus tibialis mempersarafi semua otot dalam compartimentum posterius


tungkai bawah. Saraf ini melintas ke kaudal pada bidang median betis, sebelah
dalam musculus soleus. Rami articulares nervi tibialis mengurus persarafan
articulatio genus, dan rami calcanei mediales mempersarafi kulit tumit.4,5
Arteri tibialis posterior adalah pemasok darah utama untuk kaki. Pembuluh
ini merupakan cabang akhir arteri poplitea terbesar yang berawal pada tepi distal
musculus popliteus dan melintas di sebelah dalam pangkal (origo) musculus
soleus. Di pergelangan kaki arteri tibialis posterior melintasi malleolus medialis
dan terpisah dari strukur ini oleh tendo musculus tibialis posterior dan tendo
musculus flexor digitorum longus. Di sebelah inferior malleolus medialis arteria
tibialis posterior melintas antara tendo musculus flexor hallucis longus dan tendo
musculus flexor digitorum longus. Di sebelah dalam retinaculum flexorum dan
pangkal musculus abductor hallucis, arteria tibialis bercabang menjadi arteria
plantaris medialis dan arteria plantaris lateralis.4,5
Arteria fibularis berawal inferior dari tepi distal musculus popliteus dan
arcus tendineus musculi solei. Arteria fibularis ini melintas serong ke fibula dan
mengikuti tepi medial fibula ke distal, biasanya di dalam musculus fleksor
hallucis longus. Arteria fibularis melepaskan cabang-cabang muskular ke
musculus popliteus dan otot-otot yang lain dalam compartimentum posterius dan
compartimentum laterale tungkai bawah. Juga dipercabangkan sebuah arteria
nutriens fibularis. Arteria fibularis biasanya menembus membrana interossea
cruris dan memasuki dorsum pedis untuk beranastomosis dengan arteria acuata.4,5

10

Gambar 6. Innervasi dan vascularisasi Pada daerah cruris

2.4. KLASIFIKASI FRAKTUR


Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas struktur tulang. Gejala klinis
yang terjadi pada fraktur adalah pembengkakan, deformitas, kekakuan gerak yang
abnormal, krepitasi, kehilangan fungsi dan rasa sakit. Terdapat dua penyebab
utama yang menyebabkan fraktur yaitu trauma seperti trauma langsung atau tidak
langsung dan peristiwa patologis seperti stress fraktur atau kelemahan tulang.
Secara garis besar fraktur dapat dibagi menjadi fraktur komplit dan fraktur
inkomplit.1,7
A. Fraktur Inkomplit
Fraktur inkomplit adalah patahnya tulang hanya pada satu sisi saja (terjadi
kerusakan cortex pada satu sisi tulang). Terdapat dua tipe fraktur inkomplit yaitu
fraktur greenstick dan fraktur torus.7,8
1)
Fraktur Greenstik adalah fraktur yang sering terjadi pada anak-anak karena
tulang anak-anak yang masih lunak. Fraktur ini terjadi apabila satu sisi
tulang patah dan pada sisi lain bengkok atau melengkung, tulang

11

melengkung disebabkan oleh konsistensinya yang elastik. Periosteumnya


tetap utuh. Fraktur ini biasanya mudah diatasi dan sembuh dengan baik.1,8

Gambar 7. Fraktur Greenstick.


2)

Fraktur torus adalah

adalah cedera kompresi pada tulang anak-anak.

Tulang elastis tidak terjadi fraktur tapi tulang tersebut membengkok.1,8

Gambar 8. Fraktur Torus

B. Fraktur Komplit
Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang, luas dan
melintang. Fraktur ini bisa menyebabkan tulang terbagi menjadi dua segmen dan
biasanya disertai dengan displasia dari fragmen tersebut. Fraktur komplit sering
terjadi pada orang dewasa dan bisa diklasifikasikan berdasarkan arah fraktur
tulang (Direction of the break), jumlah garis fragmen (The degree of the damage
to the bone), hubungan dengan dunia luar, dan penggeseran fragment tulang
(displacement).7,8,9
1) Berdasarkan arah fraktur tulang (Direction of the break)
Arah fraktur dikenal juga sebagai garis patah tulang. Seperti yang
dipaparkan pada gambar dibawah ini, arah fraktur bisa terbagi kepada fraktur
transversal, fraktur oblik, fraktur spiral, fraktur impaksi, dan fraktur avulsi.
Fraktur komunitif dan fraktur segmental akan dibahas pada klasifikasi
berdasarkan jumlah fragment.7,8

12

Gambar 9. Pembagian fraktur berdasarkan arah fraktur tulang


a.

Fraktur Transversal
Fraktur transversal adalah fraktur yang arah garis patahnya melintang. Pada

fraktur ini, segmen-segmen tulang yang patah apabila direposisi atau direduksi
kembali ke tempatnya semula, maka segmen-segmen tersebut akan stabil, dan
biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.1,7,8,9

Gambar 10. Fraktur transversal


b. Fraktur Oblik

Fraktur Oblik adalah garis patah miring. Fraktur ini garis patahnya
membentuk sudut terhadap tulang dan cenderung tidak stabil serta sulit untuk
diperbaiki.1,7,8,9

13

Gambar 11. Fraktur Oblik.

c. Fraktur spiral
Fraktur spiral adalah fraktur yang garis patahnya melingkar. Fraktur ini
biasanya timbul akibat torsi pada ekstremitas. Fraktur ini biasanya hanya
menimbulkan sedikit kerusakan pada jaringan lunak, dan fraktur semacam ini
cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.1,7,8,9

Gambar 12. Fraktur Spiral

d. Fraktur Impaksi
Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang
berada di antaranya.7,8

14

Gambar 13. Fraktur impaksi

e. Fraktur Avulsi
Fraktur avulsi adalah pemisahan fragmen tulang (biasanya kecil) di area
perlekatan ligament atau tendon (Gambar 11). Fraktur avulsi sering terjadi di
pergelangan kaki (ankle) dan di jari-jari. Fragmen tulang avulsi agak besar dan
garis fraktur sering terjadi secara transversal karena fraktur avulsi menyebabkan
kerusakan pada struktur perlekatan jaringan lunak.7,8,9

Gambar 14. Fraktur avulsi

2)

Berdasarkan jumlah fragment (The degree of the damage done to the

bone)
a. Fraktur segmental
Fraktur segmental terjadi apabila dua fraktur komplit yang terpisah (sering
terpisah secara transversal). Oleh itu, tulang akan terbagi menjadi tiga fragment

15

besar. Butterfly Fragment adalah fragment segitiga yang besar, sering terjadi di
axis tulang panjang.7,8,9

Gambar 15. Fraktur segmental.

b. Fraktur Kominutif
Fraktur komunitif adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan
jaringan dengan lebih dari dua fragment tulang. Tahap fraktur komunitif
tergantung pada kekuatan gaya yang menyebabkan cedera.1,7,8

Gambar 16. Fraktur kominutif.

c. Fraktur Multipel
Fraktur multipel adalah fraktur tulang yang terjadi pada beberapa bagian
tulang yang berlainan.1,7,8

16

Gambar 17. Fraktur multiple

3) Berdasarkan hubungan dengan dunia luar


a. Fraktur tertutup (Closed Fracture) bila tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar. Fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit
masih utuh, tulang tidak menonjol melalui kulit.1,7,8,9

Gambar 18. Fraktur tertutup

b. Fraktur terbuka (open/ compound fracture) bila terdapat hubungan antara


fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur
terbuka dibagi menjadi tiga derajat (menurut R.Gustillo), yaitu:1,7,8,9

17

Gambar 19. Fraktur terbuka

a. Derajat I:
i.
Luka <1 cm
ii.
Kerusakan jaringan lunak sedikit, relatif tanda luka remuk
iii.
Fraktur sederhana, transversal, oblik atau komunitif ringan
iv.
Kontaminasi minimal
b. Derajat II:
i.
Laserasi >1 cm
ii.
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse
iii. Fraktur komunitif sedang
iv. Kontaminasi sedang
c. Derajat III:
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit,
otot, dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur terbuka
derajat III terbagi atas:
Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun

i.

terdapat laserasi luas/flap/avulse atau fraktur segmental/sangat


komunitif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat
ii.

besarnya ukuran luka.


Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau

iii.

terkontaminasi.
Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa

melihat kerusakan jaringan lunak.


4) Berdasarkan kedudukan pergeseran fraktur (Displacement of fracture)
Fraktur pergeseran adalah posisi yang abnormal pada fragment fraktur di
bagian distal yang berhubungan dengan tulang proximal. Fraktur penggeseran bisa
menyebabkan peralihan tulang, pemendekan tulang, pembentukan sudut angulasi,

18

rotasi, dan perubahan alignment seperti yang dilampirkan pada Gambar 16.
Peralihan (distraction)

adalah pemisahan pada axis longitudinal tulang yang

ditandai dengan gangguan alignment tulang. Namun, pergeseran (displacement)


adalah tahap dimana fragmen fraktur keluar dari alignment tulang. Angulasi
adalah sudut pada fragmen distal yang diukur dari fragment proximal.
Penggeseran dan angulasi bisa terjadi pada ventral-dorsal plane, lateral-medial
plane atau keduanya.10

Gambar 20. Displacement of Fracture

a. Perubahan alignment (Loss of alignment)


Istillah pergeseran (displacement) adalah perubahan alignment tulang di
sepanjang axis tulang. Perubahan alignment sering disertai beberapa derajat
angulasi, rotasi, atau perubahan kepanjangan tulang.10
b. Pemendekkan tulang (shortening)
Pergeseran tulang distal kearah proximal menyebabkan pemendekan
(shortening) pada tulang panjang. Pemendekan tulang pada fraktur oblik lebih
parah dibandingkan pemendekan akibat fraktur transversal.10
c. Angulasi (Angulation) dan Rotasi (Rotation)

19

Angulasi merupakan berkaitan dengan arah tulang distal dan terhadap tulang
proximal (Gambar 21). Angulasi pada bagian medial dikenal sebagai Varus dan
angulasi pada pada lateral dikenal sebagai Valgus.7,10

Gambar 21. Angulasi dan Rotasi

d. Peralihan tulang (distraction) dan impaksi


Fraktur yang menyebabkan peningkatan panjang tulang. Peningkatan
panjang tulang ini disebabkan oleh pelebaran komponen tulang. Jika terjadi
adalah disebabkan oleh suatu impaksi.10

Gambar 22. Peralihan tulang dan Impaksi

5) Berdasarkan lokasi pada tulang fisis


Tulang fisis adalah bagian tulang yang merupakan lempeng pertumbuhan,
bagian ini relatif lemah sehingga strain pada sendi dapat berakibat pemisahan fisis
pada anak-anak. Fraktur fisis dapat terjadi akibat jatuh atau cedera traksi.
Klasifikasi yang paling banyak digunakan untuk cedera atau fraktur fisis adalah
klasifikasi menurut Salter-Harris:11

20

Gambar 23. Klasifikasi Salter-Harris

a.

Tipe I: fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan,

b.

prognosis sangat baik setelah dilakukan reduksi tertutup.


Tipe II: fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul melalui

c.

tulang metafisis, prognosis juga sangat baik dengan reduksi tertutup.


Tipe III: fraktur longitudinal melalui permukaan artikularis dan episfisis dan
kemudian

secara

transversal melalui sisi metafisis

dari

lempeng

pertumbuhan. Prognosis cukup baik meskipun hanya dengan reduksi


d.

antomi.
Tipe IV: fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan dan
terjadi melalui tulang metafisis. Reduksi terbuka biasanya penting dan

e.

mempunyai resiko gangguan pertumbuhan lanjut yang lebih besar.


Tipe V: cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens gangguan
pertumbuhan lanjut adalah tinggi tidak normal.1,11

2.5. PENYEMBUHAN FRAKTUR


Tahap (fase) penyembuhan tulang yang mengalami fraktur:
a. Fase Inflamasi
Jika salah satu tulang patah, maka seluruh jaringan lunak sekitarnya juga
rusak, termasuk periosteum dan otot sekitarnya, robek, dan banyak pembuluh
darah melintasi garis fraktur yang pecah. Sehingga terdapat hematoma pada
medullary canal, antara ujung fraktur, dan di bawah periosteum. Darah ini cepat
menggumpal dan membentuk bekuan. Osteosit kekurangan nutrisi

dan mati.

21

Sehingga pada daerah fraktur tidak mengandung sel-sel hidup. Kerusakan yang
parah pada periosteum dan sumsum serta jaringan lunak sekitarnya juga dapat
berkontribusi sebagai bahan nekrotik pada daerah fraktur tersebut. Karena begitu
banyaknya bahan nekrotik dapat memunculkan respon inflamasi akut langsung
dan intens. Ada vasodilatasi luas dan eksudasi plasma, yang mengarah ke edema
akut terlihat pada daerah fraktur. Fase ini dapat berlangsung selama 2-4 minggu.
Secara perlahan fase ini akan berhenti kemudian fase kedua dimulai dan secara
bertahap menjadi pola dominan.12,13,14
b. Fase Reparatif
Bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan darah akan
membentuk jaringan granulasi, dimana sel-sel pembentuk tulang primitive
(osteogenik) berdiferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan
mensekresi fosfat yang merangsang deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal
(kalus) disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu
dengan lapisan kalus dari fragmen satunya dan menyatu. Fusi dari kedua fragmen
(penyembuhan fraktur) terus berlanjut dengan terbentuknya trabekula oleh
osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyeberangi lokasi fraktur.
Persatuan (union) tulang provisional ini akan menjalani transformasi metaplastik
untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Fase ini berlangsung selama 1-2
bulan.12,13,14
c. Fase Remodeling
Proses renovasi dilakukan oleh keseimbangan resorpsi kalus oleh osteoklas,
dan deposisi tulang pipih oleh osteoblas. Fase ini membutuhkan waktu bertahuntahun untuk meregenerasi tulang tersebut. Proses ini mungkin terjadi lebih cepat
pasien yang lebih muda. Agar remodeling tulang baik, maka pasokan darah harus
memadai dan meningkat secara bertahap. Hal ini jelas ditunjukkan pada kasus di
mana tidak memadai pasokan darahnya maka berkembang menjadi atrophic
fibrous non-union. Namun, dalam kasus di mana ada vaskularisasi yang baik
tetapi fiksasi tidak stabil, proses penyembuhan berlangsung untuk membentuk
kalus, tetapi hasilnya berupa hypertrophic non-union atau pseudoarthrosis. 12,13,14

22

Gambar 24. Penyembuhan fraktur

2.6. KOMPLIKASI
Komplikasi pada fraktur yang dapat dilihat pada foto roentgen, ialah:15
a. Osteomielitis: terutama pada fraktur terbuka

23

Gambar 25. Osteomielitis pada fraktur terbuka

b. Nekrosis avaskular: hilangnya/terputusnya suplai darah pada suatu bagian


tulang sehingga menyebabkan kematian tulang tersebut.
c. Non-union: biasanya karena imobilisasi tidak sempurna. Juga bila ada
interposisi jaringan di antara fragmen-fragmen tulang. Radiologis terlihat
adanya sklerosis pada ujung-ujung fragmen sekitar fraktur dan garis patah
menetap. Pembentukan kalus dapat terjadi sekitar fraktur, tetapi garis patah
menetap.15

24

Gambar 26. Fraktur Non Union

d. Delayed union, umumnya terjadi pada: 15


- Orang-orang tua karena aktivitas oteoblas menurun
- Distraksi fragmen-fragmen tulang karena reposisi kurang baik, misalnya
-

traksi terlalu kuat atau fiksasi internal kurang baik


Defisiensi vitamin C dan D
Fraktur patologik
Adanya infeksi

Gambar 27. Delayed Union.

e. Mal-union: disebabkan oleh reposisi fraktur yang kurang baik, timbul


deformitas tulang.

25

Gambar 28. Mal-union

2.7. PEMBAHASAN KASUS

26

Pada kasus didapat, Tn. DJ umur 55 tahun masuk Rumah Sakit setelah
mengalami kecelakaan lalulintas sebelumnya. Pada foto cruris AP/lateral tampak:
- Fraktur kominutif pada 1/3 tengah os tibia dextra, belum terbentuk kalus
- Tampak fraktur kominutif pada 1/3 tengah os fibula dextra, belum terbentuk
kalus
- Mineralisasi tulang baik
- Celah sendi yang tervisualisasi baik
- Jaringan lunak di sekitarnya kesan swelling
sehingga didapatkan kesan bahwa pasien tersebut mengalami Fraktur kominutif
1/3 tengah os tibia et fibula dextra.
Pasien ini dikatakan mengalami fraktur karena pada foto radiologinya
didapatkan diskontinuitas dari korteks, yang mana dalam penjelasan sebelumnya
fraktur yang terjadi pada pasien ini dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah
fragmen fraktur sehingga digolongkan kedalam fraktur kominutif. Jika dilihat dari
hubugan dengan lingkungan luar maka fraktur ini termasuk fraktur tertutup.
Proses penyembuhan yang sedang berlangsung jika dilihat dari foto
radiologi pasien yaitu fase inflamasi, karena seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa proses inflamasi merupakan fase paling awal terjadi dan
berlangsung salama selama 2-4 minggu. Secara perlahan fase ini akan berhenti
kemudian fase kedua dimulai dan secara bertahap menjadi pola dominan.12,13,14
Pada kasus ini pula belum tampak adanya komplikasi yang terjadi karena
penanganan yang cepat dan tepat terhadap fraktur itu, namun tidak menutup
kemungkinan komplikasi seperti dibawah ini bisa terjadi:
- Osteomielitis: terutama pada fraktur terbuka
- Nekrosis avaskular
- Non-union
- Delayed union, umumnya terjadi pada orang tua, dan
- Mal-union.

27

DAFTAR PUSTAKA
1. Sutton, David.2003. Textbook of Radiology And Imaging, 7th ed.Vol.2.
Elsevier Science : London
2. Asrizal, R.A. 2014. Closed Fracture 1/3 Middle Femur Dextra. Vol.2 No.3.
FK UNLAM : Lampung
3. NOVELNDI.R. 2011. Karakteristik Penderita Fraktur Rawat Inap di RSUD
Dr.Pirngadi Medan pada tahun 2009 (Jurnal). USU Institutional
Repository : Sumatera Utara
4. Keith L. Moore, Anne M.R Agur. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates :
Jakarta
5. Lululima, J.W. 2002. Anatomi Umum. Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin : Makassar
6. Christos Garnavos, Nikolaos K. Kanakaris. 2012. New Classification
System For Long-bone Fractures Supplementing the OA/OTA Classification
Vol. 35. Feature Article
7. Paul and Juhl's.1998. Essentials of Radiologic Imaging 7th ed. Lippincott
Williams & Wilkins Publishers : Mexico
8. Iain H. Kalfas, M.D. , F.A.C.S Department of Neurosurgery, Section of
Spinal Surgery, Cleveland Clinical Foundation. 2001. Principle of Bone
Healing Article 1 Vol. 10. Neurosurg Focus

28

9. Merck Manual. 2003. Medical information, Fracture, Dislocation and


Sprain 2nd Home Edition published by Merck & Co.Inc.
10. Salter Harris Classification of Growth Plate Fractures November 15 th, 2011 .
http://www.isu.edu/radsci/papers/101.pdf .dikses tanggal 9 juni 2014
11. Sylvia,Price. dkk. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Buku
2. Jakarta:EGC.
12. Cruess,Richard L dkk. Basic Fracture Healing. http://cal.vet.upenn.edu
/projects/saortho/chapter_03/03mast.htm diakses tanggal 3 Juni 2014
13. Stage of bone healing after fracture. http://bonesfracture.com/stages-ofbone-healing-after-fracture/ diakses tanggal 3 Juni 2014
14. Rasad, sjahriar. 2010. Radiologi diagnostik edisi kedua. FKUI: Jakarta

29

Anda mungkin juga menyukai