NIM : 1624090075
FAKULTAS PSIKOLOGI
JAKARTA
2020
Rangkuman BAB 5
1. Panic disorder ;Perasaan cemas yang sangat kuat dan datang secara mendadak
dengan disertai gejala fisik, antara lain detak jantung cepat, berkeringat, dan lemas.
3. Spesific Phobias ;Fobia merupakan perasaan takut yang kuat dan tidak masuk akal.
Seseorang dengan gangguan ini akan terganggu jika objek ketakutan ada di
sekitarnya.
4. Social anxiety disorder ;Gangguan ini Juga disebut fobia sosial, di mana seseorang
merasa sangat khawatir akan dinilai negatif oleh orang di lain. Perilaku seseorang
menjadi terpaku pada orang lain dan merasa malu akan ditertawakan.
Penyebab
Gangguan kecemasan muncul karena adanya peristiwa yang tidak diinginkannya, seperti
kematian orang yang disayangi, perceraian, transisi masa sekolah, bencana alam. Selain
factor kondisi atau keadaan, faktor genetika juga bisa menjadi penyebab seseorang memiliki
gangguan kecemasan. Orang yang memiliki kerabat dengan gangguan kecemasan memiliki
potensi lebih besar untuk terkena gangguan kecemasan.
Penanganan
CBT akan membantu orang dengan gangguan kecemasan dalam mengidentifikasi pikiran-
pikiran negatif yang ada dalam dirinya. Setelah memahami asal pikiran negatif tersebut,
terapi ini kemudian akan menata ulang pikiran tersebut menjadi pikiran yang positif.
Membuat orang dengan gangguan kecemasan berfikir lebih realistis terhadap sesuatu agar
tidak merasa cemas.
2. Behavior Therapy
Terapi perilaku bertujuan untuk membiasakan orang dengan kecemasan pada objek atau
sesuatu yang ditakutinya. Terapi ini akan terus membuat orang dengan kecemasan mengingat
atau berhadapan dengan sesuatu yang membuatnya cemas hingga akhirnya merasa resisten
atau kebal.
3. Farmakoterapi
Terapi ini menggunakan obat-obatan seperti antidepresan, yang dapat membuat orang dengan
gangguan kecemasan merasa lebih rileks saat muncul pikiran negatif. Terapi ini harus
dilakukan oleh professional karena berkaitan dengan obat-obatan yang tidak bisa dikonsumsi
sembarangan.
• Gangguan panik
Gangguan panik adalah kondisi yang tergolong ke dalam gangguan kecemasan yang
ditandai dengan terjadinya serangan panik secara tiba-tiba, kapan dan di mana saja,
serta dialami berulang-ulang. Pada kondisi normal, tiap orang dapat mengalami
kecemasan pada waktu tertentu sebagai bentuk respons alami tubuh dalam
menghadapi stres atau situasi yang mengancam jiwa. Namun, pada penderita
gangguan panik, perasaan cemas, panik, dan stres terjadi secara tidak terduga, tanpa
mengenal waktu atau situasi yang sedang terjadi di lingkungan sekitar, berulang-
ulang, bahkan sering kali tanpa adanya hal yang membahayakan atau perlu ditakuti.
Gangguan panik lebih sering dialami oleh kaum wanita, dibandingkan laki-laki.
Gangguan ini umumnya berkembang saat usia seseorang beranjak dewasa, dan dalam
banyak kasus dipicu oleh stres.
Gangguan panik ditandai dengan sering terjadinya serangan panik berulang yang
menghambat dan melibatkan ciri fisik yang intens:
o Biasanya, simtom kardiovaskular yang mungkin, dibarengi dengan: Rasa takut
yang teramat sangat dan Rasa takut akan kehilangan kendali, gila, atau sekarat
Dalam beberapa kasus, gangguan panik dicurigai diturunkan secara genetik. Akan
tetapi, belum ada penelitian yang mampu membuktikan kenapa gangguan ini bisa
diturunkan pada salah satu atau beberapa anggota keluarga saja, tetapi tidak pada
anggota keluarga yang lainnya.
• Self-monitoring
Fobia adalah rasa takut berlebihan terhadap sesuatu yang biasanya tidak membahayakan.
Ketakutan tersebut dapat timbul saat menghadapi situasi tertentu, berada suatu tempat,
atau saat melihat hewan dan benda tertentu. Fobia termasuk ke dalam penyakit gangguan
kecemasan. Fobia adalah ketakutan irasional yang berlebihan terhadap situasi atau objek
tertentu.
Fobia melibatkan:
Tiga tipe yang dimaksud adalah fobia khusus (specific phobias), gangguan kecemasan
sosial (social anxiety disorder) atau fobia sosial (social phobia), dan agorafobia
(agoraphobia). Berikut adalah penjelasan dari ketiga tipe ini.
1. Specific Phobia
2. Social Phobia
Seseorang dengan fobia sosial mengalami ketakuan pada situasi sosial atau situasi
kerja. Misalnya, ketika berada di sebuah pesta atau berbicara di depan umum.
Mereka mengalami ketakutan akan penolakan, dianggap memalukan, atau dinilai
secara negatif. Ketakutan inilah yang menghalangi seseorang untuk terlibat dalam
aspek sosial kehidupannya. Ketika hal ini dibiarkan berlanjut, ketakutan tersebut
dapat menghambat mereka untuk beraktivitas, berkarya, pergi bekerja atau ke sekolah
dan menghambat diri menjadi versi terbaiknya. Alhasil, mereka akan kesulitan untuk
membangun kepercayaan diri, menciptakan relasi sosial yang sehat serta kesulitan
dalam menjaga hubungan pertemanannya dan relasi sosial lainnya.
3. Agoraphobia
Metode Penanganan
Terapi kognitif
Teori Psikodinamika
Teoretikus psikodinamika melihat gangguan kecemasan sebagai upaya ego untuk
mengendalikan desakan impuls yang mengancam untuk timbul ke kesadaran.
Perasaan cemas dianggap sebagai sinyal peringatan bahwa impuls yang mengancam
itu telah mendekati kesadaran.
“Umumnya, tingkat dari beberapa gangguan kecemasan adalah lebih rendah pada
etnis minoritas daripada kulit putih non-Hispanik.”
Persisten
Menciptakan kecemasan
o Kompulsi: Desakan yang tampaknya berulang dan tidak dapat dilawan untuk
melakukan perilaku tertentu—seperti membersihkan diri secara cermat dan
berulang setelah buang air.
o Obsesi mewakili bocornya desakan atau impuls tak sadar ke dalam kesadaran.
o Kompulsi adalah tindakan yang membantu menjaga impuls itu tetap tertekan.
o Perfeksionisme
BDD termasuk dalam spektrum OCD karena individu dengan gangguan ini
biasanya:
o Ada ikatan kuat dengan objek yang dikumpulkan, dan sulit membuangnya
o Perilaku kompulsif:
Direktori Gangguan Disosiatif, Simtom Somatic, dan Gangguan Terkait, serta Faktor
Psikologis yang Mempengaruhi Kesehatan Tubuh
• Gangguan Disosiatif
Individu yang mengalami gangguan ini mengalami kesulitan untuk mengingat peristiwa-
peristiwa penting yang pernah terjadi pada dirinya, melupakan identitas dirinya bahkan
membentuk identitas baru. Ganggguan ini muncul akibat peristiwa traumatik dalam
kehidupan dan digunakan sebagai pertahanan diri menghadapi peristiwa tersebut.
Gangguan disosiatif mencakup tiga gangguan yaitu gangguan identitas disosiatif, amnesia
disosiatif dan gangguan depersonalisasi.
3. Gangguan Depersonalisasi
Orang dengan gangguan ini akan merasa terpisah dari dirinya sendiri dan
lingkungannya. Orang dengan depersonalisasi ini merasa seperti bermimpi atau
bertingkah seperti robot. Seperti, “there’s someone in my head, but it’s not me”.
Gejala
1. Distorsi waktu
Orang dengan disosiatif merasa kehilangan waktu. Orang dengan disosiatif kerap
menemukan sesuatu yang tidak diketahui saat tersadar sebagai dirinya sendiri.
Orang dengan disosiatif juga sering berada di suatu tempat yang tidak diketahui
karena ia secara tidak sadar pergi ke tempat tersebut.
3. Gangguan Memori
Penyebab
Secara umum, panyebab utama orang memiliki gangguan disosiatif yaitu trauma masa
lalu. Seperti trauma masa anak-anak, penyiksaan fisik, pelecehan seksual, kecemasan
yang luar biasa akibat munculnya ingatan menyakitkan. Orang yang tidak kuat
menahan trauma semacam ini kemudian akan membentuk kepribadian yang lain
untuk bisa lari dari luka itu. Setiap kejadian traumatis yang berbeda juga akan
menibulkan kepribadian yang lainnya. Misal, penyiksaan fisik yang dilakukan
ayahnya akan membentuk kepribadian A, pelecehan seksual masa anak-anak akan
membentuk kepribadian C, dan seterusnya.
Penanganan
Terapi ini menggunakan proses kreatif untuk membantu orang dengan disosiatif
yang sulit mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Seni kreatif dapat
membantu seseorang mengekspresikan dirinya, sehingga dalam menyembuhkan
trauma masa lalu.
2. Terapi kognitif
Terapi kognitif ini bertujuan untuk membuat orang dengan disosiatif lebih
mengenal dirinya sendiri. Terapi ini akan membantu orang dengan gangguan
disosiatif untuk mengidentifikasi diri sendiri dan semua masalah yang dimilikinya.
3. Psikoanalisis
Pada tahun 1859 gangguan somatisasi dinamakan sindrom Briquet, namun kini dalam
DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) disebut dengan
gangguan somatisasi atau Somatization Disorder. Gangguan ini merupakan salah satu
sub kategori utama dari gangguan somatoform dimana sub kategori lain adalah :
undifferentiated somatoform disorder, conversion disorder (gangguan konversi),
psychogenic pain disorder, and hypochondriasis (hipokondriasis). Gangguan konversi
terutama memiliki banyak persamaan simtom dengan gangguan somatisasi (Ford &
Folks, 1985).
Keluhan yang dimiliki oleh penderita gangguan somatisasi bersifat berulang dan
banyak memerlukan perhatian medis. Menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders) terdapat kriteria gangguan ini, diantaranya :
o Memiliki riwayat keluhan fisik yang banyak dalam beberapa tahun terakhir
o Harus mengalami: empat simtom rasa sakit di bagian yang berbeda (spt.
kepala, punggung) ; dua simtom gastroinstestinal (spt. diare, mual) ; satu
simtom seksual selain rasa sakit (spt. Tidak berminat pada hubungan seksual) ;
satu simtom pseudoneurologis (spt. Gangguan koordinasi atau keseimbangan,
halusinasi.
Simtom-simtom tersebut umumnya bermula pada masa dewasa awal sebelum usia 30
(Cloninger dkk., 1986) dimana gangguan ini lebih banyak dialami oleh perempuan
dibandingkan laki-laki.
Faktor sosial ekonomi pun memiliki pengaruh akan gangguan ini. Pada sosial-
ekomoni menengah ke bawah yang paling mendominasi. Gangguan Somatisasi
sendiri umumnya beriringan dengan gangguang lain seperti depresi, gangguan panik,
gangguan fobia, dan generalized anxiety disorder (gangguan kecemasan).
• Gangguan Terkait
Faktor genetik dapat mempengaruhi munculnya gangguan ini dimana terdapat hubungan
keluarga antara laki-laki yang memiliki gangguan kepribadian antisosial dengan
perempuan yang mengalami gangguan somatisasi.
Rangkuman BAB 7
Ciri atau tanda seseorang mengalami gangguan depresi parah diantaranya bermasalah
tidur, selera makan yang buruk, kehilangan atau bertambah berat badan secara
mencolok, dan akan menjadi gelisah secara fisik, atau akan menunjukkan lambatnya
aktivitas motorik mereka. Anda juga bisa mengenali beberapa ciri besarnya jika
penderita mengalami depresi, diantaranya adalah :
o Penderita seringkali merasa tidur terlalu banyak (10 jam atau lebih) ataupun
terlalu sedikit sehingga sulit terbangun.
o Kehilangan nafsu makan tiba-tiba dan juga mengalami kenaikan tubuh secara
drastis juga
2. Gangguan Distimik
Selanjutnya adalah gangguan distimik, gangguan ini termasuk kedalam depresi ringan
dimana depresi ini jarang sekali kambuh, biasanya rentang waktunya beberapa tahun
baru kembal mengalami depresi ringan. Orang yang biasa terkena gangguan distimik
diantaranya adalah :
Dalam ilmu psikologi ada dua tipe umum untuk gangguan bipolar dibedakan menjadi
2 diantaranya adalah bipolar 1 dan gangguan bipolar 2. Untuk gangguan bipolar 1
ditandai dengan adanya manik secara penuh, sedangkan bipolar 2 merupakan kejadian
dimana seseorang akan mengalami satu atau lebih episode-episode depresi mayor dan
paling tidak satu episode hipomanik. Ciri-ciri besar dari gangguan bipolar adalah :
4. Gangguan Siklotimik
Beberapa bentuk dari gangguan siklotimik dapat mewakili suatu tipe gangguan
bipolar awal yang ringan. Sekitar 33% orang dengan gangguan siklotimik pada
akhirnya akan berkembang menjadi gangguan bipolar baik 1 ataupun 2. Penderitanya
kira-kira 33 kali lebih besar dibanding pada populasi umum. Adapun ciri-cirinya
adalah :
o Adanya pola perubahan kondisi mood yang cukup kronis dan juga
bersiklus, biasanya berepisode.
o Periode yang sering dari mood yang depresi atau kehilangan minat atau
kesenangan dalam aktivitas, namun tidak pada taraf keparahan.
Klasifikasi gangguan mood lainnya sebenarnya masih ada, namun tidak se-spesifik
gangguan besar yang ada diatas. Dimana gangguan mood ini seringkali terjadi pada
beberapa manusia normal jika sudah merasa cukup lelah atau stress dengan pekerjaan,
masalah hidup atau sekolah. Namun masih bisa diatasi, diantaranya adalah :
o Mood Eutimia : Tidak ada Mood yang tertekan atau melambung, datar.
Jika ditarik kesimpulan mengenai depresi, mood dan sejenisnya kehidupan lebih
sering mendahului episode pertama dari gangguan mood dibandingkan episode
lanjutan lainnya.
• Faktor Penyebab Gangguan Depresif
• Teori psikodinamika klasik melihat depresi sebagai kemarahan kepada diri sendiri:
o Individu merasa sangat ambivalen terhadap orang lain yang telah tiada, atau
yang ditakuti kehilangannya.
o Model psikodinamika terkini (seperti model berfokus pada diri sendiri) adalah
gabungan dengan aspek-aspek kognitif, untuk menjelaskan depresi dalam
konteks self-absorption terkait hilangnya objek yang dicintai.
o Saat penguatan berkurang, individu akan merasa tidak termotivasi dan depresi
—ini dapat menimbulkan ketidak-aktifan dan lebih mengurangi peluang
penguatan.
• Model kognitif Beck berfokus pada peran pikiran negatif dan terdistorsi pada
depresi.
o Orang yang rentan terhadap depresi memiliki keyakinan negatif tentang diri,
lingkungan, dan masa depan.
o Segitiga kognitif dari depresi seperti ini berujung pada kesalahan spesifik
dalam berpikir (distorsi kognitif) dalam merespons peristiwa negatif—yang
nantinya akan menimbulkan depresi.
Kombinasi atribusi internal, global, dan stabil seperti itu (terhadap peristiwa negatif)
akan membentuk individu yang sangat rentan depresi
• Factor Biologis
o Genetik
Gangguan bipolar mungkin paling baik dijelaskan sebagai beberapa sebab yang
saling berinteraksi di dalam kerangka diatesis stres
• Psikodinamika modern cenderung lebih langsung dan singkat. Lebih berfokus pada
pengembangan cara-cara adaptif dalam:
• Bunuh Diri
o Orang tua, alih-alih anak muda, lebih mungkin untuk bunuh diri
o Depresi
o Tidak melihat cara lain selain bunuh diri untuk mengatasi stres kehidupan
• Rasa putus asa juga tampak jelas pada bunuh diri, yang tergambar pada:
o Bersimpatilah
o Yang terpenting, temani agar mendapat bantuan ahli, saat itu juga
• Jangan pernah mengabaikan ancaman seseorang untuk bunuh diri. Walau tidak
semua orang yang mengancam seperti itu akan benar-benar melakukannya, banyak
yang demikian.
Rangkuman BAB 9
• Gangguan makan sering kali muncul bersamaan dengan gangguan psikologis lainnya,
seperti:
o depresi
o gangguan kecemasan
• Anoreksia Nervousa
Seseorang yang mengidap gangguan tanda- tanda anoreksia nervousa biasanya
memiliki tubuh yang sangat kurus, dia selalu merasa tubuhnya gemuk padahal sudah
sangat kurus, hal ini juga mempengaruhi pola makannya, karena ketakutannya akan
kegemukan sehingga orang tersebut rela tidak makan bahkan hingga merasa dirinya
sangat kelaparan demi menjaga tubuhnya agar tidak terlihat gemuk.
• Anoreksia nervosa ditandai dengan:
– Melaparkan diri sendiri, dan gagal menjaga berat normal tubuh
– Ketakutan berlebih akan menjadi gemuk
– Gambaran tubuh yang terdistorsi
• Anoreksia biasa berkembang antara usia 12 dan 18 tahun, dengan pola-pola umum:
– Setelah remaja putri menarche (menstruasi pertama):
• Menyadari pertambahan berat badan
• Menganggap tambahan itu harus dihilangkan
– Ketika wanita muda pergi berkuliah, kemudian sulit beradaptasi dengan
tuntutan kuliah dan hidup mandiri.
– Pada wanita muda di dunia balet/model, bidang yang menekankan menjaga
bentuk tubuh sangat kurus.
• Anoreksia nervosa adalah gangguan psikologis serius:
Kecenderungan wanita dengan anoreksia untuk bunuh diri jauh lebih tinggi
daripada wanita muda pada populasi umum.
• Bulimia Nervosa
Penyakit bulimia nervosa atau dapat diistilahkan eating and purging yang merupakan
sebuah gangguan makan dimana seseorang yang mengidap gangguan makan tersebut
sangat terobsesi dengan banyak makanan. Namun secara bersamaan dia akan
memuntahkannya kembali dengan sengaja agar makanan yang sudah dimakannya tadi
keluar kembali sehingga berat badannya tidak akan bertambah. Hal ini biasanya terjadi
pada seseorang yang tidak memiliki control terhadap makanan, setelah dia merasa kalap
namun pada akhirnya ingin mengeluarkannya secara ekstrem seperti olahgara dengan
keras atau langsung memuntahkannya.
• Bulimia nervosa biasa memengaruhi wanita pada masa remaja-akhir atau dewasa-
awal, puncak dari:
o Dihubungkan dengan:
• Idealisasi tubuh kurus pada wanita dapat diilustrasikan dengan tren menurun dari
indeks massa tubuh/IMT (body mass index/BMI)—ukuran berat badan yang
disesuaikan dengan tinggi badan—para juara kontes kecantikan Miss America.
• Perbedaan antar negara . Tekanan untuk menjadi kurus sangatlah umum, sehingga
diet telah menjadi pola makan normatif di kalangan wanita muda Amerika Serikat.
• Tingkat perilaku makan yang terganggu dan gangguan makan lebih tinggi ditemukan
pada remaja Eropa-Amerika—daripada Afrika-Amerika dan kelompok etnis minoritas
lain. Anoreksia jauh lebih umum terjadi pada wanita daripada pria. Namun, semakin
banyak pria muda yang menunjukkan perilaku makan yang terganggu, bahkan
anoreksia.
• Factor psikososial
• Factor emosi.
Membatasi asupan makanan mungkin merupakan usaha/coping yang keliru untuk
melegakan emosi mengganggu:
• Factor kognitif
- Diet ekstrem dapat memberikan rasa memiliki kendali dan independensi pada
aspek kehidupan yang dirasa kurang.
- Kekhawatiran berlebih akan kesalahan dan mengkritik diri ketika gagal memenuhi
standar yang luar biasa tinggi.
• Factor Keluarga
- Keluarga disfungsional:
o Tingkat konfliknya tinggi
- Gangguan makan dapat cepat menjadikan anak fokus perhatian (yang sebelumnya
kurang).
Dalam bulimia nervosa, abnormalitas mekanisme otak yang mengendalikan rasa lapar
dan kenyang kemungkinan besar melibatkan serotonin.
o Perspektif pembelajaran
Perspektif pembelajaran mengonsepkan gangguan makan sebagai jenis fobia
akan berat badan—sebelum mengembangkan gangguan ini, wanita cenderung
agak kelebihan berat badan
o Perspektif psikodinamika
Anoreksia mungkin mewakili upaya bawah sadar untuk terus menjadi anak
praremaja.
Penangananya
o modifikasi perilaku
o intervensi psikologis (psikoterapi, terapi keluarga, dsb.)
o psikoterapi interpersonal
o pengobatan antidepresan
o Penyakit kardiovaskular
o Diabetes
o Penyakit pernapasan
o Faktor genetik
o Faktor metabolisme
o Sel lemak
o Faktor psikologis
o Faktor sosioekonomi
(seperti tingkat pendapatan dan akulturasi)
• Energi yang digunakan sepanjang hari, dalam aktivitas fisik dan menjaga proses-
proses tubuh
Gangguan makan
o Gangguan insomnia
o Faktor genetik
Hilangnya sel otak di hipotalamus, yang terlibat dalam menghasilkan senyawa yang
mengatur kondisi terjaga.
• Bentuk paling umum dari penanganan gangguan ini melibatkan penggunaan obat
anticemas.
o Obat ini harus dibatasi karena potensi ketergantungan psikologis dan/atau
fisik, di antara masalah lain.
o Turun dari tempat tidur setelah 10–20 menit tidak bisa tertidur, dan pulihkan
kondisi pikiran yang tenang.
o Berolahraga rutin di siang hari, dan hindari konsumsi kafein saat malam dan
sore.
Rangkuaman BAB 10
Gangguan identitas gender merupakan gangguan yang mana penderitanya merasa jika dirinya
adalah pria atau wanita, terjadi konflik aantara identitas gender nya dengan anatomi
gendernya. Identitas jenis kelamin disini adalah kondisi psikologi yang mana mencerminkan
perasaan dari dalam diri seseorang entah itu sebagai laki-laki ataupun wanita. Identitas
gender ini adalah refleksi dari dalam diri seseorang yang mana berkaitan dengan keberadaan
dirinya, entah itu sebagai pria ataupun wanita. Sehingga identitas jenis kelamin atau gender
identity adalah berkaitan dengan sikap, perilaku, serta atribut lainnya yang penentuannya
dilakukan secara kultural baik itu maskulinitas ataupun feminitas.
Disforia gender (gender dysphoria), sebelumnya dikenal sebagai gangguan identitas
gender, adalah suatu kondisi yang diderita orang-orang yang dikenal dengan sebutan
transgender, di mana seseorang mengalami ketidak nyamanan atau rasa tertekan
karena ada ketidakcocokan antara jenis kelamin biologis dengan identitas gender
mereka.
• Orang dengan disforia gender merasakan "jenis kelamin biologis" sebagai sumber
distres yang persisten dan intens.Orang dengan gangguan ini bisa mencoba
mengubah organ seks mereka menyerupai jenis kelamin lainnya—banyak yang
menjalani penanganan hormon dan/atau operasi untuk mencapai tujuan ini.
• Disforia gender atau gay/lesbian?
Dalam disforia gender, ada ketidakcocokan antara:
perasaan psikologis sebagai pria atau wanita dan anatomi seksual terkait dengan
distres/ketidaknyamanan yang signifikan.
• "Orientasi seksual" terkait dengan arah daya tarik seksual—terhadap lawan jenis atau
sesama jenis. Tidak seperti disforia gender, orientasi gay/lesbian memiliki identitas
gender yang sesuai dengan "jenis kelamin biologis".
• Orang dengan identitas transgender memiliki perasaan psikologis terhadap satu
gender, sementara memiliki organ seksual dari gender yang lain.
• Meskipun penyebab identitas transgender masih belum diketahui:
o Teoretikus psikodinamika menekankan peran "hubungan yang sangat dekat"
antara ibu dan anak laki-laki tanpa ayah.
o Teori pembelajaran berfokus pada "pola sosialisasi" yang mendorong
perkembangan perilaku lintas-gender.
• Penjelasan biologis berfokus pada faktor genetik yang memengaruhi pelepasan
hormon seks pada pertumbuhan pranatal:
o Terlibat dalam pembentukan otak sepanjang garis "maskulin atau feminin".
o Menciptakan kecenderungan yang berinteraksi dengan pengalaman masa kecil,
yang menyebabkan perkembangan "identitas transgender".
Disfungsi Seksual
• Disfungsi seksual adalah "pola yang persisten dan berulang" yang melibatkan:
o Kurangnya hasrat seksual
o Masalah dalam menjadi terangsang secara seksual
o Masalah dalam mencapai orgasme
Gangguan Parafilik
Parafilia adalah penyimpangan seksual yang melibatkan pola gairah terhadap
rangsangan/stimuli yang tidak biasa, seperti:
o Objek non-manusia (misalnya, sepatu atau pakaian)
o Kekerasan atau pengalaman rasa sakit, pada diri sendiri atau pasangan
o Anak-anak
Parafilia meliputi:
o Ekshibisionisme ; ditandai dengan dorongan, fantasi, atau perilaku yang kuat
dan selalu timbul untuk memperlihatkan alat kelamin kepada orang lain yang
tidak curiga, bertujuan gairah seksual. Hampir semua kasus melibatkan pria,
korbannya hampir selalu wanita dan Relatif sedikit kasusnya yang dilaporkan
ke polisi.
o Fetisisme ; adalah dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang kuat dan
selalu berulang yang melibatkan benda mati, seperti pakaian. Orang dengan
fetisisme dapat "mengacu" pada objek alih-alih orang, dan tidak bisa
terangsang secara seksual tanpa objek tersebut.
o Fetisisme transvestik; mengacu pada individu yang memiliki dorongan,
fantasi, atau perilaku yang kuat dan berulang dalam menjadi terangsang secara
seksual dengan memakai pakaian lawan jenisnya (cross-dressing).
o Voyeurisme ; (“mengintip”) melibatkan dorongan, fantasi, atau perilaku
seksual yang kuat dan berulang dalam menjadi terangsang secara seksual
dengan melihat orang lain (telanjang, membuka pakaian, atau terlibat dalam
aktivitas seksual). Umumnya, terhadap orang asing (yang tidak curiga).
o Froteurisme ; adalah dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang kuat dan
berulang dalam menjadi terangsang secara seksual dengan menggesek atau
menyentuh tubuh orang lain tanpa izin.
o pedofilia ; orang yang memiliki dorongan atau fantasi seksual yang kuat dan
berulang atau perilaku yang melibatkan aktivitas seksual dengan anak kecil
(biasanya, usia 13 tahun atau lebih muda).
Agar dapat didiagnosis dengan gangguan ini, seseorang setidaknya
harus berusia 16 tahun dan 5 tahun lebih tua dari anak yang menarik
baginya secara seksual atau yang menjadi korban.
Namun, ini tidak berlaku untuk seseorang di akhir masa remaja yang
berhubungan dengan anak 12 atau 13 tahun.
o Masokisme seksual ; melibatkan dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang
kuat dan berulang dalam menjadi terangsang secara seksual dengan
dipermalukan, diikat, dicambuk, atau dibuat menderita dalam cara lain.
Ekspresinya yang paling berbahaya adalah hipoksifilia, terangsang secara
seksual dengan mengalami kekurangan oksigen selama tindakan seksual.
o Sadisme seksual ; ditandai dengan dorongan, fantasi, atau perilaku seksual
yang kuat dan berulang dalam menjadi terangsang secara seksual dengan
memberikan penderitaan atau kekerasan psikologis dan fisik kepada orang
lain. Parafilia ini adalah kebalikan dari masokisme seksual.
• Parafilia yang lain (seperti pedofilia, dan sadisme seksual dengan individu yang tidak
sadar) tentu saja membahayakan korban.
Penanganannya
o Terapi psikoanalitis
o Terapi kognitif-perilaku, yang melibatkan:
pengondisian aversif
sensitisasi terselubung
pelatihan keterampilan sosial
o Terapi biologis—termasuk penggunaan antidepresan SSRI dan obat
antiandrogen.
Pemerkosaan
Pemerkosaan tidak diklasifikasikan sebagai gangguan mental dalam sistem DSM,
dan pemerkosa tidak mengalami gangguan apa pun.
o Namun, sikap kasar dan dampak merusak yang diberikan kepada korbannya
yang menempatkan pemerkosaan dan bentuk kekerasan seksual lainnya dalam
kerangka perilaku abnormal.
o Selain itu, korban pemerkosaan juga sering mengalami berbagai masalah
kesehatan, baik psikologis maupun fisik.
Jenis-jenis utama pemerkosaan meliputi:
o Pemerkosaan oleh orang asing
o Pemerkosaan oleh orang yang dikenal
o Pemerkosaan pasangan
o Pemerkosaan dalam rumah tangga
o Pemerkosaan pria
Trauma
Banyak korban mengalami trauma fisik dan/atau psikologis—seperti gangguan stres
pascatrauma.
o Mereka mengalami:
Masalah dalam tidur
Sering menangis
Marah dan tidak
mudah percaya
Bisa menyalahkan
dirinya sendiri
o Mungkin terdapat cedera organ kelamin dan bagian tubuh lainnya.
o Korban dapat juga terinfeksi penyakit yang ditularkan secara seksual
• Pria memperkosa wanita sebagai cara untuk mendominasi dan memaksa melakukan
aktivitas seksual.
Rangkuman BAB 12
Gangguan Kepribadian:
Kelompok-kelompok Utamanya
o Perilaku aneh/eksentrik
o Perilaku cemas/takut
– Orang dengan gangguan ini sangat curiga dan tidak percaya kepada orang
lain, sampai titik di mana hubungan mereka memburuk.
• Menunjukkan ekspresi
emosional yang terbatas
• Terus terlibat dalam perilaku yang menyalahi norma sosial dan hak orang lain
• Cenderung tidak menunjukkan penyesalan atas kesalahannya
• gambaran diri
• hubungan
• mood/emosi
– Orang dengan gangguan ini sering kali terlibat dalam tindakan impulsif, yang
sering merusak diri.
• Pria dengan kepribadian ambang cenderung ke arah luar dalam
perilaku agresifnya.
Perilaku Cemas/Takut
• masalah fisik
• Keteraturan
• Perfeksionisme
• Kekakuan
tanpa obsesi dan kompulsi yang nyata, yang berhubungan dengan gangguan
(kecemasan) obsesif-kompulsif.
Perspektif-perspektif Teoretis
• Perspektif Psikodinamika
• Perspektif Pembelajaran
• Perspektif Keluarga
• Perspektif Biologis
• kemiskinan
• penyalahgunaan obat
sebagai penyebab disorganisasi dan disintegrasi keluarga, sehingga anak kurang
mendapat asuhan dan dukungan demi menumbuhkan kepribadian adaptif secara
sosial.
Penanganannya
o Belajar cara yang lebih adaptif dalam berhubungan dengan orang lain
• Hasil menjanjikan dalam usaha terapi penderita gangguan kepribadian telah muncul
dari:
Gangguan kendali-impuls