Anda di halaman 1dari 49

Tugas Rangkuman Psikologi Abnromal

Nama `: Febriyola hasanah

NIM : 1624090075

Dosen : DR. ANASTASIA SRI MARYATMI, S.Psi.M.Psi

Matakuliah :Psikologi Abnormal & Patologi

Hari/jam : Rabu /12:50-15:20

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I

FAKULTAS PSIKOLOGI

JAKARTA

2020
Rangkuman BAB 5

Gangguan Kecemasan, Obsesif Kompulsif, dan Gangguan Terkait

• Gambaran Mengenai Gangguan Kecemasan


Gangguan kecemasan adalah rasa cemas secara berlebihan terhadap ancaman yang
belum tentu nyata. Seringkali istilah cemas itu disamakan dengan rasa takut. Padahal
keduanya merupakan hal yang beberda. Takut adalah respon emosional terhadap
ancaman yang nyata. Sedangkan cemas adalah perasaan tegang, gelisah, khawatir, dan
bimbang yang bersifat subjektif (belum  tentu ada objeknya). Gangguan kecemasan
ini bisa termanifestasikan dalam bentuk gejala fisik, emosi, dan pikiran.
Gangguan kecemasan ditandai dengan pola perilaku yang terganggu, dengan ciri yang
paling menonjol berupa kecemasan.
o Simtom-simtom fisik kecemasan seperti gugup, tangan berkeringat, nafas
tersengal, suara bergetar, pusing, sembelit atau rasa ingin muntah dan jantung
yang berdegup kencang
o Ciri perilaku kecemasan seperti penghindaran, bergantung pada orang lain,
dan tidak tenang
o Ciri kognitif kecemasan seperti khawatir atau rasa takut, akan masa depan dan
akan kehilangan kendali

Jenis-jenis Gangguan Kecemasan

1. Panic disorder ;Perasaan cemas yang sangat kuat dan datang secara mendadak
dengan disertai gejala fisik, antara lain detak jantung cepat, berkeringat, dan lemas.

2. Generalize Anxiety Disorder; Perasaan khawatir berlebihan, tidak realistis, dan


ketegangan dengan sedikit atau tanpa alasan.

3. Spesific Phobias ;Fobia merupakan perasaan takut yang kuat dan tidak masuk akal.
Seseorang dengan gangguan ini akan terganggu jika objek ketakutan ada di
sekitarnya.

4. Social anxiety disorder ;Gangguan ini Juga disebut fobia sosial, di mana seseorang
merasa sangat khawatir akan dinilai negatif oleh orang di lain. Perilaku seseorang
menjadi terpaku pada orang lain dan merasa malu akan ditertawakan.
Penyebab

Gangguan kecemasan muncul karena adanya peristiwa yang tidak diinginkannya, seperti
kematian orang yang disayangi, perceraian, transisi masa sekolah, bencana alam. Selain
factor kondisi atau keadaan, faktor genetika juga bisa menjadi penyebab seseorang memiliki
gangguan kecemasan. Orang yang memiliki kerabat dengan gangguan kecemasan memiliki
potensi lebih besar untuk terkena gangguan kecemasan.

Penanganan

1. Cognitive behavioral therapy (CBT)

CBT akan membantu orang dengan gangguan kecemasan dalam mengidentifikasi  pikiran-
pikiran negatif yang ada dalam dirinya. Setelah memahami asal pikiran negatif tersebut,
terapi ini kemudian akan menata ulang pikiran tersebut menjadi pikiran yang positif.
Membuat orang dengan gangguan kecemasan berfikir lebih realistis terhadap sesuatu agar
tidak merasa cemas.

2. Behavior Therapy

Terapi perilaku bertujuan untuk membiasakan orang dengan kecemasan pada objek atau
sesuatu yang ditakutinya. Terapi ini akan terus membuat orang dengan kecemasan mengingat
atau berhadapan dengan sesuatu yang membuatnya cemas hingga akhirnya merasa resisten
atau kebal.

3. Farmakoterapi

Terapi ini menggunakan obat-obatan seperti antidepresan, yang dapat membuat orang dengan
gangguan kecemasan merasa lebih rileks saat muncul pikiran negatif. Terapi ini harus
dilakukan oleh professional karena berkaitan dengan obat-obatan yang tidak bisa dikonsumsi
sembarangan.

• Gangguan panik
Gangguan panik adalah kondisi yang tergolong ke dalam gangguan kecemasan yang
ditandai dengan terjadinya serangan panik secara tiba-tiba, kapan dan di mana saja,
serta dialami berulang-ulang. Pada kondisi normal, tiap orang dapat mengalami
kecemasan pada waktu tertentu sebagai bentuk respons alami tubuh dalam
menghadapi stres atau situasi yang mengancam jiwa. Namun, pada penderita
gangguan panik, perasaan cemas, panik, dan stres terjadi secara tidak terduga, tanpa
mengenal waktu atau situasi yang sedang terjadi di lingkungan sekitar, berulang-
ulang, bahkan sering kali tanpa adanya hal yang membahayakan atau perlu ditakuti.
Gangguan panik lebih sering dialami oleh kaum wanita, dibandingkan laki-laki.
Gangguan ini umumnya berkembang saat usia seseorang beranjak dewasa, dan dalam
banyak kasus dipicu oleh stres.

Gangguan panik ditandai dengan sering terjadinya serangan panik berulang yang
menghambat dan melibatkan ciri fisik yang intens:
o Biasanya, simtom kardiovaskular yang mungkin, dibarengi dengan: Rasa takut
yang teramat sangat dan Rasa takut akan kehilangan kendali, gila, atau sekarat

Penyebab Gangguan Panik

Dalam beberapa kasus, gangguan panik dicurigai diturunkan secara genetik. Akan
tetapi, belum ada penelitian yang mampu membuktikan kenapa gangguan ini bisa
diturunkan pada salah satu atau beberapa anggota keluarga saja, tetapi tidak pada
anggota keluarga yang lainnya.

Penelitian menemukan bahwa terdapat bagian otak tertentu dan proses biologi yang


memegang peranan kunci dalam mengatur perasaan takut dan kecemasan. Beberapa
ahli menilai, penderita gangguan panik memiliki kekeliruan dalam
menginterpretasikan gerakan atau sensasi tubuh yang sebenarnya tidak
membahayakan, namun dianggap sebagai suatu ancaman. Selain itu, faktor dari luar
seperti faktor lingkungan juga dianggap menjadi pemicu gangguan panik.

Berikut ini adalah faktor-faktor pemicu gangguan panik:

 Stres merupakan pemicu paling utama.


 Riwayat kesehatan keluarga.
 Kejadian traumatis yang pernah dialami, seperti kecelakaan atau sakit keras.
 Perubahan drastis dalam hidup, seperti bercerai atau memiliki anak.
 Mengonsumsi kafein dan nikotin yang terlalu berlebihan.
 Riwayat mengalami kekerasan fisik atau seksual.

Macam-macam gangguan panik;


o Gangguan panik Agorafobia , Penderita serangan panik sering kali membatasi
aktivitas luar ruangan, karena takut akan mengalami serangan panik lagi.. Ini
bisa memunculkan agorafobia, rasa takut pergi ke tempat-tempat umum.
o Gangguan panik Model Konseptual Utama, Model utama dari gangguan panik
mengonsepkannya sebagai kombinasi dari:
- Faktor kognitif: Melebih-lebihkan interpretasi sensasi tubuh dan Sensitivitas
terhadap kecemasan
- Faktor biologis: Kerentanan genetik dan Meningkatnya sensitivitas akan
isyarat tubuh
o Gangguan panik Pandangan Konsseptual Utama, Pandangan utama dari
gangguan panik mengonsepkannya sebagai: “Interaksi faktor fisiologis dan
psikologis, dalam siklus mengerikan, yang dapat berubah menjadi serangan
panik yang parah.”

Metode Penanganan Gangguan Panik

Metode-metode pengobatan gangguan panik dilakukan untuk mengurangi frekuensi


dan intensitas terjadinya serangan panik, serta memperbaiki kualitas hidup. Dua
metode pengobatan utama untuk mengatasi gangguan panik adalah psikoterapi dan
pemberian obat. Metode pengobatan yang digunakan akan disesuaikan dengan
kesehatan pasien secara keseluruhan dan tingkat keparahan gangguan panik yang
sedang dialami.Metode penanganan yang paling efektif:

– Terapi kognitif perilaku (CBT) menggabungkan teknik:

• Self-monitoring

• Pemaparan terkontrol pada isyarat terkait panik (termasuk


sensasi tubuh)

• Pengembangan respons untuk mengatasi serangan panik tanpa


melebih-lebihkan penafsiran isyarat tubuh

– Terapi obat-obatan (pendekatan biomedis) menggabungkan penggunaan


obat-obatan antidepresan, yang juga berefek antikecemasan dan
antikepanikan.
• Gangguan Fobia

Fobia adalah rasa takut berlebihan terhadap sesuatu yang biasanya tidak membahayakan.
Ketakutan tersebut dapat timbul saat menghadapi situasi tertentu, berada suatu tempat,
atau saat melihat hewan dan benda tertentu. Fobia termasuk ke dalam penyakit gangguan
kecemasan. Fobia adalah ketakutan irasional yang berlebihan terhadap situasi atau objek
tertentu.

Fobia melibatkan:

o Komponen perilaku—penghindaran stimulus fobia

o Ciri-ciri fisik dan kognitif kecemasan, yang berhubungan dengan paparan


stimulus fobia

Ada 3 tipe dari gangguan kecemasan fobia.

Tiga tipe yang dimaksud adalah fobia khusus (specific phobias), gangguan kecemasan
sosial (social anxiety disorder) atau fobia sosial (social phobia), dan agorafobia
(agoraphobia). Berikut adalah penjelasan dari ketiga tipe ini.

1. Specific Phobia

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi keempat atau DSM-IV


(1994) mendefinisikan fobia spesifik sebagai rasa takut yang terus-menerus yang
berlebihan atau tidak masuk akal dan yang disebabkan oleh kehadiran objek atau
situasi tertentu. Objek dan situasi tertentu yang dihadapi oleh fobia spesifik dapat
diklasifikasikan menjadi lima jenis utama, yaitu:

 Hewan (misalnya, serangga, ular, anjing)


 Natural Environment (misalnya, kegelapan, badai, ketinggian)
 Situasional (misalnya, ruang tertutup, elevator, terbang)
 Blood-Injection-Injury (misalnya, melihat darah, menerima suntikan atau menyuntik)
 Lain-lain (misalnya, suara keras, karakter berkostum)
Fobia khusus ini bisa muncul akibat adanya pengalaman traumatis ataupun dari reaksi
atas pembelajaran tertentu. Fobia ini bisa ditangani dengan Cognitive Behavioral
Therapy (CBT), bantuan medis, serta relaxation therapy.

2. Social Phobia

Seseorang dengan fobia sosial mengalami ketakuan pada situasi sosial atau situasi
kerja. Misalnya, ketika berada di sebuah pesta atau berbicara di depan umum.
Mereka mengalami ketakutan akan penolakan, dianggap memalukan, atau dinilai
secara negatif. Ketakutan inilah yang menghalangi seseorang untuk terlibat dalam
aspek sosial kehidupannya. Ketika hal ini dibiarkan berlanjut, ketakutan tersebut
dapat menghambat mereka untuk beraktivitas, berkarya, pergi bekerja atau ke sekolah
dan menghambat diri menjadi versi terbaiknya. Alhasil, mereka akan kesulitan untuk
membangun kepercayaan diri, menciptakan relasi sosial yang sehat serta kesulitan
dalam menjaga hubungan pertemanannya dan relasi sosial lainnya.

Fobia sosial ini umumnya tidak diketahui sampai seseorang telah beranjak remaja.


Namun, perlu diketahui bahwa fenomena ini berakar dari pengalaman rasa malu yang
diinternalisasikan sedari kecil. Orang dengan fobia sosial juga cenderung memiliki
harga diri yang rendah dan berpotensi mengalami depresi. Dalam penanganannya,
dapat diberikan terapi psikologi, pemberian obat, serta menggunakan strategi self-
help. Strategi self-help dapat menunjukkan keberhasilan seseorang dalam memahami
kekurangan pada dirinya dan memanfaatkannya untuk mengontrol ketakutan
berlebihnya.

3. Agoraphobia

Seseorang dengan agorafobia memiliki ketakutan pada ruang terbuka, keramaian, atau


area publik. Selain itu, mereka merasa tidak nyaman ketika berbelanja atau bepergian
seorang diri dengan jenis transportasi apapun. Terkadang, mereka bahkan tidak
mampu meninggalkan rumah yang menjadi wilayah aman mereka. Orang dengan
agorafobia mengalami gejala kecemasan yang signifikan. Terkadang juga merasakan
kepanikan seperti sesak nafas, berkeringat, pusing, dan mual. Fobia ini menyebabkan
rendahnya harga dan kepercayaan diri serta kondisi depresi. Dalam penanganannya
dapat diberikan terapi psikologis yang dikenal dengan Cognitive Behavioral Therapy
(CBT), pemberian obat dan strategi self-help.

Pengondisian dan pembelajaran

o Teoretikus pembelajaran menjelaskan fobia sebagai perilaku yang dipelajari,


yang didapat berdasarkan pengondisian dan pembelajaran observasional.

o Model dua faktor Mowrer menggabungkan pengondisian klasik dan


instrumental untuk menjelaskan fobia.

Faktor yang mempengaruhi gangguan fobia

 Factor kognitif; Fobia tampaknya dikendalikan oleh faktor kognitif:


o Sensitivitas berlebih terhadap isyarat ancaman
o Prediksi berlebihan akan suatu bahaya
o Pemikiran self-defeating
o Keyakinan irasional
 Faktor genetik juga tampaknya meningkatkan kerentanan seseorang untuk
mengembangkan fobia.
Beberapa peneliti percaya, kita memiliki predisposisi genetik untuk
mendapatkan jenis fobia tertentu, ini mungkin berguna bagi kelangsungan
hidup nenek moyang kita.

Metode Penanganan

Metode penanganan yang paling efektif:

 Pendekatan berdasarkan pembelajaran, seperti desensitisasi sistematis dan


pemaparan bertahap

 Terapi kognitif

 Terapi obat-obatan, seperti penggunaan antidepresan (contohnya Zoloft, Paxil)


untuk menangani kecemasan sosial
• Gangguan Kecemasan Menyeluruh

Gangguan kecemasan menyeluruh merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang


sehingga menimbulkan perasaan cemas dan khawatir secara berlebihan dalam jangka
waktu yang cukup lama (Alloy, Riskind & Manos, 2005, h. 153-154).Gangguan
kecemasan menyeluruh melibatkan kecemasan persisten yang tampaknya terbebas
(tidak terikat) pada situasi tertentu.
Dua pendekatan penanganan utama:
– Terapi kognitif perilaku
– Terapi obat-obatan (biasanya, paroksetin)

Teori Psikodinamika
Teoretikus psikodinamika melihat gangguan kecemasan sebagai upaya ego untuk
mengendalikan desakan impuls yang mengancam untuk timbul ke kesadaran.
Perasaan cemas dianggap sebagai sinyal peringatan bahwa impuls yang mengancam
itu telah mendekati kesadaran.

Model Pembelajaran, Biologis, Kognitif


 Model penanganan berdasarkan pembelajaran berfokus pada generalisasi
kecemasan di semua situasi stimulus.
 Teoretikus kognitif mencari penjelasan dalam konteks pikiran atau keyakinan
menyimpang yang mendasari kekhawatiran.
 Model biologis berfokus pada abnormalitas fungsi neurotransmiter di otak.

• Perbedaan Etnis dalam Gangguan Kecemasan

Sampel representatif pada orang dewasa AS membuktikan:

“Umumnya, tingkat dari beberapa gangguan kecemasan adalah lebih rendah pada
etnis minoritas daripada kulit putih non-Hispanik.”

• Gangguan Obsesif Komplusif


Obsessive compulsive disorder (OCD) adalah gangguan mental yang menyebabkan
penderitanya merasa harus melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang. Bila
tidak dilakukan, penderita OCD akan diliputi kecemasan atau ketakutan. Gangguan
obsesif kompulsif melibatkan pola berulang dari obsesi, kompulsi, atau
kombinasinya.

o Obsesi adalah pemikiran mengganggu yang:

 Persisten

 Menciptakan kecemasan

 Tampaknya di luar kendali individu

o Kompulsi: Desakan yang tampaknya berulang dan tidak dapat dilawan untuk
melakukan perilaku tertentu—seperti membersihkan diri secara cermat dan
berulang setelah buang air.

- Dalam tradisi psikodinamika:

o Obsesi mewakili bocornya desakan atau impuls tak sadar ke dalam kesadaran.

o Kompulsi adalah tindakan yang membantu menjaga impuls itu tetap tertekan.

- Sedangkan dalam Penelitian faktor biologis menggarisbawahi peranan genetik


dan mekanisme otak untuk:

o Memberikan sinyal bahaya

o Mengendalikan perilaku repetitif

- Penelitian menunjukkan peranan faktor kognitif:

o Fokus berlebih dari pikiran

o Persepsi berlebihan tentang risiko dari suatu peristiwa buruk

o Perfeksionisme

- Teoretikus pembelajaran melihat perilaku kompulsif sebagai respons


instrumental negatif.
Respons ini memperkuat rasa lega, akibat kecemasan dari pemikiran obsesif.

• Pendekatan pengobatan kontemporer utama meliputi:

o Model penanganan berdasarkan pembelajaran


(pemaparan, dengan pencegahan respons)

o Terapi kognitif (perbaikan distorsi kognitif)

o Penggunaan antidepresan SSRI

Dalam gangguan dismorfik tubuh (BBD), individu terlalu mengkhawatirkan cela


imajiner, atau melebih-lebihkan cela, pada penampilan fisiknya.

BDD termasuk dalam spektrum OCD karena individu dengan gangguan ini
biasanya:

o Berpemikiran obsesif tentang penampilan fisik


o Berperilaku memeriksa secara kompulsif
o Berusaha memperbaiki/menutupi masalah ini

Gangguan menimbun ditandai dengan akumulasi berlebihan dan menyimpan barang


milik.

o Menyebabkan distres personal

o Secara signifikan mengganggu kemampuan untuk menjaga keamanan dan


kelayakan tempat tinggal

o Ada ikatan kuat dengan objek yang dikumpulkan, dan sulit membuangnya

Gangguan menimbun memiliki karakteristik serupa dengan OCD:

o Pemikiran obsesif tentang memperoleh objek

o Takut kehilangan barang-barang tersebut

o Perilaku kompulsif:

– Mengatur ulang barang

– Bersikeras untuk tidak membuangnya


Rangkuman BAB 6

Direktori Gangguan Disosiatif, Simtom Somatic, dan Gangguan Terkait, serta Faktor
Psikologis yang Mempengaruhi Kesehatan Tubuh

• Gangguan Disosiatif

Gangguan Disosiatif (dissociative disorder) adalah gangguan kepribadian yang ditandai


dengan adanya perubahan terkait identitas, memori, dan kesadaran individu. Gangguan
ini juga sering disebut dengan gangguan kepribadian ganda.

Individu yang mengalami gangguan ini mengalami kesulitan untuk mengingat peristiwa-
peristiwa penting yang pernah terjadi pada dirinya, melupakan identitas dirinya bahkan
membentuk identitas baru. Ganggguan ini muncul akibat peristiwa traumatik dalam
kehidupan dan digunakan sebagai pertahanan diri menghadapi peristiwa tersebut.

Jenis-jenis Gangguan Disosiatif

Gangguan disosiatif mencakup tiga gangguan yaitu gangguan identitas disosiatif, amnesia
disosiatif dan gangguan depersonalisasi.

1. Gangguan Identitas Disosiatif

Gangguan ini sering disebut dengan gangguan terpecah. Kepribadian terpecah


menjadi dua atau lebih, yang masing-masing kepribadiannya terdefinisi dengan
baik pada satu tubuh. Orang dengan gangguan ini bisa jadi sadar atau tidak sadar
keberadaan masing-masing kepribadian satu dengan yang lain.

2. Gangguan Amnesia Disosiatif

Amnesia disosiatif merupakan tipe paling umum dalam gangguan disosiatif.


Dalam amnesia disosiatif, orang menjadi tidak mampu menyebutkan kembali
informasi pribadi yang penting dalam bentuk yang tidak bisa dianggap sebagai
lupa biasa.

3. Gangguan Depersonalisasi
Orang dengan gangguan ini akan merasa terpisah dari dirinya sendiri dan
lingkungannya. Orang dengan depersonalisasi ini merasa seperti bermimpi atau
bertingkah seperti robot. Seperti, “there’s someone in my head, but it’s not me”.

Gejala

1. Distorsi waktu

Orang dengan disosiatif merasa kehilangan waktu. Orang dengan disosiatif kerap
menemukan sesuatu yang tidak diketahui saat tersadar sebagai dirinya sendiri.
Orang dengan disosiatif juga sering berada di suatu tempat yang tidak diketahui
karena ia secara tidak sadar pergi ke tempat tersebut.

2. Perbedaan Kemampuan Diri

Orang dengan disosiatif memiliki perbedaan kemampuan di setiap


kepribadiannya. Misal, kepribadian A bisa bermain musik, saat berubah ke
kepribadian B ia tidak bisa bermain musik.

3. Gangguan Memori

Orang dengan disosiatif memiliki ingatan yang lemah terhadap kejadian


sebelumnya. Ketika kepribadian lain sedang mengambil alih dirinya, orang
dengan disosiatif tidak bisa mengingat aktivitas apa saja yang dilakukan saat
tersadar ke kepribadian aslinya. Orang dengan disosiatif merasa kehilangan
sebagian ingatannya.

4. Lemahnya kontrol gerakan tubuh

Saat orang dengan disosiatif berubah ke kepribadian lainnya, ia tidak bisa


mengontol gerakan tubuhnya. Dirinya seperti dikendalikan orang orang lain yang
berada dalam dirinya.

Penyebab

Secara umum, panyebab utama orang memiliki gangguan disosiatif yaitu trauma masa
lalu. Seperti trauma masa anak-anak, penyiksaan fisik, pelecehan seksual, kecemasan
yang luar biasa akibat munculnya ingatan menyakitkan. Orang yang tidak kuat
menahan trauma semacam ini kemudian akan membentuk kepribadian yang lain
untuk bisa lari dari luka itu. Setiap kejadian traumatis yang berbeda juga akan
menibulkan kepribadian yang lainnya. Misal, penyiksaan fisik yang dilakukan
ayahnya akan membentuk kepribadian A, pelecehan seksual masa anak-anak akan
membentuk kepribadian C, dan seterusnya.

Penanganan

1. Terapi kesenian kreatif

Terapi ini menggunakan proses kreatif untuk membantu orang dengan disosiatif
yang sulit mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Seni kreatif dapat
membantu seseorang mengekspresikan dirinya, sehingga dalam menyembuhkan
trauma masa lalu.

2. Terapi kognitif

Terapi kognitif ini bertujuan untuk membuat orang dengan disosiatif lebih
mengenal dirinya sendiri. Terapi ini akan membantu orang dengan gangguan
disosiatif untuk mengidentifikasi diri sendiri dan semua masalah yang dimilikinya.

3. Psikoanalisis

Terapi Psikoanalisis ini akan membantu orang dengan gangguan disosiatif


menyelesaikan masalah yang belum selesai di masa kecilnya. Terapi ini mengajak
orang dengan gangguan disosiatif kembali ke masa lalu dan mengenali diri sendiri
dengan lebih baik. Selain itu, terapi ini juga bertujuan untuk mengenali setiap
kepribadian yang dimiliki orang dengan gangguan disosiatif, agar bisa
mengendalikannya.

• Gangguan Somatisasi (Somatization Disorder)

Pada tahun 1859 gangguan somatisasi dinamakan sindrom Briquet, namun kini dalam
DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) disebut dengan
gangguan somatisasi atau Somatization Disorder. Gangguan ini merupakan salah satu
sub kategori utama dari gangguan somatoform dimana sub kategori lain adalah :
undifferentiated somatoform disorder, conversion disorder (gangguan konversi),
psychogenic pain disorder, and hypochondriasis (hipokondriasis). Gangguan konversi
terutama memiliki banyak persamaan simtom dengan gangguan somatisasi (Ford &
Folks, 1985).

Keluhan yang dimiliki oleh penderita gangguan somatisasi bersifat berulang dan
banyak memerlukan perhatian medis. Menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders) terdapat kriteria gangguan ini, diantaranya :

o Memiliki riwayat keluhan fisik yang banyak dalam beberapa tahun terakhir
o Harus mengalami: empat simtom rasa sakit di bagian yang berbeda (spt.
kepala, punggung) ; dua simtom gastroinstestinal (spt. diare, mual) ; satu
simtom seksual selain rasa sakit (spt. Tidak berminat pada hubungan seksual) ;
satu simtom pseudoneurologis (spt. Gangguan koordinasi atau keseimbangan,
halusinasi.

Simtom-simtom tersebut umumnya bermula pada masa dewasa awal sebelum usia 30
(Cloninger dkk., 1986) dimana gangguan ini lebih banyak dialami oleh perempuan
dibandingkan laki-laki.

Faktor sosial ekonomi pun memiliki pengaruh akan gangguan ini. Pada sosial-
ekomoni menengah ke bawah yang paling mendominasi. Gangguan Somatisasi
sendiri umumnya beriringan dengan gangguang lain seperti depresi, gangguan panik,
gangguan fobia, dan generalized anxiety disorder (gangguan kecemasan).

• Gangguan Terkait

Faktor genetik dapat mempengaruhi munculnya gangguan ini dimana terdapat hubungan
keluarga antara laki-laki yang memiliki gangguan kepribadian antisosial dengan
perempuan yang mengalami gangguan somatisasi.

Kontribusi lain yang dapat memungkinkan untuk menimbulkan gangguan termasuk


interaksi personal, kognitif, dan proses belajar.
• Faktor psikologis, melibatkan gaya hidup, karakteristik kepribadian, dan tingkat stress
seseorang. 

Rangkuman BAB 7

Gangguan Mood dan Bunuh diri

• Jenis Gangguan Mood


Gangguan mood adalah gangguan suasana perasaan yang ditandai dengan
peningkatan dan/atau penurunan perasaan, bersifat periodik dan berulang serta
menyebabkan hendaya dalam kehidupan penderita. Gangguan mood termasuk di
dalamnya gangguan mania, gangguan depresi mayor, gangguan bipolar tipe I dan tipe
II, gangguan mood persisten, serta gangguan mood tidak spesifik Gangguan mood
adalah gangguan suasana perasaan yang ditandai dengan peningkatan dan/atau
penurunan perasaan, bersifat periodik dan berulang serta menyebabkan hendaya
dalam kehidupan penderita. Gangguan mood termasuk di dalamnya gangguan mania,
gangguan depresi mayor, gangguan bipolar tipe I dan tipe II, gangguan mood
persisten, serta gangguan mood tidak spesifik.
Gangguan mood terjadi akibat interaksi antara faktor genetik, lingkungan, dan
perubahan biokimia. Diagnosis gangguan mood ditentukan terutama dengan
anamnesis dan observasi dokter, berdasarkan pada kriteria diagnosis menurut DSM V.
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang.

1. Gangguan Depresi (gangguan unipolar)

Depresi dalam Psikologi merupakan gangguan mood dengan jenis mayor ataupun


berat, dimana gangguan depresi lebih banyak terjadi pada penderita yang memang
mengalami permasalahan berat atau hal-hal yang tidak bisa mereka kendalikan
sendiri.
Gangguan depresi biasanya terjadi satu periode ataupun lebih, episode depresi ini
tanpa adanya riwayat terjadi episode manik atau hipomanik. Selain itu permasalahan
utamanya adalah para penderita gangguan depresi kemungkinan akan mengalami lagi
gangguan tersebut dan bisa saja lebih parah. Selain itu bisa berdampak pada keluarga
lainnya.

Ciri atau tanda seseorang mengalami gangguan depresi parah diantaranya bermasalah
tidur, selera makan yang buruk, kehilangan atau bertambah berat badan secara
mencolok, dan akan menjadi gelisah secara fisik, atau akan menunjukkan lambatnya
aktivitas motorik mereka. Anda juga bisa mengenali beberapa ciri besarnya jika
penderita mengalami depresi, diantaranya adalah :

o Perubahan pada kondisi emsional yang ekstrim dan berlebihan

o Tidak adanya motivasi dalam hidup

o Perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik dari ringan ke berat

o Adanya perubahan kognitif yang cukup signifikan

o Penderita seringkali merasa tidur terlalu banyak (10 jam atau lebih) ataupun
terlalu sedikit sehingga sulit terbangun.

o Kelakuan motorik yang rendah

o Kehilangan nafsu makan tiba-tiba dan juga mengalami kenaikan tubuh secara
drastis juga

o Kehilangan energi, terlihat lemas tidak bersemangat dan tidak tertarik


melakukan apapun.

2. Gangguan Distimik

Selanjutnya adalah gangguan distimik, gangguan ini termasuk kedalam depresi ringan
dimana depresi ini jarang sekali kambuh, biasanya rentang waktunya beberapa tahun
baru kembal mengalami depresi ringan. Orang yang biasa terkena gangguan distimik
diantaranya adalah :

o Seringkali dilanda perasaan terpuruk atau merasa bersalah, atau mengalami


masalah sepanjang waktu. Namun tidak separah depresi mayor hingga ada
rasa ingin bunuh diri dan sejenisnya.
o Adanya perasaan atau kesadaran bahwa penderita sedang memiliki gangguan
yang membuat ia seringkali bersikap berbeda.

3. Gangguan Perubahan Mood (Bipolar)

Gangguan Bipolar merupakan gangguan yang cukup populer diantara masyarakat,


dimana gangguan ini sebenarnya cukup bahaya dan juga mengganggu aktifitas
penderitanya.Gangguan bipolar bisa terjadi apabila penderita yang disertai satu atau
lebih episode manik atau hipomanik, hal ini dimaksudkan penderita seringkali
merasakan mood yang melambung dan hiperaktivitas atau juga merasa mood yang
sangat sedih hingga depresi berlebih. Bipolar juga bisa merasakan bahagia namun
bahagia mereka bisa mencapai tingkat mania.

Dalam ilmu psikologi ada dua tipe umum untuk gangguan bipolar dibedakan menjadi
2 diantaranya adalah  bipolar 1 dan gangguan bipolar 2. Untuk gangguan bipolar 1
ditandai dengan adanya manik secara penuh, sedangkan bipolar 2 merupakan kejadian
dimana seseorang akan mengalami satu atau lebih episode-episode depresi mayor dan
paling tidak satu episode hipomanik. Ciri-ciri besar dari gangguan bipolar adalah :

o Siklus perubahaan mood ekstrim berganti tanpa adanya mood normal


sebagai perantarannya, sehingga dari sedih tiba-tiba merasa senang yang
super mania. Tanpa ada cooling down mood terlebih dahulu

4. Gangguan Siklotimik

Gangguan siklotimik merupakan gangguan mood yang sangat kronis meliputi


beberapa periode dan beberapa periode mood yang merasa tertekan ataupun hilang
minatnya. Terutama kegiatan mendasar seseorang. Perubahaan mood siklotimik
sebenarnya lebih ringan dari pada gangguan bipolar besar. Gangguan siklotimik,
biasanya bermula dari masa akhir remaja dan juga ketika awal dewasa.

Beberapa bentuk dari gangguan siklotimik dapat mewakili suatu tipe gangguan
bipolar awal yang ringan. Sekitar 33% orang dengan gangguan siklotimik pada
akhirnya akan berkembang menjadi gangguan bipolar baik 1 ataupun 2. Penderitanya
kira-kira 33 kali lebih besar dibanding pada populasi umum. Adapun ciri-cirinya
adalah :
o Adanya pola perubahan kondisi mood yang cukup kronis dan juga
bersiklus, biasanya berepisode.

o Periode yang sering dari mood yang depresi atau kehilangan minat atau
kesenangan dalam aktivitas, namun tidak pada taraf keparahan.

Gangguan Mood lainnya

Klasifikasi gangguan mood lainnya sebenarnya masih ada, namun tidak se-spesifik
gangguan besar yang ada diatas. Dimana gangguan mood ini seringkali terjadi pada
beberapa manusia normal jika sudah merasa cukup lelah atau stress dengan pekerjaan,
masalah hidup atau sekolah. Namun masih bisa diatasi, diantaranya adalah :

o Mood Eutimia : Tidak ada Mood yang tertekan atau melambung, datar.

o Mood Hipotimia: Mood yang pervasif, cenderung banyak emosi kesedihan

o Mood Disforia: Mood yang tidak menggembirakan

o Mood Eutimia: Memiliki sisi penghayatan yang cenderung lebih


emosional

o Mood Eforia: Perasaan yang berlebihan

o Mood Ekstasia: Gairah yang meluap luap

o Aleksitimia: Sulit menyadari emosi seseorang

o Anhedonia: Hilangnya minat melakukan sesuatu

o Mood Kosong: Sedikit memiliki sisi emosional

o Mood Labil:Osilasi antara euforia dan mudah marah

o Mood Iritabel:  Mudah diganggu dan mudah marah

Jika ditarik kesimpulan mengenai depresi, mood dan sejenisnya kehidupan lebih
sering mendahului episode pertama dari gangguan mood dibandingkan episode
lanjutan lainnya.
• Faktor Penyebab Gangguan Depresif

• Teori psikodinamika klasik melihat depresi sebagai kemarahan kepada diri sendiri:

o Individu merasa sangat ambivalen terhadap orang lain yang telah tiada, atau
yang ditakuti kehilangannya.

o Individu mungkin mengarahkan kemarahan yang belum terselesaikan itu


kepada representasi batin dari orang lain tersebut (yang telah
terhubung/terintrojeksi dalam diri individu).

o Ini memunculkan depresi dan membenci diri sendiri.

o Model psikodinamika terkini (seperti model berfokus pada diri sendiri) adalah
gabungan dengan aspek-aspek kognitif, untuk menjelaskan depresi dalam
konteks self-absorption terkait hilangnya objek yang dicintai.

o Gangguan bipolar dalam teori psikodinamika dipahami sebagai berubahnya


keseimbangan antara ego dan superego.

• Teoretikus humanistik melihat depresi sebagai cerminan kurangnya makna dan


autentisitas dalam hidup seseorang.

• Teoretikus pembelajaran berfokus pada faktor-faktor situasional, seperti perubahan


tingkat penguatan.

o Saat penguatan berkurang, individu akan merasa tidak termotivasi dan depresi
—ini dapat menimbulkan ketidak-aktifan dan lebih mengurangi peluang
penguatan.

o Teori interaksional Coyne berfokus pada interaksi negatif dalam keluarga,


yang dapat membuat anggota keluarga dari individu yang depresi menjadi
kurang menguatkan.

• Model kognitif Beck berfokus pada peran pikiran negatif dan terdistorsi pada
depresi.
o Orang yang rentan terhadap depresi memiliki keyakinan negatif tentang diri,
lingkungan, dan masa depan.

o Segitiga kognitif dari depresi seperti ini berujung pada kesalahan spesifik
dalam berpikir (distorsi kognitif) dalam merespons peristiwa negatif—yang
nantinya akan menimbulkan depresi.

• Model ketidak berdayaan yang dipelajari meyakini kemungkinan individu menjadi


depresi saat melihat dirinya tidak mampu untuk:

o Mengendalikan penguatan dalam lingkungannya

o Mengubah hidupnya menjadi lebih baik

• Formulasi ulang dari teori ketidakberdayaan yang dipelajari tersebut menyatakan:

“Cara individu menjelaskan peristiwa (atribusi) menentukan kerentanan terhadap


depresi, dalam menghadapi peristiwa negatif.”

Kombinasi atribusi internal, global, dan stabil seperti itu (terhadap peristiwa negatif)
akan membentuk individu yang sangat rentan depresi

• Factor Biologis

Tampaknya, yang berperan dalam menjelaskan gangguan depresi mayor adalah:

o Genetik

o Ketidakseimbangan aktivitas neurotransmiter otak

o Model diatesis stres adalah kerangka penggambaran bagaimana diatesis


biologis atau psikologis dapat berinteraksi dengan stres (dalam
perkembangan gangguan mood, seperti depresi).

• Factor Penyebab Gangguan Bipolar

• Yang berperan penting dalam gangguan bipolar adalah:


o Genetik

o Pengalaman hidup yang membuat stres

Gangguan bipolar mungkin paling baik dijelaskan sebagai beberapa sebab yang
saling berinteraksi di dalam kerangka diatesis stres

• Dukungan sosial mungkin penting dalam:

– Mempercepat pemulihan dari episode perubahan mood

– Mengurangi risiko kambuh

• Penanganan Gangguan Mood

Penanganan psikodinamika bagi depresi berfokus pada membantu individu untuk


mengungkap dan menyelesaikan perasaan ambivalen terhadap objek yang hilang. ini
agar dapat meredakan kemarahan kepada diri sendiri.

• Psikodinamika modern cenderung lebih langsung dan singkat. Lebih berfokus pada
pengembangan cara-cara adaptif dalam:

o Mencapai harga diri

o Menyelesaikan konflik interpersonal

• Pendekatan teori pembelajaran berfokus pada membantu orang depresi untuk


meningkatkan frekuensi penguatan dalam kehidupan. Cara-caranya seperti dengan
meningkatkan aktivitas partisipatif yang menyenangkan.

• Terapis kognitif berfokus pada membantu orang untuk:

o Mengidentifikasi dan memperbaiki pikiran yang terdistorsi dan keliru

o Mempelajari perilaku yang lebih adaptif

• Penanganan biomedis berfokus pada:


o Penggunaan obat-obatan antidepresan, yang dapat membantu normalisasi
fungsi neurotransmiter otak

o Penanganan biologis lainnya, seperti terapi elektrokonvulsif

• Gangguan bipolar umumnya ditangani dengan litium atau obat antikonvulsan.

• Bunuh Diri

Gangguan mood sering dihubungkan dengan bunuh diri.

o Wanita lebih mungkin mencoba bunuh diri

o Lebih banyak pria yang berhasil melakukannya,


mungkin karena memilih metode yang lebih mematikan

o Orang tua, alih-alih anak muda, lebih mungkin untuk bunuh diri

• Sering kali, orang yang berusaha bunuh diri itu:

o Depresi

o Umumnya masih berkontak dengan realitas

o Mungkin kurang mampu memecahkan masalah secara efektif

o Tidak melihat cara lain selain bunuh diri untuk mengatasi stres kehidupan

• Rasa putus asa juga tampak jelas pada bunuh diri, yang tergambar pada:

o Model psikodinamika klasik tentang “kemarahan yang diarahkan ke dalam


diri”

o Peran alienasi sosial

o Perspektif berbasis pembelajaran, sosial kognitif, dan biologi


• Orang yang bunuh diri sering kali memberi pertanda akan niatnya, contohnya dengan
memberi tahu orang lain tentang pikiran untuk bunuh diri.

o Pancinglah pembicaraan tentang perasaannya

o Bersimpatilah

o Tunjukkan cara lain untuk mengatasi masalahnya

o Tanyakan tentang niatnya

o Yang terpenting, temani agar mendapat bantuan ahli, saat itu juga

• Jangan pernah mengabaikan ancaman seseorang untuk bunuh diri. Walau tidak
semua orang yang mengancam seperti itu akan benar-benar melakukannya, banyak
yang demikian.

Rangkuman BAB 9

Gangguan Makan dan Gangguan Tidur Terjaga

Gangguan makan adalah perilaku abnormal terhadap makanan yang mengakibatkan


seseorang mengubah kebiasaan dan perilaku makannya. Gangguan makan dapat juga
digambarkan sebagai penyakit yang ditandai kebiasaan makan yang tidak teratur dan
kecemasan berlebih terhadap berat badan atau bentuk tubuh.

• Gangguan makan (eating disorders) melibatkan:

o Perilaku makan yang terganggu

o Cara mengendalikan berat badan yang maladaptif

• Gangguan makan sering kali muncul bersamaan dengan gangguan psikologis lainnya,
seperti:

o depresi
o gangguan kecemasan

o gangguan penyalahgunaan zat

• Anoreksia Nervousa
Seseorang yang mengidap gangguan tanda- tanda anoreksia nervousa biasanya
memiliki tubuh yang sangat kurus, dia selalu merasa tubuhnya gemuk padahal sudah
sangat kurus, hal ini juga mempengaruhi pola makannya, karena ketakutannya akan
kegemukan sehingga orang tersebut rela tidak makan bahkan hingga merasa dirinya
sangat kelaparan demi menjaga tubuhnya agar tidak terlihat gemuk.
• Anoreksia nervosa ditandai dengan:
– Melaparkan diri sendiri, dan gagal menjaga berat normal tubuh
– Ketakutan berlebih akan menjadi gemuk
– Gambaran tubuh yang terdistorsi
• Anoreksia biasa berkembang antara usia 12 dan 18 tahun, dengan pola-pola umum:
– Setelah remaja putri menarche (menstruasi pertama):
• Menyadari pertambahan berat badan
• Menganggap tambahan itu harus dihilangkan
– Ketika wanita muda pergi berkuliah, kemudian sulit beradaptasi dengan
tuntutan kuliah dan hidup mandiri.
– Pada wanita muda di dunia balet/model, bidang yang menekankan menjaga
bentuk tubuh sangat kurus.
• Anoreksia nervosa adalah gangguan psikologis serius:
Kecenderungan wanita dengan anoreksia untuk bunuh diri jauh lebih tinggi
daripada wanita muda pada populasi umum.

• Bulimia Nervosa
Penyakit bulimia nervosa atau dapat diistilahkan eating and purging yang merupakan
sebuah gangguan makan dimana seseorang yang mengidap gangguan makan tersebut
sangat terobsesi dengan banyak makanan. Namun secara bersamaan dia akan
memuntahkannya kembali dengan sengaja agar makanan yang sudah dimakannya tadi
keluar kembali sehingga berat badannya tidak akan bertambah. Hal ini biasanya terjadi
pada seseorang yang tidak memiliki control terhadap makanan, setelah dia merasa kalap
namun pada akhirnya ingin mengeluarkannya secara ekstrem seperti olahgara dengan
keras atau langsung memuntahkannya.

• Bulimia nervosa melibatkan:

o Fokus berlebih pada pengendalian berat badan (ketakutan akan peningkatan)


dan bentuk tubuh (citra diri)

o Makan berlebihan yang berulang-ulang, dengan perasaan tidak mampu


mengendalikan perilaku makan selama episode ini; yang diimbangi dengan:

• Terus mengeluarkan makanan dari perut untuk menjaga berat badan


dengan (1) membuat diri sendiri muntah ataupun
(2) menyalahgunakan pencahar, diuretik, atau enema

• Puasa/olahraga secara berlebihan

• Bulimia nervosa biasa memengaruhi wanita pada masa remaja-akhir atau dewasa-
awal, puncak dari:

o kekhawatiran tentang diet

o ketidakpuasan akan bentuk/berat badan

 Gangguan makan anoreksia/bulimia nervosa:

o Biasanya dimulai saat remaja

o Lebih banyak menyerang wanita ketimbang pria

o Dihubungkan dengan:

• Fokus berlebih dalam mengendalikan berat badan

• Cara yang maladaptif dalam mencoba menjaga berat badan


 Faktor-faktor penyebab anoreksia/bulimia nervosa:

• Pada gangguan makan, tampak faktor sosial budaya yang menonjol:

o Dorongan untuk kurus

o Ketidakpuasan akan bentuk tubuh

• Idealisasi tubuh kurus pada wanita dapat diilustrasikan dengan tren menurun dari
indeks massa tubuh/IMT (body mass index/BMI)—ukuran berat badan yang
disesuaikan dengan tinggi badan—para juara kontes kecantikan Miss America.

• Perbedaan antar negara . Tekanan untuk menjadi kurus sangatlah umum, sehingga
diet telah menjadi pola makan normatif di kalangan wanita muda Amerika Serikat.

o Gangguan makan terbukti kurang umum di negara-negara non-Barat—yang


tidak mengasosiasikan tubuh kurus dengan kecantikan wanita.

o Gangguan makan di negara berkembang mungkin berhubungan dengan faktor


selain asosiasi itu.

• Tingkat perilaku makan yang terganggu dan gangguan makan lebih tinggi ditemukan
pada remaja Eropa-Amerika—daripada Afrika-Amerika dan kelompok etnis minoritas
lain. Anoreksia jauh lebih umum terjadi pada wanita daripada pria. Namun, semakin
banyak pria muda yang menunjukkan perilaku makan yang terganggu, bahkan
anoreksia.

• Factor psikososial

o Wanita dengan gangguan makan biasanya mengadopsi aturan/praktik diet


yang sangat kaku.

o Masalah dalam hubungan interpersonal. Wanita dengan bulimia cenderung


pemalu dan memiliki sedikit teman (jika ada).

• Factor emosi.
Membatasi asupan makanan mungkin merupakan usaha/coping yang keliru untuk
melegakan emosi mengganggu:

o Mencari penguasaan/pengendalian akan tubuh

o Akibat banyaknya masalah emosional dan rendahnya harga diri

o Mengendalikan/meredakan perasaan/emosi negative

• Penyebab Anoreksia/Bulumia nnervosa

• Factor kognitif

- Perfeksionisme dan ketidakpuasan akan tubuh sendiri (body dissatisfaction)


sehingga menekankan tampilan diri untuk mencapai “tubuh yang sempurna”.

- Diet ekstrem dapat memberikan rasa memiliki kendali dan independensi pada
aspek kehidupan yang dirasa kurang.

- Mungkin terdapat keyakinan yang berlebihan mengenai konsekuensi negatif dari


kenaikan berat badan.

- Berpikir secara dikotomi (hitam-putih):

o Berharap untuk benar-benar mengikuti aturan diet yang kaku

o Menganggap diri benar-benar gagal jika sedikit saja menyimpang dari


aturan itu

- Kekhawatiran berlebih akan kesalahan dan mengkritik diri ketika gagal memenuhi
standar yang luar biasa tinggi.

• Factor Keluarga

- Keluarga disfungsional:
o Tingkat konfliknya tinggi

o Orang tua cenderung terlalu protektif,


tetapi kurang merawat dan mendukung

- Sejumlah remaja menolak makan untuk menghukum orang tuanya.

- Makan dapat menjadi metafora untuk perhatian dan kenyamanan.

- Gangguan makan dapat cepat menjadikan anak fokus perhatian (yang sebelumnya
kurang).

• Faktor Biologis Serotonin

Dalam bulimia nervosa, abnormalitas mekanisme otak yang mengendalikan rasa lapar
dan kenyang kemungkinan besar melibatkan serotonin.

o Serotonin berperan penting mengatur mood dan selera makan, khususnya


keinginan terhadap karbohidrat.

o Antidepresan yang menargetkan serotonin, membantu mengurangi episode


makan berlebihan pada bulimia.

o Banyak wanita dengan gangguan makan mengalami atau memiliki riwayat


depresi, yang mengimplikasikan tidak seimbangnya serotonin.

• Factor Biologis Genetik

Gangguan makan cenderung diturunkan di dalam keluarga, yang sejalan dengan


kontribusi genetik. Tingkat konkordansi jauh lebih tinggi untuk bulimia/anoreksia
nervosa di antara anak kembar monozigotik (MZ) dibandingkan dizigotik (DZ).

o Tingkat konkordansi (concordance rate) mengacu pada persentase di mana dua


anak kembar memiliki satu trait/gangguan yang sama.

• Perspektif-perspektif penyebab anoreksia/ bulimia nervosa:

o Perspektif pembelajaran
Perspektif pembelajaran mengonsepkan gangguan makan sebagai jenis fobia
akan berat badan—sebelum mengembangkan gangguan ini, wanita cenderung
agak kelebihan berat badan

1. Gagalnya kontrol terhadap diet ketat akan menyebabkan hilangnya


inhibisi (disinhibition), mengawali episode makan berlebihan.

2. Makan berlebihan itu menimbulkan ketakutan akan kenaikan berat


badan, kemudian memicu muntah disengaja atau olahraga berlebihan.

• Beberapa orang dengan bulimia bahkan sengaja muntah setiap


kali selesai makan.

3. Muntah itu diperkuat secara negatif karena melegakan, setidaknya


sementara, dari kegelisahan akan peningkatan berat badan.

o Perspektif psikodinamika

Teoretikus psikodinamika berpendapat, gadis dengan anoreksia nervosa sulit


untuk:

 Memperkuat identitas individu yang terpisah

 Berpisah dari keluarga

Anoreksia mungkin mewakili upaya bawah sadar untuk terus menjadi anak
praremaja.

 Dengan menjaga sifat anak-anak, masalah-masalah orang dewasa


dapat dihindari.

 Penangananya

Sering kali, kasus anoreksia parah dirawat-inap, dengan pemantauan ketat di


bangsal penutrisian.

o modifikasi perilaku
o intervensi psikologis (psikoterapi, terapi keluarga, dsb.)

Sebagian besar kasus bulimia dirawat-jalan.

o terapi kognitif-perilaku (CBT)

o psikoterapi interpersonal

o pengobatan antidepresan

 Gangguan makan obesitas

Obesitas dihubungkan dengan banyak risiko kesehatan, antara lain:

o Penyakit kardiovaskular

o Diabetes

o Penyakit pernapasan

o Beberapa jenis kanker

• Banyak faktor yang dihubungkan dengan obesitas, antara lain:

o Faktor genetik

o Faktor metabolisme

o Sel lemak

o Faktor gaya hidup

o Faktor psikologis

o Faktor sosioekonomi
(seperti tingkat pendapatan dan akulturasi)

Berat badan ditentukan oleh keseimbangan antara:


• Energi yang dikonsumsi dalam bentuk kalori makanan

• Energi yang digunakan sepanjang hari, dalam aktivitas fisik dan menjaga proses-
proses tubuh

 Gangguan makan

• Gangguan makan berlebihan (BED) melibatkan pola makan berlebihan yang


berulang, yang tidak disertai dengan perilaku penyeimbang (seperti mengeluarkan
makanan dari perut).

o Orang dengan BED cenderung lebih tua ketimbang orang dengan


anoreksia/bulimia, dan lebih mungkin mengalami obesitas.

o CBT dan pengobatan antidepresan terbukti efektif dalam mengobati BED.

 Gangguan Tidur Terjaga

• Gangguan tidur-terjaga antara lain:

o Gangguan insomnia

o Gangguan hipersomnolen dan narkolepsi

o Gangguan tidur yang berhubungan dengan pernapasan

 Sindrom hipopnea apnea tidur obstruktif

o Gangguan keterjagaan sebagian

 Gangguan tidur non-REM (teror tidur dan tidur-berjalan)

 Gangguan tidur REM (RBD dan gangguan mimpi buruk)

• Gangguan insomnia sering dihubungkan dengan khawatir dan cemas.

o Khususnya kecemasan kinerja, yang berhubungan dengan kekhawatiran


berlebih tentang "tidak mendapatkan cukup waktu untuk tidur".
• Gangguan hipersomnolen melibatkan kantuk berlebihan di siang hari.

• Narkolepsi melibatkan munculnya serangan tidur mendadak saat jam-jam terjaga,


yang bisa melibatkan:

o Faktor genetik

Hilangnya sel otak di hipotalamus, yang terlibat dalam menghasilkan senyawa yang
mengatur kondisi terjaga.

• Gangguan tidur terkait pernapasan melibatkan episode berulang hilangnya napas


selama tidur, yang sering dihubungkan dengan kantuk di siang hari.

– Sindrom hipopnea apnea tidur obstruktif, bentuk gangguan tidur terkait


pernapasan yang paling umum, biasanya disebabkan oleh masalah
pernapasan yang "menghambat pernapasan normal selama tidur".

• Gangguan keterjagaan sebagian meliputi:

– Gangguan selama tidur non-REM:

• Episode teror tidur yang berulang

• Tidur-berjalan berulang kali

– Gangguan selama tidur REM:

• Gangguan perilaku tidur-REM (RBD) berupa meronta-ronta atau


berbicara selama tidur REM

• Gangguan mimpi buruk yang terus-menerus

 Penaganan Gangguan Tidur Terjaga

• Bentuk paling umum dari penanganan gangguan ini melibatkan penggunaan obat
anticemas.
o Obat ini harus dibatasi karena potensi ketergantungan psikologis dan/atau
fisik, di antara masalah lain.

• Intervensi perilaku-kognitif telah berkembang sebagai penanganan pilihan, yang


memberikan manfaat substansial dalam membantu orang dengan insomnia kronis.

• Kebiasaan tidur yang lebih adaptif, antara lain:

o Terapkan siklus tidur-terjaga rutin.

o Batasi aktivitas di tempat tidur, sebanyak mungkin untuk tidur.

o Turun dari tempat tidur setelah 10–20 menit tidak bisa tertidur, dan pulihkan
kondisi pikiran yang tenang.

o Hindari tidur siang, dan hindari merenung di tempat tidur.

o Berolahraga rutin di siang hari, dan hindari konsumsi kafein saat malam dan
sore.

o Restrukturisasi rasional atas pikiran yang merusak diri.

Rangkuaman BAB 10

Gangguan Terkait Gender dan Seksualitas

Gangguan identitas gender merupakan gangguan yang mana penderitanya merasa jika dirinya
adalah pria atau wanita, terjadi konflik aantara identitas gender nya dengan anatomi
gendernya. Identitas jenis kelamin disini adalah kondisi psikologi yang mana mencerminkan
perasaan dari dalam diri seseorang entah itu sebagai laki-laki ataupun wanita. Identitas
gender ini adalah refleksi dari dalam diri seseorang yang mana berkaitan dengan keberadaan
dirinya, entah itu sebagai pria ataupun wanita. Sehingga identitas jenis kelamin atau gender
identity  adalah berkaitan dengan sikap, perilaku, serta atribut lainnya yang penentuannya
dilakukan secara kultural baik itu maskulinitas ataupun feminitas.
 Disforia gender (gender dysphoria), sebelumnya dikenal sebagai gangguan identitas
gender, adalah suatu kondisi yang diderita orang-orang yang dikenal dengan sebutan
transgender, di mana seseorang mengalami ketidak nyamanan atau rasa tertekan
karena ada ketidakcocokan antara jenis kelamin biologis dengan identitas gender
mereka.

• Orang dengan disforia gender merasakan "jenis kelamin biologis" sebagai sumber
distres yang persisten dan intens.Orang dengan gangguan ini bisa mencoba
mengubah organ seks mereka menyerupai jenis kelamin lainnya—banyak yang
menjalani penanganan hormon dan/atau operasi untuk mencapai tujuan ini.
• Disforia gender atau gay/lesbian?
Dalam disforia gender, ada ketidakcocokan antara:
perasaan psikologis sebagai pria atau wanita dan anatomi seksual terkait dengan
distres/ketidaknyamanan yang signifikan.
• "Orientasi seksual" terkait dengan arah daya tarik seksual—terhadap lawan jenis atau
sesama jenis. Tidak seperti disforia gender, orientasi gay/lesbian memiliki identitas
gender yang sesuai dengan "jenis kelamin biologis".
• Orang dengan identitas transgender memiliki perasaan psikologis terhadap satu
gender, sementara memiliki organ seksual dari gender yang lain.
• Meskipun penyebab identitas transgender masih belum diketahui:
o Teoretikus psikodinamika menekankan peran "hubungan yang sangat dekat"
antara ibu dan anak laki-laki tanpa ayah.
o Teori pembelajaran berfokus pada "pola sosialisasi" yang mendorong
perkembangan perilaku lintas-gender.
• Penjelasan biologis berfokus pada faktor genetik yang memengaruhi pelepasan
hormon seks pada pertumbuhan pranatal:
o Terlibat dalam pembentukan otak sepanjang garis "maskulin atau feminin".
o Menciptakan kecenderungan yang berinteraksi dengan pengalaman masa kecil,
yang menyebabkan perkembangan "identitas transgender".

 Disfungsi Seksual
• Disfungsi seksual adalah "pola yang persisten dan berulang" yang melibatkan:
o Kurangnya hasrat seksual
o Masalah dalam menjadi terangsang secara seksual
o Masalah dalam mencapai orgasme

 Tiga kategori umum dari disfungsi seksual:

o Gangguan hasrat seksual yang rendah atau gairah yang melemah

 Gangguan hasrat seksual hipoaktif pria: Defisiensi atau kurangnya


minat seksual, atau hasrat atas aktivitas seksual.

 Gangguan minat/gairah seksual wanita: Defisiensi atau kurangnya


minat/dorongan seksual, dan masalah mencapai atau menjaga gairah
seksual.

 Gangguan ereksi: Kesulitan mencapai/menjaga ereksi selama


aktivitas seksual.

o Gangguan respons orgasme yang melemah

 Gangguan orgasme wanita: Kesulitan mencapai orgasme pada


wanita.

 Ejakulasi yang tertunda: Kesulitan mencapai orgasme/ejakulasi pada


pria.

 Ejakulasi dini: Mencapai klimaks (ejakulasi) terlalu dini pada pria.

o Gangguan rasa sakit seksual

 Gangguan penetrasi/nyeri panggul-genital

- rasa sakit selama hubungan intim atau upaya penetrasi,


- rasa takut akan sakit yang berkaitan dengan hubungan intim,
- tegangnya otot panggul, yang membuat penetrasi sulit atau
menyakitkan melibatkan vaginismus, di mana otot yang
mengelilingi vagina langsung berkontraksi setiap kali penetrasi ke
vagina.
• Factor Penyebab
• Disfungsi seksual dapat berasal dari:
o Faktor biologis; kelelahan, penyakit, efek penuaan, atau efek alkohol dan obat
lainnya.
o Faktor psikologis; kecemasan kinerja, kurangnya keterampilan seksual,
kognisi yang terganggu, masalah dalam hubungan.
o Faktor sosiobudaya; pembelajaran budaya yang membatasi secara seksual.
• Penangananya
• Terapi seks adalah pendekatan kognitif-perilaku, yang membantu orang mengatasi
disfungsi seksual dengan:
o Meningkatkan harapan kekuatan diri
o Mengajarkan keterampilan seksual
o Memperbaiki komunikasi
o Mengurangi kecemasan kinerja
• Pendekatan biomedis meliputi:
o Penanganan hormon
o Penggunaan obat untuk:
 Memperlancar aliran darah ke daerah genital
(Viagra dan sejenisnya)
 Menunda ejakulasi (SSRI)

 Gangguan Parafilik
 Parafilia adalah penyimpangan seksual yang melibatkan pola gairah terhadap
rangsangan/stimuli yang tidak biasa, seperti:
o Objek non-manusia (misalnya, sepatu atau pakaian)
o Kekerasan atau pengalaman rasa sakit, pada diri sendiri atau pasangan
o Anak-anak
 Parafilia meliputi:
o Ekshibisionisme ; ditandai dengan dorongan, fantasi, atau perilaku yang kuat
dan selalu timbul untuk memperlihatkan alat kelamin kepada orang lain yang
tidak curiga, bertujuan gairah seksual. Hampir semua kasus melibatkan pria,
korbannya hampir selalu wanita dan Relatif sedikit kasusnya yang dilaporkan
ke polisi.
o Fetisisme ; adalah dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang kuat dan
selalu berulang yang melibatkan benda mati, seperti pakaian. Orang dengan
fetisisme dapat "mengacu" pada objek alih-alih orang, dan tidak bisa
terangsang secara seksual tanpa objek tersebut.
o Fetisisme transvestik; mengacu pada individu yang memiliki dorongan,
fantasi, atau perilaku yang kuat dan berulang dalam menjadi terangsang secara
seksual dengan memakai pakaian lawan jenisnya (cross-dressing).
o Voyeurisme ; (“mengintip”) melibatkan dorongan, fantasi, atau perilaku
seksual yang kuat dan berulang dalam menjadi terangsang secara seksual
dengan melihat orang lain (telanjang, membuka pakaian, atau terlibat dalam
aktivitas seksual). Umumnya, terhadap orang asing (yang tidak curiga).
o Froteurisme ; adalah dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang kuat dan
berulang dalam menjadi terangsang secara seksual dengan menggesek atau
menyentuh tubuh orang lain tanpa izin.
o pedofilia ; orang yang memiliki dorongan atau fantasi seksual yang kuat dan
berulang atau perilaku yang melibatkan aktivitas seksual dengan anak kecil
(biasanya, usia 13 tahun atau lebih muda).
 Agar dapat didiagnosis dengan gangguan ini, seseorang setidaknya
harus berusia 16 tahun dan 5 tahun lebih tua dari anak yang menarik
baginya secara seksual atau yang menjadi korban.
 Namun, ini tidak berlaku untuk seseorang di akhir masa remaja yang
berhubungan dengan anak 12 atau 13 tahun.
o Masokisme seksual ; melibatkan dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang
kuat dan berulang dalam menjadi terangsang secara seksual dengan
dipermalukan, diikat, dicambuk, atau dibuat menderita dalam cara lain.
Ekspresinya yang paling berbahaya adalah hipoksifilia, terangsang secara
seksual dengan mengalami kekurangan oksigen selama tindakan seksual.
o Sadisme seksual ; ditandai dengan dorongan, fantasi, atau perilaku seksual
yang kuat dan berulang dalam menjadi terangsang secara seksual dengan
memberikan penderitaan atau kekerasan psikologis dan fisik kepada orang
lain. Parafilia ini adalah kebalikan dari masokisme seksual.

 Bahaya Gangguan Parafilia


• Beberapa parafilia tidak berbahaya—seperti, fetisisme.

• Parafilia yang lain (seperti pedofilia, dan sadisme seksual dengan individu yang tidak
sadar) tentu saja membahayakan korban.

• Psikoanalisis melihat banyak jenis parafilia yang merupakan "pertahanan terhadap


kecemasan pengebirian".

Teoretikus pembelajaran mengaitkan parafilia dengan pengalaman belajar awal.

Faktor biologis juga terimplikasi, seperti:

- Dorongan seks yang tinggi

- Pola gairah seksual yang korup

 Penanganannya

Berbagai program penanganan telah digunakan, dengan keberhasilan yang beragam, di


antaranya:

o Terapi psikoanalitis
o Terapi kognitif-perilaku, yang melibatkan:
 pengondisian aversif
 sensitisasi terselubung
 pelatihan keterampilan sosial
o Terapi biologis—termasuk penggunaan antidepresan SSRI dan obat
antiandrogen.
 Pemerkosaan
Pemerkosaan tidak diklasifikasikan sebagai gangguan mental dalam sistem DSM,
dan pemerkosa tidak mengalami gangguan apa pun.
o Namun, sikap kasar dan dampak merusak yang diberikan kepada korbannya
yang menempatkan pemerkosaan dan bentuk kekerasan seksual lainnya dalam
kerangka perilaku abnormal.
o Selain itu, korban pemerkosaan juga sering mengalami berbagai masalah
kesehatan, baik psikologis maupun fisik.
 Jenis-jenis utama pemerkosaan meliputi:
o Pemerkosaan oleh orang asing
o Pemerkosaan oleh orang yang dikenal
o Pemerkosaan pasangan
o Pemerkosaan dalam rumah tangga
o Pemerkosaan pria
 Trauma
Banyak korban mengalami trauma fisik dan/atau psikologis—seperti gangguan stres
pascatrauma.
o Mereka mengalami:
 Masalah dalam tidur
 Sering menangis
 Marah dan tidak
mudah percaya
 Bisa menyalahkan
dirinya sendiri
o Mungkin terdapat cedera organ kelamin dan bagian tubuh lainnya.
o Korban dapat juga terinfeksi penyakit yang ditularkan secara seksual

 Mitos budaya tentang pemerkosaan:

o Memiliki dampak yang menyalahkan korban

o Menciptakan iklim yang melegitimasi pemerkosaan

• Pria memperkosa wanita sebagai cara untuk mendominasi dan memaksa melakukan
aktivitas seksual.

• Bagi beberapa pemerkosa, gairah dan kekerasan seksual menjadi satu.

Rangkuman BAB 12

Gangguan Kepribadian & Gangguan Kendali-Impuls


• Kepribadian: Serangkaian sifat psikologis dan karakteristik perilaku yang berbeda-
beda, yang menjadikan kita unik, dan membantu menjelaskan konsistensi perilaku
kita.

• Gangguan kepribadian: Pola perilaku maladaptif/ kaku maupun sifat kepribadian,


yang terkait distres pribadi, yang menurunkan kemampuan fungsi dalam peran
sosial/pekerjaan.

Gangguan Kepribadian:

Ego Sintonik & Distonik

• Umumnya, orang dengan gangguan kepribadian tidak menyadari kebutuhan untuk


mengubah dirinya—dalam istilah psikodinamika:

o Orang dengan gangguan kepribadian cenderung menerima sifat-sifat mereka


sebagai ego sintonik—sebagai bagian alami dari dirinya.

o Sebaliknya, orang dengan gangguan kecemasan atau gangguan mood


cenderung melihat perilaku mereka sebagai ego distonik—bukan bagian dari
identitas dirinya (terganggu).

Kelompok-kelompok Utamanya

• Tiga kelompok utama gangguan kepribadian dikategorikan berdasarkan


karakteristik berikut:

o Perilaku aneh/eksentrik

o Perilaku dramatis, emosional, atau tidak menentu


(berubah-ubah)

o Perilaku cemas/takut

Jenis Gangguan Kepribadian:


Perilaku Aneh/Eksentrik
• Gangguan Kepribadian Paranoid

– Orang dengan gangguan ini sangat curiga dan tidak percaya kepada orang
lain, sampai titik di mana hubungan mereka memburuk.

• Mereka tidak memiliki delusi paranoid, yang biasa terjadi pada


skizofrenia.

• Gangguan Kepribadian Skizoid

– Gangguan ini menggambarkan orang-orang yang:

• Memiliki sedikit (jika


ada) minat pada
hubungan sosial

• Menunjukkan ekspresi
emosional yang terbatas

• Tampak jauh dan


menyendiri

– Dalam beberapa kasus, sensitivitas ditunjukkan berupa perasaan yang


mendalam terhadap hewan (alih-alih manusia).

• Gangguan Kepribadian Skizotipal ; Orang dengan gangguan ini tampak


aneh/eksentrik dalam; pikiran, tingkah dan perilaku tetapi, tidak sampai tingkat
skizofrenia.

Perilaku Dramatis, Emosional, & Berubah

Gangguan Kepribadian Antisosial; Gangguan ini menggambarkan orang-orang yang:

• Terus terlibat dalam perilaku yang menyalahi norma sosial dan hak orang lain
• Cenderung tidak menunjukkan penyesalan atas kesalahannya

Mereka tidak “antisosial” dalam konteks menghindari orang lain dalam


kesehariannya.
• Perilaku antisosial muncul sebelum usia 15 tahun dalam bentuk gangguan tingkah
laku
• Gangguan kepribadian antisosial terjadi pada semua kelompok ras dan etnis.
• Gangguan ini paling sering terjadi di kelompok sosioekonomi rendah.
• Para klinisi dahulu menggunakan istilah:
o Psikopat—berfokus pada kesalahan (patologis) dalam fungsi
psikologis.
o Sosiopat—berpusat pada penyimpangan sosial.
Psikopat memiliki kepribadian psikopatik, tetapi tidak psikotik—tidak mengalami
psikosis yang bermanifestasikan "keterpisahan dari dunia nyata" (seperti pada
skizofrenia).
• Tidak semua kriminal menunjukkan tanda psikopatik.
• Tidak semua orang dengan kepribadian psikopatik menjadi kriminal.
• Di antara penghuni penjara, pelaku psikopatik lebih mungkin telah melakukan
pembunuhan berdarah dingin daripada para pelaku lain

• Gangguan Kepribadian Ambang

– Borderline personality disorder (BPD) didefinisikan dengan ketidakstabilan


dalam:

• gambaran diri

• hubungan

• mood/emosi

– Istilah "kepribadian ambang" awalnya digunakan untuk menyebut perilaku


yang berada pada ambang batas antara neurosis dan psikosis.

– Psikoanalis menafsirkan, "pergeseran mendadak" perasaan dalam gangguan


ini sebagai tanda pemisahan (splitting)
—ketidakmampuan untuk menyesuaikan aspek positif dan negatif dari
pengalaman diri sendiri dan orang lain.

– Orang dengan gangguan ini sering kali terlibat dalam tindakan impulsif, yang
sering merusak diri.
• Pria dengan kepribadian ambang cenderung ke arah luar dalam
perilaku agresifnya.

• Sedangkan wanita umumnya lebih mengarahkan impuls agresif ke diri


sendiri—contohnya, mutilasi diri atau cutting.

• Gangguan Kepribadian Histrionik

– Perilaku orang dengan gangguan ini cenderung terlalu dramatis dan


emosional.

• Sangat kecewa dengan berita/kejadian menyedihkan

• Senang yang berlebihan pada kejadian menyenangkan

– Gangguan ini dahulu disebut kepribadian histerikal.

• Penggantian dari histerikal menjadi histrionik, serta pertukaran asal


kata hystera (“rahim”) dan histrio, menjauhkan anggapan bahwa
gangguan ini terkait erat dengan “menjadi wanita”.

• Gangguan Kepribadian Narsistik

– Orang dengan gangguan ini:

• Memiliki rasa diri berlebihan

• Menuntut menjadi pusat perhatian


(seperti pada gangguan kepribadian histrionik)

– Orang dengan kepribadian narsistik sangat sensitif terhadap tanda penolakan


atau kritik sekecil apa pun—cedera narsistik.

Perilaku Cemas/Takut

• Gangguan Kepribadian Menghindar

– Gangguan ini menggambarkan

• Ketakutan kuat akan penolakan dan kritik


• Ketidakmauan menjalin hubungan tanpa kepastian kuat akan
penerimaan.

– Gangguan ini sering kali terjadi bersamaan dengan gangguan kecemasan


sosial.

• Gangguan Kepribadian Dependen

– Orang dengan gangguan ini:

• Terlalu bergantung pada orang lain

• Sangat sulit bertindak mandiri atau mengambil keputusan sendirian


(bahkan yang kecil)

– Gangguan ini terkait dengan:

• gangguan psikologis lain

• masalah fisik

• masalah perilaku “oral”

• Gangguan Kepribadian Obsesif-kompulsif

– Orang dengan gangguan ini memiliki berbagai sifat seperti:

• Keteraturan

• Perfeksionisme

• Kekakuan

• Perhatian yang berlebih pada detail

tanpa obsesi dan kompulsi yang nyata, yang berhubungan dengan gangguan
(kecemasan) obsesif-kompulsif.

Masalah dengan Klasifikasinya

• Berbagai kontroversi dan masalah muncul dalam pengklasifikasian gangguan


kepribadian, termasuk:
o Tumpang tindih antarkategori

o Kesulitan membedakan antara variasi perilaku normal dan perilaku abnormal

o Keliru antara label dan penjelasan

o Kemungkinan bias seksis.

Perspektif-perspektif Teoretis

• Perspektif Psikodinamika

o Terkait perkembangan kepribadian "normal dan abnormal", teori awal


Freudian berfokus pada mengatasi konflik Oedipal.
o Terkait perkembangan "gangguan" kepribadian, teoretikus
psikodinamika terkini berfokus pada periode pra-Oedipal —seperti pada
kepribadian narsistik dan ambang.
o Teoretikus psikodinamika terkini, antara lain:
o Heinz Kohut—penekanannya tertuju pada proses perkembangan rasa diri
yang kohesif (antara narsisisme "sehat" dan "patologis").
o Otto Kernberg—memandang "kegagalan" di masa kanak-kanak untuk
menumbuhkan rasa konstansi dan kesatuan dalam gambaran diri
seseorang dan orang lain (awal dari istilah pemisahan/splitting).
o Margaret Mahler—menjelaskan dari segi pemisahan anak saat kecil dari
figur ibu (dari proses "simbiosis" hingga "pemisahan-individuasi").

• Perspektif Pembelajaran

o Dalam konteks gangguan kepribadian, teoretikus pembelajaran memandang


pola perilaku maladaptif, alih-alih trait kepribadian.

o Dalam menjelaskan perkembangan dan dipertahankannya gangguan


kepribadian, teoretikus pembelajaran mencoba mengidentifikasi pengalaman
pembelajaran terdahulu dan pola penguatan saat ini.

o Remaja antisosial lebih mungkin menafsirkan isyarat sosial sebagai


"provokasi atau niat buruk", sehingga dapat menyebabkan sikap konfrontatif
dalam hubungan dengan teman sebaya mereka—bias kognitif ini berawal
dari:

• Kurangnya konsistensi dan prediktabilitas dalam pengalaman


pembelajaran terdahulu

• Peran pembelajaran observasional dalam perilaku agresif

• Individu antisosial (psikopatik) sering kesulitan untuk membaca emosi


di wajah orang lain

• Perspektif Keluarga

– Banyak teoretikus berpendapat bahwa hubungan keluarga yang terganggu


akan memainkan peran formatif bagi perkembangan gangguan kepribadian.

• Contoh: Teoretikus menghubungkan kepribadian antisosial dengan


penolakan/penelantaran orang tua dan pemodelan perilaku antisosial
dalam pola asuh.

• Perspektif Biologis

– Penjelasan biologis (faktor genetik dan abnormalitas otak) tentang kepribadian


antisosial berfokus pada kemungkinan peran dari:

• Kurangnya responsivitas emosional terhadap stimulasi yang


mengancam secara fisik, dari berkurangnya tingkat reaktivitas ANS.

• Kebutuhan akan tingkat stimulasi yang lebih tinggi demi menjaga


tingkat gairah yang optimal pada orang dengan kepribadian antisosial.

• Perspektif Sosio budaya

– Teoretikus sosiobudaya berfokus pada peran:

• kemiskinan

• penyakit sosial perkotaan

• penyalahgunaan obat
sebagai penyebab disorganisasi dan disintegrasi keluarga, sehingga anak kurang
mendapat asuhan dan dukungan demi menumbuhkan kepribadian adaptif secara
sosial.

Penanganannya

• Terapis membantu penderita gangguan kepribadian untuk:

o Menyadari pola perilakunya yang merusak diri

o Belajar cara yang lebih adaptif dalam berhubungan dengan orang lain

• Hasil menjanjikan dalam usaha terapi penderita gangguan kepribadian telah muncul
dari:

o Terapi psikodinamika yang relatif singkat

o Penanganan perilaku-kognitif (DBT dan terapi kognitif)

Gangguan kendali-impuls

• Gangguan kendali implus ditandai dengan pola kegagalan terus-menerus dalam


menahan impuls untuk melakukan tindakan yang berkonsekuensi buruk bagi diri dan
orang lain.

o Orang-orang dengan gangguan ini mengalami tingkat ketegangan/gairah,


yang meningkat tepat sebelum bertindak, kemudian merasa lega saat
melakukannya.

• Kleptomania ditandai dengan dorongan untuk mencuri.

Biasanya, melibatkan benda yang kurang bernilai bagi orangnya.

• Gangguan eksplosif intermiten (IED) melibatkan agresi impulsif.

Dapat melibatkan ketidakteraturan dalam transmisi serotonin di otak.

• Piromania: Dorongan untuk membakar.

– Gangguan ini masih kurang dipahami

– Mungkin dimotivasi sebagian oleh keinginan untuk:


• Mengendalikan respons dari pihak pemadam kebakaran

• Bahkan, membantu mereka memadamkan apinya

Anda mungkin juga menyukai