Penatalaksanaan Agorafobia
BAB 1
PENDAHULUAN
2
Penatalaksanaan Agorafobia
3
Penatalaksanaan Agorafobia
BAB 2
GANGGUAN KECEMASAN DAN AGOAFOBIA
4
Penatalaksanaan Agorafobia
Teori Perilaku.
Berdasarkan teori perilaku, rasa cemas timgul sebagai respon dari stimulus
Teori Eksistensi.
Teori eksistensi memberikan penjelasan mengenai gangguan cemas
5
Penatalaksanaan Agorafobia
yang menyebabkan rasa cemas yang bersifat kronis. Inti dari teori eksistensi
adalah seseorang merasa hidup di dalam dunia yang tidak bertujuan. Rasa cemas
adalah respon mereka terhadap rasa kekosongan eksistensi dan arti.
2. Aspek Biologis.
Sistem Saraf Otonom.
Stimulus terhadap sistem saraf otonom menimbulkan beberapa gejala
tertentu yaitu pada sistem kardiovaskuler (palpitasi), sistem muskuloskeletal
(nyeri kepala), sistem gastrointestinal (diare), dan sistem respirasi (takipneu).
Sistem saraf otonom pada pasien dengan gangguan kecemasan, terutama pasien
dengan serangan panik, menunjukkan peningkatan tonus simpatetik, yang
beradaptasi lambat pada stimuli repetitif dan berlebih pada stimuli sedang.
Neurotransmitter.
o Epinephrine
Gejala kronis yang dialami oleh pasien dengan gangguan kecemasan
berupa serangan panik, insomnia, terkejut, autonomic hyperarousal, merupakan
karakteristik dari peningkatan fungsi noradrenergik. Teori umum dari keterlibatan
norepinefrin pada gangguan kecemasan adalah pasien tersebut memiliki
kemampuan regulasi sistem noradrenergik yang buruk terkait dengan peningkatan
aktivitas mendadak. Badan sel pada sistem noradrenergik terutama berlokasi di
lokus seruleus di pons rostral, dan memiliki akson yang menjurus ke korteks
serebral, system limbik, medulla oblongata dan medulla spinalis. Percobaan pada
primata telah menunjukkan bahwa stimulasi pada lokus seruleus menghasilkan
suatu respon ketakutan pada binatang dan ablasi pada daerah yang sama
merintangi atau bahkan sama sekali menghambat kemampuan binatang untuk
membentuk suatu respon ketakutan.
Penelitian pada manusia menunjukkan bahwa pada pasien dengan gangguan
panik, bila diberikan agonis reseptor -adrenergik (Isoproterenol) dan antagonis
reseptor -2 adrenergik (Yohombin / yocon) dapat mencetuskan serangan panik
secara lebih sering dan lebih berat. Sebaliknya, clonidine (Catapres), sebagai
agonis reseptor -2 adrenergik dapat menurunkan gejala kecemasan pada
beberapa situasi percobaan dan terapeutik.
o Serotonin
6
Penatalaksanaan Agorafobia
perhatian
peneliti,
yaitu
peningkatan
aktivitas
pada
jalur
Korteks Serebral
Korteks serebral frontalis berhubungan dengan regio parahipokampus,
girus singulata, dan hipotalamus, sehingga diduga terlibat dalam menyebabkan
7
Penatalaksanaan Agorafobia
8
Penatalaksanaan Agorafobia
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9
Penatalaksanaan Agorafobia
2.2 Agorafobia
2.2.1 Definisi
Agorafobia adalah rasa takut atau kecemasan berada sendirian di tempattempat publik atau di tempat yang sulit untuk meloloskan diri. Keadaan ini
mungkin merupakan fobia yang paling mengganggu, karena terjadinya agorafobia
dapat mengganggu secara bermakna kemampuan seseorang untuk berfungsi di
dalam situasi kerja atau di lingkungan sosial di luar rumah. Sebagian besar
peneliti di bidang gangguan panik percaya bahwa agorafobia hampir selalu
berkembang sebagai komplikasi pada pasien yang memiliki gangguan panik. 1
2.2.2 Epidemiologi
Berdasarkan penelitian prevalensi seumur hidup agorafobia berkisar antar
26 %. Penelitian tentang agorafobia pada lingkungan psikiatri telah melaporkan
bahwa sekurangnya tiga perempat pasien yang terkena agorafobia juga menderita
gangguan panik. 1
2.2.3 Etiologi
1. Faktor Biologis
Sistem neurotransmitter utama yang terlibat adalah norepinefrin, serotonin
dan Gamma-Amino-Butyric Acid (GABA). Disfungsi serotonergik cukup jelas
dalam gangguan panik dan berbagai studi dengan campuran obat agonis-antagonis
serotonin telah menunjukkan tingkat peningkatan kecemasan. Bukti praklinis
menunjukkan bahwa hambatan lokal transmisi GABAergic di basolateral
amigdala, otak tengah, dan hipotalamus dapat menimbulkan respon fisiologis
kecemasan. Data biologis telah menyebabkan fokus pada batang otak (terutama
neuron noradrenergik dari lokus seruleus dan neuron serotonergik di nucleus
raphe medialis), sistem limbik (kemungkinan bertanggung jawab untuk terjadinya
kecemasan yang terjadi lebih dahulu), dan korteks prafrontalis (kemungkinan
bertanggung jawab untuk terjadinya penghindaran fobia).
Penelitian pencitraan otak (sebagai contoh dengan menggunakan magnetic
resonance imaging / MRI) pada pasien dengan gangguan panik telah
menunjukkan patologi di lobus temporalis, khususnya hipokampus. Sebuah
penelitian dengan MRI melaporkan adanya keadaan abnormalitas, khususnya
atrofi kortikal, pada lobus temporalis kanan pasien dengan gangguan panik.
Penelitian pencitraan fungsional otak (sebagai contoh dengan menggunakan
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Khusus Dharma Graha
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juni 25 Juli 2015
10
Penatalaksanaan Agorafobia
Teori Psikoanalitik
Teori psikoanalitik memandang
11
Penatalaksanaan Agorafobia
2.2.5 Diagnosis
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV
(DSM-IV-TR). 1
Kriteria untuk Agorafobia.
12
Penatalaksanaan Agorafobia
13
Penatalaksanaan Agorafobia
social,
fobia
spesifik,
Obesive-Compulsive
disorder
(OCD),
social,
fobia
spesifik,
Obesive-Compulsive
disorder
(OCD),
14
Penatalaksanaan Agorafobia
2.2.7 Prognosis
Sebagian besar kasus agorafobia diperkirakan disebabkan oleh gangguan
panik. Jika gangguan panik diobati, agorafobia sering kali membaik dengan
15
Penatalaksanaan Agorafobia
BAB 3
PENATALAKSANAAN AGORAFOBIA
16
Penatalaksanaan Agorafobia
Jenis Obat
SSRIs
Paroxetine
Paroxetine CR
Fluoxetine
Sertaline
Fluvoxamine
Citalopram
Escitlopram
Tricyclic Antidepressants
Clomipramine
Imipramine
Desipramine
5-10
12.5-25
2-5
12.5-25
12.5
10
10
20-60
62.5
20-60
50-200
100-150
20-40
20
5-12.5
10-25
10-25
50-125
150-500
150-200
Benzodiazepines
Alprazolam
0.25-0.5 tid
0.5-2 tid
Clonazepam
0.25-0.5 bid
0.5-2 bid
Diazepam
2-5 bid
5-30bid
Lorazepam
0.25-0.5 bid
0.5-2 bid
MAOIs
Phenelzine
15 bid
15-45 bid
Tranylcpromine
10 bid
10-30 bid
RIMAs
Moclobemide
50
300-600
Brofaromine
50
150-200
Atypical Antidepressants
Venlafaxine
6.25-25
50-150
Venlafaxine XR
37.5
150-225
Other Agents
Valproic Acid
125 bid
500-750 bid
Inositol
6000 bid
6000
Tabel 1.1 Rekomendasi dosis untuk terapi anti panik
3.1.1
obat
trisiklik
bekerja
dengan
menghambat
reuptake
17
Penatalaksanaan Agorafobia
trisiklik,
memberikan
respon
yang
baik
pada
pengobatan
menggunakan MAOIs. Jika pasien gangguan panik diobati dengan MAOIs, pasien
tampak tidak mengalami efek samping awal overstimulasi seperti yang terjadi
pada obat trisiklik. Dosis MAOIs harus mencapai dosis yang digunakan untuk
pengobatan depresi dan harus berlangsung 8-12 minggu. 1
Reversibel inhibitor monoamin oksidase (RIMAs) sebagai contoh moclobemide
dan brofaromine tidak seperti MAOIs, obat golongan ini tidak meerlukan
pantangan makanan karena interaksi obat dengan makanan maupun dengan obat
lain sangat minimal dan dapat ditolerasi dengan baik. Dari hasil penelitian
moclobemide didapatkan memiliki efektifitas yang sama seperti fluoxetin atau
clomipramine dalam terapi gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia dan
brofaromine memiliki efektifitas yang sama dengan clomipramine atau
fluvoxamine namun tidak memiliki efek samping yang ditimbulkan oleh
ireversibel inhibitor monoamin oksidase (MAOIs)
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Khusus Dharma Graha
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juni 25 Juli 2015
18
Penatalaksanaan Agorafobia
3.1.3
3.1.4
Benzodizepin
Pemakaian benzodiazepine dalam pengobatan gangguan cemas adalah
terbatas karena dapat menyebabkan ketergantungan, gangguan kognitif dan
penyalahgunaan. Terapi benzodiazepine dapat digunakan pada gangguan panik
karena memiliki onset yang lebih cepat (onset satu sampai dua minggu, mencapai
puncak pada empat sampai delapan minggu) dibandingkan farmakoterapi lainnya.
Pada beberapa pasien klinis dapat memulai pengobatan dengan suatu
benzodiazepine, dan mentritasi obat lain (sebagai contoh clomipramine) dan
selanjutnya menghentikan perlahan-lahan (tapering off) (selama empat sampai
sepuluh minggu) benzodiazepine setelah delapan sampai dua belas minggu.
Beberapa contoh golongan benzodiazepin yang digunakan adalah alprazolam,
clonazepam, lorazepam. Sebagai contoh alprazolam memiliki awitan kerja cepat,
19
Penatalaksanaan Agorafobia
3.1.5
Kegagalan Pengobatan
Jika suatu obat dari satu kelas (sebagai contoh golongan trisiklik) tidak
efektif, maka suatu obat dari golongan yang berbeda harus dicoba. Jika
pengobatan dengan satu obat tidak efektif maka kombinasi obat dapat dicoba
(sebagai contoh golongan benzodiazepin dan golongan trisiklik; suatu golongan
SSRIs dan golongan trisiklik. Beberapa penelitian melaporkan bahwa antikonvulsan sebagai contoh carbamazepine dan asam valproat adalah efektif dalam
pengobatan gangguan panik. Golongan inhinitor saluran kalsium (CCB) juga
efektif dalam pengobatan gangguan panik sebagai contohnya verapamil.
Jika
dihadapkan
dengan
kegagalan
pengobatan
maka
harus
20
Penatalaksanaan Agorafobia
pasien
dapat
menggunakan
teknik
tersebut
untuk
membantu
21
Penatalaksanaan Agorafobia
melatih pernafasan (menarik nafas dalam dan lambat, lalu mengeluarkan dengan
lambat pula), mengendurkan seluruh otot tubuh dan mengsugesti pikiran ke arah
yang ingin di capai (Konstruktif). Latihan ini akan berlangsung sekitar 20-30
menit yang dibimbing oleh dokter kemudia nantinya pasien dapat melakukan
sendiri setiap harinya di rumah.1,3
22
Penatalaksanaan Agorafobia
BAB 4
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Khusus Dharma Graha
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juni 25 Juli 2015
23
Penatalaksanaan Agorafobia
KESIMPULAN
Berbagai farmakoterapi, terapi kognitif dan perilaku adalah efektif untuk
mengobati gangguan panik akut dan pengobatan jangka panjang gangguan panik
dengan atau tanpa agorafobia. Terapi akut lini pertama dari gangguan panik
dengan atau tanpa agorafobia adalah obat-obatan dari golongan inhibitor ambilan
kembali spesifik serotonin(SSRIs) seperti paroxetine, fluoxetine, sertaline,
fluvoxamine, citalopram, escitlopram.2,8
Obat-obatan lain yang terbukti efektif dalam pengobatan gangguan panik dengan
atau tanpa agorafobia adalah obat trisiklik, inhibitor monoamin oksidase (MAOIs)
dan benzodiazepine. Obat-obatan trisiklik dinilai efektif dalam terapi gangguan
panik dengan atau tanpa agorafobia namun pengunaannya dibatasi oleh efek
samping yang ditimbulkan. Sedangkan golongan inhibitor monoamin oksidase
juga efektif untuk mengobati gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia
namun dapat menimbulkan efek samping dan interaksi dengan obat lain dan
makanan. Obat golongan reversible inhibitor monoamin oksidase (RIMAs) seperti
moclobemide dan brofaromine tidak menimbulkan interaksi dengan makanan,
memiliki interaksi obat lebih sedikit dibandingkan MAOIs dan ditoleransi lebih
baik. Golongan benzodiazepine potensi tinggi sepperti lorazepam, alprazolam,
clonazepam efektif dalam pengobatan gangguan panik dengan atau tanpa
agorafobia sebagai monoterapi maupun terapi kombinasi dengan SSRI. Meskipun
kerja golongan benzodiazepin dinilai efektif, cepat dan dapat ditoleransi dengan
baik, namun dapat menimbulkan efek samping berupa kekambuhan kecemasan,
gangguan memori, sindrom putus obat, ketergantungan dan dapat pula
disalahgunakan.1,2,5
Dalam pengobatan jangka panjang, efek terapi perlu dipertahankan
ataupun ditingkatkan, menunjukan petingnya pengobatan dalam jangka panjang.
Penghentian obat dapat menyebabkan kekambuhan pada sebagian besar pasien.2
Terapi kognitif dan perilaku adalah juga efektif untuk gangguan panik
dengan atau tanpa agorafobia yang lebih baik dibandingkan farmakoterapi saja
untuk pengobatan akut maupun jangka panjang. Farmakoterapi adalah efektik
untuk mengobati gejala primer sedangkan psikoterapi diperlukan untuk mengobati
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Khusus Dharma Graha
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juni 25 Juli 2015
24
Penatalaksanaan Agorafobia
DAFTAR PUSTAKA
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Khusus Dharma Graha
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Juni 25 Juli 2015
25
Penatalaksanaan Agorafobia
1. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & Sadocks Synopsis
of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed. USA: Lippincott
Williams & Wilkins; 2007.
2. Pull CB, Damsan C. Pharmacotherapy of panic disorder. Neuropsychiatr Dis
Treat. 2008; 4(4): 779795
3. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi
ke-dua; 2010.
4. Maslim R. Buku Saku PPDGJ-III, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya, Jakarta, 2003
5. Setiabudi R, Nafrialdi. Buku Ajar Farmakologi dan Terapi. Gaya Baru. Ed.5.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007
6. Maslim R. penggunaan klinis obat psikotropika. Edisi ke-tiga, Desember
2001;p14.
7. Preda A. Phobic disorder. 2014 [cited: 7 Juli 2015] Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/288016-overview
8. Memon MA. Panic disorder. 2015 [cited: 7 Juli 2015] Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/287913-overview