Anda di halaman 1dari 7

Anggun fatmasari yekti

2013730124

Klasifikasi gangguan Kecemasan dan Psikosis

Klasifikasi gangguan kecemasan

Menurut Sadock dan Virginia (2007), klasifiksi gangguan cemas dibedakan menjadi:

A. Gangguan panik
Dua kriteria ganguan panic: gangguan panic tanpa agoraphobia dan gangguan panic
dengan agoraphobia. Kedua gangguan panic ini harus ada serangan panic.
Gambaran klinis :
Serangan panic pertama seringkali spontan
Katakutan berlebihan
Tidak mampu menjelaskan sumber ketakutannya
Bingung
Sulit konsentrasi
Takikadi,palpitasi,sesak nafas dan berkeringat

Pedoman diagnosis agoraphobia

Kecemasan berada di dalam suatu tempat


Menghindar (fobia social).

Pedoman diagnosis gangguan panic

Sekurangnya satu serangan diikutisatu atau lebih


Gangguan panic bias dengan agoraphobia atau tanpa agoraphobia
B. Gangguan fobis
Fobia adalah ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan penghindaran secara
sadar terhadap objek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti
Pedoman diagnosis
Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak bersalah
C. Gangguan obsesif-kompulsif
Obsesif adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bias dihilangkan dan tidak
dikehendaki. Kompulsif adalah tingkah laku yang berulang, tidak bias dihilangkan
dan tidak dikehendaki.
Pedoman diagnosis
Pikiran, impuls, yang berulang
Tidak disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis umum
D. Gangguan stress pasca trauma
Trauma bisa berupa :
Pengalaman kembali trauma melalui mimpi dan pikiran
E. Reaksi stress akut
Gangguan sementara yang cukup parah, terjadi pada seseorang tanpa adanya
gangguan jiwalain muncul respons terhadap stress fisik maupun mental dan biasanya
menghilang dalam beberapa jam atau hari. Stressornya dapat berupa pengalaman
traumatic yang luar biasa
Pedoman diagnosis
Gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah
Gejala-gejalanya dapat menghilang dengan cepat (beberapa jam)
F. Gangguan anxietas menyeluruh
Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan terhadap aktivitas atau peristiwa
tertentu, yang berlangsung hamper setiap hari, selama 6 bulan atau lebih. Gambaran
esensial dari gangguan ini adalah adanya anxietas yang menyeluruh dan
menetap(bertahan lama). Gejala yang menonjol sangat bervariasi, tetapi keluhan
tegang yanag berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot, bekeringat, palpitasi,
pusing kepala dan keluhan epigastrik.
Pedoman diagnostic
Gejala ini biasanya mencakup hal-hal seperti kecemasan tentang masa
depan , ketegangan motoric, over aktivitas otonomik
G. Gangguan campuran anxietas dan depresi
Kategori campuran ini harus digunakan bilamana terdapat gejala anxietas maupun
depresi, dimana masing-masing tidak menunjukan rangkaian gejala yang cukup berat
untuk menegakkan diagnosis tersendiri.

Klasifikasi psikosis
A. Psikosis organik

Psikosis organik adalah penyakit jiwa yang disebabkan oleh faktor-faktor fisik
atau organik, yaitu pada fungsi jaringan otak, sehingga penderita mengalamai
inkompeten secara sosial, tidak mampu bertanggung jawab, dan gagal dalam
menyesuaikan diri terhadap realitas.

Psikosis organis dibedakan menjadi beberapa jenis dengan sebutan atau nama mengacu
pada faktor penyabab terjadinya. Jenis psikosis yang tergolong psikosis organik adalah
sebagai berikut.

Alcoholic psychosis, terjadi karena fungsi jaringan otak terganggu atau


rusak akibat terlalu banyak minum minuman keras.
Drug psychose atau psikosis akibat obat-obat terlarang (mariyuana, LSD,
kokain, sabu-sabu, dst.).
Traumatic psychosis, yaitu psikosis yang terjadi akibat luka atau trauma
pada kepala karena kena pukul, tertembak, kecelakaan, dst.
Dementia paralytica, yaitu psikosis yang terjadi akibat infeksi syphilis
yang kemudian menyebabkan kerusakan sel-sel otak.
B. Psikosis fungsional

Psikosis fungsional merupakan penyakit jiwa secara fungsional yang bersifat nonorganik,
yang ditandai dengan disintegrasi kepribadian dan ketidak mampuan dalam melakukan
penyesuaian sosial. Psikosis jenis inidibedakan menjadi beberapa ., yaitu : schizophrenia,
psikosis mania-depresif, dan psiukosis paranoid (Kartini Kartono, 2000 : 106).
a. Schizophrenia

Arti sebenarnya dari Schizophrenia adalah kepribadian yang terbelah (split of


personality). Sebutan ini diberikan berdasarkan gejala yang paling menonjol dari penyakit
ini, yaitu adanya jiwa yang terpecah belah. Antara pikiran, perasaan, dan perbuatan terjadi
disharmoni.

Menurut Carson dan Butcher (Wiramihardja, 2005: 134), schizophrenia merupakan


kelompok psikosis atau psikotik yang ditandai terutama oleh distorsi-distorsi mengenai
realitas, juga sering terlihat adanya perilaku menarik diri dari interaksi sosial, serta
disorganisasi dan fragmentasi dalam hal persepsi, pikiran, dan kognisi.

Gejala-gejala schizophrenia

Kontak dengan realitas tidak ada lagi, penderita lebih banyak hidup dalam dunia khayal
sendiri, dan berbicara serta bertingkah laku sesuai dengan khayalannya, sehingga tidak
sesuai dengan kenyataan.
Karena tidak ada kontak dengan realitas, maka logikanya tidak berfungsi sehingga isi
pembeicaraan penderita sukar untuk diikuti karena meloncat-loncat (inkoheren) dan
seringkali muncul kata-kata aneh yang hanya dapat dimengerti oleh penderita sendiri.
Pikiran, ucapan, dan perbuatannya tidak sejalan, ketiga aspek kejiwaan ini pada penderita
schizophrenia dapat berjalan sendiri-sendiri, sehingga ia dapat menceritakan kejadian
yang menyedihkan sambil tertawa.
Sehubungan dengan pikiran yang sangat berorientasi pada khayalannya sendiri, timbul
delusi ata waham pada penderita schizophrenia (bisa waham kejaran dan kebesaran).
Halusinasi

Faktor penyebab terjadinya schizophrenia

Pendapat para ahlimengenai factor penyebab schizophrenia ada


bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa penyakit ini merupakan
keturunan. Ada pula yang menyatakan bahwa schizophrenia terjadi gangguan
endokrin dan metabolisme. Sedangkan pendapat yang berkembang dewasa ini
adalah bahwa penyakit jiwa ini disebabkan oleh beberapa factor, antara lain
keturunan, pola asuh yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, dan penyakit lain
yang belum diketahui (W.F. Maramis).

b. Psikosis Mania-Depresif

Psikosis mania-depresif merupakan kekalutan mental yang berat, yang berbentuk gangguan
emosi yang ekstrim, yaitu berubah-ubahnya kegembiraan yang berlebihan (mania)
menjadi kesedihan yang sangat mendalam (depresi) dan sebaliknya dan seterusnya.

Gejala-gejala psikosis mania-depresif

Gejala-gejala mania antara lain:

euphoria (kegembiraan secara berlebihan0;

waham kebesaran;

hiperaktivitas;

pikiran melayang.

Gejala-gejala depresif antara lain :

kecemasan;

pesimis;

hipoaktivitas;

insomnia;

anorexia.
Faktor penyebab psikosis mania-depresif

Psikosis mania-depresif disebabkan oleh factor yang berhubungan


dengandua gejala utama penyakit ini, yaitu mania dan depresi. Aspek mania
terjadi akibat dari usaha untuk melupakan kesedihan dan kekecewaan hidup
dalam bentuk aktivitas-aktivitas yang sangat berlebihan. Sedangkan aspek
depresinya terjadi karena adanya penyesalan yang berlebihan.

c. Psikosis Paranoid

Psikosis paranoid merupakan penyakit jiwa yang serius yang ditandai dengan banyak
delusi atau waham yang disistematisasikan dan ide-ide yang salah yang bersifat menetap.
Istilah paranoid dipergunakan pertama kali oleh Kahlbaum pada tahun 1863, untuk
menunjukkan suatu kecurigaan dan kebesaran yang berlebihan (W.,F. Maramis, 1980 :
241).

Gejala-gejala psikosis paranoid

Sistem waham yang kaku, kukuh dan sistematis, terutama waham kejaran dan
kebesaran baik sendiri-sendiri maupun bercampur aduk
Pikirannya dikuasai ole hide-ide yang salah, kaku, dan paksaan..
Mudah timbul rasa curiga

Faktor penyebab psikosis paranoid

Kebiasaan berpikir yang salah;

Terlalu sensitif dan seringkali dihinggapi rasa curiga;

Adanya rasa percaya diri yang berlebihan (over confidence);

Adanya kompensasi terhadap kegagalan dan kompleks inferioritas.


Referensi :

Davison, Gerald C. (et al). (2004) Psikologi Abnormal (Alih bahasa: Noermalasari Fajar).
Jakarta: Rajawali Pers.

Kartini Kartono. (2000) Psikologi Abnormal. Bandung : CV Mandar Maju.

Maramis, W.F. (2000) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University.

Wiramihardja, Sutardjo A. (2005) Pengantar Psikologi Abnormal. Bnadung: Refika Aditam.

Anda mungkin juga menyukai