Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Syarat Penilaian Akhir Semester Ganjil

Oleh :
Dias Rahmawati Wijaya
NIM :
2013730134

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
JAKARTA

2014

7
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan pada penulis sehingga penulis dapat mengerjakan
penulisan makalah ini. Hanya dengan Kuasa dan Izin dari-Nya penulis memperoleh
sesuatu hal yang berharga dalam kehidupan penulis pribadi secara khususnya dan
pembaca pada umumnya demi kebaikan kita bersama.

Tidak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada Nabi Besar Muhammad SAW, Nabi junjungan ummat Islam. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Yamin. yang telah menuntun dan
mengarahkan penulis dalam penulisan makalah ini.

Dalam berbagai hal, tidak ada segala sesuatu yang sempurna adalah sebuah
ungkapan sangat dijunjung penulis. Sehingga penulis mengajak pembaca agar dapat
memahami apabila terjadi kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Penulis sangat membutuhkan saran, kritikan dan masukan yang sifatnya membangun
baik bagi penulis secara pribadi dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, Januari 2014

Dias
Rahmawati Wijaya

DAFTAR ISI

7
Kata Pengantar.. 1
Daftar Isi 2

Bab I Pendahuluan. 3
1.1. Latar Belakang.. 3
1.2. Rumusan Masalah. 4
1.3. Tujuan... 4
1.4. Manfaat. 5
1.5. Metode Penulisan. 5
Bab II Isi 6
2.1.Pengertian Hukum Internasional. 6
2.2.Sejarah dan Perkembangan Hukum Internasional... 8
2.3.Sumber sumber Hukum Internasional... 10
2.4.Subyek Hukum Internasional .. 12
2.5.Hubungan Hukum Internasional dengan Hukum Nasional.. 14
Bab III Penutup.. 15
3.1.Kesimpulan.. 15
3.2.Saran..... 16
Daftar Pustaka 17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Persoalan mengenai hukum internasional selalu memberikan kesan yang menarik


untuk di bahas. Topik ini senantiasa memberikan daya tarik yang tinggi pada setiap

7
orang. Secara teori hukum internasional mengacu pada peraturan-peraturan dan
norma-norma yang mengatur tindakan Negara-negara dan kesatuan lain yang pada
suatu saat akan diakui mempunyai kepribadian internasional, seperti misalnya
organisasi internasional dan individu, dalam hal hubungan satu dengan yang lainnya.

Negara-negara perlu hidup bersama-sama. Hukum internasional disusun dan lahir


karena kebutuhan dan dirancang untuk mencapai ketertiban dan perdamaian dunia.
Suatu sistem yang bertujuan untuk men-cap suatu negara sebagai bersalah dan
negara lain sebagai tidak bersalah dan partisiapasi utama dari sistem hukum
internasional yaitu negara-negara yang semuanya diperlakukan sebagai pemilik
kedaulatan yang sama.

Hubungan-hubungan internasional yang diadakan antar negara tidak selamanya


terjalin dengan baik. Seringkali hubungan itu menimbulkan sengketa di antara
mereka. Sengketa dapat bermula dari berbagai sumber potensi sengketa. Sumber
potensi sengketa antar negara dapat berupa perbatasan, sumber daya alam, kerusakan
lingkungan, perdagangan, dll. Manakala hal demikian itu terjadi, hukum internasional
memainkan peranan yang tidak kecil dalam penyelesaiannya.
Seiring perkembangan zaman, hukum internasional juga terus berkembang. Sejak
pergaulan internasional makin meningkat menjelang abad 19 hukum internasional
telah menjadi suatu sistem universil dan pada abad 20 telah merupakan suatu
perluasan yang tidak ada tandingannya.

Upaya-upaya penyelesaian terhadapnya telah menjadi perhatian yang cukup penting


di masyarakat internasional sejak awal abad ke- 20. Upaya-upaya ini ditujukan untuk
menciptakan hubungan-hubungan antara negara yang lebih baik berdasarkan prinsip
perdamaian dan keamanan internasional.

Hal itulah yang sangat menarik untuk kita amati, bagaimana peranan yang seharusnya
dilakukan oleh hukum internasional dalam menegakkan keadilan demi tercapainya
perdamaian dunia.

7
1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun inti dari permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian Hukum Internasional?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan Hukum Internasional?
3. Apa saja sumber sumber Hukum Internasional?
4. Apa saja subyek Hukum Internasional?
5. Apa hubungan hukum Internasional dengan Hukum Nasional?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan utama dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi kewajiban
penyelesaian tugas akhir dalam rangka pemunuhan nilai dalam satu semester, yang
mana salah satu kriteria syarat penilaian di semester ini.

Selain dari pada itu tujuan disusunya makalah ini agar penulis serta agar mahasiswa
sebagai generasi penerus bangsa dapat melihat bagaimana kenyataan dari penegakan
hukum internasional dan bisa mengerti tentang hukum internasional pada saat ini.

1.4 MANFAAT PENULISAN

Sedangkan manfaat dari makalah ini diharapkan :


1. Memberikan suatu gambaran mengenai konsep dasar hukum internasional dan
peran-peran yang terdapat didalamnya.
2. Memberi gambaran bagaimana hukum internasional sekarang ini.
3. Menaruh minat dan mendorong pembaca terutama mahasiswa untuk
meningkatkan pemahaman dan wawasan terhadap hukum internasional.

1.5 Metode Penulisan

7
Penulisan dalam makalah ini menggunakan metode foot note yang mana sumber
penulisan berasal dari refrensi-refrensi yang berupa buku panduan dan menggunakan
metode deskripsi yaitu mendeskripsikan secara luas hal-hal yang berkaitan dengan
Hubungan Internasional

BAB II
ISI

2.1 Pengertian Hukum Internasional

Pada dasarnya yang dimaksud hukum internasional dalam pembahasan ini adalah
hukum internasional publik, karena dalam penerapannya, hukum internasional terbagi
menjadi dua, yaitu: hukum internasional publik dan hukum perdata internasional.

7
Hukum internasional publik adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang
mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara, yang bukan bersifat
perdata.
Hukum perdata internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang
mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara, dengan perkataan lain,
hukum yang mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang
masing-masing tunduk pada hukum perdata yang berbeda
Awalnya, beberapa sarjana mengemukakan pendapatnya mengenai definisi dari
hukum internasional, antara lain yang dikemukakan oleh Grotius dalam bukunya De
Jure Belli ac Pacis(Perihal Perang dan Damai). Menurutnya hukum dan hubungan
internasional didasarkan pada kemauan bebas dan persetujuan beberapa atau semua
negara. Ini ditujukan demi kepentingan bersama dari mereka yang menyatakan diri di
dalamnya .
Sedang menurut Akehurst : hukum internasional adalah sistem hukum yang di
bentuk dari hubungan antara negara-negara
Hukum internasional dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hukum yang
sebagian besar terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang harus ditaati
oleh negara-negara, dan oleh karena itu juga harus ditaati dalam hubungan-hubungan
antara mereka satu dengan lainnya, serta yang juga mencakup:
a. organisasi internasional, hubungan antara organisasi internasional satu dengan
lainnya, hubungan peraturan-peraturan hukum yang berkenaan dengan fungsi-fungsi
lembaga atau antara organisasi internasional dengan negara atau negara-negara ; dan
hubungan antara organisasi internasional dengan individu atau individu-individu ;
b. peraturan-peraturan hukum tertentu yang berkenaan dengan individu-individu
dan subyek-subyek hukum bukan negara(non-state entities) sepanjang hak-hak dan
kewajiban-kewajiban individu dan subyek hukum bukan negara tersebut bersangkut
paut dengan masalah masyarakat internasional (Charles Cheny Hyde).

Sejalan dengan definisi yang dikeluarkan Hyde, Mochtar Kusumaatmadja


mengartikan hukum internasional sebagai keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas
hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara,
antara negara dengan negara dan negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau
subyek hukum bukan negara satu sama lain.1)

7
Berdasarkan pada definisi-definisi di atas, secara sepintas sudah diperoleh
gambaran umum tentang ruang lingkup dan substansi dari hukum internasional, yang
di dalamnya terkandung unsur subyek atau pelaku, hubungan-hubungan hukum antar
subyek atau pelaku, serta hal-hal atau obyek yang tercakup dalam pengaturannya,
serta prinsip-prinsip dan kaidah atau peraturan-peraturan hukumnya.
Sedangkan mengenai subyek hukumnya, tampak bahwa negara tidak lagi menjadi
satu-satunya subyek hukum internasional, sebagaimana pernah jadi pandangan yang
berlaku umum di kalangan para sarjana sebelumnya.

__________
1)
Mochtar Kusamaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Bandung:Putra Abardin,
1999. p.2
2.2 Sejarah dan Perkembangan Hukum Internasional

Hukum internasional sebenarnya sudah sejak lama dikenal eksisitensinya, yaitu


pada zaman Romawi Kuno. Orang-orang Romawi Kuno mengenal dua jenis hukum,
yaitu Ius Ceville dan Ius Gentium,Ius Ceville adalah hukum nasional yang berlaku
bagi masyarakat Romawi, dimanapun mereka berada, sedangkan Ius Gentium adalah
hukum yang diterapkan bagi orang asing, yang bukan berkebangsaan Romawi.

7
Dalam perkembangannya, Ius Gentium berubah menjadi Ius Inter Gentium yang
lebih dikenal juga dengan Volkenrecth (Jerman), Droit de Gens (Perancis) dan
kemudian juga dikenal sebagai Law of Nations(Inggris).1)

Sesungguhnya, hukum internasional modern mulai berkembang pesat pada abad


XVI, yaitu sejak ditandatanganinya Perjanjian Westphalia 1648, yang mengakhiri
perang 30 tahun (thirty years war) di Eropa. Sejak saat itulah, mulai muncul negara-
negara yang bercirikan kebangsaan, kewilayahan atau territorial, kedaulatan,
kemerdekaan dan persamaan derajat. Dalam kondisi semacam inilah sangat
dimungkinkan tumbuh dan berkembangnya prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum
internasional.2)
Menurut golongan Naturalis, prinsip-prinsip hukum dalam semua sistem hukum
bukan berasal dari buatan manusia, tetapi berasal dari prinsip-prinsip yang berlaku
secara universal, sepanjang masa dan yang dapat ditemui oleh akal sehat. Hukum
harus dicari, dan bukan dibuat.

__________
1)
Mochtar Kusamaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Bandung:Putra Abardin,
1999. p.50.
2)
I Wayan Phartiana, Pengantar Hukum Internasional, Bandung:Mandar Maju, 2003.
p.44.

Golongan Naturalis mendasarkan prinsip-prinsip atas dasar hukum alam yang


bersumber dari ajaran Tuhan. Tokoh terkemuka dari golongan ini adalah Hugo de
Groot atau Grotius, Fransisco de Vittoria, Fransisco Suarez dan Alberico Gentillis.1)

Sementara itu, menurut golongan Positivis, hukum yang mengatur hubungan antar
negara adalah prinsip-prinsip yang dibuat oleh negara-negara dan atas kemauan

7
mereka sendiri. Dasar hukum internasional adalah kesepakatan bersama antara
negara-negara yang diwujudkan dalam perjanjian-perjanjian dan kebiasaan-kebiasaan
internasional. Seperti yang dinyatakan oleh Jean-Jacques Rousseau dalam
bukunya Du Contract Social, La loi cest lexpression de la Volonte Generale, bahwa
hukum adalah pernyataan kehendak bersama. Tokoh lain yang menganut aliran
Positivis ini, antara lain Cornelius van Bynkershoek, Prof. Ricard Zouche dan
Emerich de Vattel.
Pada abad XIX, hukum internasional berkembang dengan cepat, karena adanya
faktor-faktor penunjang, antara lain : (1) Setelah Kongres Wina 1815, negara-negara
Eropa berjanji untuk selalu menggunakan prinsip-prinsip hukum internasional dalam
hubungannya satu sama lain, (2). Banyak dibuatnya perjanjian-perjanjian (law-
making treaties) di bidang perang, netralitas, peradilan dan arbitrase, (3).
Berkembangnya perundingan-perundingan multilateral yang juga melahirkan
ketentuan-ketentuan hukum baru.
Di abad XX, hukum internasional mengalami perkembangan yang sangat pesat,
karena dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut: (1). Banyaknya negara-negara baru
yang lahir sebagai akibat dekolonisasi dan meningkatnya hubungan antar negara, (2).
Kemajuan pesat teknologi dan ilmu pengetahuan yang mengharuskan dibuatnya
ketentuan-ketentuan baru yang mengatur kerjasama antar negara di berbagai bidang,

__________
1)
Boer Mauna, Hukum Internasional; Pengertian, Peran dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global, Bandung: PT. Alumni, 2003. p.6
(3). Banyaknya perjanjian-perjanjian internasional yang dibuat, baik bersifat
bilateral, regional maupun bersifat global, (4). Bermunculannya organisasi-organisasi
internasional, seperti Perserikatan Bangsa Bangsa dan berbagai organ subsidernya,
serta Badan-badan Khusus dalam kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
menyiapkan ketentuan-ketentuan baru dalam berbagai bidang.1)

7
__________
1)
Boer Mauna, Hukum Internasional; Pengertian, Peran dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global, Bandung: PT. Alumni,2003. p.7

2.3 Sumber-sumber Hukum Internasional


Pada azasnya, sumber hukum terbagi menjadi dua, yaitu: sumber hukum dalam
arti materiil dan sumber hukum dalam arti formal. Sumber hukum dalam arti materiil
adalah sumber hukum yang membahas materi dasar yang menjadi substansi dari
pembuatan hukum itu sendiri.
Sumber hukum dalam arti formal adalah sumber hukum yang membahas bentuk
atau wujud nyata dari hukum itu sendiri. Dalam bentuk atau wujud apa sajakah

7
hukum itu tampak dan berlaku. Dalam bentuk atau wujud inilah dapat ditemukan
hukum yang mengatur suatu masalah tertentu.
Sumber hukum internasional dapat diartikan sebagai:
1. dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional;
2. metode penciptaan hukum internasional;
3. tempat diketemukannya ketentuan-ketentuan hukum internasional yang dapat
diterapkan pada suatu persoalan konkrit. (Burhan Tsani, 1990; 14)
Menurut Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, sumber-sumber
hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam mengadili perkara, adalah:
1. Perjanjian internasional (international conventions), baik yang bersifat umum,
maupun khusus;
2. Kebiasaan internasional (international custom);
3. Prinsip-prinsip hukum umum (general principles of law) yang diakui oleh
negara-negara beradab;
4. Keputusan pengadilan (judicial decision) dan pendapat para ahli yang telah
diakui kepakarannya, yang merupakan sumber hukum internasional tambahan.1)

__________
1)
I Wayan Phartiana, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Mandar Maju,
2003. p.197

2.4 Subyek Hukum Internasional


Subyek hukum internasional diartikan sebagai pemilik, pemegang atau pendukung
hak dan pemikul kewajiban berdasarkan hukum internasional. Pada awal mula, dari
kelahiran dan pertumbuhan hukum internasional, hanya negaralah yang dipandang
sebagai subjek hukum internasional
Dewasa ini subjek-subjek hukum internasional yang diakui oleh masyarakat
internasional, adalah:

7
1. Negara
Menurut Konvensi Montevideo 1949, mengenai Hak dan Kewajiban Negara,
kualifikasi suatu negara untuk disebut sebagai pribadi dalam hukum internasional
adalah:
a. penduduk yang tetap;
b. wilayah tertentu;
c. pemerintahan;
d. kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain
2. Organisasi Internasional
Klasifikasi organisasi internasional menurut Theodore A Couloumbis dan James
H. Wolfe :
a. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan
maksud dan tujuan yang bersifat umum, contohnya adalah Perserikatan Bangsa
Bangsa ;
b. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan global dengan maksud dan
tujuan yang bersifat spesifik, contohnya adalah World Bank, UNESCO, International
Monetary Fund, International Labor Organization, dan lain-lain;
c. Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan
tujuan global, antara lain: Association of South East Asian Nation (ASEAN), Europe
Union.

1. Palang Merah Internasional


Sebenarnya Palang Merah Internasional, hanyalah merupakan salah satu jenis
organisasi internasional. Namun karena faktor sejarah, keberadaan Palang Merah
Internasional di dalam hubungan dan hukum internasional menjadi sangat unik dan di
samping itu juga menjadi sangat strategis. Pada awal mulanya, Palang Merah
Internasional merupakan organisasi dalam ruang lingkup nasional, yaitu Swiss,
didirikan oleh lima orang berkewarganegaraan Swiss, yang dipimpin oleh Henry

7
Dunant dan bergerak di bidang kemanusiaan. Kegiatan kemanusiaan yang dilakukan
oleh Palang Merah Internasional mendapatkan simpati dan meluas di banyak negara,
Palang Merah Nasional di masing-masing wilayahnya dari negar-negara itu kemudian
dihimpun menjadi Palang Merah Internasional (International Committee of the Red
Cross/ICRC) dan berkedudukan di Jenewa, Swiss.1)
2. Tahta Suci Vatikan
Tahta Suci Vatikan di akui sebagai subyek hukum internasional berdasarkan
Traktat Lateran tanggal 11 Februari 1929, penyerahan sebidang tanah di Roma.
Perjanjian Lateran tersebut pada sisi lain dapat dipandang sebagai pengakuan Italia
atas eksistensi Tahta Suci sebagai pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri,
walaupun tugas dan kewenangannya, tidak seluas tugas dan kewenangan negara,
sebab hanya terbatas pada bidang kerohanian dan kemanusiaan, sehingga hanya
memiliki kekuatan moral saja, namun wibawa Paus sebagai pemimpin tertinggi Tahta
Suci dan umat Katholik sedunia, sudah diakui secara luas di seluruh dunia. Oleh
karena itu, banyak negara membuka hubungan diplomatik dengan Tahta Suci, dengan
cara menempatkan kedutaan besarnya di Vatikan dan demikian juga sebaliknya Tahta
Suci juga menempatkan kedutaan besarnya di berbagai negara.2)

__________
1)
I Wayan Phartiana, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Mandar Maju,
2003. p.123
2)
I Wayan Phartiana, Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Mandar Maju, 2003.
p.125
2.5 Hubungan Hukum Internasional dengan Hukum Nasional
Ada dua teori yang dapat menjelaskan bagaimana hubungan antara hukum
internasional dan hukum nasional, yaitu: teori Dualisme dan teori Monisme.
Menurut teori Dualisme, hukum internasional dan hukum nasional, merupakan dua
sistem hukum yang secara keseluruhan berbeda. Hukum internasional dan hukum
nasional merupakan dua sistem hukum yang terpisah, tidak saling mempunyai
hubungan superioritas atau subordinasi. Berlakunya hukum internasional dalam

7
lingkungan hukum nasional memerlukan ratifikasi menjadi hukum nasional. Kalau
ada pertentangan antar keduanya, maka yang diutamakan adalah hukum nasional
suatu negara.
Sedangkan menurut teori Monisme, hukum internasional dan hukum nasional
saling berkaitan satu sama lainnya. Menurut teori Monisme, hukum internasional itu
adalah lanjutan dari hukum nasional, yaitu hukum nasional untuk urusan luar negeri.
Menurut teori ini, hukum nasional kedudukannya lebih rendah dibanding dengan
hukum internasional. Hukum nasional tunduk dan harus sesuai dengan hukum
internasional.1)

__________
1)
Muhammad Burhantsani, Hukum dan Hubungan Internasional, Yogyakarta:
Liberty,1990. p.26

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Perkembangan dunia yang sudah melintasi batas-batas wilayah teritorial Negara


lain sangat membutuhkan aturan yang jelas dan tegas agar tercipta suasana kerukunan

7
dan kerjasa sama yang saling menguntungkan. Kerjasama dalam bentuk hubungan
antara bangsa dan hubungan internasional, sangat memerlukan aturan-aturan hukum
yang bersifat internasional. Hukum internasional bertujuan untuk mengatur masalah-
masalah bersama yang penting dalam hubungan antara subjek-subjek hukum
internasional.
Berangkat dari pentingnya hubungan lintas negara disegala sektor kehidupan
seperti politik, sosial, ekonomi dan lain sebagainya, maka sangat diperlukan hukum
yang diharap bisa menuntaskan segala masalah yang timbul dari hubungan antar
negara. Hukum Internasional ialah sekumpulan kaedah hukum wajib yang mengatur
hubungan antara person hukum internasional (Negara dan Organisasi Internasional),
menentukan hak dan kewajiban badan tersebut serta membatasi hubungan yang
terjadi antara person hukum tersebut dengan masyarakat sipil.
Lembaga pengakuan merupakan masalah yang cukup krusial dalam rana hukum
internasional karena tidak ada satu ketentutan hukum internsional yang mengatur
tentang lembaga pengakuan tersebut. Kerap kali dalam praktek sebagian besar
negara, pengakuan merupakan masalah politik daripada masalah hukum.
Kebijaksanaan dari suatu negara untuk mengkui negara lain ditentukan
terutama oleh perlunya perlindungan atas kepentingan-kepentingan negara yang erat
kaitannya dengan terpelihara hubungan dengan setiap negara baru atau pemerintah
baru yang mungkin stabil dan tetap. Pertimbangan politis lainya adalah: perdangan,
strategi dan lainnya yang akan menimbulkan pertimbangan-pertimbangan suatu
negara dalam memberikan

3.2 Saran

Hendaknya semua orang mematuhi hukum yang berlaku supaya tidak terjadi
penyimpangan sosial. Kepada pemerintah agar lebih memperhatikan warga
negaranya agar tidak terjadi apatride dan bipatride. Pemerintah juga membuat
Undang-Undang yang menjamin hak kewargnegaraan seseorang secara jelas.

7
DAFTAR PUSTAKA

Adolf, Huala. 2002. Aspek-aspek Negara dalam Hukum


Internasional. Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada
Ali, Zainuddin. 1992. Hukum: Ilmu Hukum jilid1. Jakarta:
Akademika Pressindo
____________. 1994. Hukum: Ilmu Hukum jilid2. Jakarta: Akademika
Pressindo
Amrullah, Ahmad. 1996. Dimensi Hukum Islam dalam Sistem
Hukum Nasional. Jakarta: Gema Insani Press
Ardiwisastra, Yudha Bhakti, 2003, Hukum Internasional, Bandung:
Bunga rampai
Aust, Anthony. 2005. Handbook of International Law. Cambridge :
Cambridge University Press

7
Burhantsani, Muhammad. 1990. Hukum dan Hubungan
Internasional. Yogyakarta: Liberty
Haryomataram. 1984. Hukum Internasional. Jakarta: Rajawali
Press
Istanto, F Sugeng. 1994. Hukum Internasional. Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya
Isyawara. 1972. Pengantar Hukum Internasional. Bandung:
Alumni
Kusamaatmadja, Mochtar. 1999. Pengantar Hukum Internasional.
Bandung: Putra Abardin
Mauna, Boer. 2003. Hukum Internasional; Pengertian, Peran dan
Fungsi dalam Era Dinamika Global. Bandung: PT. Alumni
Phartiana, I Wayan. 2003. Pengantar Hukum Internasional.
Bandung: Mandar maju
Situni, Whisnu. 1989. Identifikasi dan Reformulasi Sumber-
Sumber Hukum Internasional. Bandung: Bandar maju.
Soekanto, Soerjono.1993. Sendi-sendi Ilmu Hukum dan Tata
Hukum. Bandung: Citra Aditya
Starke. 2010. Pengantar Hukum Internasional. Jakarta: Sinar
Grafika
Suryokusumo, Sumaryo.1990. Hukum Organisasi Internasional,
Jakarta: Indonesia Press
____________. 1997. Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional.
Bandung: P.T. Alumni
____________. 1997. Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional,
Edisi Kedua. Bandung: P.T. Alumni
Syariffudin, Amir. 2002. Dimensi Hukum. Jakarta: Ciputat Press

Anda mungkin juga menyukai