Fustasi timbul dikarenakan merasa gagal tidak dapat mencapai suatu yangdiinginkan. Setiap atlet
menginginkan kepuasan yaitu itu menang; dan apabila itu tidakterwujud, maka dapat
menimbulkan frustasi. Frustasi dapat terjadi pada atlet yangmempunyai sifat pesimis maupun
pada atlet yang memiliki sifat optimis yang sangattinggi. Atlet yang mempunyai sifat pesimis
dapat dikatakan “kalah sebelum berperang”karena atlet yang memiliki sifat pesimis ini mudah
terkena frustasi sehingga mengalami kegagalan sedikit saja, diangapnya sebagai kegagalan yang
akan terjadi dialamiseterusnya. Sedangkan apabila atlet memiliki sifat optimis yang sangat tinggi
(overconfidence) maka akan sangat mudah mengalami frustasi. Kegagalan yang dialaminyaakan
membuat atlet tersebut kecewa serta kehilangan keseimbangan emosi.Frustasi adalah suatu
harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidaksesuai dengan yang diharapkan.
Misalnya putus pacar, perceraian, masalah kantor,masalah sekolah atau masalah yang tidak
kunjung selesai. Frustasi inipun terjadi juga bila tujuan yang dicapai
mendapatkan rintangan.Frustasi memiliki dua sisi.
1. Frustasi adalah fakta tidak tercapainya harapan yang diinginkan.
2. Frustasi adalah perasaan dan emosi yang menyertai fakta tersebut.
Pada contoh diatas adalah fakta mendapatkan nilai jelek di sekolah dan mendapat
maraholeh bos dalam kesalahan di kantor. Perasaan dan emosi yang muncul adalah
kesal,marah dan perasaan-perasaan lainnya yang mungkin muncul.Akibat dari frustasi
bisa munculkan gejala-gejala ketubuhan yang disebut psikosomatis.Bayangkan anda
mendapatkan nilai atau penghargaan yang tidak sesuai dengan yanganda harapkan,
padahal anda sudah berusaha dengan sebaik mungkin. Seumpama andamendapat nilai D
pada ujian akhir. Ini tidak hanya terjadi sekali saja, tetapi telah beberapa kali. Anda
lalu menjadi kesal bahkan marah atau muncul perasaan-perasaanlainnya. Pada malam
harinya anda tidak bisa tidur. Segudang pemikiran muncul, berputar
putar silih berganti, mulai mencari sebabsebab kegagalan, upaya mencari jalan lain
supaya lebih berhasil sampai pada pemikiran-pemikiran buruk. Sehingganantinya akan
terlintas jalan pintas dan lain sebagainya. Anda mencoba untuk mengusir pemikiran-
pemikiran tersebut tapi tetap saja tidak bisa dan akhirnya anda jatuh tidurkarena memang
betul-betul kecapaian. Pada pagi harinya anda bangun dengan tubuhyang kurang segar
karena susah tidur. Selama siang hari perasaan maupun tubuh andaakan terasa tidak enak.
Sekali-kali akan teringat mengenai kegagalan pada harisebelumnya dan itu akan muncul
danmengganggu. Namun selain contoh diatas ada juga contoh frustasi yang berakibat
agresi karena frustasi yang dialami melahirkan reaksi kemarahan. Tindakan agresi
diambilapabila individu merasa lebih kuat dari lawannya. Sebalinya bila individu
merasalemah, maka biasanya tindakan yang diambil ketika terjadi frustasi adalah
menghindar atau melarikan diri.
Cara penanggulan
Teknik-teknik untuk mengatasi atau setidaknya mengurangi frustasi yaitu sebagai berikut:
1. Teknik Intervensia
Konsentrasi (Pemusatan perhatian)Cara ini pertama-tama menyingkirkan aneka ragam pikiran
yang menggangguatlet dan hanya memusatkan seluruh perhatian dan pikiran pada tugas
yangsedang dihadapi. Memang ada atlet yang mampu dengan cepat menghalau
berbagai pikiran yang mengganggu perhatian dan konsentrasinya pada pertandingan yang
sedang dihadapinya, namun tidak sedikit atlet yang begitulama termakan oleh gangguan
pikirannya.
Menurut UU RI. 13/ 198 pengertian lansia adalah mereka yang mencapai usia 60 tahun
keatas. Hal ini senada dengan pengertian lansia menurut Departemen Sosial Republik
Indonesia yaitu lansia adalah warga Negara Indonesia, laki - laki dan perempuan, yang
telah mencapai usia 60 tahun keatas, baik potensial maupun tidak potensial. Usia ini di
tandai dengan berbagai perubahan fisik maupun psikologis. Perubahan fisik yang terjadi
antara lain, adalah penurunan kekuatan fisik, stamina dan penampilan. Haditono
(Indriana, 2003) menjelaskan bahwa penurunan intelegensi yang dianggap mutlak pada
usia lanjut, sebenarnya adalah penurunan dalam hal mereaksi atau pada kemampuan
visual motor flexibility, yaitu kemampuan untuk berpindah secara lincah dalam bidang
koordinasi mata dan motorik. Neugarten dkk (Indriana, 2003) mengatakan bahwa
perubahan sosial yang terjadi pada lansia antara lain terjadinya penurunan aktivitas, juga
menurunya berbagai keterkaitan sosial maupun psikologis. Selain menurunya aktifitas
sosial, Ferraro (Indriana, 2003) menambahkan menurun pula peran dan partisipasi
sosialnya. Sedangkan secara emosi lansia juga mengalami kemunduran, misalnya mudah
menangis, mudah marah, dan tersinggung karene masalah sepele. Sementara itu, masalah
yang umum dirasakan oleh para lanjut usia meliputi masalah penurunan kemampuan
jasmani, rohani dan sosial.
Masalah - masalah tersebut tampak antara lain : kondisi kesehatan yang semakin
menurun, sakit - sakitan, berkurangnya intensitas relasi sosial dengan teman sebaya
(sesama lanjut usia), kesepian, merasa kurang mendapatkan perhatian dari keluarga,
merasa tidak diakui keberadaanya, merasa kurang kuat keimannya, sulit melakukan
pembagian harta warisan, dan sering menjadi korban tindak kekerasan (Depsos RI).
Gerontologi menjelaskan bahwa lansia dibagi dalam 2 golongan, yaitu yang disebut
“young old” (65 - 74 tahun) dan kelompok “old - old” (berusia di atas 75 tahun). Jika
ditinjau dari segi kesehatan, lansia juga dibagi dalam 2 kelompok, yaitu “well old” atau
kelompok lansia yang sehat, tidak sakit - sakitan dan kelompok lansia yang menderita
penyakit dan memerlukan pertolongan medis dan psikiatris atau yang disebut kelompok
“sick old” (Hartati dan Andayani, 2003). Menurut Departemen Sosial Republik
Indonesia, lansia terbagi kedalam 2 jenis / golongan yaitu lanjut usia potensial dan lanjut
usia tidak potensial. Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih memiliki potensi
dan mampu melaksanakan pekerjaan / jasa, sedangkan lanjut usia tidak potensial adalah
lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada orang
lain. Secara sosial - ekonomis, lanjut usia dan keluarganya dapat dikelompokkan menjadi
golongan mampu dan tidak mampu. Thornburg (1982) mengelompokkan lansia
berdasarkan usia, pengklasifikasian tersebut yaitu : Adulthood (dewasa) : 50 tahun
sampai 65 tahun Late adulthood (dewasa akhir) : 66 tahun sampai 80 tahun Old age (usia
tua) : 81 tahun keatas